Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Informasi
tundaan, kondisi parkir, keselamatan, konsumsi bahan bakar, dan dampak lingkungan merupakan
faktor penting yang digunakan untuk mendiagnosa masalah, menemukan solusi yang tepat, serta
untuk mempelajari efek dari skema implementasi lalu lintas.
Arus lalu lintas secara makroskopis merupakan suatu karakteristik secara keseluruhan dalam suatu
lalu lintas yang dapat digambarkan dengan 3 parameter berikut:
a. Kecepatan (speed)
b. Arus/volume (flow/volume)
c. Kerapatan (density)
Dimana:
V = kecepatan (km/jam)
d = jarak (km)
t = waktu untuk melintas (detik)
Dimana
N = jumlah kendaraan yang diamati
Ui = spot speed tiap kendaraan yang diamati
Atau
Dimana
L = panjang ruas jalan yang ditempuh kendaraan
ti = waktu yang diperlukan tiap kendaraan yang diamati untuk menempuh jarak L
Space mean speed (SMS) adalah merupakan kecepatan rata-rata seluruh kendaraan
yang menempati/melintasi penggalan jalan selama periode waktu tertentu. Perhitungan
SMS didasarkan pada rata-rata waktu tempuh (ti) yang diambil dari seluruh kendaraan
yang melintasi suatu panjang jalan L. Tiap-tiap kendaraan melintasi pada kecepatan Ui,
sehingga waktu tempuhnya untuk melintasi jarak L adalah:
2.) Average Annual Weekday Trffic (AAWT) adalah volume rata-rata yang diukur selama
24 jam untuk hari-hari kerja selama kurun waktu 365 hari, sehingga AAWT
merupakan jumlah total kendaraan yang terukur dibagi total hari kerja dalam satu
tahun yakni 260.
3.) Average Daily Trafic (ADT) adalah volume rata-rata yang diukur selama 24 jam penuh
dalam periode waktu tertentu yang lebih pendek dari satu tahun, misalnya dalam 5
bulan, satu bulan, satu minggu, atau lebih kecil dari 2 hari.
4.) Average Weekday Traffic (AWT) adalah volume rata-rata yang diukur selama 24 jam
pada hari-hari kerja dalam kurun wakfu kurang dari satu tahun, misalnya dalam
waktu satu bulan
Ilustrasi:
= proporsi dari lalu lintas harian yang terjadi selama jam puncak
Contoh:
Ruas jalan antar kota (rural highway), diproyeksikan bahwa LHR atau AADT selama 20
tahun kedepan aldah 30.000 kendaraan per hari (kph).
Dari jalan tersebut besar faktor K adalah 20 % dariLHR dan arah yang padat biasanya
diambil 70% dari jam puncak.
Dengan demikian DDHV diperkirakan:
DDHV = AADT x K x D
= 30.000 x 0,20 x 0,70
= 4.200 kend per jam
c. Volume per Sub jam (subhourly volumes)
Jika volume per jam merupakan basis data untuk kebutuhan design dan analisis lalu
lintas, maka variasi volume yang terjadi dalam kurun lebih pendek lagi (short term)
sangat diperlukan untuk mengukur kualitas dari arus lalu lintas dalam hubungannya
dengan penyediaan fasilitas yang cukup memadai, yang volumenya pada suatu kurun
waktu yang lebih pendek tersebut mungkin akan melebihi kapasitas.
Hubungan antara volume per jam dan laju maksimum dari arus selama satu jam
merupakan faktor jam puncak (peak hour factor = PHF) yang dirumuskan:
Dimana: V15 = volume maksimum yang terjadi selama 15 menit dalam pengamatan 1 jam
Harga maksimum PHF adalah 1, yakni jika selama waktu 1 jam pengamatan tiap interval
15 menitan memberikan hasil yang sama. Harga terendah adalah 0,25 yang terjadi jika
arus lalu lintas dalam 1 jam hanya ada dalam 1 interval waktu saja. Harga normal dari
PHF berkisar antara 0,70 sampai 0.8.
Biasanya PHF akan menggambarkan karakteristik Trip Generation dan diterapkan pada
suatu area dari sistem jalan dan jalan raya.
Contoh:
Terlihat bahwa fluktuasi arus yang terjad pada interval waktu yang lebih pendek lebih
bervariasi
3. Kerapatan (Density)
Kerapatan adalah jumlah kendaraan yang menempati suatu panjang jalan atau lajur, yang
secara umum diekspresikan dalam kendaraan per kilometer (kend/km) atau kendaraan per
kilometer per lajur (kend/km/lajur).
Dengan demikian:
d = q / Vs
dimana :
= Arus
= kecepatan Space mean speed
= Kerapatan
b. Kecepatan kendaraan
c. Kepadatan lalu lintas
Ketiga unsur tersebut merupakan unsur pembentukan aliran lalu lintas, yang akan
mendapatkan pola hubungan:
a. Kecepatan dengan kerapatan
b. Arus dengan kecepatan
c. Arus dengan kerapatan
Model hubungan antara arus, kecepatan, dan kerapatan, yang dapat dilihat pada gambar
diatas, pada dasarnya dapat diterangkan sebagai berikut:
a. Pada kondisi kerapatan mendekati harga nol, dengan asumsi seakan-akan tidak
terdapat kendaraan bergerak, sedangkan kecepatannya akan mendekati kecepatan
rata-rata pada kondisi arus bebas.
b. Apabila kerapatan naik dari angka nol, maka arus juga naik. Pada suatu kerapatan
tertentu akan tercapai suatu titik yang bertambahnhya kerapatannya akan membuat
arus menjadi turun.
c. Pada kondisi kerapatan mencapai kondisi maksimum atau disebut kerapatan kondisi
jam (kerapatan jenuh) kecepatan perjalanan akan mendekati nilai nol, demikian pula
arus lalu lintas akan mendekati harga nol karena tidak memungkinkan kendaraan
untuk dapat bergerak lagi.
d. Arus dibawah kapasitas dapat terjadi pada dua kondisi, yakni:
1) Pada kecepatan tinggi dan kerapatan rendah (kondisi A)
2) Pada kecepatan rendah dan kerapatan tinggi (kondisi B)
Apabila model hubungan linier tersebut telah diperoleh, maka setiap terjadi perubahan
kecepatan akan diperoleh pula besar kerapatannya. Ternyata besaran arus juga dapat
dicari dari pola hubungan ini. Arus merupakan luasan sebuah persegi empat dengan sisisisinya berupa kecepatan dan kerapatan.
Luasan dari segi empat VxPkxO menggambarkan kondisi arus pada kecepatan Vx dan
kerapatan kx
b. Pola hubungan antara arus dan kerapatan
Gambar berikut menunjukkan hubungan antara arus dan kerapatan
Pada puncak kurva yang merupakan arus maksimum akan terjadi kecepatan optimum (Vopt),
sedangkan semakin ke kiri garis yang dibentuk maka semakin tegak atau sudut semakin kecil
dan kecepatan akan semakin besar, sehingga berimpit dengan sumbu yang merupakan
kecepatan arus bebas (free flow speed)