Вы находитесь на странице: 1из 9

Monitoring dan sistem peringatan dini banjir

MONITORING DAN SISTEM PERINGATAN DINI BANJIR


DAERAH ALIRAN SUNGAI COMAL (KABUPATEN PEMALANG)
Oleh :
NUR HAMID

Jratun, 2013). Interaksi antara manusia dengan

PENDAHULUAN
Daerah aliran sungai merupakan suatu

sumberdaya alam menciptakan karakteristik

megasistem kompleks yang dibangun atas

pada wilayah DAS dimana interaksi itu

sistem fisik (physical systems), sistem biologis

berlangsung. Karakteristik yang terbangun pada

(biological

manusia

suatu DAS merupakan hasil perpaduan yang

(human systems). DAS sering didefinisikan

saling mempengaruhi antara sifat biofisik DAS

sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan

dengan kultur sosial masyarakat.

systems)

dan

sistem

Potensi bencana yang terjadi di DAS

satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak


menampung,

Comal adalah bencana banjir. Banjir (flood)

menyimpan dan mengalirkan air yang berasal

adalah debit aliran air sungai yang secara

dari curah hujan ke danau atau ke laut secara

relative lebih besar dari biasanya/normal akibat

alami, yang batas di darat merupakan pemisah

hujan yang turun di hulu atau disuatu tempat

topografis dan batas di laut sampai dengan

tertentu secara terus menerus (Schanze, et al,

daerah

terpengaruh

2006) sehingga tidak dapat ditampung oleh alur

aktivitas daratan (UU. No. 7, Tahun 2004).

sungai yang ada, maka air melimpah keluar dan

Pentingnya

menggenangi

sungainya

yang

perairan

berfungsi

yang

posisi

masih

DAS

sebagai

unit

daerah

merupakan

logis

kemudian menjadi suatu masalah apabila sudah

menjaga

kesinambungan

mengganggu

pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air.

peristiwa

kehidupan

dan

alam

Banjir

perencanaan yang utuh merupakan konsekuensi


untuk

suatu

sekitarnya.

biasa,

penghidupan

Peran DAS Comal sangat penting dalam

manusia serta mengancam keselamatan. Hal

menyangga kehidupan masyarakat di Jawa

inilah berhubungan antara dampak banjir dan

Tengah khususnya Kabupaten Pemalang. DAS

kerentanan

Comal merupakan DAS strategis sebagai

(Messner and Volker, 2006).


Dalam

penyedia air baku untuk berbagai kebutuhan

yang ada

di

wilayah sekitar

memformulasikan

banjir,

seperti irigasi, industri dan lain-lain. DAS

parameter-parameter yang terkait dibedakan

Comal memiliki luas 81.435,58 ha, meliputi 3

antara karateristik potensi air banjir dan

wilayah administrasi yaitu Kabupaten Tegal,

kerentanan daerah rawan banjir. Potensi banjir

Pemalang dan

terkait dengan sumber penyebab air banjir itu

Pekalongan (BPDAS Pemali


1

Monitoring dan sistem peringatan dini banjir

terjadi dimana hal ini berkaitan dengan factor


meterologis

dan

kerakteristik

DAS-nya

sehingga parameter-parameter yang digunakan


untuk memformulasikan kerentanan potensi
banjir dilakukan melalui estimasi berdasarkan
kondisi alami manajemen daerah tangkapan
airnya atau pengukuran langsung dari nilai debit
spesifik

maksimum

tahunannya.

(Anonim,

http://www.bpdas-pemalijratun.net, 2009)
Gambar 1. Peta Potensi Banjir DAS Comal (Sumber:
Penulis)

Pada wilayah DAS Comal terdapat potensi


banjir yang cukup luas. Pada wilayah hulu dan

Peta potensi banjir terjadi pada daerah hulu

tengah selain berpengaruh terhadap gangguan


utama

hingga tengah sehingga hal ini berpengaruh

berpengaruh langsung terhadap produktivitas

pada kerawanan banjir di daerah hilir akibat

lahan pertanian sedangkan pada wilayah hilir

aliran air dari hulu menuju tengah hingga hilir

akan

peningkatan

(gambar 2). Banjir genangan pada kelas sangat

pertumbuhan perekonomian wilayah. Kondisi

rawan paling banyak dijumpai di bagian hilir.

potensi tinggi tersebar di wilayah Comal bagian

Kondisi alam di wilayah tersebut berpotensi

hulu hingga bagian tengah. Pada daerah potensi

untuk terjadinya banjir khusunya di daerah hilir

banjir, sektor yang sangat berpengaruh berupa

yang merupakan pertemuan antara anak sungai

tingginya hujan harian maksimum rata-rata

dengan sungai utama.

pertumbuhan

perekonomian

berpengaruh

terhadap

yang

pada bulan basah, bentuk DAS, besaran gradien


sungai, kerapatan drainase kategori rapat hingga
sangat rapat, kelerengan rata-rata DAS, dan
penggunaan lahannya berpotensi sangat besar
menimbulkan

run-off serta

debit

puncak.

(gambar 1)

Gambar 2. Peta Rawan Banjir DAS Comal (Sumber:


http://www.bpdas-pemalijratun.net)

Monitoring dan sistem peringatan dini banjir

Pengaturan tata air pada wilayah hulu


masih belum optimal akibat gangguan fungsi

Monitoring dan Sistem Peringatan Dini

masing-masing

Banjir

kawasan

terutama

kondisi

tutupan lahan dan drainase wilayahnya belum


mampu

mengendalikan

banjir.

Kesesuaian Stasiun Pemantau

Mengingat

Menurut Siregar, dkk (2004) beberapa hal

permasalahan yang terjadi dalam wilayah DAS

yang perlu menjadi perhatian utama dalam

Comal khususnya bencana banjir perlu adanya

perancangan system karakteristik di dalam

monitoring dan system peringatan dini yang

stasiun pemantauan adalah :

dipasang di lokasi tertentu sehingga dapat

o semua komponen yang digunakan tahan

mengurangi risiko bencana banjir yang akan

terhadap perubahan cuaca yang mendadak

terjadi.

o penggunaan daya listrik seminimal mungkin


o pemilihan jenis sensor berpegang pada

PEMBAHASAN

prinsip

kemudahan

untuk

Morfometri DAS Comal

maintenance dan kalibrasi

melakukan

o tersedianya fasilitas untuk menyimpan data

Analisis banjir dalam suatu DAS perlu


mengetahui morfometri DAS yang akan dikaji

secara internal

(Seyhan, 1977). Adapun morfometri DAS

o bangunan fisik

stasiun

yang berfungsi

Comal adalah sebagai berikut (BPDAS Pemali

melindungi semua komponen elektronik dari

Jratun, 2013) :

pengaruh luar
o peralatan elektronik yang diperlukan adalah

a. Sungai Utama DAS Comal yaitu Kali Comal

sensor curah hujan, unit controller, data

dengan panjang sungai 109,18 km

logger, peralatan komunikasi data, serta

b. Luas DAS Comal adalah 81.435,58 ha atau

media komunikasi data.

814,3558 km
1.

c. Panjang alur sungai di DAS Comal adalah

Stasiun Pemantau Curah Hujan


Lokasi stasiun hujan di DAS Comal hanya

897,57 km
tertimbang

ada 2 yaitu stasiun watukumpul yang terletak di

sungai di DAS Comal adalah 16,11. Ini

hulu dengan ketinggian 415 mdpl dan nomor

berarti alur sungai mempunyai kenaikan

stasiun 33270401a. Sedangkan stasiun yang

muka air banjir dengan cepat, demikian pula

terletak di hilir adalah stasiun sokawati dengan

penurunannya akan berjalan dengan cepat

ketinggian

d. Tingkat

percabangan

rerata

24

mdpl

dan

nomor

stasiun

e. Kerapatan alirannya adalah 1,102 km/km

33271087. DAS Comal seluas 81.435 ha

f. Bentuk DAS Comal adalah lebar dan

(gambar 3). Jika hanya ada 2 stasiun hujan


maka

membulat pada bagian hulu dan menyempit


pada bagian hilir
3

perlu

penambahan

stasiun

hujan

Monitoring dan sistem peringatan dini banjir

Penetapan

secukupnya sehingga pemantauan tangkapan

dikemukakan

hujan dapat merata dan maksimal.

jaringan
oleh

mempergunakan
mengaitkan

pengukuran

Kagan

analisis

kerapatan

pada

yang

dasarnya

statistic
jaringan

dengan
dengan

kesalahan interpolasi dan kesalaan perataan


(interpolation error and averaging error).
Dengan menggunakan metode Kagan dapat
diketahui

banyaknya

stasiun

hujan

yang

dibutuhkan beserta penempatan lokasi yang


sesuai dengan karakteristik DAS.
2.

Stasiun Pemantau AWLR


Pada DAS Comal tidak terdapat stasiun

AWLR. Hal yang dapat dilakukan yaitu

Gambar 3. Peta Stasiun Hujan DAS Comal (Sumber:


Penulis)

membangun stasiun AWLR sesuai karakteristik

Dari berbagai cara penetapan jaringan

morfologi DAS sehingga dapat digunakan

pengukuran hujan, terdapat cara yang relatif

untuk memantau tinggi muka air sungai dengan

sederhana, baik dalam hal kebutuhan data

maksimal. Rencana lokasi AWLR ditempatkan

maupun prosedur hitungannya. Menurut Harto

pada ujung percabangan sungai, penempatan ini

(1993) cara yang dikemukakan oleh Kagan

mulai dari hulu sampai hilir sehingga dengan

memiliki

mempertimbangkan hal tersebut, penempatan

keuntungan

selain

diketahui

lokasi AWLR sebanyak 19 buah. (gambar 4)

kebutuhan jumlah stasiun, sekaligus dapat


memberikan pola penempatannya. Penambahan
ini dapat rencanakan seperti (gambar 4).

Gambar 4. Peta Rencana Lokasi Stasiun AWLR DAS Comal


(Sumber: Penulis)

Gambar 4. Peta Rencana Stasiun Hujan DAS Comal


(Sumber: Penulis)

Monitoring dan sistem peringatan dini banjir

Pembangunan Sistem Informasi DAS dalam

dari alat pemantau curah hujan, AWLR

Pengambilan Keputusan

(Automatic Water Level Recorder), CCTV,


dan

pemancar sensor, transmitter, dan sirine. Pada

melakukan

bagian percabangan sungai akan dipasang

mengumpulkan

AWLR secara otomatis yang akan mengirim

beberapa data utama yaitu peta topografi,

sinyal dan nantinya diterima oleh transmitter

jaringan hidrografi sungai, jalan utama, desa

yang berada di dekat pintu air. Tahapan ini

dan kota, penggunaan lahan, lokasi stasiun

adalah dilakukan untuk memperkirakan berapa

hujan, dan lokasi AWLR (Mic, et al, 2006). Hal

lama air akan masuk ke pintu air.

Sebelum
peringatan

melakukan
dini

identifikasi

DAS

banjir

monitoring
perlu

dengan

ini dilakukan dengan bantuan pemetaan spasial

Tahapan berikutnya adalah ketika arus air

wilayah DAS. Bila diperlukan peramalan dalam

mulai masuk ke dalam pintu air maka AWLR

memonitoring banjir maka membutuhkan citra

akan segera memberikan sinyal. Selain itu juga

satelit dari penginderaan jauh (Borga, et al,

digunakan CCTV yang dipasang pada pintu air

2011) karena hal ini sangat penting dalam

sungai.

melakukan scenario dan prediksi banjir yang

peringatan

akan datang. Adapun integrasi dalam peramalan

morfologi DAS, kerapatan aliran sungai, bentuk

banjir untuk monitoring dan peringatan dini

DAS, pola DAS, luas dan panjang DAS.

Pemasangan
dini

monitor

akan

dan

system

mempertimbangkan

Secara umum monitoring dan system

yaitu (gambar 5) :

peringatan dini tersebut berupa: (1) pemasangan


AWLR yang sesuai dengan morfologi DAS
yaitu pada percabangan sungai, (2) penambahan
stasiun

hujan

sebagai

pemantau

daerah

tangkapan hujan dan sebagai pengukur curah


hujan harian, bulanan, ataupun tahunan, (3)
pemasangan
Gambar 5. Integrasi system peringatan dan peramalan banjir
(Sumber: Moore, et al, 2004)

pemancar

sensor

sebagai

pendeteksi hasil rekaman AWLR dan data


hujan, (4) pemasangan transmitter sebagai alat

Monitoring banjir menggunakan sistem


online

yang

teknologi

dikembangkan

penginderaan

jauh

yang dapat membaca data yang diinginkan, (5)

menggunakan
dan

User sebagai pengolah data, (6) pemasangan

GIS

sirine sebagai warning kepada masyarakat jika

(Craciunescu, et al, 2006). Hasil dari analisis

terjadi bencana banjir. (gambar 6)

spasial tersebut akan terhubung dengan internet.


Data internet ini merekam alat-alat yang sudah
dipasang, alat monitoring sungai tersebut terdiri
5

Monitoring dan sistem peringatan dini banjir

Masing-masing alat pemantau dirancang

Pema

secara online dan saling terhubung sehingga 5

Trans
Trans

alat

pemantau

dapat

memantau

dan

memberikan data sesuai kejadian sehingga


dapat diolah dan hasilnya untuk pengambilan
keputusan yang disebut dengan konfigurasi

Stasiu

system informasi DAS (gambar 8).

Anali
Sirine

Stasiu

Pema

Gambar 6. Konsep Monitoring dan EWS (Sumber: Penulis)

Analisis
data curah

Adapun pemasangan alat pemantau utama/pusat

Pusat

monitoring sebanyak 5 buah yang terpasang


Pema

pada area-area yang telah ditentukan (gambar

Serve

Gambar 8. Konfigurasi System Informasi DAS (Sumber:


Penulis)

7).

Tahapan Pembangunan Sarana Pendukung


Sebagai Penyebar Informasi Online
Sistem informasi online adalah system
yang

mempunyai

kemampuan

untuk

berkomunikasi secara langsung antar komponen


system, dengan demikian semua data dapat
secara langsung diambil secara online tanpa
mengukur di lapangan. (Siregar, dkk., 2004).
Maksudnya antara system satu dengan yang lain

Gambar 7. Peta Monitoring dan EWS DAS Comal (Sumber:


Penulis)

terhubung dan saling bekerja yang dapat

Area tersebut dibuat berdasarkan letak


stasiun

AWLR

yang

dipasang

direkam dalam system pengontrol yaitu system

pada

monitoring utama. Dalam membangun sarana

percabangan sungai. Pada daerah hulu dipasang

pendukung sebagai penyebar informasi secara

3 alat pemantau/pusat monitoring, pada daerah


tengah

dipasang

alat

online harus memperhatikan komponen:

pemantau/pusat

1.

monitoring, dan pada daerah hilir dipasang 1

Data Acquisition
Data acquisition merupakan suatu jaringan

alat pemantau/pusat monitoring.

stasiun pemantau yang ditempatkan di


6

Monitoring dan sistem peringatan dini banjir

lokasi-lokasi dimana titik pantau telah

pengambilan

ditentukan (Siregar, dkk., 2004). Fungsinya

pemantau. Setelah data-data terekam maka

adalah

yang

secara otomatis akan terkirim ke server.

dibutuhkan seperti data curah hujan dan

Data dari Master Station akan diteruskan

data tinggi muka air sungai. Hasil data

ke information distribution. (gambar 10)

mendapatkan

data-data

data-data

dari

stasiun

pemantauan tersebut dihubungkan dengan


Konektor
Online
Internal
(Data siap
terpublikasi)

transmission yang berfungsi penghubung


Transmitter

dengan master station. Adapun system

CPU &
Monitor

pengiriman data sebagai berikut:


Stasiun
Hujan

Pusat
Informasi
Konektor
Online
Internal
(Data Belum
terpublikasi)

Pemancar
Sensor

Gambar 10. Sistem Penerimaan Data (Sumber: Penulis)

Pada tahap ini semua data diproses menjadi

Stasiun
AWLR

informasi berupa pemodelan, grafik, table,


dan deskripsi yang di transfer ke pusat

Penerima

informasi. Data yang terkirim diterima di


transmitter kemudian diolah di komputer,

Gambar 9. Sistem Pengiriman Data (Sumber: Penulis)

hasil olahan tersebut dianalisis menjadi

Pada tahap ini data yang diperoleh masih

informasi

dalam format aslinya. Data hujan dari


3.

dari stasiun AWLR adalah data mentah

pembuatan

akan terekam di pemancar sensor dan

keputusan

yang

akan

didistribusikan ke elemen tertentu (Parnas,

kemudian diteruskan pada konektor secara

1971). Hasil keputusan yang diambil dari

online kepada penerima (gambar 9).

analisis sebelumnya akan didistribusikan ke

Master Station

kegiatan

Information Distribution

yang ada di dalam system berupa hasil

indicator terjadinya banjir. Data tersebut

Station

mengontrol

dengan

Information distribution adalah informasi

yang akan diolah dan diperlukan sebagai

Master

dihubungkan

konektor dan diteruskan ke pusat informasi.

stasiun hujan dan data ketinggian muka air

2.

yang

adalah

atau
stasiun

stasiun

masyarakat melalui internet/website, sms,

yang

radio yang bertujuan untuk memberikan

mengkoordinasikan
lain

dalam

informasi

sistem

kepada

masyarakat

melakukan tindakan tertentu.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Master_statio
n, 2013). Fungsinya adalah mengontrol
7

untuk

Monitoring dan sistem peringatan dini banjir

Pada tahap akhir ini semua keputusan

di lokasi tertentu, 2) pembangunan system

dibuat berdasarkan informasi yang didapat

informasi DAS dalam pengambilan keputusan

dari pusat informasi. Data yang sudah

yaitu

dianalisis di pusat informasi akan dikirim

utama/pusat monitoring sebanyak 5 buah yang

ke instansi terkait, dari instansi terkait akan

telah di koneksikan dengan alat pemantau yang

diteruskan dalam pembuatan kebijakan

lain, 3) Membangun sarana pendukung sebagai

yang akhirnya pada peringatan dini yang

penyebar informasi online yaitu meliputi data

terkoordinasi melalui internet, sirine, dan

acquisition, master station, dan information

sms (gambar 11).

distribution.

Pusat
Informasi

Instansi Terkait
(Pembuat
Kebijakan)

Sirine

Anonim.
2013.
Master
Station.
http://en.wikipedia.org/wiki/Master_stat
ion. Revisi terakhir 31 July 2013.
Diakses tanggal 29 Mei 2014.
Borga, M., E.N. Anagnostou, G. Bloschl, J.D.
Creutin.
2011.
Flash
Flood
Forecasting,
Warning
and
Risk
Management: The HYDRATE Project.
Elsevier - environmental science &
policy.

Monitoring dan system peringatan dini

BPDAS Pemali Jratun. 2013. Laporan


Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS
Terpadu DAS Comal. Semarang: Balai
Pengelolaan DAS Pemali Jratun.

banjir di DAS Comal Kabupaten Pemalang


sangat penting karena adanya daerah rawan
besar terkait dengan
besar

monitoring

dibutuhkan

pula.
peramalan

Craciunescu, Vasile., Gheorge Stancalie,


Andrei Diamandi, and Rodica P. MIC.
2006. Flood Monitoring Using On-line
Support System for Spatial Information
Management. Netherlands: Springer
Sub-Series IV. Earth and Environmental
Sciences cooperation with NATO Public
Diplomacy Division.

Sebelum
banjir

menggunakan pemetaan data spasial sehingga


dapat ditentukan wilayah pemantauan yang
bekerja

secara

online.

Adapun

proses

monitoring dan system peringatan dini banjir

Harto, B.S. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta:


PT. Gramedia Pustaka Utama.

secara online ditentukan dengan 3 hal, yaitu: 1)


kesesuaian

stasiun

pemantau

pemantau

Anonim. 2009. Daerah Rawan Bencana.


http://www.bpdas-pemalijratun.net.
Revisi terakhir 28 Desember 2009.
Diakses tanggal 29 Mei 2014.

KESIMPULAN

yang

alat

DAFTAR PUSTAKA

Gambar 11. Sistem Informasi dan Komunikasi (Sumber:


Penulis)

kerentanan

memasang

Internet/
website

SMS

banjir yang sangat

dengan

yaitu

Messner, Frank and Volker Meyer. 2006. Flood


Damage, Vulnerability and Risk
Perception Challenges for Flood

menempatkan stasiun hujan dan stasiun AWLR

Monitoring dan sistem peringatan dini banjir

Damage
Research.
Netherlands:
Springer Sub-Series IV. Earth and
Environmental Sciences cooperation
with NATO Public Diplomacy Division.
Mic,

Rodica P., Valentina Ungureanu,


Gheorghe Stancalie, Ciprian Corbus,
and Vasile Craciunescu. 2006. Flood
Forecasting in The Crisul Alb and
Crisul Negru Basins Using GIS Data
Base. Netherlands: Springer Sub-Series
IV. Earth and Environmental Sciences
cooperation
with
NATO
Public
Diplomacy Division.

Moore, Robert J., Victoria A. Bell, David A.


Jones. 2004. Forecasting for Flood
Warning. Elsevier SAS on behalf of
Acadmie des sciences.
Parnas, D. L. 1971. Information Distribution
Aspects of Design Methodology.
Pennsylvania:
Computer
Science
Department,
Carnegie-Melion
University.
Schanze,
Jochen.
2006.
Flood
Risk
Management. Netherlands: Springer
Sub-Series IV. Earth and Environmental
Sciences cooperation with NATO Public
Diplomacy Division.
Seyhan, Ersin. 1977. Dasar-Dasar Hidrologi.
Editor Soenardi
Prawirohatmojo.
Yogyakarta: UGM Press.
Siregar, Masbah R.T., Asis Djajadiningrat,
Hiskia, Djohar Syamsi, Novrita
Idayanti, Widyarani. 2004. Road Map
Teknologi : Pemantauan Daerah Aliran
Sungai (DAS) dan Pengolahan Limbah.
Jakarta: LIPI Press, anggota IKAPI.
UU. No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya
Air.

Вам также может понравиться