Kirstie Imelda/1106055154

7.2. Laguna Teraerasi

Laguna teraerasi adalah basin dengan kedalaman yang signifikan, yaitu sekitar
8 16 ft (2,4 4,9 m), dengan proses oksigenasi yang dilakukan secara mekanis atau
alat aerasi terdifusi melalui aerasi permukaan terinduksi. Terdapat dua jenis laguna
teraerasi:
1. Laguna aerobik, dimana DO dan padatan tersuspensi dipertahankan agar
seragam di dalam basin. Dalam laguna aerobik, seluruh padatan
dipertahankan berada dalam suspensi. Sistem ini dapat disebut sistem
lumpur aktif flow-through tanpa daur ulang padatan. Karenanya,
konsentrasi padatan tersuspensi limbah menjadi sama dengan konsentrasi
padatan basin.
2. Laguna aerobik-anaerobik atau laguna fakultatif, dimana oksigen dijaga
pada lapisan cair bagian atas basin, namun hanya sebagian dari padatan
tersuspensi

yang

dipertahankan

dalam

suspensi.

Gambar 1. Tipe-tipe laguna teraerasi (Eckenfelder, 2000)

Laguna aerobik dan fakultatif secara umum dibedakan berdasarkan tingkat

daya yang dipakai pada basin. Dalam laguna aerobik, dipasang daya tinggi (14-20
hp/juta galon) untuk menjaga seluruh solid berada dalam suspensi. Untuk laguna
fakultatif, dipasang daya yang lebih rendah (4 hp/juta galon) karena hanya digunakan
untuk menjaga dispersi dan pencampuran dari DO.
Untuk laguna aerobik, pada waktu detensi basin konstan, konsentrasi
ekuilibrium padatan biologis dan laju rata-rata dari pelucutan organik diharapkan
dapat naik seiring dengan kenaikan konsentrasi influent organik.

Konsentrasi

ekuilibrium padatan biologis, Xv, dapat diprediksi dengan:

(1)

Jika ada padatan tersuspensi volatil yang tidak terdegradasi, maka:

(2)
Dimana

influent padatan tersuspensi volatil yang tidak terdegradasi dalam

laguna. Maka konsentrasi effluent organik terlarut adalah:

(3)
Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa fraksi konsentrasi efluent
organik terlarut tidak tergantung pada konsentrasi influent organik. Koefisien laju
reaksi spesifik organik K tergantung pada suhu. Laguna aerobik digunakan untuk pretreatment limbah industri berkekuatan besar saat dibuang pertama kali, yang akan
dialirkan ke sistem rangkaian municipal (kota) atau sebagai basin pertama pada
rangkaian laguna teraerasi dua basin, yang kemudian dilanjutkan dengan basin
fakultatif.
Pada laguna fakultatif, sebagian padatan tersuspensi mengendap ke dasar
basin, dimana akan terjadi dekomposisi anaerobik di dalamnya. Hasil reaksi
anaerobik selanjutnya dapat dimodifikasi untuk menghasilkan effluent yang lebih
jernih, dengan cara menginklusi kolam postsettling terpisah atau kompartemen
bersetting baffled. Padatan tersimpan di dasar dari laguna fakultatif akan melalui
degradasi anaerobik, yang akan menghasilkan organik terlarut pada lapisan atas
aerobik. Persamaannya:
(4)
Dimana F adalah koefisien yang menjelaskan arus balik organik karena aktivitas
anaerobik pada lapisan lumpur terdeposit. Derajat aktivitas anaerobik sangat
tergantung pada suhu adan koefisien D dapat bervariasi dari 1,0 1,4 tergantung pada
kondisi geografis dari pabrik. Pada laguna fakutatif, padatan biologis dijaga pada
tingkat yang lebih rendah dari lagunaaerobik, dan organik terlarut dikembalikan pada
larutan sebagai produk degradasi anaerobik. Kebutuhan oksigen dianggap
berhubungan empirik dengan pelucutan organik, dan diestimasi dengan:
(5)
Dimana F adalah koefisien utilisasi oksigen keseluruhan untuk laguna fakultatif, dan
merupakan fungsi dari derajat arus balik organik, yang kemudian menjadi fungsi dari
influent padatan menetap dan suhu. Nilai F dapat bervariasi dari 0,8 1,1 saat musim
dingin dimana aktivitas anaerobik dalam basin rendah, dan dari 1,1 1,5 saat musim

panas dimana aktivitas anaerobik dalam basin maksimal. Nilai ini juga bergantung
pada lokasi pabrik. Kebutuhan nutrisi pada laguna teraerasi dapat dihitung dengan
cara yang sama dengan cara pada proses lumpur aktif. Untuk laguna fakultatid,
dekomposisi anaerobik dari lumpur yang tersimpan di dasar basin akan menjadi feed
balik nitrogen dan fosfor. Hal ini cukup untuk proses pelucutan organik pada basin
tipe ini, dan tidak perlu ada penambahan nitrogen maupun fosfor lagi.