Вы находитесь на странице: 1из 11

Keracunan Karbon Monoksida

i.

Pendahuluan
Karbon monoksida (CO) dihasilkan dari prosses pembakaran yang kurang sempurna
komponen-komponen karbon, misalnya knalpot motor, mobil, generator, atau tungku
perapian. Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau.
Intoksikasi karbon monoksida menjadi penyebab kematian yang paling sering akibat inhalasi
gas beracun. Umumnya, intoksikasi terjadi pada pekerja pemadam kebakaran, pekerja
pemurnian minyak bumi, dan operator tungku perapian di pabrik.
Gas karbon monoksida yang diabsorpsi tubuh, memiliki afinitas dengan hemoglobin
yang sangat kuat di darah sehingga membentuk ikatan karboksi hemoglobin (COHb).
Akibatnya, terjadi kompetisi dengan O2 untuk berikatan dengan Hb sehingga konsentrasi
COHb di darah meningkat, sedangkan kapasitas pengangkutan O2 darah berkurang. COHb
diekskresi di paru, namun bukan merupakan racun yang kumulatif.

ii.

Skenario
Seorang dokter dan 4 rekan kerjanya ditemukan telah meninggal dunia dalam ruang jaga
klinik 24 jam.

iii. Identifikasi Istilah


Tidak ada istilah yang tidak diketahui,

iv. Rumusan Masalah


Dokter dan 4 rekan kerjanya ditemukan telah meninggal dunia dalam ruang jaga klinik 24
jam.

v.

Analisis Masalah
Anamnesis
Kumpulkan anamnesis dari pasien, kerabat, saksi lain, dan petugas ambulans.
Beberapa hal penting yang harus ditanyakan adalah

Page | 1

Identitas diri pasien

Kapan terakhir kali terlihat , dimana, sedang apa ?

Pertimbangkan overdosis obat, penggunakan alkohol, keracunan karbon monoksida,

Bagaimana pasien ditemukan

Apakah ada tanda percobaan bunuh diri

Pertolongan apa saja yang telah di lakukan

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Pada pemeriksaan fisik, seperti gejala dapat membantu untuk menegakkaan
diagnosis. Takikardia dan takipneu biasa muncul sebagai cara sistem respirasi dan
kardiovaskuler untuk mengkompensasi penurunan pengangkutan oksigen ke perifer.
Hipertensi ringan dapat muncul pada beberapa pasien, sedangkan pada pasien yang lain
dapat muncul hipotensi akibat hipoksia miokardium.
Pemeriksaan kadar COHb di darah vena merupakan indikator yang penting adanya
keracunan CO. pemeriksaan gas darah arteri mengindikasikan terjadinya kondisi asidosis
metabolik dengan konsentrasi relatif O2 yang konstan. Pemeriksaan penunjang dalam kasus
keracunan CO adalah sebagai berikut :

Pemeriksaan laboratorium
Analisa kadar HbCO membutuhkan alat ukur spectrophotometric yang khusus.
Kadar HbCO yang meningkat menjadi signifikan terhadap paparan gas tersebut.
Sedangkan kadar yang rendah belum dapat menyingkirkan kemungkinan terpapar,
khususnya bila pasien telah mendapat terapi oksigen 100% sebelumnya atau jarak
paparan dengan pemeriksaan terlalu lama. Pada beberapa perokok, terjadi peningkatan
ringan kadar CO sampai 10%. Pemeriksaan gas darah arteri juga diperlukan. Tingkat
tekanan oksigen arteri (PaO2) harus tetap normal. Walaupun begitu, PaO2 tidak akurat
menggambarkan derajat keracunan CO atau terjadinya hipoksia seluler. Saturasi oksigen
hanya akurat bila diperiksa langsung, tidak melaui PaO2 yang sering dilakukan dengan
analisa gas darah. PaO2 menggambarkan oksigen terlarut dalam darah yang tidak
terganggu oleh hemoglobin yang mengikat CO

Pemeriksaan Pencitraan
X-foto thorax. Pemeriksaan x-foto thorax perlu dilakukan pada kasus-kasus
keracunan gas dan saat terapi oksigen hiperbarik diperlukan. Hasil pemeriksaan x-foto
Page | 2

thorax biasanya dalam batas normal. Adanya gambaran ground-glass appearance,


perkabutan parahiler, dan intra alveolar edema menunjukkan prognosis yang lebih jelek.
CT scan. Pemeriksaan CT Scan kepala perlu dilakukan pada kasus keracunan
berat gas CO atau bila terdapat perubahan status mental yang tidak pulih dengan cepat.
Edema serebri dan lesi fokal dengan densitas rendah pada basal ganglia bisa didapatkan
dan halo tersebut dapat memprediksi adanya komplikasi neurologis. Pemeriksaan MRI
lebih akurat dibandingkan dengan CT Scan untuk mendeteksi lesi fokal dan demyelinasi
substansia alba dan MRI sering digunakan untuk follow up pasien. Pemeriksaan CT Scan
serial diperlukan jika terjadi gangguan status mental yang menetap. Pernah dilaporkan
hasil CT Scan adanya hidrosefalus akut pada anak-anak yang menderita keracunan gas
CO

Pemeriksaan lain-lain
Elektrokardiogram. Sinus takikardi adalah ketidaknormalan yang sering
didapatkan. Adanya aritmia ungkin disebabkan oleh hipoksia iskemia atau infark. Bahkan
pasien dengan kadar HbCO rendah dapat menyebabkan kerusakkan yang serius pada
pasien penderita penyakit kardiovaskuler. Pulse oximetry. Cutaneus pulse tidak akurat
untuk mengukur saturasi hemoglobin yang dapat naik secara semu karena CO yang
mengikat hemoglobin. Cooximetry (darah arteri) menggunakan tehnik refraksi 4 panjang
gelombang dapat secara akurat mengukur kadarHbCO.

Diagnosis
Ada 7 langkah dalam menegakan diagnosis Penyakit Akibat Kerja,

Page | 3

Diagnosis
Klinis
anamnesis
PF
PP
pemeriksaan
tempat kerja

Pajanan
yang
dialamin

Hubungan
Pajanan
dengan
diagnosis
klinis

Jumlah
Pajanan
yang
Dialami

Peranan
Faktor
Individu

Faktor Lain
diluar
Pekerjaan

Diagnosa
PAK atau
Bukan PAK

Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas tidak berwarna, tidak berbau yang
dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna material yang mengandung zat arang atau bahan
organik, baik dalam alur pengolahan hasil jadi industri, ataupun proses di alam lingkungan. Ia
terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam
ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon
dan oksigen
Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesis
adanya kontak dan ditemukannya gejala keracunan CO. Pada korban yang mati tidak lama
setelah keracunan CO ditemukan lebam mayat berwarna merah muda terang (Cherry
Pink Colour) yang tampak jelas bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih.
Warna lebam mayat seperti itu juga dapat ditemukan pada mayat yang didinginkan,
pada korban keracunan sianida dan pada orang yang mati akibat infeksi oleh jasad renik
yang mampu membentuk nitrit, sehingga dalam darahnya terbentuk nitroksi-hemoglobin
(nitric-oxide Hb). Meskipun demikian, masih dapat dibedakan dengan pemeriksaan
sederhana. Pada mayat yang didinginkan dan pada keracunan CN, penampang ototnya
berwarna biasa, tidak merah terang. Juga pada mayat yang didinginkan warna merah
terang lebam mayatnya tidak merata, selalu masih ditemukan daerah yang keunguan
(livid). Sedangkan pada keracunan CO, jaringan otot, viscera, dan darah juga berwarna
merah terang. Selanjutnya tidak ditemukan tanda khas lain. Kadang-kadang dapat

Page | 4

ditemukan tanda asfiksia dan hyperemia visera. Pada otak besar dapat ditemukan petekiae di
substasia alba bila korban dapat bertahan hidup lebih dari jam.
Pada analisa toksikologi darah akan ditemukan adanya COHb. Pada korban
keracunan CO yang tertunda kematiannya sampai 72 jam, maka seluruh CO telah diekskresi
dan darah tidak mengandung COHb lagi, sehingga ditemukan lebam mayat seperti livid
biasa, demikian juga jaringan otot, viscera dan darah. Untuk keracunan CO, jika dilakukan
pemeriksaan dalam maka organ limpa dapat diperiksa untuk memastika diagnosis.
Pada kasus yang kematiannya tidak segera terjadi (delayed death) diagnosis kematian
harus didasarkan atas bukti-bukti di sekitar kejadian (Circumstansial

evidences),

ditemukannya perubahan akibat hipoksia dan disingkirkannya kemungkinan lain yang


dapat menyebabkan perubahan hipoksik tersebut.
Faktor individu
Faktor individu ini meliputi seperti status kesehatan fisik, apakah yang bersangkutan
tersebut ada atopi / alergi, atau ada penyakit keturunan dikeluarganya, bagaimana gaya
hidupnya apakah menjalankan gaya hidup sehat atau tidak. Status kesehatan mental juga
dilihat disini karena setiap orang memiliki ambang stress yang berbeda beda sehingga ini
juga berperan saat seseorang bekerja
Faktor diluar pekerjaan
Faktor diluar pekerjaan ini dapat menyamarkan diagnosis terutama diagnosis okupasi
karena faktor diluar pekerjaan ini cukup beragam seperti merokok, pekerjaan sambilan
seseorang, hobi dari seseorang dan bagaimana pajanan yang diterima dilingkungan sekitar
selain di lingkungan pekerjaannya.
Manifestasi Klinik
Efek klinis intoksikasi akut akibat inhalasi CO, bergantung pada konsentrasi COHb di
darah. Timbulnya sakit kepala, mual, dan muntah pada individu dengan konsentrasi 10%
COHb di darah. Manifestasi lainnya adalah merasa pusing berputar, sesak napas (20%),
gangguan penglihatan, tidak mampu membuat keputusan/penilaian (30%), kejang,
menurunnya kesadaran sampai koma (40%). Tidak terjadi sianosis, kadang-kadang tampak
tanda klasik, yaitu bibir dan kuku berwarna merah terang.

Page | 5

Pada intoksikasi menahun ditandai dengan timbulnya gangguan neurologis atau


gangguan kardiovaskular dalam bentuk infrak serebri/miokard. Intoksikasi menahun dengan
dosis yang rendah akan menimbulkan gangguan neurologis ringan, cepat lelah, meningkatnya
nilai hematokrit, dan gangguan pada janin dalam kandungan.

Kadar CO dalam darah


< 20 %

Gejala Klinis
Tidak ada gejala

20 %

Napas Sesak

30 %

Sakit kepala, lemah, mual, frekuensi nadi dan napas meningkat

30-40%

Sakit kepala berat, kebingungan, penurunan daya ingat,


gangguan koordinasi gerakan

40-50%

Kebingungan, kesadaran menurun

60-70%

Tidak sadar, inkoordinasi urin dan defekasi

70-89%

Koma, nadi ireguler, gagal napas, kematian

Etiologi
Gas CO dapat ditemukan pada hasil pembakaran yang tidak sempurna dari karbon
dan bahan-bahan organik yang mengandung karbon. Sumber terpenting adalah motor
yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar (Spark Ignition), karena campuran bahan
yang terbakar mengandung bahan bakar lebih banyak daripada udara sehingga gas yang
dikelyarkan mengandung 3-7% CO.
Sebaliknya motor diesel dengan compression ignition mengeluarkan sangat sedikit
CO, kecuali bila motor berfungsi tidak sempurna sehingga banyak menggunakan asap
hitam yang mengandung CO. Beberapa penyebeb keracunan Gas CO adalah sebagai berikut
o

Api dan ledakan

Kerusakan gas pemanas air

Tungku atau cerobong asap yang tersumbat

Gas perapian
Page | 6

Ventilasi yang buruk pada penggunaan parafin dan gas pemanas

Pembakaran batu bara atau kayu akibat kesalahan penggunaan atau ventilasi yang
buruk

Emisi mobil, mesin yang menyala dalam ruangan yang terkurung

Penggunaan mesin pembakaran seperti pemotong rumput, gergaji mesin pada area
yang terkurung tanpa ventilasi

Memasak atau memanaskan dengan menggunakan arang di dalam rumah tanpa


ventilasi

Penggunaan Metil Klorida pada area yang terkurung

Sumber lain CO adalah gas arang batu yang mengandung kira-kira 5% CO, alat
pemanas berbahan bakar gas, lemari es gas, dan cerobong asap yang tidak berfungsi
dengan baik. Gas alam jarang sekali mengandung CO , tetapi pembakaran gas alam yang
tidak sempurna tetap akan menghasilkan CO. Pada kebakaran juga akan terbentuk CO.
Asap tembakau dalam orofaring menyebabkan konsentrasi yang diinhalasi menjadi kirakira 500 ppm. Pada alat pemanas air berbahan bakar gas , jelaga yang tidak dibersihkan
pada pipa air yang dibakar akan memudahkan terjadinya gas CO yang berlebihan.
Inhalasi emisi methylene chloride yang berasal dari cat jarang menyebabkan
keracunan. Pada hati, senyawa ini dikonversi menjadi karbonmonoksida. Gas karbon
monoksida juga diproduksi secara endogen dalam jumlah kecil dari proses katabolisme
heme. Bersama dengan nitrit oksida gas ini mempengaruhi fungsi seluler dan bertindak
seperti neurotransmiter.

Epidemiologi
Pada perokok berat sekitar 5-10% hemoglobin berada dalam bentuk karboksi
hemoglobin. Keadaan ini setara dengan kadar karboksi hemoglobin yang disebabkan kadar
CO 50 ppm, yaitu harga MAC untuk CO atau lebih.
Pembuangan asap mobil mengandung 9% karbon monoksida, terutama pada daerah
padat yang akan meningkatkan resiko keracunan. Proses pembakaran berlebihan dapat
menghasilakn gas CO dalam jumlah membahayakan. Industri menyumbang sekitar 20% dari
total gas CO yang ada. Termasuk dari gas emisi pembakar dalam menggunakan bahan bakar
berkarbon. Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa
Page | 7

karbon dari peleburan besi dan baja, generator diesel. Lingkungan juga dapat menyumbang
gas CO sekitar 4% akibat asap rokok.
Meski bersifat racun, CO mempunyai peran penting dalan teknologi modern, karena
merupakan prekursor dari banyak senyawa karbon. Menyadari pentingnya karbon
monoksida, maka banyak metode dikembangkan untuk memproduksi
Patofisiologi
Ada tiga mekanisme yang menyebabkan cedera pada trauma inhalasi, yaitu kerusakan
jaringan karena suhu yang sangat tinggi, iritasi paru-paru dan asfiksia. Hipoksia jaringan
terjadi karena sebab sekunder dari beberapa mekanisme. Proses pembakaran menyerap
banyak oksigen, dimana di dalam ruangan sempit seseorang akan menghirup udara dengan
konsentrasi oksigen yang rendah sekitar 10-13%. Penurunan fraksi oksigen yang diinspirasi
(FIO2) akan menyebabkan hipoksia.
Keracunan karbonmonoksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas transportasi
oksigen dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen di tingkat seluler.
Karbonmonoksida mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh, organ yang paling
terganggu adalah yang mengkonsumsi oksigen dalam jumlah besar, seperti otak dan jantung.
Beberapa literatur menyatakan bahwa hipoksia ensefalopati yang terjadi akibat dari
keracunan CO adalah karena injuri reperfusi dimana peroksidasi lipid dan pembentukan
radikal bebas yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas
Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan oleh
gangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible, yang
menyebabkan anemia relatif karena CO mengikat hemoglobin 230 270 kali lebih kuat
daripada oksigen. Kadar HbCO 16 % sudah dapat menimbulkan gejala klinis. CO yang
terikat hemoglobin menyebabkan ketersediaan oksigen untuk jaringan menurun
CO mengikat mioglobin jantung lebih kuat daripada mengikat hemoglobin yang
menyebabkan depresi miokard dan hipotensi yang menyebabkan hipoksia jaringan. Keadaan
klinis sering tidak sesuai dengan kadar HbCO yang menyebabkan kegagalanrespirasi di
tingkat seluler. CO mengikat cytochromes c dan P450 yang mempunyai daya ikat lebih lemah
dari oksigen yang diduga menyebabkan defisit neuropsikiatris. Beberapa penelitian
mengindikasikan bila CO dapat menyebabkan peroksidasi lipid otak dan perubahan inflamasi
di otak yang dimediasi oleh lekosit. Proses tersebut dapat dihambat dengan terapi hiperbarik
oksigen. Pada intoksikasi berat, pasien menunjukkan gangguan sistem saraf pusat termasuk
Page | 8

demyelisasi substansia alba. Hal ini menyebabkan edema dan dan nekrosis fokal. Penelitian
terakhir menunjukkan adanya pelepasan radikal bebas nitric oxide dari platelet dan lapisan
endothelium vaskuler pada keadaan keracunan CO pada konsentrasi 100 ppm yang dapat
menyebabkan vasodilatasi dan edema serebri. CO dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh dari
CO pada temperatur ruangan adalah 3 - 4 jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan
waktu paruh menjadi 30 90 menit, sedangkan dengan hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5
atm dengan oksigen 100% dapat menurunkan waktu paruh samapai 15-23 menit.

Faktor Resiko
Peleburan tungku api
Pekerja bengkel
Pekerja pemadam kebakaran
Penggunaan pelarut Metil Klorida, pada pengelolaan furniture, pabrik fiber sintetis,
plastik, pembuatan film foto, bahan cat
Polisi lalu lintas di jalan raya yang padat
Pengendara mobil dengan knalpot bocor
Penghangat ruangan dengan menggunakan kayu bakar
Garasi mobil yang tertutup rapat selama lebih dari 10 menit tanpa ventilasi yang memadai
Aktivitas terkait dengan bahan api yang berasakan karbon dan nyala api (tungku kayu),
kompor, asap, kereta api, pembakaran gas, asap tembakau. Meski paling umum adalah
residu pembakaran mesin
Pengecatan, menggunakan car yang mengandung metilin, asapnya mudah diserap melalui
paru dan mudah masuk ke peredaran darah, metilin klorida ditukar ke karbon monoksida
di hati
Perokok
Bayi, anak dan mereka yang mengalami masalah kardiovaskular lebih mudah beresiko
keracunan karbon monoksida, walaupun pada kadar rendah

Komplikasi
Keracunan ringan karbon monoksida dapat meninggalkan sisa nyeri kepala pada
korban yang telah disembuhkan. Ini tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus karena
akan hilang dengan sendirinya. Penderita keracunan karbon monoksida yang sempat
Page | 9

mengalami koma, bila kemudian sembuh, mungkin akan menderita gejala sisa akibat
kerusakan yang terjadi pada sel-sel susunan saraf pusat, yang dapat berupa gejala
disorientasi, amnesia retrograde, parkinsonisme atau sindroma post-ensefalitis.
Pentalaksanaan
1. Tatalaksana Kedaruratan dan Suporatif
Menjamin saluran nafas berfungsi dengan baik dan jauhkan dari paparan.
Menanggulangi hipotesis dan gangguan pernapasan. Pertolongan pertama bila terjadi
keracunan gas karbon monoksida yaitu segera bawa korban ke tempat jauh dari sumber
karbon monoksida dan longgarkan pakaian supaya mudah bernapas.
Pastikan korban masih bernapas dan segera berikan oksigen murni. Korban harus
istirahat dan usahakan tenang, karena peningkatan aktivitas otot menyebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen, sehingga persediaan oksigen untuk otak dapat berkurang
2. Tatalaksana Khusus
Waktu paruh karbon monoksida sekitar 4-5 jam di udara kamar, tetapi akan menurun
dramatis bila mendapatkan oksigen kadar tinggi. Prinsip tatalaksana di rumah sakit :

Segera dijauhkan dari asal paparan gas CO

Diberikan oksigen 100% melalui masker karet yang ketat, kalau perlu menggunakan
tube endotrakeal, terutama bilan penderita tidak sadar guna menjamin masuknya
oksigen. Tindakan yang cepat ini mengurangi waktu paruh ikatan COHb dan segera
memperbaiki oksigenasi jaringan

3. Terapi oksigen hiperbarik (HBO)


Dua efek penting yang mendasari pemanfaatan HBOT adalah:

Efek mekanik yang disebabkan oleh peningkatan tekanan lingkungan sehingga


menurunkan volume gelembung gas atau udara seperti pada terapi penderita
dekompresiakibat kecelakaan kerja penyelaman

Efek peningkatan tekanan parsial oksigen dalam darah dan jaringan akan memberikan
efek terapeutik seperti bakteriostatik pada infeksi kuman anaerob, detoksifikasi pada
keracunan karbon monoksida, reoksigenasi pada kasus iskemia akut, crush injury,
compartment syndrome, maupun kasus iskemia kronis, luka yang tidak sembuh,
nekrosis radiasi, skin graft preparation, dan luka bakar. Bahkan saat ini pemanfaatan
HBOT semakin meluas, dan telah digunakan sebagai terapi kebugaran tubuh serta
kecantikan.

Page | 10

vi. Kesimpulan
Gejala keracunan CO biasanya diawali dengan rasa pusing atau sakit kepala ringan,
mudah tersinggung, dan mual-muntah. Semakin banyak gas CO yang terhirup, gejala akan
semakin berat, hingga dengan pingsan, sesak nafas, bahkan sampai dengan kematian.
Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesis adanya kontak
dan ditemukannya gejala keracunan CO. Pada korban yang mati tidak lama setelah keracunan
CO, ditemukan lebam mayat berwarna merah terang (cherry red colour), yang tampak jelas
bila kadar CO-Hb mencapai 30% atau lebih.
Penanganan korban keracunan gas CO pada prinsipnya adalah memberikan oksigen
murni sebanyak mungkin untuk menetralisir ikatan CO-Hb yang ada dalam peredaran darah.
Selain itu, kondisi umum korban juga perlu diperhatikan. Segera larikan ke rumah sakit bila
perlu, sehingga keadaan korban tidak semakin memburuk, termasuk mencegah kematian
akibat keracunan gas CO.

Daftar Pustaka
1. Terapi
dari

Oksigen

Hiperbarik:

Solusi

Baru

Hidup

Sehat.

Diunduh

http://www.tanyadok.com/tekno/terapi-oksigen-hiperbarik-solusi-baru-hidup-sehat

17 Oktober 2014
2. Wichaksaba A, Astono S, Hanum K. Dampak Keracunan Gas Karbon Monoksida Bagi
Kesehatan Pekerja. Cermin Dunia Kedokteran. Grup PT Kalbe Farma. Jakarta ; 2002.
Hal 24-28
3. Keracunan

karbon

monoksida.

Diunduh

dari

www2.pom.go.id/public/siker/desc/produk/racunkarmon.pdf, 17 Oktober 2014.


4. Harrianto R. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC ; 2012
5. Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 Edisi V.Jakarta: Interna
Publishin Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam. 2009
6. Sumamur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja ( Hiperkes ). Jakarta : Sagung seto ;
2009

Page | 11

Вам также может понравиться