Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pemberi kerja selain penyelenggara negara mulai 1 Juli 2015 wajib mendaftarkan pekerjanya
kepada BPJS Ketenagakerjaan untuk mengikuti program jaminan kecelakaan kerja, program
jaminan hari tua, program jaminan pensiun, dan program jaminan kematian secara bertahap.
Untuk usaha besar dan usaha menengah yang meliputi usaha milik negara, swasta, usaha
patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia wajib mengikuti
program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, program jaminan pensiun, dan
program jaminan kematian.
Untuk usaha kecil wajib mengikuti program kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, dan
program jaminan kematian. Sedangkan usaha mikro wajib mengikuti program jaminan
kecelakaan kerja dan program jaminan kematian.
Bagi perusahaan yang telah mengikutsertakan pekerjanya dalam program jaminan sosial
tenaga kerja berdasarkan UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dilarang
mengurangi program jaminan sosial tenaga kerja yang telah diikuti.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 16/PMK.03/2010 tentang tata cara
pemotongan pajak penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua dan Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus, maka penerapan
pajak penghasilan pada BPJS Ketenagakerjaan adalah:
1. Bagi pengusaha
Iuran Jamsostek yang bersifat asuransi maupun tabungan yang dibayarkan dan menjadi
tanggung jawab pemberi kerja merupakan biaya bagi perusahaan, sehingga dapat mengurangi
penghasilan kena pajak perusahaan.
2. Bagi tenaga kerja
Bagian iuran Jamsostek yang bersifat asuransi (JKK, JK, JP) yang dibayarkan oleh pemberi
kerja merupakan penghasilan bagi tenaga kerja dan dipotong PPh Pasal 21. Bagian iuran
Jamsostek yang bersifat tabungan (JHT) yang dibayarkan oleh tenaga kerja dapat mengurangi
penghasilan kena pajak dan tidak dipotong PPh Pasal 21.
Pembayaran jaminan yang bersifat asuransi kepada tenaga kerja oleh badan penyelenggara
jaminan sosial tenaga kerja bukan merupakan obyek PPh Pasal 21. Pembayaran jaminan yang
bersifat tabungan (JHT) kepada tenaga kerja oleh badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja
merupakan obyek PPh Pasal 21 yang bersifat final dengan ketentuan sesuai Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2009 Tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas
Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan
Hari Tua yang dibayarkan Sekaligus adalah sebagai berikut:
a. sebesar 0% (nol persen) atas penghasilan bruto sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah)
b. sebesar 5% (lima persen) atas penghasilan bruto diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah);
ASPEK PERPAJAKAN
Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan BPJS
BPJS berkewajiban untuk melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial; dan melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk
kondisi keuangan, secara berkala. Selain itu BPJS wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan tugasnya dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan.
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan wajib menyusun laporan keuangan sebagai berikut:
a. laporan keuangan tahunan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan untuk periode 1
Januari sampai dengan 31 Desember;
b. laporan keuangan tahunan Dana Jaminan Sosial Kesehatan dan Dana Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan untuk masing-masing program ketenagakerjaan untuk periode 1 Januari
sampai dengan 31 Desember;
c. Laporan keuangan semesteran dan Laporan keuangan bulanan untuk BPJS dan masingmasing dana tersebut di atas.
Kewajiban Perpajakan
Dalam perpajakan, pengertian badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan
bentuk usaha tetap.BPJS merupakan badan sehingga wajib membuat Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP). Namun hanya NPWP BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, tidak termasuk
program-program yang diselenggarakan. Meskipun program-program tersebut termasuk dalam
kategori pengertian badan.
BPJS Kesehatan jelas wajib memiliki NPWP sebab hanya menyelenggarakan satu program jaminan
kesehatan nasional. Berbeda dengan BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan memiliki empat
program kerja yang menerbitkan laporan keuangan masing-masing tiap tahun. Namun, BPJS
Ketenagakerjaan merupakan badan yang berstatus pusat sehingga hanya pusatnya yang
berkewajiban memiliki NPWP.
Sebagai badan, kewajiban pajak BPJS diatur sebagai berikut :
Disetor dan dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana Badan yang berstatus Pusat tersebut
terdaftar atas kewajiban PPh Badan atas kegiatan Badan Pusat dan seluruh cabang, PPh
Pemotongan dan/atau Pemungutan (Pasal 21/26, Pasal 22, Pasal 23/26, Pasal 15, Pasal 4 ayat
2) atas kegiatan Badan Pusat saja, serta PPN dan PPnBM Badan Pusat serta Cabang (apabila
dilakukan Pemusatan).
Disetor dan dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana Badan yang berstatus Cabang
tersebut terdaftar atas kewajiban PPh Pemotongan dan/atau Pemungutan (Pasal 21/26, Pasal
22, Pasal 23/26, Pasal 15, Pasal 4 ayat 2) atas kegiatan Badan Cabang, serta PPN dan PPnBM
Cabang (apabila tidak dilakukan Pemusatan).
Badan yang berstatus sebagai Cabang tidak mempunyai kewajiban PPh Badan, sehingga kewajiban
pajak yang disetor dan dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana Badan tersebut terdaftar
sebagai Badan Cabang hanyalah kewajiban PPh Pemotongan dan/atau Pemungutan (Pasal 21/26,
Pasal 22, Pasal 23/26, Pasal 15, Pasal 4 ayat 2) atas kegiatan Badan Cabang, serta PPN dan
PPnBM Cabang (apabila tidak dilakukan Pemusatan).
Dasar Hukum Pengenaan Pajak Penghasilan terhadap BPJS:
Pasal 4 ayat (3) huruf N UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas UU Nomor
7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
PMK-247/PMK.03/2008 tentang bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada WP tertentu yang dikecualikan dari objek PPh.