Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah 67 tahun Indonesia merdeka, sudah banyak pula sejarah
yang tercatat di bangsa ini mulai dari yang menyedihkan hingga yang
menyenangkan untuk memperjuangkan kemerdekaan yang utuh. UndangUndang Dasar kita pun sudah sering diubah/diamandemen guna mencapai
kesesuaian dan tatanan kehidupan berbangsa dn bernegara yang baik.
Sebagai mahasiswa / generasi muda kita harus tahu baik secara
umum maupun secara terperinci tatanan negara kita. Kita juga harus
tanggap dan kritis dalam mengkaji masalah yang dihadapi bangsa. Karena
ini sangat penting sebagai pelajaran untuk kebijakan-kebijakan masa
depan. Sehingga tidak terulang kebijakan-kebijakan yang salah yang telah
dilaksanakan bangsa kita.
Demokrasi merupakan bentuk kekuasaan dari, oleh dan untuk
rakyat. Harapan terbesar adalah Undang-Undang 1945 menjadi payung
hukum bagi Undang-Undang. Akan tetapi Undang-Undang bukan
merupakan syarat mutlak untuk adanya suatu negara dan juga bukan
merupakan syarat mutlak untuk adanya penyelengggaraan negara yang
baik.
Tetapi dizaman modern sekarang ini, Undang-Undang Dasar
adalah perlu adnya. Dengan adanya Undang-Undang Dasar dapat
diketahui dengan jelas dan dapat dijamin adanya suatu sistem yang
tertentu dari ketatanegaraan yang dimengerti oleh rakyanya serta
penyelenggaranya, sehingga kekuasaan dari pada penguasa dapat dibatasi.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana dinamika pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 pada
masa awal kemerdekaan?

2. Bagaimana dinamika pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 pada


masa orde lama?
3. Bagaimana dinamika pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 pada
masa orde baru?
4. Bagaimana dinamika pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 pada
masa reformasi?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945
pada masa awal kemerdekaan.
2. Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945
pada masa orde lama.
3. Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945
pada masa orde baru.
4. Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945
pada masa reformasi.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari makalah in antara lain :
1. Mahasiswa
Agar mahasiswa lebih mengetahui mengenai dinamika pelaksanaan
UUD 1945.
2. Institusi
Dapat dijadikan sebagai literatur atau bahan bacaan mengenai dinamika
pelaksanaa UUD 1945.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Awal Kemerdekaan (1945-1949)
Pada masa awal kemerdekaan UUD 1945 belum dapat dijalankan
sebagaimana yang diatur mengingat kondisi lembaga negara yang masih
belum tertata dengan baik. Faktor lainnya adalah UUD 1945 masih sangat
sederhana karena dibuat dalam waktu yang sangat singkat kurang lebih 49
hari oleh BPUPKI pada 29 Mei-16 Juli 1945 dan PPKI tanggal 18 Agustus
1945 (Manan,2000:3). Hal ini di perkuat dengan pernyataan ketua panitia
perancang UUD 1945, Soekarno yang mengutarakan:
UUD 1945 yang dibuat sekarang ini adalah UUD sementara.
Kalau boleh saya memakai perkataan: ini adalah UUD kilat. Nanti kalau
kita telah bernegara didalam suasana lebih tentram, kita tentu
mengumpulkan kembali MPR yng dapat membuat UUD yang lebih
lengkap dan lebih sempurna (Manan,2000:3).
Setelah disahkan PPKI, lembaga negara yang dapat dibentuk
hanyalah presiden dan wapres. Secara yuridis hal itu dapat dilihat pada
pasal III aturan peralihan UUD 1945 yang menentukan , bahwa untuk
pertama kalinya presiden dan wapres dipilih oleh PPKI. Sementara itu,
lembaga tinggi negara yang lain belum dapat diwujudkan. Bahkan
sebelum MPR, DPR, DPA di bentuk berdasarkan UUD ini, segala
kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional. Hal
itu diatur dalam ketentuan pasal IV aturan peralihan UUD 1945.
Perubahan sistem pemerintahan (Presiden ke Parlemen) dan
ketatanegaraan (Fungsi dan Kedudukan Lembaga Negara) dalam negara
Indonesia pada masa ini sedikit banyak mewarnai pelaksanaan dari UUD
1945 tetapi tidak mengalami perubahan secara tekstual, diantaranya:
Dalam sidang KNIP tanggal 16 Oktober 1945 di Malang, Drs. Moh
Hatta mengeluarkan maklumat no. X yang berisikan wewenang kepada

KNIP untuk turut membuat Undang-Undang dan menetapkan GBHN.


Dengan kata lain seperti memegang sebagian kekuasaan MPR, disamping
kekuasaan DPA dan DPR (Shoepiyadi,2004:51)
Keluarnya maklumat pemerintah tanggal 3 november 1945 tentang
keinginan untuk membentuk partai-partai politik dan tanggal 14 November
1945 tentang pembentikan cabinet parlementer pertama dibawah
pampinan

Perdana

Menteri

Sutan

Syahrir

dan

menteri-menteri

bertanggung jawab pada KNIP sebagai pengganti DPR/MPR.


Dalam perkembangan ketatanegaraan selanjutnya sejak tanggal 27
Desember 1949, berdasarkan hasil konferensi meja bundar di Den Haag
Belanda, Indonesia berubah menjadi Negara bagian Indonesia Serikat
yaitu negara konfederasi Belanda dibawah pimpinan Ratu Belanda.
Kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia dengan
konstitusi RIS. Kemudian memecah-mecah di wilayah Indonesia yang
berpusat di Yogyakarta.
Sejak terbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat dibawah
konstitusi RIS 1949 pada tanggal 27 Desember 1949, maka semakin
kuatlah perjuangan bangsa Indonesia menentang susunan negara yang
dianggap sebagai bentukan Belanda dan semakin kuat pula tuntutan untuk
kembali kepada bentuk yang unitaristis, maka pada tanggal 17 Agustus
1950 negara KRIS sepenuhnya kembali menjadi negara RI dengan UUDS
sebagai konstitusinya.
Dalam rangka memenuhi tugas yang diamanatkan oleh UUDS
1950, maka diselenggarakanlah pemilu untuk memilih anggota Majelis
Pembentuk UUD Negara Republik Indonesia yang kemudian disebut
Konstituante yang dilantik pada 10 November 1956 (Purastuti,2002:41).
Konstituante bersidang di Bandung pada Februari 1959 telah
menghasilkan butir-butir materi yang disusun menjadi materi UUD Negara
namun pada akhirnya gagal mencapai kata mufakat.

Berdasarkan kegagalan Konstituante itulah melatarbelakangi aksi


Presiden Soekarno dengan mengelurkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
didalamnya berisikan :
1. Pembubaran Kontituante
2. Menetapkan UUD 1945 berlaku kembali mulai saat tanggal dekrit
dan menyatakan UUDS 1950 tidak diberlakukan
3. Pembentukan MPRS
B. Masa Orda Lama (5 Juli 1959 11 Maret 1966)
Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 dimulai sejak adanya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Masa ini yang di sebut masa Orde Lama.
Sekalipun UUD 1945 secara yuridis formal sebagai hukum dasar
tertulis yang berlaku di Indonesia pada saat itu, namun realisasi
ketatanegaraan Indonesia tidak melaksanakan makna dari UUD 1945 itu
sendiri. Sejak itu mulai berkuasa kekuasaan Orde Lama yang secara
ideologis banyak dipengaruhi oleh paham komunisme. Hal ini nampak
adanya berbagai macam penyimpangan ideologis yang dituangkan dalam
berbagai bidang kebijaksanaan dalam negara.
Berbagai penyimpangan-penyimpangan UUD 1945 itu yang paling
menonjol antara lain :
1. Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta
Wakil Ketua DPA menjadi menteri negara.
2. MPRS menetapkan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup.
3. Presiden mengeluarkan produk hukum yang setingkat Undang-Undang
tanpa persetujuan DPR.
4. Ikut campur Presiden dalam sistem pemerintahan yang cenderung
otoriter. Demokrasi di Indonesia diarahkan menjadi demokrasi
terpimpin, yang dipimpin oleh presiden, sehingga praktis bersifat
otoriter.pada sebenarnya di negara Indonesia yang berdasarkan
Pancasila berazas-kan kerakyatan, sehingga seharusnya rakyatlah
sebagai pemegang serta asal mula kekuasaan negara, demikian juga
sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945.

5. Besarnya pengaruh PKI yang mengakibatkan Ideologi Nasakom yang


mencoba menggantikan Ideologi Pancasila.
Karena pelaksanaan yang inkonstitusional itulah maka berakibat
pada ketidak stabilan dalam bidang politik, ekonomi terutama dalam
bidangkeamanan. Puncak dari kekuasaan Orde Lama tersebut ditandai
denganpemberontakan

G30S.PKI.

Pemberontakan

tersebut

dapat

digagalkan oleh rakyat Indonesia terutama oleh generasi muda. Dengan


dipelopori oleh pemuda, pelajar, dan mahasiswa, rakyat Indonesia
menyampaikan Tritula (Tri Tuntutan Rakyat) yang meliputi,
a.

Bubarkan PKI.

b.

Bersihkan kabinet dari unsur-unsur KPI.

c.

Turunkan harga/perbaikan ekonomi.


Gelombang gerakan rakyat semakin besar, sehingga presiden tidak

mampu lagi mengembalikannya, maka keluarlah Surat Perintah Sebelas


Maret (SUPERSEMAR) 1966 yang memberikan kepada Letnan Jenderal
Soeharto untuk mengambil langkah-langkah dalam mengembalikan
keamanan negara. Sejak peristiwa inilah sejarah ketatanegaraan Indonesia
dikuasai oleh kekuasaan Orde Baru (Dardji Darmodihardjo 1979).
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka
waktu tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal
dan sistem ekonomi komando. Di saat menggunakan sistem ekonomi
liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan parlementer.
Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem
ekonomi komando.
C. Masa Orde Baru (11 Maret 1966 22 Mei 1998)
Pada hakekatnya UUD 1945 pada masa ini digunakan untuk
membantu mensukseskan pembangunan nasional yang menjadi tekad dari
pemerintahan Orde Baru, sehingga orde baru juga sering di istilahkan
sebagai orde pembangunan.

Langkah awal yang ditempuh oleh Pemerintah Orde Baru adalah


memperbaiki penyimpangan-penyimpangan terhadap pelaksanaan UUD
1945 dan Pancasila pada periode 1959-1965 yaitu dengan mengeluarkan
TAP MPRS No.XX/MPRS/1966. Selain itu MPRS juga mengeluarkan
ketetapan lain diantaranya:
1. TAP No.XII/MPRS/1966 tentang instruksi kepada Soeharto agar
segera membentuk kabinet Ampera.
2. TAP No.XVII/MPRS/1966 tentang penarikan kembali pengangkatan
pemimpin besar revolusi menjadi Presiden seumur hidup.
3. TAP

No.XXI/MPRS/1966

tentang

penyederhanaan

kepartaian,

keormasan, dan kekaryaan.


4. TAP No.XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI.
5. TAP No.XV/MPRS/1966 tentang pemilihan atau penunjukan Wakil
Presiden dan mengangkat Soeharto sebagai Presiden.
Pemerintahan di bawah kepemimpinan Soeharto berkomitmen
untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Untuk memilih anggota-anggota Badan Permusyawaratan dan
Perwakilan Rakyat dilaksanakan Pemilu tahun 1971 dengan didasari
Undang-undang No. 15 tahun 1969.
Pemilu ini berhasil mengubah fungsi dan kedudukan lembaga
negara menjadi tetap tidak lagi bersifat sementara. Dalam mengantisipasi
konflik ideologis Pemerintah Soeharto membangun suatu konsep baru
demokrasi yang diberi nama Demokrasi Pancasila.

Dalam masa orde baru ini (1967-1997) pelaksanaan UUD 1945


belum juga murni dan konsekuen, praktis kekuasaan presiden tidak secara
langsung kekuasaan lembaga tertinggi dan tinggi negara dibawah
kekuasaan

presidan

tetapi

seluruhnya

hampir

dituangkan

dalam

mekanisme peraturan antara lain :


1. UU No.16/1969 dan UU No.5/1975 tentang Kedudukan DPR, MPR,
DPRD.
2. UU No.3/1975 dan UU No.3/1985 tentang Parpol dan Golkar.
3.

UU No.15/969 dan UU No.4/1975 tentang Pemilu.


Pada

memperbaiki

masa
nasib

awal

kekuasaan

bangsa

dalam

Orde

Baru

berbagai

berupaya

bidang

antara

untuk
lain

dalam bidang politik, ekonomi, soaial,budaya maupun keamanan. Di


bidang politik dilaksanakanlah pemilu yang dituangkan dalam UndangUndang No.15 tahun 1969 tentang pemilu umum, Undang-Undang No.16
tentang susunan dan kedudukan majelis permusyawaratan rakyat, dewan
perwakilan

rakyat

dan

dewan

perwakilan

rakyat

daerah.

Atas

dasar ketentuan undang-undang tersebut kemudian pemerintah Orde Baru


berhasil mengadakan pemilu pertama.
Pada awalnya bangsa Indonesia memang merasakan perubahan
peningkatan nasib bangsa dalam berbagai bidang melalui suatu program
negara yang dituangkan dalam GBHN yang disebut pelita (pembangunan
lima tahun). Hal ini wajar dirasakan oleh bangsa Indonesia karena sejak
tahun 1945 setelah kemerdekaan nasib bangsa Indonesia senantiasa dalam
kesulitan dan kemiskinan.Namun demikian lambat laun program-program
negara

buakannya

diperuntukan

kepada

rakyat

melainkan

demi

kekuasaan. Mulailah ambisi kekuasaan orde baru menjalar keseluruh


sandi-sandi kehidupan ketatanegaraan Indonesia. Kekuasaan orde baru
menjadi otoriter namun seakan-akan dilaksanakan secara demokratis.
Penafsiran dan penuangan pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945
tidak dilaksanakan sesuai dengan amanat sebagaimana tertuang dan
terkandung

dalam

Undang-Undang

Dasar

tersebut melainkan

dimanipulasikan demi kekuasaan. Bahkan pancasila pun diperalat demi

legitimasi kekuasaan dan tindakan presiden.Hal ini terbukti dengan adanya


ketetapan MPR No.II/MPR/1978. Tentang P-4 yang dalam kenyataannya
sebagai media untuk propaganda kekuasaan orde baru.Realisasi UUD
1945 lebih banyak memberikan porsi atas kekuasaan presiden. Walupun
sebenarnya UUD 1945 tidak mengamanatkan demikian.
Masa ini akhirnya harus tenggelam pula dengan adanya krisis
moneter yang mengakibatkan hilangnya simpati rakyat terhadap
pemerintahan.
D. Masa Reformasi (22 Mei 1998 Sekarang)
Latar belakang krisis Asia dan tingginya KKN di tubuh
pemerintahan negara adalah pemicu dari kejatuhan Pemerintahan Orde
Baru ini. Selain itu membengkaknya angka hutang luar negeri juga
menjadi salah satu pemicu dari jatuhnya Orde Baru.
Keadaan

tersebut

menimbulkan

gerakan

masyarakat

yang

dipelopori generasi muda terutama mahasiswa sebagai sesuatu gerakan


moral yang memiliki kekuatan yang luar biasa yang menuntut adanya
reformasi disegala bidang terutama bidang politik, bidang ekonomi dan
hukum.
Pada masa ini sering terjadi pergantian kepemimpinan dalam
pemerintah. Tercatat pada masa ini terdapat empat kali pergantian
Presiden yaitu BJ Habibie, Abdurahman Wahid, dan Megawati
Soekarnoputri. Yang paling terasa pada pelaksanaan UUD 1945 pada masa
ini terutama pada masa Presiden Megawati adalah terjadi perubahanperubahan pada batang tubuh UUD 1945 atau yang akrab kita dengar
denagn istilah amandemen.
Tujuannya adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai denagn
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Tercatat telah terjadi empat
kali Amandemen UUD 1945 selama kurun waktu 1999-2002 diantaranya:

1. Sidang Umum MPR, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan


Pertama
2. Sidang Tahunan MPR, tanggal 7-21 Agustus 2000 Perubahan Kedua
3. Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-9 November 2001Perubahan Ketiga
4. Sidang Tahunan MPR, tanggal 1-11 Agustus 2002Perubahan
Keempat
Menurut Soetanto ( 2004: 93-94 ) ada beberapa alasan dari segi
materi muatan, mengapa UUD 1945 setelah berbagai perubahan perlu
disempurnakan dalam rangka reformasi hukum, diantaranya:
1. Alasan Histories, bahwa sejarah mencatat pembentukan UUD 1945
memang didesain para pendiri negara (BPUPKI & PPKI) sebagai
UUD yang sifatnya sementara dan butuh penyempurnaan lebih lanjut.
2. Alasan Filosofis, bahwa dalam UUD 1945 terdapat percampuradukan
beberapa gagasan yang saling bertentangan.
3. Alasan Teoritis, bahwa dari sudut pandang teori konstitusi, keberadaan
konstitusi bagi suatu negara hakikatnya adalah untuk membatasi
kekuasaan negara agar tidak sewenang-wenang tetapi justru UUD
1945 kurang menonjolkan hal tersebut.
4. Alasan Yuridis, sebagaimana lazimnya konstitusi tertulis yang selalu
memuat adanya klausula perubahan didalam naskahnya, begitupun
UUD 1945 yang didasari akan ketidaksempurnaan didalamnya
dikarenakan UUD 1945 itu sendiri merupakan hasil pekerjaan
manusia.
5. Alasan Politis Praktis, bahwa secara sadar atau tidak, langsung atau
tidak langsung, dalam praktik politik sebenarnya UUD 1945 sudah
sering mengalami perubahan yang menyimpang dari teks aslinya.

10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam proses kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sangat dibutuhkan sistem yang mengatur ketatanegaraan yang dimengerti
oleh rakyatnya serta penyelenggaraannya.
Pembuatan UUD 1945 sebagai sistem ketatanegaraan memerlukan
proses yang sangat panjang. Dimulai dari awal kemerdekaan sampai pada
saat sekarang ini yaitu reformasi telah banyak dilakukan perubahan
maupun amandemen demi kesempurnaan suatu UUD. Setiap pasal dalam
tubuh UUD 1945 sangat mempunyai makna yang terkandung di dalamnya
juga

telah

banyak

kejadian

yang

menjadi

bersejarah

demi

mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai pondasi bangsa


Indonesia.
Penyimpangan yang terjadi pada masa pemerintahan orde lama
menyebabkan banyak rakyat yg kehilangan haknya dan penyelewengan
terhadap pancasila pun terjadi, Sedangkan penyimpangan yg terjadi pada
pemerintahan orde baru menyebabkan rakyat kehilangan kebebasannya
dalam berpendapat, dan praktek KKN pun terjadi yg berakibat membuat
banyak rakyat kecil semakin menderita akibat banyak pejabat yg
melakukan KKN.

B. Saran
Semoga dengan pembuatan makalah ini dapat dipergunakan di
kehidupan sehari-hari sebagai acuan dalam pembelajaran dinamika
pelaksanaan UUD 1945.

11

Вам также может понравиться