Вы находитесь на странице: 1из 4

Ciliwung Milik Bersama

Hari Setia Budi


DIV Akuntansi Kurikulum Khusus, STAN, Jakarta
email: harisetiabc23@gmail.com
Abstrak- Barang publik memiliki karakteristik nonrival dan nonekslusif dalam pemakaiannya. Terdapat masalah
free rider dan eksternalitas terkait barang publik. Pemerintah diperlukan perannya dalam pengadaan barang publik
karena adanya masalah tersebut dan adanya kegagalan pasar dalam penyediaan barang publik. Salah satu barang
publik yang diperbincangkan masalahnya setiap tahun adalah masalah Sungai Ciliwung sebagai sumber banjir.
Mulanya , Sungai Ciliwung berperan sebagai pusat peradaban. Pada masa lalu, Sungai Ciliwung berperan sebagai
jalur transportasi dan irigasi. Pada masa kini, di daerah hilir peran itu berkurang dan cenderung menimbulkan
masalah setiap musim hujan yaitu menjadi sumber banjir. Pada prinsipnya, Sungai Ciliwung adalah sumber daya
yang berguna bagi peradaban manusia. Akan tetapi, karena perbuatan manusia yang serakah dan tidak peduli
sehingga sumber daya itu berubah menjadi sumber bencana. Pemerintah senantiasa berupaya untuk mengatasi
bencana banjir tahunan tetapi sampai dengan musim hujan terkhir upaya pemerintah belum dapat mengatasi banjir.
Upaya pemerintah menghadapi kendala dari masyarakat di sekitar bantaran Sungai Ciliwung. banyak hal yang
menghambat proyek pemerintah dalam proses pembebasan lahan. Selain itu, sulit untuk merelokasi warga sekitar
bantaran sungai karena masing-masing memiliki kepentingan atas lokasinya tersebut. Sudah saatnya masyarakat
sadar dan mendukung program pemerintah untuk kepentingan bersama ini.
Kata Kunci: Penanggulangan Banjir, Barang Publik, Free Rider, Eksternalitas.
1.

PENDAHULUAN
Banjir di wilayah Jakarta merupakan bencana yang
dapat diprediksi tetapi belum teratasi sampai dengan
masa pemerintah sekarang. Banjir di Jakarta pada
umumnya terjadi pada musim hujan. Debit air yang
mengalir di sungai sungai di Jakarta melebihi daya
tampung riilnya sehingga aliran air meluap ke wilayah
sekitar aliran sungai. Salah satu daerah langganan banjir
di Jakarta adalah daerah aliran Sungai Ciliwung. Banjir
di sekitar hilir Sungai Ciliwung bahkan dapat terjadi
ketika cuaca di wilayah hilir cerah tetapi di wilayah hulu
hujan pada beberapa jam sebelumnya. Masyarakat
menyebutnya dengan istilah banjir kiriman. Masyarakat
yang terkena dampak banjir menyalahkan bahwa banjir
terjadi karena perbuatan masyarakat hulu dan
pemerintah yang tidak mampu mengatasi musibah
tahunan tersebut. Sebaliknya, masyarakat hulu tidak
mau disalahkan atas bencana yang terjadi. Pada
kesempatan ini akan dikupas bagaimananakah
karakteristik sungai sebagai barang publik dan
bagaimana upaya pemerintah untuk menanggulangi
masalah banjir tahunan.
2.

LANDASAN TEORI
Barang Publik didefinisikan oleh Harvey S. Rosen
dan Ted Gayer dalam buku Public Finance adalah
sebagai komoditas yang nonrival dan nonexcludable
dalam mengkonsumsinya. Nonrival yang dimaksud
dapat dikatakan bahwa barang tersebut telah tersedia
dan tidak ada biaya tambahan saat orang lain turut
mengkonsumsinya. Nonexcludable ketersediaannya
adalah untuk semua orang sehingga dapat dikatakan

bahwa tidak mungkin mencegah seseorang untuk tidak


mengonsumsi barang tersebut. David N Hyman dalam
buku Public Finance A Contemporary Application of
Theory to Policy menjelaskan karakteristik nonrival
consumption bahwa sejumlah barang yang tersedia dapat
dinikmati oleh lebih dari satu konsumen tanpa
mengurangi kenikmatan dari konsumen lainnya.
Sedangkan non exclusion consumption dijelaskan bahwa
barang
publik
tidak
dikecualikan
dalam
pengonsumsiannya.
Secara garis besar tetapi tidak absolut, barang
publik bersifat:
1. nonrival consumption,
2. nonexcludable consumption,
3. konstribusi setiap individu terhadap barang publik
berbeda meskipun mendapat kenikmatan yang
sama,
4. tidak disediakan secara ekslusif oleh pihak swasta.
Berdasarkan karakteristiknya barang publik dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. Barang publik murni yaitu barang nonrivalry (tidak
ada persaingan) dan nonexclusive yaitu tidak ada
pengorbanan untuk mendapatkannya. Misalnya
pertahanan dan sistem peradilan.
2. Barang semi publik yaitu barang nonrivalry tetapi
akan timbul kebosanan ketika konsumen
mengkonsumsi secara berlebihan. Misalnya klub
olah raga.
3. Barang publik semi privat yaitu barang rivalry
tetapi nonexlusive. Misalnya rumah sakit.

4.

Barang
privat
yaitu
barang
rivalry dan
exlusive yaitu ada pengorbanan. Misalnya pakaian,
makanan di restoran, kendaraan pribadi.
5. Barang merit yaitu barang atau jasa yang menjadi
kebutuhan masyarakat tanpa berkaitan dengan
kemampuan atau kemauan untuk membayar.
Misalnya pendidikan dan kesehatan.
Menurut Stiglitz, Pure public goods have two
critical properties. The first is that it is not feasible to
ration their use. The second is that it is not desirable to
ration their use. (Stiglitz, 188:199).
Suatu barang dikatakan sebagai barang publik atau
barang privat karena beberapa alasan antara lain karena
kegagalan mekanisme pasar, ditinjau dari proses
penyediaan barang publik, ditinjau dari permintaan
barang publik, ditinjau dari tingkat output yang efisien.
Kegagalan mekanisme pasar terjadi karena pada
prinsipnya produsen tidak akan memproduksi barang
yang tidak akan dibeli oleh konsumen sementara
konsumen lain dapat turut menikmati barang publik
tanpa harus mengeluarkan biaya jika konsumen lain
telah mengeluarkan biaya.
Tim BPPK menyatakan bahwa terdapat masalah
terkait barang publik yaitu free rider dan eksternalitas. .
Eksternalitas timbul jika tindakan dari seseorang dapat
menimbulkan biaya atau memberikan manfaat bagi
orang lain. Eksternalitas positif terjadi ketika tindakan
seseorang memberikan manfaat bagi orang lain.
Eksternalitas negatif terjadi ketika tindakan seseorang
menimbulkan beban atau biaya bagi orang lain. Free
rider menurut David N. Hyman (2011) adalah a
person who seeks to enjoy the benefits of a public good
without contributing anything to the cost of financing
the amount made available.. Dengan kata lain, free
rider adalah orang yang berusaha turut menikmati
barang publik tanpa memberikan konstribusi dalam
pengadaan barang tersebut.
3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sungai Ciliwung merupakan nama salah satu


sungai yang membelah kota Jakarta. Ciliwung berhulu
di mata air Gunung Gede dan Gunung Pangrango di
Provinsi
Jawa Barat. Sungai Ciliwung mengalir
melewati Jawa Barat membelah Jakarta dan bermuara di
Teluk Jakarta menuju Laut Jawa. Pada perkembangan
sejarah hidup manusia, sungai merupakan pusat
peradaban seperti halnya Sungai Nil, Sungai Eufrat,
Sungai Tigris, Sungai Huang Ho dan lain sebagainya.
Secara alamiah manusia hidup dan mendekat pada
daerah aliran sungai karena banyak aktivitas hidup yang
dapat dilakukan dilakukan di daerah sungai.
Sebagai pusat peradaban, pada mulanya Sungai
Ciliwung berperan sebagai jalur transportasi yang

menghubungakan masyarakat di sepanjang aliran


sungai. Berbagai macam prasasti peninggalan kerajaan
Tarumanegara yang ditemukan di daerah aliran Sungai
Ciliwung menguatkan bahwa Sungai Ciliwung telah
menjadi pusat peradaban dan jalur transportasi pada
masa lampau. Peran tersebut tidak lagi berjalan pada
masa sekarang.
Sungai Ciliwung sebagai media
pelayaran dapat dilihat dari keberadaan Sunda Kelapa
yang tidak berada persis di tepian pantai tetapi agak
masuk di muara Sungai Ciliwung. Pelabuhan Sunda
Kelapa berkembang menjadi pusat kegiatan ekonomi
sekaligus pusat pemerintahan yang dibangun dan
dikembangkan
Belanda
melalui
Vereenigde
Oostindische Compagnie (VOC).
Aliran air Sungai Ciliwung sejak masa lampau
digunakan oleh masyarakat di sekitarnya untuk mengairi
lahan pertaniaan. Bendungan Katulampa yang berada di
aliran Sungai Ciliwung memiliki fungsi irigasi yang
dialirkan ke Oosterslokan atau selokan timur untuk
mengairi lahan di daerah Cibinong, Tapos, Cilangkap,
Cimanggis, Cilosong, Tanjung Timur, Kampung
Makasar, Cililitan, Cawang, Kemayoran, Gedong
Rubuh, dan Kelapa Gading. Pada masa penjajahan
Belanda, VOC membangun kanal yang diambil dari
Sungai Cisadane untuk dialirkan ke Sungai Ciliwung.
Kanal ini kemudian dikenal dengan westerslokan atau
selokan barat yang berfungsi untuk mengariri lahan di
Cilebut, Citayam, Depok, Pondok Cina, Tanjung Barat,
dan Pondok Labu.
Manfaat Sungai Ciliwung di hilir sungai pada masa
sekarang telah berkurang, fungsi-fungsi transportasi dan
irigasi sudah sangat sulit dijalankan karena endapan
sungai dan air yang tercemar. Bagi masyarakat yang
tinggal di wilayah sungai atau bantaran sungai
menjadikan Sungai Ciliwung sebagai saluran
pembuangan air limbah. Hal itu merupakan manfaat
yang memang seharusnya dan wajar. Pada kenyataannya
sekarang ini, pemanfaatan Sungai Ciliwung untuk halhal yang tidak bertanggung jawab antara lain membuang
sampah padat di sungai bahkan memanfaatkan lahan
kosong di sekitar sungai sebagai tempat pemukiman.
Pada dasarnya, sungai merupakan sumber daya
alam yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Pada
suatu ketika, sungai dapat menjadi bencana ketika
terjadi banjir. Bencana banjir terjadi karena adanya
ketidakseimbangan alam yang umumnya terjadi karena
perbuatan manusia sendiri. Banjir yang terjadi di Jakarta
merupakan bencana tahunan yang mengganggu kegiatan
ekonomi dan sosial karena banjir memutus jalur
transportasi darat yang menjadi tumpuan jalur
transportasi di Jakarta. Sungai sebagai suatu sumber
daya yang mengalir memiliki manfaat dan potensi
maanfaat bagi kehidupan manusia tetapi pada saat yang
bersamaan sungai memiliki potensi dampak negatif bagi

manusia. Ketika potensi negatif tidak dijaga oleh


manusia maka saat itulah dapat muncul suatu bencana.
Banjir di wilayah Ciliwung terjadi karena faktorfaktor dapat diamati oleh masyarakat secara umum.
Terlepas dari faktor cuaca, faktor-faktor tersebut terjadi
karena perbuatan manusia antara lain pendangkalan
sungai karena munculnya endapan tanah dan sampah
padat, penyempitan daerah aliran sungai yang digunakan
untuk pemukiman penduduk, berkurangnya wilayah
hutan di hulu karena sebagai dampak dibangunnya villa,
hunian atau tempat wisata.
Berdasarkan karakter nonrivalry dan nonexcludable
sungai merupakan barang publik. Pemanfaat oleh
seseorang tidak mengurangi kenikmatan yang dirasakan
oleh orang lain dan semua orang dapat memanfaatkan
Sungai Ciliwung sebagaimana mestinya. Aliran air yang
lancar juga dapat dikategorikan sebagai barang publik.
Semua orang akan menikmati ketika aliran air lancar.
Lancarnya aliran air dapat meminimalisasi bencana
banjir.
Program normalisasi aliran sungai merupakan salah
satu upaya yang sedang dilakukan oleh pemerintah
dalam menjalankan perannya sebagai penyedia barang
publik. Pada kenyataannya, upaya normalisasi aliran
sungai menemui hambatan yaitu pembebasan lahan.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane
(BBWSCC), T Iskandar mengatakan kendala yang
dihadapi dalam menormalisasi Kali Ciliwung yakni
pembebasan lahan karena berhubungan langsung dengan
masyarakat sehingga membutuhkan waktu yang cukup
lama.[1]
Upaya-upaya untuk mengatasi masalah banjir telah
dilakukan oleh pemerintah setiap tahunnya. Akan tetapi,
sampai musim penghujan terakhir upaya tersebut belum
berdampak nyata dan banjir masih terjadi. Dengan
demikian sebaiknya pengelolaan sungai menjadi urusan
bersama di antara pemerintah pusat maupun daerah
serta masyarakat lokal setempat baik melalui organisasi
masyarakat atau individu dalam masyarakat.
Pada saat proses pembebasan lahan, konsep free
rider muncul pada masyarakat. Seseorang ingin
menikmati lancarnya aliran sungai tetapi enggan untuk
berkontribusi. Misalnya, rencana Pemkot Jakarta Pusat
untuk membangun jalan inspeksi di bantaran Kali
Ciliwung, Kali Pasir, Menteng, Jakarta Pusat mendapat
penolakan warga yang mendesak agar pemerintah
memberikan ganti rugi uang dan bukan sekedar relokasi
ke rusun. [2]
1

Masyarakat tidak memudahkan proses pembebasan


lahan yang dikuasainya. Dengan demikian, sebagai
penyedia barang publik, pemerintah menggelontorkan
dana Rp208,2 miliar untuk pembebasan lahan.[3] Untuk
mengatasi masalah ganti rugi, Bambang Pangestu selaku
Lurah Kampung Melayu telah menjelaskan bahwa
warga yang tak memiliki sertifikat lahan tidak akan
menerima ganti rugi, tetapi mendapatkan hunian rusun.
Adapun warga yang memiliki sertifikat diberi ganti
sesuai harga pasar. [4]
Pemanfaatan Sungai Ciliwung dapat berdampak
positif atau negatif. Pemanfaatan Sungai Ciliwung
sebagai tempat pembuangan sampah padat dapat
menyumbat aliran air. Pemanfaatan bantaran sungai
sebagai tempat pemukiman mengurangi kapasitas sungai
sehingga menghambat aliran air. Pada akhirnya kedua
hal tersebut mengakibatkan banjir.

4.

KESIMPULAN
Penyediaan sarana dan prasarana pencegahan
bencana banjir Sungai Ciliwung merupakan barang
publik. Pemerintah berperan untuk menyediakan hal
tersebut karena pasar gagal untuk menyediakan. Ketika
bencana banjir telah teratasi, semua masyarakat dapat
menikmatinya tanpa mengurangi kenikmatan pihak
lainnya. Pemerintah sejak dahulu telah berupaya untuk
menyediakan sarana dan prasarana untuk mengatasi
banjir tetapi bencana banjir masih terjadi. Sekeras
apapun usaha pemerintah dan sebesar apapun anggaran
pemerintah tidak dapat berjalan efektif jika masyarakat
tidak berperan serta. Sudah saatnya masyarakat untuk
berkonstribusi dan mendukung program pemerintah dan
tidak lagi menjadi free rider. Masyarakat akan sangat
menikmati hilangnya bencana banjir.

Dikutip dari situs


http://www.jakarta.go.id/v2/news/2013/12/normalisasi-kaliciliwung-segera-dimulai#.VDT8xWdm9dg

Sumber: http://metro.sindonews.com/read/876547/31/wargabantaran-kali-ciliwung-menolak-direlokasi

Sumber: http://metro.sindonews.com/read/898242/31/ini-kendalanormalisasi-ciliwung
Sumber: http://siarbatavianews.com/news/view/1559/wargakampung-pulo-tolak-relokasi-tawaran-gubernur-dki

DAFTAR PUSTAKA
Rosen, Harvey S, Ted Gayer. Public Finance. Ninth
Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.
2010.
Hyman, David N. Public Finance A Contemporary
Application of Theory to Policy. 10th Edition.
USA: South-Western Cengage Learning. 2011.
BPPK, Tim Penyususn. Pengantar Keuangan Publik.
Jakarta: LPKPAP Press.2005.

Raharja, Samun Jaja. Paradigma Governance dalam


Penerapan Manajemen Kebijakan Sektor Publik
pada Pengelolaan Sunga. Jurnal Ilmu
Administrasi dan Organisasi, Bisnis & Birokrasi
(Mei-Agustus 2009), hal. 82-86.
http://www.jakarta.go.id/v2/news/2013/12/normalisas
i-kali-ciliwung-segera-dimulai#.VDT8xWdm9dg
http://metro.sindonews.com/read/898242/31/inikendala-normalisasi-ciliwung

Вам также может понравиться