Вы находитесь на странице: 1из 8

J. Tek.

Ling

Edisi Khusus

Hal. 40-47

Jakarta Juli 2008

ISSN 1441-318X

PENINGKATAN EFISIENSI PEMBAKARAN PADA


BOILER MELALUI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH
Kasus : Boiler Fluidized Bed Combustion di Pabrik Tektil
Wiharja dan Joko Prayitno Susanto
Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Abstract
The industrial increasing growth rate in globalization has been given impact to the
increasing of energy consumption, especially for energy that comes from fossil
fuel. The decreasing of fossil fuel that can not renewable the energy, it must be
done energy efficiency through the energy utilization on production process to be an
ought to that can not be avoided.
The implementation of cleaner production in boiler from textile industry has been
done to reduce energy loose through combustion energy efficiency. The
implementation result of cleaner production concept is able to reduce energy losses
from about 21,09% to be 13,30 %. The coal consumption before was about 60
tones/day and after implementation, it can reach equal to 4.67 tones/day or 1.401
tones coal per year.
Key words: efficiency, cleaner production, Boiler.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya laju pertumbuhan
industri sangat diperlukan untuk
meningkatkan pertumbuhan perekonomian
masyarakat. Disisi lain, peningkatan
industrialisasi ini akan selalu diikuti dengan
meningkatnya kebutuhan energi, yang saat
ini sangat tergantung pada sumber energi
yang berasal dari bahan bakar fosil. Namun
demikian, industrialisasi telah merupakan
salah satu tuntutan yang tidak dapat
dihindarkan lagi dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, sehingga
pertumbuhan industrialisasi tidak boleh
dihambat.
Timbulnya dampak negatif dari
industrialisasi, seperti penggunaan energi
yang menguras cadangan bahan bakar fosil
yang terkandung di dalam perut bumi,
pencemaran, dampak sosial dll., harus
40

disikapi secara bijaksana dengan


melakukan upaya-upaya pencegahan
melalui optimalisasi proses, peningkatan
effisiensi, pemanfaat bahan baku yang
ramah lingkungan dan sebagainya.
Semakin ketatnya persaingan di era
ekonomi global juga mengharuskan dunia
usaha melakukan kreasi untuk lebih
meningkatkan efisiensi dan peningkatan
performa lingkungannya, dan harus dapat
memenuhi tuntutan konsumen yang
menekankan pentingnya prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan untuk
dilaksanakan di dalam setiap proses
produksinya.
Produksi Bersih (Cleaner Production)
merupakan salah satu metode yang
menerapkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan yang saat ini banyak dilakukan

diberbagai Negara.

Wiharja dan J, P. Susanto. 2008

Penerapan produksi bersih dalam suatu


industri dapat mencakup semua proses
dalam industri, baik sejak penyiapan bahan
baku, proses hingga produk akhir yang
dihasilkan.
Dalam suatu industri, khususnya
industri tektil, boiler merupakan salah satu
bagian penting proses produksi untuk
menyediakan panas yaitu melalui
pemanasan air menjadi uap. Penerapan
produksi bersih pada boiler diharapkan dapat
menurunkan konsumsi energi yang sangat
signifikan terhadap penurunan konsumsi
energi produksi secara keseluruhan.
1.2. Tinjauan Pustaka
a.

Pengertian dan Konsep Produksi


Bersih

United Nation Environmental Program


(UNEP) mendefinisikan Cleaner Production
is the continuous application of an
integrated preventive environmental strategy
to processes, products, and services to
increase overall efficiency, and reduce risks
to humans and the environment. Cleaner
Production can be applied to the processes
used in any industry, to products themselves
and to various services provided in society.
[1]
atau dapat disampaikan bahwa produksi
bersih adalah penerapan secara terus
menerus suatu strategi pencegahan
lingkungan yang terpadu untuk proses,
produk dan layanan untuk meningkatkan
efisiensi keseluruhan dan mengurangi risiko
terhadap manusia dan lingkungan.
Cleaner Production (CP) merupakan
suatu konsep pengelolaan lingkungan yang
telah banyak dilaksanakan di berbagai
negara dengan istilah-istilah yang berbeda
satu dengan laainnya. Di daratan eropa
dikenal dengan istilah Eco-efficiency, di
daratan Amerika (Pollution Prevention), di
Amerika Serikat (Waste Minimization), di
Asia (Green Productivity) dll.
Konsep Eco-Efficiency yang banyak
dipakai di daratan Eropa, diartikan sebagai
konsep yang menitikberatkan pada daya
saing nilai barang dan pelayanan yang dapat

memenuhi kebutuhan manusia &


memberikan kualitas hidup dimana secara
bertahap akan mengurangi dampak
lingkungan, penggunaan sumberdaya
melalui daur hidup setidaknya sesuai
dengan daya dukung lingkungannya.
Konsep ini diangkat pada tahun 1992 dalam
World Business Council for Sustainable
Development (WBCSD. Konsep ecoefficiency ini terlihat hampir sama dengan
konsep cleaner production, namun demikian
perbedaannya adalah eco-efficiency
memulai dari isu efisiensi ekonomi yang
memberikan keuntungan di bidang
lingkungan; sementara cleaner production
memulai dari isu efisiensi lingkungan yang
memberikan efek positif pada segi ekonomi.
Konsep Pollution Prevention (P2)
diartikan sebagai pengurangan bahan-bahan
pencemar (pollutants) pada sumbernya,
mencegah atau mengurangi limbah dari
tempat dihasilkannya termasuk upaya
melindungi sumberdaya alam dengan
mengurangi atau menghilangkan polusi
melalui peningkatan efisiensi penggunaan
bahan baku, energi, air dan tanah.
Terminologi P2 dan CP sering digunakan
untuk saling menggantikan satu sama lain.
Perbedaan lebih bersifat geografis, P2
digunakan di Amerika Utara sementara CP
lebih sering digunakan di berbagai belahan
bumi yang lain. CP dan P2 menitikberatkan
pada strategi pengurangan polusi dan
dampak lingkungan secara terus menerus
melalui pengurangan bahan-bahan
pencemar dari sumbernya dengan
mengurangi limbah proses produksi
ketimbang pendekatan End of Pipe
approach (EoP).
Istilah
waste
minimization
diperkenalkan oleh United State
Environmental Protection Agency (US EPA)
pada tahun 1988. Terminologi Waste
Minimization dan Pollution Prevention sering
digunakan untuk saling menggantikan satu
sama lain. Namun demikian Waste
Minimization digunakan lebih luas, meliputi
daur ulang maupun teknik-teknik lain untuk
mengurangi limbah yang harus diolah/

Peningkatan Efisiensi... J. Tek. Ling. Edisi Khusus 40-47

41

dibuang. Sementara Pollution Prevention


diartikan sebagai tidak menghasilkan
limbah dari awal yaitu dengan mengurangi
dari sumbernya. Dari pengertian tersebut
diatas Waste Minimization diartikan sebagai

On site reduction (pengurangan di


dalam), pengurangan sumber limbah
dengan perubahan input bahan baku,
teknologi, praktik operasionalisasi
yang baik dan perubahan produk.

Off site reduction (pengurangan di


luar), daur ulang dengan
menggunakan kembali secara
langsung limbah dan dilakukan di luar
sistem produksi.

Istilah Green Productivity banyak


dipakai di Jepang dan negara-negara Asia
lainnya. Terminologi ini diperkenalkan pada
tahun 1994 oleh Asian Productivity
Organization (APO), dalam menghadapi
kompetisi untuk mencapai produksi yang
berkesinambungan. Green Productivity
merupakan strategi untuk meningkatkan
produktifitas dan kinerja lingkungan untuk
pengembangan sosial ekonomi secara
keseluruhan
Istilah Cleaner Production saat ini
sangat digalakan dan dikampanyekan oleh
pencinta lingkungan, untuk menekan
terjadinya pencemaran yang lebih lanjut.
Dalam terminologi pengelolaan cleaner
production dikenal sebagai pengelolaan
lingkungan proaktif yang mengedepankan
upaya pencegahan terhadap terjadinya
limbah dengan melalui langkah-langkah:

42

Good housekeeping
Subtitusi input/bahan baku
Kontrol terhadap proses yang bagus
Modifikasi/perbaikan peralatan
Perubahan teknologi proses
Recovery/reuse di tempat
Penggunaan/pemanfaatan
produksamping
Modifikasi produk

a.

Boiler

Boiler adalah suatu bejana tertutup


untuk membangkitkan uap panas atau
steam pada tekanan tertentu. 2, 3 )
Pada umumnya, panas boiler
dibangkitkan dengan sistem pembakaran
bahan bakar fosil diantaranya adalah
batubara,gas alam, dan solar disamping
menggunakan limbah.
Boiler biasanya terdiri dari pipa-pipa tube
yang terdapat di dalam shell. Berdasarkan
penggunaan atau fungsi pipa, boiler dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu :
-

Fire tube boiler, gas panas/pemanas


melewati pipa-pipa sedangkan air umpan
yang dirubah menjadi steam berada di
dalam shell.
Water tube boiler, air umpan berada di
pipa-pipa sedangkan gas panas/
pemanas berada di dalam shell.

Jenis boiler berdasarkan sistim pembakaran


antara lain
- Fluidized bed combustion boiler, udara
dihembuskan melalui tumpukan/bed
pasir, sehingga terfluidisasi. Bahan
bakar diinjeksikan secara terus menerus
ke bed, sehingga bahan bakar akan
terbakar dengan cepat. Pembakaran
dengan fluidized bed (FBC) berlangsung
pada suhu sekitar 840C hingga 950C,
lebih rendah dari suhu pembakaran
pada sistim konvensional dan jauh
berada dibawah suhu fusi abu, sehingga
pelelehan abu dan permasalahan yang
terkait didalamnya dapat dihindari.
Pembakaran dengan fluidized bed
(FBC) berlangsung pada suhu sekitar
840C hingga 950C, lebih rendah dari
suhu pembakaran pada sistim
konvensional dan jauh berada dibawah
suhu fusi abu, sehingga pelelehan abu
dan permasalahan yang terkait
didalamnya dapat dihindari. Bahan
bakar yang dapat dipergunakan adalah
batbara, limbah padat industri tekstil,
kertas, limbah padat pertanian (sekam
padi, bagas, cangkang sawit dan lain

Wiharja dan J, P. Susanto. 2008

lain). Boiler ini dapat dioperasikan pada


tekanan atmosferik (Atmospheric
fluidized bed combustion boiler),serta
bertekanan (Pressurized fluidized bed
combustion boiler),
Circulating fluidized bed combustion
boiler, hampir seperti boiler FBC,
partikel bed yang terfluidisasi
dikembalikan lagi dalam bed
(disirkulasi).

Salah satu faktor yang sangat


menentukan kualitas kinerja boiler adalah
efisiensi boiler dan kesempurnaan
pembakaran. Diagram perhitungan Efisiensi
Boiler dapat digambarkan pada Gambar 1.
Diagram ini menerangkan energi yang
masuk dari bahan bakar, energi keluar yang
digunakan untuk membangkitkan steam
serta energi yang hilang pada berbagai aliran
kehilangan panas dan energi. Kehilangan
energi pada boiler biasanya terjadi pada :
gas buang, bahan bakar yang tidak terbakar,
blow down, kondensat dan karena radiasi
dan konveksi.

Gambar 1.1. Neraca Energi pada Boiler


Efisiensi termis boiler didefinisikan
sebagai persen energi (panas) masuk yang
digunakan secara efektif terhadap steam
yang dihasilkan. Dalam melakukan
pengkajian efisiensi boiler ada dua metode
yang dipergunakan yaitu:
o
Metode Langsung: energi yang
didapat dari fluida kerja (air dan
steam) dibandingkan dengan energi
yang terkandung dalam bahan bakar
boiler.
o

Pada perhitungan efisiensi boiler metoda


langsung atau dikenal juga sebagai metode
input-output, efisiensi dievaluasi dengan
cara yang sangat sederhana menggunakan
rumus:

Metode Tidak Langsung: efisiensi


merupakan perbedaan antara
kehilangan dan energi yang masuk,
dimana setiap kehilangan energi
dihitung secara rinci.
Peningkatan Efisiensi... J. Tek. Ling. Edisi Khusus 40-47

43

Dalam perhitungan ini, parameter lain


yang dipantau untuk perhitungan efisiensi
boiler dengan metode langsung adalah
Tekanan kerja dalam kg/cm2(g), suhu lewat
panas dalam C, serta jika ada Suhu air
umpan dalam C.
Disamping
efisiensi
boiler,
kesempurnaan pembakaran juga memegang
peran penting didalam meningkatkan
kualitas kinerja boiler. Pembakaran yang

tidak sempurna dapat timbul dari


kekurangan udara atau kelebihan bahan
bakar atau buruknya pendistribusian bahan
bakar. Pembakaran tidak sempurna dapat
timbul dari kekurangan udara atau kelebihan
bahan bakar atau buruknya pendistribusian
bahan bakar. Gambar 2 berikut
menunjukkan perbedaan pembakaran
sempurna dan tidak sempurna.
Dari gambar 2 terlihat bahwa
kesempurnaan pembakaran dapat
dievaluasi dari kandungan gas O2 dan CO2
yang terbentuk dalam gas buang. Untuk
pembakaran yang optimum, jumlah udara
pembakaran yang sesungguhnya harus
lebih besar daripada yang dibutuhkan secara
teoritis (stokiometri), dengan jumlah yang
tertentu. Untuk pembakaran menggunakan
bahan bakar batubara, biasanya digunakan
udara sebanyak 10,7 kg udara per kg
batubara atau dengan udara berlebih sekitar
20%.

Gambar 2. Kondisi pembakaran


Dengan mengukur CO2 atau O2 dalam
gas buang, kandungan udara berlebih dan
kehilangan panas pada gas buang di
cerobong dapat diperkirakan dan dihitung
menggunakan Siegart Formula 4) sebagai
berikut:

44

Meningkatkan kadar % CO2 dalam gas


buang dapat meningkatkan efisiensi
pembakaran. Kandungan CO2 yang rendah
menandakan udara berlebih (excess air)
terlalu banyak, hubungan kandungan CO2
dengan (excess air) seperti telihat pada
gambar 3 berikut
Untuk pembakaran yang optimal,
biasanya kandungan oksigen dalam gas
buang sekitar 3% atau kandungan CO2 pada
gas buang sekitar 13%, dengan konsumsi
udara berlebih sekitar 20%.

Wiharja dan J, P. Susanto. 2008

1.1. Tujuan

d.

Tujuan penelitian dan pengkajian ini


adalah meningkatkan efisiensi pembakaran
Fluidized Bed Combuation Boiler di Pabrik
Tektil melalui menerapkan produksi bersih.

3.

Gambar 3. Hubungan CO2 dengan Excess


air (udara berlebih) 5 )
2.

METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di salah satu
industri tekstil di Indonesia pada tahun 2007.
2.2. Sampling dan Analisa Sampel
Dalam penelitian ini dilaksanakan
penerapan produksi bersih dengan mengacu
pada metoda Energy Efficiency Guide for
Industry in Asia melalui pentahapan
pelaksanaan sebagai berikut 4, 5 ) :
a.

Perencanaan dan Organisasi.


Dibentuk Tim pelaksanaan produksi
bersih yang terdiri dari fasilitator luar
termasuk penulis serta melibatkan
beberapa staf pabrik. Anggota tim
dilibatkan sejak awal sampai akhir
tahapan
metodologi
untuk
memperlancar pekerjaan.

b.

Kajian awal. Pengamatan awal


dilakukan pada perusahaan/pabrik
dengan melakukan walkthrough area
fokus.

c.

Analisis kelayakan. Kajian


dilakukan terhadap aspek teknis,
lingkungan, serta ekonomi.
Peningkatan Efisiensi... J. Tek. Ling.

Implementasi dan monitoring.


Opsi yang layak secara teknis,
lingkungan dan ekonomi di
implementasi oleh perusahaan,
kemudian dilaksanakan monitoring
secara berkala dan hasilnya
dibandingkan dengan kondisi awal
sebelum pelaksanaan implementasi
opsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Boiler yang terdapat di salah satu


industri textil menggunakan sistim
pembakaran Fluidized Bed Combuation
(FBC), dengan bahan bakar batubara
Konsumsi batubara rata-rata 60 ton/hari.
Permasalahan yang dihadapi dalah
rendahnya efisiensi boiler bila dibanding
dengan standard manufacture. Peningkatan
efisiensi dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan panas masuk dan
mengefisienkan pembakaran.
Pengukuran kualitas gas hasil
pembakaran dilakukan pada lokasi sebelum
masuk economizer ditunjukkan dalam Tabel
1 berikut:
Tabel 1. Gas Hasil Pembakaran

Hasil analisa gas buang boiler


tersebut menunjukkan kandungan karbon
monoksida masih cukup tinggi, sebesar 16
mg/m3, hal ini mengindikasikan adanya
proses pembakaran yang kurang sempurna.
Indikator lain yang menunjukkan hal tersebut
adalah kandungan karbon dioksida dalam
gas buang yang relatif rendah dibandingkan
standard kandungan CO2 untuk pembakaran
yang baik, yaitu berkisar antara 10-13%.
45
Edisi Khusus 40-47

Semakin rendah kandungan CO2 dalam


gas buang, pembakaran semakin tidak
sempurna dan bahan bakar yang
dipergunakan semakin boros. Tingkat
keborosan penggunaan batubara dapat
dihitung dengan menggunakan konsep
udara berlebih atau kandungan CO 2
sebagaimana disampaikan dalam
persamaan (3) masing-masing untuk kondisi
aktual dan kondisi perbaikan.
Untuk kondisi aktual dengan parameter
pengamatan : K = 0.65, Suhu Ambient =
32C, Suhu Gas Hasil Pembakaran rata-rata
298C, maka kehilangan energi pada gas
buang dapat dihitung sebesar =

4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Untuk meningkatkan kandungan CO2
dalam gas buang, penerapan produksi
bersih adalah cara yang mudah dapat
dilakukan yaitu hanya dengan pengaturan
udara pembakaran supaya pembakaran
menjadi lebih sempurna. Pembakaran
sempurna akan menjadikan emisi gas buang
lebih baik, ang secara langsung dapat
mengurangi dampak lain seperti
berkurangnya polusi bau yang menjadi
permasalahan sosial bagi masyarakat
sekitar pabrik, disamping dapat
memberikan penghematan bahan baku yang
secara finansial dapat mengurangi biaya
produksi dan sekaligus dapat meningkatkan
keuntungan perusahaan.
4.2. Saran

Hasil
perhitungan
tersebut
menunjukkan bahwa boiler yang digunakan
masih sangat boros energi sehingga
memerlukan perbaikan untuk meningkatkan
efisiensi pembakarannya.
Dengan melakukan pengaturan pada
udara pembakaran, kandungan CO2 dapat
dinaikkan menjadi 13% supaya
pembakarannya lebih sempurna, sehingga
kehilangan energinya dapat diturunkan.
Besarnya kehilangan energi setelah
dilaksanalan penerapan produksi bersih
adalah sebagai berikut:
Kehilangan energi pada gas buang =

Dari hasil perhitungan efisiensi energi


yang diterapkan pada boiler Fluidized Bed
Combuation di Pabrik Tektil yang sebelum
pelaksanaan penerapan produksi bersih
mengkonsumsi bahan bakar batubara
sebanyak 60 Ton/hari, dapat diperoleh
penghematan sebanyak = (21.09 - 13.30) x
60 ton/hari = 4.67 ton/hari atau 1.401 Ton/
tahun
46

Pelaksanaan produksi bersih dapat


dilaksanakan dengan hal-hal yang mudah
misalnya dengan melakukan penyetelan
jumlah udara yang masuk ke chamber.
DAFTAR PUTAKA
1.

_______, United Nation Environment


Programme (UNEP), website http://
www.uneptie.org/

2.

Frederick M. Steingress (2001). Low


Pressure Boilers, 4th Edition,
American Technical Publishers. ISBN
0-8269-4417-5.

3.

Frederick M. Steingress, Harold J.


Frost and Darryl R. Walker (2003).
High Pressure Boilers, 3rd Edition,
American Technical Publishers. ISBN
0-8269-4300-4.

4.

_______, Energy Efficiency Guide for


Industry in Asia, United Nation
Environment Programme (UNEP),
www.energy efficiencyasia.org

5.

_______, 2004, Pedoman efisiensi


energi untuk industri di Asia,
Greenhouse gas Emission Reduction

Wiharja dan J, P. Susanto. 2008

for Industri in Asia and the Pacific,


United Nation Environment
Programme (UNEP)
6. Winanti SW, Prayudi T, Juli 2006,
Perhitungan Efisiensi Boiler pada
Industri Tepung Terigu, Journal
Teknologi Lingkungan, ISSN 1441318X

Peningkatan Efisiensi... J. Tek. Ling. Edisi Khusus 40-47

47

Вам также может понравиться