Вы находитесь на странице: 1из 5

B.

PERIKATAN ANTAR SEKUTU


95. Hubungan Hukum Antar Sekutu
Hubungan intern antar sekutu adalah hubungan hukum antara sekutu kerja dengan
sekutu komanditer. Hubungan ini tidak bisa dilihat dari pasal 19,20, dan 21 KUHD.
Dengan melalui pasal 16 KUHD, dimana persekutuan firma, dalam hal ini sebagai
persekutuan komanditer dinyatakan persekutuan perdata yang didirikan untuk
menjalankan perusahaan dengan nama bersama (firma), maka hubungan inter antar
sekutu kita bisa melihat bagian kedua, bab VIII, Buku II, KUHPER, mulai pasal 1624 s/d
1641. Hubungan ini mengenai :
a) Pemasukan modal diatar dalam pasal 1625 dsl. Benda pemasukan dapat berupa
benda fisik, uang dan tenaga mansuaia (fisik dan/atau pikiran);
b) Pembagian untung rugi. Hal ini diatur dalam pasal 1633 dan 1634 KUHPER.
Biasanya mengenai dua hal ini diatur dalam perjanjian pendirian persekutuan.
Kalau dalam perjanjian pendirian persekutuan tidak diatur, barulah aturan
tersebut diatas berlaku
BIla ada untung, maka sekutu komanditer mendapat bagian sebesar sebagai yang diatur
dalam perjanjian pendirian. Tetapi kalu perjanjian tidak ad aturannya, maka pasal 1633
KUHPER memberi pedoman. Begitu pula kalu perseketuan menderita rugi, sekutu
komanditer dibebani juga membayar kerugian itu, tetapi beban itu tidak boleh melebihi
jumlah pemasukannya.
Jadi keududukan sekutu komanditer mengenai untung rugi persekutuan, sama dengan
kedudukan persero atau pemegang saham pada sebuah PT (pasal 40 ayat (2) KUHD),
yang tidak boleh dibebani lebih dari jumlah nominal sahamnya. Dan dia pun tidak boleh
dituntut untuk menambah pemasukannya dan tidak dapat diminta untuk
mengembalikan keuntungan yang terlah pernah diterimanya (pasal 1625 KUHPER bs
pasal 20 ayat (3) KUHD).
96. Pengurusan
Menurut pasal 20 ayat (2) KUHD sekutu komanditer dilarang melakukan pengurusan
(beheren), meskipun dengan kekuatan surat kuasa. Tetapi dia boleh mengawasi
pengurusan itu, bila ditetapkan demikian dalam perjanjian pendirian. Meskipun begitu
pengawasn ini harus bersifat intern, yang tidak boleh berarti bahwa tindakan
pengawasan sekutu komanditer itu dapat menimbulkan kesan seolah-olah dia juga
pengurus persekutuan. Dalam perjanjian pendirian juga dapat ditentukan bahwa
mengenai beberpa tindakan pengurusan tertentu sekutu kerja harus meminta izin
terlebih dahulu kepada sekutu komanditer/pengawas persekutuan, bila akan
melakukannya. Jadi, kecuali tindakan pengawasan dan pemberian izin pada perbuatan
pengurusan tertentu, yang diperkenankan oleh perjanjian pendirian, sekutu komdaniter
dilanggar, maka sekutu komdanditer yang bersangkutan kena sanksi sebagai tersebut
dalam pasal 21 KUHD, yaitu tanggung jawabnya diperluas sama dengan tanggung jawab
sekutu kerja, yaitu pribadi keseluruhan.
97. Pemakaian Nama Sekutu Komanditer bagi firma

Pasal 20 ayat (1) KUHD melarang nama sekutu komanditer untuk dipakai sebagai firma,
kecuali kalau sekutu komanditer itu dulu adalah sekutu kerja yang kemudian
mengundurukan diri menjadi sekutu komanditer (pasal 30 ayat (2) KUHD). Laangan
pemakaian nama sekutu komanditer tersebut ada sanksinya, yaitu pasal 21 KUHD yang
menyatakan bahwa sekutu komanditer yang melanggar pasal 20 ayat (1) KUHD tersebut
diatas mendapat tanggung jawab secara pribadui untuk keseluruhannya, yakni tanggung
jawab sekutu kerja (pasal 18 KUHD).
98. Apakah dalam persekutuan komanditer ada kekayaan terpisah
Pasal 33 KUHD memberi kesan adanya kekayaan terpisah pada persekutuan firma.
Kekayaan terpisah dapat diperjanjikan sebelumnya dalam perjanjian pendirian. Tetapi
bila mengenai persekutuan komanditer diam-diam, dengan hanya mempunyai satu
orang sekutu kerja, maka adanya kekayaan terpisah itu tidak ada artinya, karean sekutu
kerja yang hanya seorang itu melakukan harta kekayaan persekutuan sebagai harta
kekayaaanya sendiri. Jadi, pemisahahan secara mutlak dengan harta kekayaannya
sendiri tidak perlu, asal did adapt memebdakan mana harta kekayaan sendiri, mana
harta kekayaan persekutuan. Dengan harta kekayaan persekutuan ini sekutu kerja
berhak bertindak atas namnya sendiri terhadap pihak ketiga, walupun kesemuanya itu
sesungguhnya berdasarkan atas pembiayaan bersama.
Bgai persekutuan komanditer diam-diam yang sekutu kerjanya lebih dari seorang, harta
terpisah ini biasanya sudah diperjanjikan dalam perjanjian pendirian persekutuan. Bila
kemudian salh seorang dari sekutu kerja ini merubah diri menjadi sekutu komanditer,
maka harta kekayaan sekutu komanditer ini memperkuat harta kekayaan persekutuan
(yang terpisah) dan yang telah ada.
Bagi persekutuan komanditer terang-terangan pernah ada keputusan H.G.H tanggal 4
november 19376), yang menetapkan bahwa persekutuan komanditer terang-terangan
itu mempunyai kekayaan sendiri, terpisah dari harta kekayaan pribadi sekutu kerja,
karena persekutuan semacam ini dikenal oleh pihak ketiga. Jadi, H.G.H berkesimpulan
bahwa krena persekutuan komanditer terang-terangan itu bertindak terang-terangan
terhadap pihak ketiga, maka dia mempunyai harta kekayaan sendiri. Menuru Prof.
Sokeardono 7) kesimpulan H.G.H. itu tidak seluruhnya benar, sebab mengenai harta
terpisah ini biasanbya baru ada stelah diperjanjikan, jadi tidak secara otomatis.
Kesimpulan H.G.H tersebut mendapat pujian dari Prof. Eggens 8), akrena dengan
adanya persekutuan yang bertindak terang-terangan itu sendirinya berakibt adanya
kekayaan persekutuan yang bersifat umum. Keputusan H.G.H, itu juga sesuai dengan
pendapat Polak 9( terutama menganai kemungkinan menjatuhkan pailit kepada
persekutuan komanditer terang-terangan

C. PERIKATAN ANTARA SEKUTU DENDAN PIHAK KETIGA


99. DAPATKAH PIHAK KETIGA LANGSUNG MENAGIH KEPADA SEKUTU
KOMANDITER
Pada persekutuan komanditer terang-terangan mempunyai dua macam sekutu, yaitu
sekutu kerja dan sekutu komanditer. Sekutu kerja bertanggung jawab secara pribadi untuk
keseluruhan, sedangkan sekutu komanditer bertanggung jawab terbatas pada
pemasukannya saja.
Persoalan, apakah pihak ketiga dapat langsung menagih kepada sekutu komanditer ini?
Mengenai soal ini ada beberapa jawaban :
a. Polak 10) menolak penagihan tersebut diatas, sebab sekutu kerjalah yang bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap pihak ketiga;
b. Prof. Soekardono 11) berpendapat bahwa penagihan langsung kepada sekutu
komanditer itu sebaiknya diselesaikan sesuai dengan sistim yang dipakai di Swis,
dimana penagihan langsung itu hanya diperkenenkan sesudah pembubaran
persekutuan, jadi, dalam fase-fase pemberesan dan hanya terbatas pada sisa jumlah
pemasukannya yang belum disetor.
100.
APAKAH SEKUTU KOMANDITER YANG TERKENA SANKSI PASAL 21
KUHD, JUGA BERTANGGUNG JAWAB PADA UTANG-UTANG YANG BELUM
DILUNASI ?
Sukutu komanditer yang terkena sanksi sebagai ditetapkan dalam pasal 21 KUHD,
tanggung jawabnya menjadi lebih luas, yaitu secara pribadi untuk keseluruhan. Apakah
sekutu komanditer yang demikian ini bertanggung jawab terhadap utang-utang yang
belum dilunasi pada saat sekutu komanditer itu kena sanksi, ataukah dia bertanggung
jawab juga terhadap utang-utang yang akan timbul di kemudian hari? Persoalan ini
diutarakan oleh Molengraaff 12) dalam bukunya berdasar atas adanya kata alle (semua)
dalam pasal 21 KUHD. Mengenai hal ini ada beberapa pendapat :
a. Yurisprudensi di Nederland, memberikan kesan condong ke arah membebankan
tanggung jawab kepada sekutu komanditer yang bersangkutan terhadap semua utang,
atas dasar pertimbangan akan adanya pelanggaran pasal 20 ayat (1) dan ayat (2)
KUHD , dengan tidak menghiraukan apakah pihak ketiga mengerti atau tidak
terhadap pelanggaran itu;
b. Polak dan Prof. Soekardono 13) merasa pelaksanaan pasal 21 KUHD seperti tersebut
di atas adalah terlalu keras. Prof Soekardono berpendapat, adalah sudah adil bila
sekutu komanditer yang melanggar pasal 20 ayat (1) dan (2) KUHD itu dibebani
tanggung jawab buat utang-utang yang berjalan dan yang akan timbul selama
keadaan pelanggaran itu masih berlangsung. Bila keadaan pelanggaran itu sudah
berhenti,
6) H.G.H. 4 Nopember 1937, T. 659 dan seterusnya.
7) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cetakan 3, halaman 108

8) Eggens, T. 146 617 ;


9) Polak, Handboek, I, Drunk, 5, bl. 320;
10) Polak Handboek, I, Drunk, 5, bl. 316;
11) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cetakan 3, halaman 109,110;
12) Molengraaff. Leidraad I, drunk 9, bl. 208;
13) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cetakan 3, halaman 110;
14) Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, I, Bagian II, cetakan 3, halaman 112;

Tidak ada alasan lagi untuk mempertanggungjawabkan diri pada utang-utang baru yang
timbul sesudah saat berhentinya keadaan pelanggaran itu. Saya setuju dengan pendapat
Prof. Soekadono tersebut.

101.
HUBUNGAN
PERUSAHAAN

PERSEKUTUAN

KOMANDITER

DENGAN

DAFTAR

Hal ini diatur dalam PP No. 11 tahun 1956, tentang Dewan dan Majelis Perniagaan bsd.
Peraturan Bersama Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan tanggal 5 Juni 1958,
No. 4293/M.Perind. dan No. 3547 b/M. Perd., tentang Peraturan Pendaftaran Perusahaanperusahaan, yang mulai berlaku pada tanggal 5 Juni 1958, maka perseroan terbatas,
persekutuan firma dan persukutuan komanditer harus mendaftarkan perusahaannya
kepada majelis perniagaan dan perusahaan di daerah masing-masing dengan cara mengisi
formulir-formulir yang sudah tersedia.
Prof. Soekardono 14) menyarankan agar dalam KUHD Indonesia yang baru, mengenai
pendaftaran persekutuan komanditer, untuk kepentingan pengawasan pemerintah, kiranya
lebih baik kalau nama-nama, kebangsaan dan tempat kediaman, pula pemasukannya
masing-masing sekutu komanditer didaftarkan pada Majelis Perniagaan dan Perusahaan
di daerah masing-masing.
102.

TINDAKAN DI MUKA HAKIM PERSEKUTUAN KOMANDITER

Baik bagi persekutuan komanditer terang-terangan maupun diam-diam, sekutu kerjalah


yang dapat bertindak di muka hakim, sebab kedudukan sekutu kerja pada persekutuan
komanditer terang-terangan maupun diam-diam adalah sama saja, yakni berhak
sepenuhnya untuk bertindak ke dalam maupun ke luar, baik terhadap Hakim maupun
terhadap badan atau instansi lain. Adapun sekutu komanditer hanya ada bagi sekutusekutu lainnya, tetapi tidak ada bagi pihak ketiga (pasal 20 KUHD)
103.

SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB KE LUAR

Sebagai yang ditentukan dalam pasal 19 KUHD, maka sekutu yang bertanggung jawab
keluar adalah sekutu kerja atau sekutu komplementer. Sekutu komanditer baru
bertanggung jawab ke luar, bila dia melanggar pasal 20 KUHD.
Tanggung jawab sekutu komanditer hanya ke dalam, yakni terhadap sekutu kerja, kepada
siapa dia harus menyerahkan pemasukannya (pasal 19 ayat (1) KUHD). Wewenang

sekutu komanditer dibatasi dengan pasal 20 KUHD, yang membatasi kegiatannya hanya
terhadap teman sekutu kerja saja.
104.
APAKAH PERSEKUTUAN KOMANDITER BADAN HUKUM?
Dalam pelajaran nomor 75 telah kita bahas bersama mengenai persoalan apakah
persekutuan firma itu berbadan hukum. Eggens cs berpendapat bahwa persekutuan firma
adalah badan hukum, sedangkan Zeylemeker cs berpendapat bahwa persekutuan firma
bukan badan hukum. Saya berpendapat bahwa persekutuan firma belum menjadi badan
hukum, meski unsur-unsur untuk menjadi badan hukum itu sudah cukup, pula unsur
pemerintah belum masuk, yakni izin atau persetujuan dari pemerintah. Kalau unsur
terakhir ini sudah ada, maka persetujuan firma itu menjadi badan hukum. Saya tidak
keberatan bila persekutuan firma dijadikan badan hukum. Alasan-alasan sudah cukup
dibicarakan di muka.
Karena persekutuan komanditer itu pada hakekatnya adalah juga persekutuan firma
dalam bentuk khusus, maka persoalan apakah persekutuan komanditer itu badan hukum
adalah sama dengan persoalan apakah persekutuan firma badan hukum. Dengan begitu
jawaban atas persoalan ini adalah sama saja dengan persoalan persekutuan firma
tersebut. Pada umumnya di Indonesia orang berpendapat bahwa persekutuan komanditer
bukan badan hukum.

D. BERAKHIRNYA PERSEKUTUAN KOMANDITER


105.
BUBARNYA PERSEKUTUAN KOMANDITER
Dalam pelajaran nomor 77 kita sudah membicarakan tentang bubarnya persekutuan
firma. Karena persekutuan komanditer itu pada hakekatnya adalah persekutuan firma,
(pasal 19 KUHD), dan persekutuan firma adalah persekutuan perdata (pasal 16 KHUD),
yang didirikan untuk melakukan perusahaan dengan nama bersama (firma), maka aturan
tentang berakhirnya persekutuan juga dikuasai oleh pasal 1646 s/d 1652 KUHPER
ditambah dengan pasal 31 s/d 35 KUHD. Dengan sendirinya apa yang telah kita
bicarakan tentang berakhirnya persekutuan firma berlaku juga bagi persekutuan
komanditer, dengan catatan bahwa dalam persekutuan komanditer ada dua macam
sekutu, yaitu sekutu kerja dan sekutu komanditer. Mengenai pembagian keuntungan dan
pembebanan kerugian berlaku aturan yang sudah ditetapkan dalam perjanjian pendirian
persekutuan. Kalau aturan ini tidak ada, maka berlaku aturan dalam pasal 1633, 1634 dan
1635 KUHPER. Perlu diingat bahwa saya tidak setuju dengan apa yang ditentukandalam
pasal 1633 ayat (2), khusus mengenai bagian sekutu yang hanya memasukkan tenaga
(fisik atau pikiran) saja. Kalau dalam pemberesan, sesudah diambil upah pemberes dan
lain-lain, masih ada sisanya, maka bisa dimulai mengembalikan pemasukan dengan cara
yang sama dengan pembagian keuntungan dan kerugian.

Вам также может понравиться