Вы находитесь на странице: 1из 7

Mengejar keterlambatan imunisasi

Pertama-tama, penting untuk kita ketahui bahwa dasar pemberian imunisasi dasar sampai usia 1 tahun
bertujuan untuk mendapatkan kekebalan pertama kalinya. Pada saat sang anak berusia 1-4 tahun,
imunisasi yang diberikan merupakan imunisasi ulangan yang bertujuan untuk memperpanjang masa
kekebalan imunisasi dasarnya. Masa ini juga ditujukan bagi mereka yang mengalami keterlambatan
imunisasi, untuk melengkapi imunisasinya (catch-up).
Selanjutnya, pemberian imunisasi yang terlambat masih bisa dilanjutkan hingga anak usia sekolah (512 tahun ) dan remaja (13-18 tahun) , sebagai persiapan menuju masa dewasa. Beberapa imunisasi
diberikan setelah anak menginjak masa remaja, seperti imunisasi HPV. Beberapa imunisasi harus
diulang saat seseorang menjadi dewasa, seperti varicella dan hepatitis B, bahkan pada usia dewasa tua
atau usia lanjut, seperti pneumokokus dan influenza.
Imunisasi yang telah diberikan tidak akan mubazir. Banyak orang berpikir bila imunisasi terlambat
diberikan, maka pemberian imunisasi yang pertama menjadi mubazir. Berapa kalipun banyaknya,
imunisasi yang sudah diterima tubuh kita akan memberikan respons kekebalan, walaupun kadarnya
belum mencapai batas ambang proteksi dan belum memberikan perlindungan untuk jangka waktu
yang panjang. Pemberian imunisasi ulangan maupun lanjutan (catch-up) ditujukan untuk memastikan
kadar antibodi tubuh kita mencapai kadar proteksi yang optimal, sehingga keterlambatan imunisasi
bukan halangan untuk melanjutkan imunisasi.
Beberapa rekomendasi untuk imunisasi lanjutan yang terlambat:
BCG
Imunisasi BCG sebaiknya pertamakali diberikan pada saat bayi berusia 2-3 bulan. Pemberian BCG
pada bayi berusia < 2 bulan akan meningkatkan risiko terkena penyakit tuberkulosis karena daya
tahan tubuh bayi yang belum matang. Apabila bayi telah berusia > 3 bulan dan belum mendapatkan
imunisasi BCG, maka harus dilakukan uji tuberkulin (tes mantoux dengan PPD2TU/PPDRT23)
terlebih dulu. Bila hasilnya negatif, imunisasi BCG dapat diberikan. Imunisasi BCG tidak
membutuhkan booster.
Hepatitis B
Idealnya dosis pertama imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir (jika
memungkinkan < 12 jam), kemudian dilanjutkan dengan interval 4 minggu dari dosis pertama dan
interval imunisasi kedua dan ketiga yang dianjurkan adalah minimal 2 bulan dan terbaik setelah 5
bulan. Apabila sang anak belum mendapatkan imunisasi hepatitis B semasa bayi, maka imunisasi
hepatitis B tersebut dapat diberikan kapan saja, sesegera mungkin, tanpa harus memeriksakan kadar

AntiHBs-nya. Kecuali jika sang ibu memiliki hepatitis B ataupun sang anak pernah menderita
penyakit kuning, maka ia dianjurkan untuk memeriksakan kadar HBsAg dan antiHBs terlebih dahulu.
Diptheria, Pertusis, dan Tetanus (DPT)
Imunisasi DPT diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar dan dilanjutkan denganbooster 1 kali dengan
jarak 1 tahun setelah DPT3. Pada usia 5 tahun (sebelum masuk SD) diberikan imunisasi DPT
(DPaT/Tdap) dan pada usia 12 tahun berupa imunisasi Td. Pada wanita, imunisasi TT perlu diberikan
1 kali sebelum menikah dan 1 kali pada ibu hamil, yang bertujuan untuk mencegah tetanus pada bayi
baru lahir.
Apabila Imunisasi DPT terlambat diberikan, maka berapa pun interval keterlambatannya jangan
mengulang dari awal, namun langsung lanjutkan imunisasi sesuai jadwal. Bila anak Anda belum
pernah diimunisasi dasar pada usia < 12 bulan, maka imunisasi dasar DPT dapat diberikan pada usia
anak sesuai jumlah dan interval yang seharusnya.
Bagaimana dengan pemberian imunisasi DPT keempatnya?
Imunisasi DPT keempatnya tetap diberikan dengan jarak 1 tahun dari yang ketiga, dengan catatan
sebagai berikut:
- Bila imunisasi DPT keempat diberikan sebelum ulang tahun keempatnya, maka pemberian imunisasi
DPT kelima dapat diberikan sesuai jadwal, paling cepat 6 bulan sesudahnya.
- Bila imunisasi DPT keempat diberikan setelah ulang tahun keempatnya, maka pemberian imunisasi
DPT kelima tidak diperlukan lagi.
Polio
Ada dua macam imunisasi polio yang tersedia:
- Imunisasi polio oral (OPV) dengan jadwal pemberian: saat lahir, usia 2, 4, 6, dan 18 bulan
- Imunisasi polio suntik (IPV) dengan jadwal pemberian: usia 2, 4, 6, 18-24 bulan dan 6 8 tahun
Bila imunisasi polio terlambat diberikan, Anda tidak perlu mengulang pemberiannya dari awal lagi.
Cukup melanjutkan dan melengkapinya sesuai jadwal tidak peduli berapa pun interval keterlambatan
dari pemberian sebelumnya.
Campak
Imunisasi Campak sebaiknya diberikan pada usia 9 bulan dan dosis penguatan(second
opportunity pada crash program campak) pada usia 24 bulan serta saat SD kelas 1-6. Terkadang
terdapat

program

PIN

(Pekan

Imunisasi

Nasional)

campak

yang

bertujuan

sebagai

penguatan (strengthening). Program ini bertujuan untuk mencakup sekitar 5% individu yang
diperkirakan tidak memberikan respons imunitas yang baik saat diimunisasi dulu.
Untuk anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak, bila saat itu anak berusia 9-12 bulan,
berikan kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia > 1 tahun, berikan MMR. Jika sudah diberi MMR
usia 15 bulan, tidak perlu campak di usia 24 bulan.
Measles, Mumps, dan Rubella (MMR)
Imunisasi MMR diberikan pada saat anak berusia 15-18 bulan dengan jarak minimal dengan
imunisasi campak 6 bulan. Imunisasi MMR merupakan imunisasi dengan virus hidup yang
dilemahkan, sehingga harus diberikan dalam kondisi anak yang sehat dan dengan jarak minimal 1
bulan sebelum atau sesudah penyuntikan imunisasi lain.
Booster perlu diberikan saat anak berusia 6 tahun. Bila lewat 6 tahun dan belum juga
mendapatkannya, berikan imunisasi campak/MMR kapan saja saat bertemu. Pada prinsipnya,
pemberian imunisasi campak 2 kali atau MMR 2 kali.
Haemophillus influenzae B (HiB)
Mirip dengan DPT , Imunisasi HiB diberikan diberikan pada usia 2,4, dan 6 bulan, dan diulang pada
usia 18 bulan. Vaksin HiB juga dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi. Apabila anak datang
pada usia 1-5 tahun, HiB hanya diberikan 1 kali. Untuk anak di atas usia 5 tahun, tidak perlu
diberikan, karena penyakit ini hanya menyerang anak di bawah usia 5 tahun
PCV
Tidak seperti imunisasi yang lain, jadwal kejar imunisasi terhadap pneumokokus ini diberikan
tergantung usia bayi/anak Anda. Bila bayi/anak Anda terlambat mendapatkannya, maka jadwal
imunisasi pneumokokusnya adalah sebagai berikut:
Imunisasi pneumokokus diberikan tergantung usia pasien:
2-6 bulan

> 3 dosis, interval 6-8 minggu (Ulangan 1 dosis, usia 12-15 bulan)

7-11 bulan > 2 dosis, interval 6-8 minggu (Ulangan 1 dosis, usia 12-15 bulan)
12-23 bulan > 2 dosis, interval 6-8 minggu
>24 bulan > 1 dosis
Rotavirus
Ada dua imunisasi Rotavirus yang terdapat di Indonesia:

- Rotateq diberikan 3 dosis. Pertama pada usia 6-14 minggu, pemberian ke dua 4-8 minggu kemudian,
dan dosis ke-3 maksimal pada usia 8 bulan.
- Rotarix diberikan 2 dosis: dosis pertama pada usia 10 minggu, dan dosis kedua pada usia 14 minggu
(maksimal pada usia 6 bulan).
Apabila bayi belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan, maka tidak perlu diberikan karena
belum ada studi keamanannya.
Influenza
Vaksin influenza diberikan dosis tergantung usia anak. Pada usia 6-35 bulan ( atau <3tahun ) dosis
yang diberikan cukup separuh dosis dewasa yaitu 0,25 ml. Pada Anak > 3 tahun diberikan 0,5 ml.
Pada anak berusia < 8 tahun, untuk pemberian pertama diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 46 minggu, sedangkan bila anak berusia > 8 tahun, maka dosis pertama cukup 1 dosis saja satu kali
setahun dan diulang setiap tahun.
Varisela
Vaksin varisela diberikan pada anak > 1 tahun sebanyak 1 kali. Untuk anak berusia > 13 tahun atau
pada dewasa, diberikan 2 kali dengan interval 4-8 minggu. Apabila terlambat, berikan kapan pun saat
pasien datang, karena imunisasi ini bisa diberikan sampai dewasa.
Hepatitis A dan Tifoid
Imunisasi hepatitis A dan tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun. Imunisasi hepatitis A diberikan
sebanyak 2 dosis dengan interval 6-12 bulan. Imunisasi tifoid diberikan pada usia lebih dari 2 tahun,
dengan ulangan setiap 3 tahun. Vaksin tifoid merupakan polisakarida sehingga hanya diberikan di atas
2 tahun. Kalau anak Anda terlambat mendapatkannya, maka keduanya dapat diberikan kapan saja
hingga usia dewasa.
Human Papilloma Virus (HPV)
Vaksin HPV diberikan sejak anak berusia 10 tahun sebelum menikah/berhubungan seksual, dan dapat
diberikan hingga anak berusia 26 tahun. Vaksin ini bertujuan untuk mencegah kanker cervix,
mengingat prevalensinya lebih tinggi daripada kanker payudara. Suntikan vaksin HPV dilakukan
sebanyak 3 kali, dengan interval pemberian 0-1-6 bulan atau 0-2-6 bulan.
Imunisasi sebaiknya telah dilengkapi pemberiannya pada masa remaja, sehingga pada saat anak
beranjak remaja akhir dan dewasa, tubuhnya telah memiliki semua perlindungan yang diperlukannya
terhadap berbagai penyakit-penyakit menular yang berisiko tinggi. Imunisasi pada masa remaja
pertengahan, misalnya imunisasi hepatitis B, polio, MMR, varisela, hepatitis A, pneumokokus

polisakarida, serta vaksin untuk remaja tertentu yang berisiko tinggi harus diberikan jika sebelumnya
belum diberikan. Demikian juga, pada masa remaja akhir, semua jenis vaksin sudah harus dilengkapi
pemberiannya. Apabila Anda tidak ingat akan status imunisasi anak Anda dan tidak memiliki catatan
imunisasinya, maka anak Anda harus dianggap belum pernah diimunisasi dan harus memulainya
kembali sesuai jadwal.

Keterangan:
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Januari 2014.
Vaksin Hepatitis B. Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului pemberian
injeksi vitamin K1. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin hepatitis B dan imunoglobulin
hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi hepatitis B selanjutnya dapat
menggunakan vaksin hepatitis B monovalen atau vaksin kombinasi.
Vaksin Polio. Pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral (OPV-0). Selanjutnya,
untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun
sebaiknya paling sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.
Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2 bulan. Apabila
diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.
Vaksin DTP. Vaksin DTP pertamadiberikan paling cepat pada umur 6 minggu. Dapat diberikan
vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun DTP
yang diberikan harus vaksin Td, di-booster setiap 10 tahun.
Vaksin Campak. Campak diberikan pada umur 9 bulan, 2 tahun dan pada SD kelas 1 (program
BIAS).
Vaksin Pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan
interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu dosis ulangan 1 kali

pada umur lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di atas 2
tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Vaksin Rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus pentavalen
diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai diberikan
sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24 minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis
ke-1 diberikan umur 6-14 minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3 diberikan
pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4 minggu).
Vaksin Varisela. Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, namun terbaik pada umur
sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada umur lebih dari 12 tahun, perlu 2 dosis dengan
interval minimal 4 minggu.
Vaksin Influenza. Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang setiap tahun.
Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak umur kurang dari 9 tahun diberi dua
kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6 <36 bulan, dosis 0,25 mL.
Vaksin Human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin
HPV bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan interval
0, 2, 6 bulan.
http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014.html

Вам также может понравиться