Вы находитесь на странице: 1из 18

1

STUDI PEMBUATAN SERBUK EFFERVESCENT EKSTRAK


BELLADONA
KAJIAN SUHU PENGERING, KONSENTRASI DEKSTRIN,
KONSENTRASI ASAM SITRAT
DAN Na-BIKARBONAT

Rakhmad Wiyono

ABSTRACT

This research aimed to get the combination of drying temperature and


dextrin concentration against the quality of temulawaks essence, and the
combination

between citric acid and Na- Bicarbonate treatment against

temulawaks effervescent powder quality.


The result of the first step shows that the treatment combination between
20% of dextrin concentration and 50C of drying temperature which is the
best treatment of the first step from temulawaks powder essence that has
characteristics on 10.11% of water content, ( L*) 55.10 of brightness level,
(a*) 14.56 of redness level, ( b*) 44.20

of yellowness level, 24.63% of

rendement, 5.63 of pH; 2.78 of water re-absorption; 1.88% of sugar content


reduction; 62.27% antioxidant content, 5.55 obtains panellists assessment
against color, 5.95 of taste, and 4.15 of aroma.
The result of the second step shows that the treatment combination between
10% citric acid and 20% Na-bicarbonate that is the best treatment of the
second step that has characteristics on 7.48% of water content, (L*) 59.37
of brightness level, (a*) 14.53 of redness level, (b*) 46.50 of yellowness level,
5.33 of pH, 88.17 of dissolving rate, 2.49% of sugar content reduction, and
46.53% of antioxidant content.
The conclusion of this research is the best treatment combination on the
first step is 20% of dextrin concentration and 50C drying temperature, while at
the second step is 10% citric acid concentration and 20% Na-bicarbonate. The

advice of this research is its necessary to analyze the curcuminoid


as an active antioxidant compound

content

in temulawak.

Key word : Effervescent powder, temulawak

Abstrak: Penelitian

ini

bertujuan

pengeringan dan konsentrasi dekstrin

untuk

mendapatkan

kombinasi

suhu

terhadap kualitas sari temulawak dan

kombinasi perlakuan asam sitrat dan Na-Bicarbonat terhadap kualitas

serbuk

effervescent temulawak.
Hasil penelitian pada

Tahap

I menunjukkan

bahwa

kombinasi

perlakuan konsentrasi dekstrin 20% dan suhu pengering 50C merupakan


perlakuan terbaik tahap I dari serbuk sari temulawak yang memiliki karakteristik
kadar air 10,11%; tingkat kecerahan (L*) 55,10;
14,56; tingkat kekuningan

tingkat kemerahan

(a*)

(b*) 44,20; rendemen

TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1 Pengertian serbuk
Serbuk adalah campuran homogeny dua atau lebih obat yang
diserbukkan, karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih
mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang
dipadatkan (Dirjen POM, 1979).
Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih
sama, dibungkus mengguakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh
atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang
mengandung lilin kemudian dilapisi dengan kertas logam (Dirjen POM,
1995).
Serbuk diracik dengan cara mencampurkan bahan obat satu persatu,
sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit.
Dalam mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga

agar jangan ada bagian yang menempel pada dinding mortar. Terutama
unuk serbuk yang berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk (Dirjen
POM, 1979; Syamsuni, 2006):
1. Obat yang berbentuk Kristal/ bongkahan besar hendaknya digerus lebih
dahulu.
2. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan zat
penambah (konstituen) dalam mortar.
3. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa
serbuk sudah homogen.
4. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.
II.1.2 Keuntungan dan kerugian serbuk
Keuntungan serbuk (Syamsuni, 2006):
1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan
2. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet, lebih
mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk
3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak
ditemukan dalam sediaan serbuk.
4. Obat yang tidak stabil dalam sediaan suspense atau larutan dapat dibuat
dalam bentuk serbuk.
5. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai.
Kerugian serbuk (Syamsuni, 2006):
1. Tidak tertutupnya rasa pahit dan bau yang tidak enak
2. Pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau basah
II.1.3 Sifat-sifat serbuk (Voight, 1994):
1. Sifat dimensi
Definisi bentuk dan ukuran partikel serbuk dilakukan dengan berbagai
cara yang berbeda pada hakekatnya sangat bergantung dengan metode
pengukurannya. Kemungkinan penilaian lain bagi serbuk adalah

melalui analisis ayakan, analisis sedimentasi dan perhitungan patikel


secara elektronik.
2. Sifat permukaan
Atas dasar bidang gaya yang dimilikinya, permukaan partikel zat padat
mampu

mengadsorbsi

molekul-molekul

air

dan

uap.

Dengan

teradsorpsinya uap air pada serbuk, dibanyak bahan obat padat akan
terbentuk lapisan antara berupa air yang dapat mempengaruhi stabilitas,
kemampuan bereaksi dan kelarutan zat.
3. Sifat aliran
Sifat aliran serbuk dapat diperbandingkan dengan cairan bukan newton,
yang dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel, melalui gaya kohesi
diantara partikel dan oleh pembentukan lapisan tipis permukaan dan
faktor-faktor lainnya.
4. Sifat teknologi farmasi
Dalam hal ini diartikan sebagai kelarutan dan hubungan antara ukuran
partikel dengan kerja klinis, dan juga beberapa karakteristik semacam
itu muncul akibat teknologi pengolahan serbuk menjadi sediaan obat.
II.2

Rancangan Formula
Ekstrak Belladona 0,02 g

II.3

Na Benzoat

0,03%

Laktosa

q.s

Alasan Penambahan

II.3.1 Alasan Formulasi


Ekstrak Belladona merupakan ekstrak kental (Extractum Spissum),
oleh karena itu ekstrak belladonna dimodifikasi dalam bentuk serbuk
dengan beberapa alasan yaitu:
1. Ditinjau dari kadar air yang terkandung dalam ekstrak belladonna
cukup tinggi yaitu 30%, tingginya kandungan air dapat menyebabkan
suatu instabilitas sediaan obat berupa timbulnya mikroba (Voight,
1994)

2. Pengolahan ekstrak kental menjadi ekstrak kering atau serbuk agar


dapat digunakan secara lebih praktis dan lebih akurat dalam penentuan
dosis (Sembiring, 2009)
3. Serbuk memiliki luas permukaan yag besar, sehingga serbuk lebih
mudah terdispersi dan lebih mudah larut daripada sedian yang
dipadatkan (Dirjen POM, 1995)
Jadi, dalam bentuk serbuk ekstrak belladonna lebih praktis dan lebih
akurat dalam penentuan dosis, serta serbuk memiliki luas permukaan yang
lebih besar sehingga mudah terdispersi dan lebih mudah larut. Selain itu,
dalam

bentuk

serbuk

dapat

meminimalisir

tumbuhnya

mikroba

dikarenakan kandungan air yang cukup tinggi pada ekstrak belladonna.


II.3.2 Alasan penambahan zat tambahan
1. Na Benzoat
- Na Benzoat berfungsi sebagai pengawet antimikroba yang dapat
mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur (Kristianingrum, 2006).
- Na Benzoat memiliki kelarutan yang besar dalam bahan, garam
benzoate terurai menjadi bentuk efektif yaitu bentuk asam benzoate
yang tidak terdisosiasi (Kristianingrum, 2006).
- Na Benzoat efektif pada pH 2,5-4,0 (Kristianingrum, 2006).
- Na Benzoat terdapat dalam berbagai produk termasuk selai,
minuman serta berbagai makanan lainnya (Kristianingrum, 2006).
Jadi, Na Benzoat sangat cocok digunakan dalam formulasi ini
karena dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur dalam sediaan.
Na Benzoat sendiri memiliki kelarutan yang lebih besar dan dalam
bentuk terurai tidak terdisosiasi, Serta Na Benzoat efektif pada pH 2,54,0, hal ini cocok untuk formulasi ekstrak belladonna karena ekstrak
belladonna stabil pada pH dibawah 7 dan terdegradasi pada pH diatas 7.
Selain itu, Na Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan bahan
pangan, sehingga Na Benzoat lebih aman.
2. Laktosa

- Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan


karena tidak bereaksi dengan hamper semua bahan obat, baik yang
digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat (Lachman, 2012)
- Sesuai literatur, laktosa digunakan sebagai bahan pengering dalam
pembuatan serbuk ekstrak belladonna (Dirjen POM, 1979)
- Selain untuk pengisi dan pengering, laktosa juga dapat digunakan
sebagai pemanis (American Pharmaceutical Association, 2009)
Jadi, laktosa digunakan dalam formulasi karena sangat cocok
sebagai bahan pengisi karena tidak invert dengan hampir semua bahan
obat dan dapat berfungsi sebagai pemanis untuk menutupi rasa pahit
dari ekstrak belladonna, serta dapat digunakan sebagai bahan pengering
dalam pembuatan serbuk ekstrak belladonna.
II.4

Uraian Bahan
1. Ekstrak Belladona (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995; Martindale,
2009; Anonim, 2005)
Nama Resmi

: Belladonae extractum

Nama Lain

: Ekstrak belladonna

RM/BM

:-

Pemerian

: Massa kental; coklat tua, serbuk; rasa pahit

Kelarutan

: Mudah larut dalam air dingin, air panas, methanol


dan dietileter

Stabilitas

: Tidak stabil pada pH alkali dan akan cepat


terdegradasi dalam campuran dengan pH diatas 7

Inkompatibilitas : Alkali (basa) dapat cepat terdegradasi; reaktif


dengan oksidator
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu tidak lebih

dari 30o
Kegunaan

: Zat aktif

DM

: Sekali 20 mg, sehari 80 mg

2. Na Benzoat (Dirjen POM, 1995; American Pharmaceutical Association,


2009)

Nama Resmi

: Natrii benzoas

Nama Lain

: Sodium benzoas

RM/BM

: C7H5NaO2/ 144,11

Pemerian

: Granul atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau


praktis tidak berbau, stabil diudara

Kelarutan

: Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol


dan lebih mudah larut dalam etanol 90%

Stabilitas

: Larutan encer dapat disterilkan dengan autoklaf atau


filtrasi

Inkompatibilitas : Inkompatibel degan campuran kuartener, gelatin,


garam-garam besi, garam-garam kalsium da garamgaram dari logam berat, termasuk perak, timah dan
tembaga. Aktivitas pengawet akan berkurang apabila
berinteraksi dengan kaolin atau surfaktan non ionik.
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Pengawet antimikroba: pelumas tablet

Konsentrasi

: 0,02%-0,5%

3. Laktosa (Dirjen POM, 1995; American Pharmaceutical Association,


2009)
Nama Resmi

: Lactosum

Nama Lain

: Laktosa

RM/BM

: C12H22O11/ 342,30

Pemerian

: Serbuk atau massa hablur, keras, putih atau puih


krem, tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil
diudara, tetapi mudah menyerap bau

Kelarutan

: Mudah (pelan-pelan) larut dalam air dan lebih


mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut
dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter

Stabilitas

: Jamur dapat berkembang pada kondisi yang lembab


(80% RH dan lebih) laktosa dapat menghasilkan
warna coklat pada saat disimpan reaksi dapat

dipercepat pada kondisi yang lembab dan panas.


Pada suhu 80oC, tablet yang berisi laktosa anhidrat
dapat membesar 1,2 kali setelah sehari.
Inkompatibilitas : Laktosa
Campuran

inkompatibel
yang

dengan

berisi

okidator

hidrofobik

kuat.

leukofrin

antagonis dan laktosa anhidrat atau laktosa nonhidrat


disimpan selama 6 minggu pada suhu 40oC dan 75%
RH. Campuran yang berisi laktosa memperlihatkan
kelembaban yang tinggi dan degradasi obat. Studi
menunjukkan bahwa dalam campuran roxifibon
asetat (DMP 754) dan laktosa anhidrat, adanya
laktosa anhidrat mempercepat hidrolisis golonga
ester dan emidine.
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Zat tambahan (pengering, pengisi dan pemanis)

III.1 Alat yang digunakan


1. Alu
2. Ayakan
3. Lumpang
4. Neraca Analitik
5. Sendok tanduk
6. Sudip
III.2 Bahan yang digunakan
1. Alkohol 70%
2. Aluminium foil
3. Ekstrak Belladona
4. Kapas
5. Kertas perkamen
6. Laktosa
7. Natrium Benzoat

8. Tissue
III.3 Perhitungan Bahan
Ekstrak Belladona
Yang digunakan: 20 mg = 0,02 g
Untuk 1 sachet

= 0,02 g

Untuk 5 sachet

= 0,02 g x 5
= 0,1 g

Na Benzoat
Yang digunakan: 0,03% = 0,0003
= 0,0003 x 4 g = 0,0012 g
Untuk 1 sachet

= 0,012 g

Untuk 5 sachet

= 0,0012 g x 5
= 0,006 g

Laktosa

q.s = 4 g (0,02 g + 0,0012 g)


= 4 g 0,0212 g
= 3,9788 g

Untuk 1 sachet

= 3,9788 g

Untuk 5 sachet

= 3,9788 g x 5
= 19,894 g

III.4 Perhitungan Dosis


DL = 10-20/ 30-60
16 tahun
x 20 = 16
Sekali :

x 60 = 48

x 100% = 80 %

x 100% = 80 %

Sehari :
17 tahun
x 20 = 17
Sekali :

x 60 = 51

x 100% = 85 %

10

x 100% = 85 %

Sehari :
18 tahun
x 20 = 18
Sekali :

x 60 = 54

x 100% = 90 %

x 100% = 90 %

Sehari :
19 tahun
x 20 = 19
Sekali :

x 60 = 57

x 100% = 95 %

x 100% = 95 %

Sehari :

20 tahun
x 20 = 20
Sekali :

x 60 = 60

x 100% = 100 %

x 100% = 100 %

Sehari :
21 tahun

x 20 = 17,5
Sekali :
Sehari :

,
,

x 60 = 52,5

x 100% = 87,5 %

x 100% = 87,5%

22 tahun
x 20 = 18,3
Sekali :
Sehari :

x 60 = 55

x 100% = 91,5 %

x 100% = 91,6%

11

23 tahun
x 20 = 19,7
Sekali :
Sehari :

x 60 = 57,5

x 100% = 98,5 %

x 100% = 95,83%

24 tahun
x 20 = 20
Sekali :
Sehari :

x 60 = 60

x 100% = 100 %

x 100% = 100%

III.5 Cara Kerja


Ekstrak belladonna merupakan ekstrak kental (extractum spissum)
sehingga dalam pembuatan serbuk dari ekstrak belladonna dilakukan
penanganan khusus dimana 1 bagian ekstrak belladonna ditambahkan
dengan etanol 70 % dan 2 bagian pati atau laktosa (Dirjen POM, 1979;
Syamsuni, 2006)
Adapun tahap-tahap pembuatannya adalah sebagai berikut:
1.

Ditimbang ekstrak belladonna 0,1 g, Na Benzoat 0,006 g, dan laktosa


19,894 g

2.

Dimasukkan ekstrak belladonna kedalam lumpang

3.

Ditambahkan etanol 70% secukupnya

4.

Ditambahkan 2 bagian laktosa sebanyak 0,2 g, digerus sampai menjadi


serbuk dan homogen

5.

Dikeringkan serbuk dalam oven dengan suhu 30oC sampai kering

6.

Setelah kering, kemudian serbuk diayak

7.

Dimasukkan kembali serbuk yang telah diayak kedalam lumpang

8.

Ditambahkan Na Benzoat 0,006 g dan laktosa 19,894 g

9.

Digerus sampai homogen, kemudian diayak

10. Dibagi serbuk menjadi 5 bagian dengan bobot masing-masing 4 g


11. Dikemas dalam wadah kedap udara dan diberi etiket

12

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
Rumus perhitungan dosis (Syamsuni, 2006)
DL: 10-20/30-60
Rumus Dilling:
Rumus Cowling:

x DM (untuk 16-20 tahun)

x DM (untuk 21-24 tahun)

IV.2 Pembahasan
Rancangan dari suatu bentuk sediaan yang tepat memerlukan
pertimbangan kriteria fisika, kimia dan biologis dari semua bahan-bahan
obat dan bahan-bahan farmasetik yang akan digunakan dalam membuat
produk tersebut. Obat dan bahan-bahan farmasetik digunakan harus
tercampur satu dengan yang lainnya, untuk menghasilkan suatu produk obat
yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan aman (Ansel, 2008).
Pada percobaan ini, dilakukan formulasi tentang serbuk dengan zat
aktif Ekstrak Belladonna Powder. Dalam melakukan formulasi terlebih
dahulu dilakukan studi preformulasi terhadap zat aktif yang ditinjau dari
berbagai

aspek

fisika

maupun

aspek

kimia

seperti

kelarutan,

inkompatibilitas, serta kestabilan dan konsentrasi dari zat aktif. Disamping


itu, zat aktif yang digunakan dalam percobaan ini menggunakan bahan
ekstrak

kental

sehingga

diperlukan

penanganan

khusus

dalam

pembuatannya.
Dalam pemilihan zat-zat tambahan yang digunakan dalam formulasi
juga ditinjau dari berbagai aspek fisika maupun aspek kimianya.
Diantaranya kelarutan, inkompatibilitas dari setiap bahan, serta kestabilan
dan konsentrasi dari bahan.
Dari studi preformulasi yang dilakukan didapatkan rancangan formula
yang terdiri dari Ekstrak belladonna 0,02 g, Na Benzoat 0,03 % dan laktosa
ad 4 g dengan nama produk Bellafarin.

13

Pada pembuatan serbuk Bellafarin ini, langkah awal yang dilakukan


adalah menimbang masing-masing bahan yang akan digunakan untuk 1
batch yang terdiri dari 5 sachet dengan bobot masing-masing 4 g yaitu
ekstrak belladonna 0,1 g, Na benzoat 0,006 g dan laktosa 19,894 g.
Selanjutnya pembuatan serbuk ekstrak belladonna, dimana dalam hal ini zat
aktif yang digunakan masih dalam bentuk ekstrak kental, untuk itu
dilakukan penanganan khusus dalam membuat serbuk yaitu dengan
memasukkan ekstrak belladonna kental ke dalam lumpang, ditambahkan
ethanol 70% secukupnya. Kemudian ditambahkan 2 bagian laktosa
sebanyak 0,2 g dan digerus sampai menjadi serbuk dan homogen. Setelah
itu dikeringkan serbuk dalam oven dengan suhu 30oC sampai kering dan
diayak.
Setelah ektsrak belladonna sudah dalam bentuk serbuk dimasukkan
kembali ke dalam lumpang. Ditambahkan Na Benzoat sebanyak 0,006 g dan
laktosa 19,894 g.
Penggunaan Na Benzoat sangat cocok digunakan dalam formulasi ini
tujuannya untuk mengetahui expired date dari suatu sediaan. Selain itu juga
pengawet digunakan, untuk mencegah tumbuhnya mikroba dalam suatu
sediaan (Ansel, 2008). Na Benzoat sendiri memiliki kelarutan yang lebih
besar dan dalam bentuk terurai tidak terdisosiasi, Serta Na Benzoat efektif
pada pH 2,5-4,0, hal ini cocok untuk formulasi karena ekstrak belladonna
stabil pada pH dibawah 7 dan terdegradasi pada pH diatas 7. Selanjutnya
penggunaan Laktosa dalam formula ini karena sangat cocok sebagai bahan
pengisi dimana tidak invert dengan hampir semua bahan obat dan dapat
berfungsi sebagai pemanis untuk menutupi rasa pahit dari ekstrak
belladonna, serta dapat digunakan sebagai bahan pengering dalam
pembuatan serbuk ekstrak belladonna.
Semua bahan yang telah dimasukkan kedalam lumpang tadi, digerus
hingga homogen dan diayak serta dimasukkan kedalam sachet dan diberi
brosur. Adapun sediaan ini diindikasikan untuk gangguan spastik (kejang)
pada saluran pencernaan, mengobati kolik dan dismenore (nyeri haid).

14

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini disimpulkan bahwa mahasiswa telah
mampu untuk membuat serbuk yang memenuhi standar yang disyaratkan
dan menghasilkan serbuk yang baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya
formula Bellafarin dengan zat aktif Ektrak Belladonna Powder yang telah
berhasil dirancang oleh mahasiswa yang diindikasikan untuk gangguan
spastik (kejang) pada saluran pencernaan, mengobati kolik dan dismenore
(nyeri haid).
V.2 Saran
Adapun saran dalam pelaksanaan praktikum untuk kedepannya lebih
baik, yaitu adanya ketersediaan dari alat dan bahan untuk praktikum yang
memadai

DAFTAR PUSTAKA
American Pharmaceutical Association. 2009. Handbook Of Pharmaceutical
Excipient 6th Edition. The Pharmaceutical press: London
Ansel, H.L. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Ke Empat. UI
Press: Jakarta
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta
Kristianingrum, S. 2006. (Jurnal) Pengawet Makanan yang Aman Bagi
Kesehatan. FMIPA UNY: Yogyakarta
Lachman. 2012. Teori dan Praktek Farmasi Industri. UI Press: Jakarta
Martindale. 2009. The Extra Pharmacopoeia Thirty-Sixth Edition.

15

Pharmaceuticalpress: London
Sembiring, B. 2009. (Jurnal) Pengaruh Konentrasi Bahan Pengisi dan Cara
Pengeringan Terhadap Mutu Ekstrak Kering Sambiloto: Bogor
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. EGC: Jakarta
Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Universitas Gadjah Mada
Press: Yogyakarta
LAMPIRAN
1. Skema Kerja
Serbuk Ekstrak Beladona

Ditambah Na Benzoat

Ditambah Laktosa

Digerus sampai homogen

Diayak

Produk Jadi

Dikemas

Bellafarin

16

2. Etiket

BELLAFARIN
Komposisi:
Tiap 4 g serbuk mengandung:
Ekstrak Belladona 20 mg
Zat tambahan

q.s

Indikasi:
Gangguan spastik (kejang) pada salurn pencernaan, mengobati kolik dan
diesmenore (nyeri haid)
Kontra Indikasi:
Tidak cocok untuk anak-anak, ibu hamil dan menyusui
Efek Samping:
Pada dosis besar dapat menyebabkan mulut kering, retensi urin, sembelit,
dilatasi pupil dan muka merah
Dosis:
Dewasa (16 tahun keatas)
3x1 sachet perhari
Penyimpanan:
Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering

No. Registrasi : DBL 14 003 001 23 A1


No. Batch

: E 4003001

Medical Farma

Gorontalo-Indonesia

17

3. Brosur

BELLAFARIN
Komposisi:
Tiap 4 g serbuk mengandung:
Ekstrak Belladona 20 mg
Zat tambahan

q.s

Indikasi:
Gangguan spastik (kejang) pada salurn pencernaan, mengobati kolik dan diesmenore
(nyeri haid)
Farmakologi:
Ekstrak Belladonna menurunkan aktifitas parasimpatis disemua otot dan kelenjar. Hal
ini dikarenakan ekstrak belladonna merupakan antagonis kompetitif dari reseptor
muskarinik. Derivat belladonna yang terhidrolisa disekresi melalui ginjal bersama urin.
Kontra Indikasi:
Tidak cocok untuk anak-anak, ibu hamil dan menyusui
Efek Samping:
Pada dosis besar dapat menyebabkan mulut kering, retensi urin, sembelit, dilatasi pupil
dan muka merah
Dosis:
Dewasa (16 tahun keatas)
3x1 sachet perhari
Penyimpanan:
Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering

No. Registrasi : DBL 14 003 001 23 A1


No. Batch

: E 4003001

Medical Farma

Gorontalo-Indonesia

18

Вам также может понравиться