Вы находитесь на странице: 1из 16

Granulometri 2014

GRANULOMETRI

6 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

BAB II
GRANULOMETRI
2.1 Pendahuluan
a. Maksud
a. Memisahkan fraksi butiran pasir pada ukuran (diameter) butir tertentu.
b. Menentukan nilai koefisien sortasi, skewness dan kurtosis baik dengan
cara grafis maupun cara matematis.
c. Melakukan identifikasi distribusi ukuran sedimen
b. Tujuan
a. Dapat memisahkan fraksi butiran sedimen pada ukuran (diameter) butir
tertentu.
b. Dapat menghitung dan menentukannilai dari median diameter, koefisien
sortasi, skewness dan kurtosis baik dengan cara grafis maupun cara
matematis.
c. Dapat mengetahui proses-proses geologi yang berperanan terhadap
pembentukan dan deposisi sedimen tersebut berdasarkan variasi ukuran
butirannya..

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Pengertian Granulometri
Granulometri atau sering diterjemahkan dengan analisa besar
butir adalah salah satu dari sekian banyak metoda yang sering dipakai
untuk menganalisa batuan sedimen klastik.
Dalam granulometri ini lebih mengutamakan bagaimana sebaran
butiran batuan sedimen klastik tersebut. Metoda metoda perhitungan
secara statistik sering pula banyak dipakai, hal ini sebernarnya hanya
untuk mengetahui apakah dengan metoda statistik tersebut kita dapat
melihat adanya bentuk kurva yang sangat khas atau proses tertentu.
Friedman ( 1979 ), mengatakan analisa besar butir dapat dipakai
untuk mengetahui proses proses selama sedimentasi dan dapat dipakai
7 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

untuk menginterpretasikan lingkungan pengendapan dan bahkan analisa


besar butir sama pentingnya dengan metode metode yang lain.

2.2.2 Proses Analisis Granulometri


Ukuran butir partikel sedimen penting dalam beberapa hal.
Ukuran butir mencerminkan :
Resistensi partikel terhadap pelapukan, erosi dan abrasi. Partikelpartikel yang lunak seperti batugamping dan fragmen-fragmen batuan
makin lama makin mengecil, bahkan partikel kuarsa yang besar dan
resistensi akan terabrasi dan berubah ukurannya.
Proses transportasi dan deposisi seperti kemampuan air angin untuk
menggerakakn dan mengendapkan partikel.
Material-material yang diangkut oleh media pengangkut (air,
angin) akan terdistribusi menjadi berbagai macam ukuran butir seperti
gravel (boulder, coble, dan pebble), pasir dan mud. Distribusi ukuran
butir ini menunjukkan :
Terdapatnya bermacam-macam ukuran butir dari batuan induknya.
Proses yang terjadi selama sedimentasi terutama kompetensi
(kemampuan arus untuk membawa suatu beban sesuia ukurannya.
Jika ada beban yang lebih berat maka beban tersebut akan
diendapkan).
Dengan banyaknya variasi ukuran butir tersebut maka perlu
diadakna klasifikasi ukuran butir. Dikenal beberapa klasifikasi ukuran
butir yang dibuat oleh bebrapa ahli. Tetapi skala penentuan ukuran butir
yang diajukan oleh J.A Udden dan C.K Wentworth yang sering
digunaka, selanjutnya disebut skala Udden-Wentworth sebagai skala
geometri (1,2,4,8, ...). pada perkembangan selanjutnya ditambah
skala aritmetik (1,2,3,4,) sebagai unit phi () oleh W.C Krumbein,
dimana phi merupakan transformasi logaritma dari skala UddenWentworth, yaitu : = -log2 d, dengan d adalah ukuran butir dalam
millimeter.

8 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

Tabel 2.1 Skala Ukuran Butir Udden-Wenworth

Dalam acara ini akan dilakukan pemisahan ukuran butir dari


suatu contoh pasir lepas. Seperti diketahui analisis ini untuk mengetahui

9 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

koefisien sortasi, skewness dan kurtosis. Untuk mengetahui harga-harga


tersebut dapat dilakukan dengan cara grafis dan matematis.
1) Cara Grafis
Cara grafis ini prinsipnya adalah menggunakan data hasil
pengayakan dan penimbangan yang diplot sebagai kurva kumulatif untuk
mengetahui

parameter-parameter

statistiknya.

Kurva

kumulatif

dibedakan menjadi dua, yaitu kurva kumulatif aritmetik (arithmetic


ordinate) dan kurva kumulatif probabilitas (probability ordinate).Kurva
kumulatif aritmetik digambarkan secara smooth melewati semua data
(kurva berbentuk S), sehingga semua parameter statistic dapat terbaca.
Sedang kurva probabilitas digambarkan dengan garis lurus untuk
mengetahui probabilitas normalnya. Pada kurva ini memungkinkan
untuk membaca parameter statistic lebih akurat karena mengurangi
interpolasi dan ekstrapolasi dalam penggambaran. Tetapi yang sering
digunakan adalah kurva kumulatif aritmetik karena lebih mencerminkan
distribusi ukuran butirnya. Kurva kumulatif dibuat dengan absis ukuran
butir dalam millimeter ( untuk kertas semilog) atau unit phi dan ordinat
prosentase berat (skala 1 100%).

10 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

Gambar 2.1.A.Tabel data ukuran butir, B. Gambar histogram dan


kurva frekuensi ukuran butiran dari pada tabel A, C. Kurva
kumulatif aritmatik, D. Kurva kumulatif probabilitas

Setelah dilakukan pengayakan dan penimbangan hasilnya dapat


disajikan dalam bentuk table. Dan untuk mengetahui distribusi tiap
frekuensi dapat dibuat histogram. Harga-harga median diameter,
koefisien sortasi, skewness dan kurtosis diturunkan dari kurva kumulatif.

Gambar 2.2 Kurva Hasil Perhitungan Metode Grafis

Dalam pembuatan kurva pada metode grafis kita menggunakan


nilai tengah diameter (phi) sebagai sumbu x dan persentase kumulatif
sebagai sumbu y (lihat contoh table perhitungan) sehingga menghasilkan
kurva seperti diatas.Selanjutnya untuk memenuhi semua nilai phi yang
ada pada setiap rumus maka cari nilai diameter phi yang terkait (5, 16,
25, 50, 75, 84, dan 95).
Nilai phi dicari dengan cara menarik garis mendatar dari sumbu y
sesuai besaran nilai yang dicari, sentuhkan pada kurva yang telah dibuat.
Selanjutnya pertemuan antara garis horizontal dan kurva, ditarik garis
vertical hingga mendapatkan nilai diameter.
11 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

Setelah didapatkan nilai diameter cari nilai phi dengan rumus


Phi (x) = - Log d(x)
Log 2
Ket : (x) merupakan nilai phi yang dicari (5, 16, 25, 50, 75, 84, dan 95).
a. Koefisien Sortasi (So)
Folk menetukan koefisien sortasi sebagai defiasi standar grafis:
G = 84 25
2
Kemudian disempurnakan sebagai deviasi standar grafis inklusif dengan
rumus :
1 = 84 16 + 95 5
4 6,6
Tabel 2.2 Klasifikasi Koefisien Sortasi
< 0.35

Very well sorted

0.35 0.50

Well sorted

0.50 0.71

Moderetely well sorted

0.71 1.00

Moderetely sorted

1.00 2.00

Poorly sorted

2.00 4.00

Very poorly sorted

> 4.00

Extremely poorly sorted

b. Skewness (Sk)
Skewness menyatakan derajat ketidaksimetrian suatu kurva yang
menyatakan persebaran dan kecenderungan nilai frekuensi yang dilihat
berdasarkan ekor atau bagaian kurva yang melandai. Bila Sk berharga
positif maka sedimentyang bersangkutan mempunyai mode (kelas dg
frekuensi terbanyak) butir halus dan sebaliknya jika berharga negative
maka sediment tersebut mempunyai mode (kelas dg frekuensi terbanyak)
butir kasar

12 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

Menurut sam bogg jr, 2009 skewness dirumuskan sebagai:

Gambar 2.3 Ilustrasi Skewness (Sam Bogg jr, 2009)

Tabel 2.3 Klasifikasi Skewnessmenurut Folk dan Ward (1957)


>+0.3

strongly fine skewed

+0.3 - +0.1

fine skewed

+0.1 - -0.1

near symmetrical

-0.1 - -0.3

coarse skewed

<-0.3

strongly coarse skewed

13 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

c. Kurtosis (K)
Kurtosis menunjukan harga perbandingan antara pemilahan bagian
tengah terhadap bagian tepi dari suatu kurva. Untuk menentukan harga K
digunakan rumus yang diajukan oleh Folk (1968), yaitu :

Sumber: Sam Bogg Jr, 2009

Tabel 2.4 Harga K menurut Folk dan Ward (1957) adalah :


< 0.67

very platy kurtic

0.67 - 0.90

platy kurtic

0.90 1.11

meso kurtic

1.11 1.50

lepto kurtic

1.50 3.00

very lepto kurtic

> 3.00

extremly lepto kurtic

Gambar 2.4 Ilustrasi Nilai Kurtosis (Sumber: Sam Bogg Jr, 2009)

2) Cara Matematis
Cara matematis dalam analisis ukuran butir akan memberikan
gambaran yang lebih baik daripada cara grafis, karena dalam cara
matematis semua harga ukuran butir dalam klas interval diikutsertakan

14 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

dalam perhitungan. Kelemahan cara matematis ini adalah ruwetnya


perhitungan dalam pengolahan data. Untuk memahami cara matematis
ini adalah dengan memahami distribusi normal dari suatu kurva
distribusi frekuensi yaitu kurva hasil pengeplotan ukuran butir (dalam
skala phi) dengan frekuensi yang disajikan dalam beberapa klas interval.
Perhitungan tersebut adalah perhitungan statistic. Ukuran butir diplot
pada absis dan frekuensinya pada ordinat. Kurva normal akan berbentuk
simetri.
Dalam statistik distribusi normal ini disebut moment. Istilah
moment dalam mekanika yaitu jarak dikalikan massanya. Jadi momen
suatu benda terhadap suatu titik adalah besar massa tersebut dikalikan
jarak terhadap titik tersebut. Dalam statistik massa digantikan dengan
frekuensi suatu klas interval ukuran butir dan jarak yang dipakai adalah
jarak terhadap titik tertentu (arbitrary point) yaitu suatu titik awal dari
suatu kurva atau dapat juga titik rata-rata ukuran butir tersebut.
Tiap klas interval dicari momennya, kemudian setelah momen
masing-masing klas sudah dicari dijumlahkan dan dibagi total jumlah
sample (jika frekuensi dalam % maka jumlahnya 100, hal ini
memberikan harga momen per unit 1% frekuensi) yang dirumuskan
sebagai:

Sumber: Sam Bogg Jr, 2009

Momen pertama ini identik dengan harga rata-rata ukuran


butir (mean). Frekwensi (F) dalam prosen dan m adalah mid point tiap
interval klas dalam unit phi stelah diketahui harga Xmaka dapat
dijadikan titik tumpu dimana jarak disebelah titik kanannya positif dan
sebelah kirinya negative. Distribusi dikatakan normal dengan jika selisih
jumlah kedua kelompok tersebut nol.
Harga momen yang lebih besar dicari dengan titik tumpu
menggunakan Xatau dengan kata lain jarak m, jadi jaraknya (m-

15 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

X).Momen kedua ini merupakan kuadrat dari standart deviasi ().


Standar deviasi ini menunjukkan besar kecilnya selisih dari harga X dan
ini merupakan konsep sortasi, sehingga koefisien sortasi adalah

Sumber: Sam Bogg Jr, 2009

Karena harga (m-X) positif disebelah kanan X dan negative


disebelah kirinya harga momen ketiga yang normal adalah nol. Jika
harganya tidak nol maka kurvanya tidak simetris dan ini merupakan
konsep dari skweness. Hal ini dapat menunjukkan apakah suatu sample
kelebihan butir yang kasar atau yang halus. Harganya skweness dihitung
dengan membagi momen ketiga dengan pangkat tiga dari standart
deviasi ().
Skweness ini mencerminkan deviasi dari kesimetrian suatu kurva
dan peka terhadap yang kasar atau halus dalam suatu populasi ukuran
butir sedimen. Sehingga dapat digunakan untuk interpretasi pengendapan
dari sediment tersebut.

Sk=
Sumber: Sam Bogg Jr, 2009

Momen keempatdigunakan untuk menghitung tinggi rendahnya


puncak suatu kurva distribusi (peakkedness) atau kurtosis. Kurtosis
dicari dengan membagi momen keempat dengan pangkat empat dari
standart deviasi.

Sumber: Sam Bogg Jr, 2009

16 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

2.3 Alat dan Bahan


a. Bahan

: Sampel sedimen yang sudah dikeringkan

b. Alat

:
1. Ayakan dan penyering menurut skala Wentworth
2. Kuas
3. Kantong plastik
4. Timbangan
5. Kertas grafik dan Kertas Semi Log
6. Buku Catatan Lapangan
7. Sample Splitter

2.4 Cara Kerja


a. Cara Kerja di Lapangan
Cara kerja di lapangan untuk mengambil pasir yang akan dianalisis,
prinsipnya pasir diambil pada bagian tengah sungai (pada channel), untuk
sungai yang lurus, dengan anggapan bahwa pasir yang terambil tersebut
adalah pasir yang berasal dari sumbernya, bukan berasal dari hasil
rombakan tanah disekitarnya.

b. Cara Kerja di Laboratorium


Analisis besar butir dikerjakan di laboratorium dalam beberapa
tahap, yaitu :
1. Sample splitting
2. Pengayakan
3. Penyusunan fraksi dan penimbangan
4. Pembuatan pagar, histogram dan grafik
5. Perhitungan harga : median, So, Sk, dan K

1. Sample Splitting
Untuk mendapatkan contoh pasir yang representatif dan mewakili
seluruh fraksi butir untuk analisis dilakukan splitting. Contoh yang

17 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

diperoleh dari hasil disagregration dituangkan secara hati-hati dalam


sample splitter secara serempak (uniform). Lakukanlah splitting ini secara
terus menerus sampai fraksi berat contoh untuk analisis sekitar 100 gram.
Cara lain adalah dengan quatering yaitu dengan menggunakan
karton yang disilangkan tegak lurus. contoh pasir dituangkan secara
merata melalui corong yang diletakkan diatas persilangan karton, maka
pasir akan terbagi menjadi empat bagian sesuai dengan kuadran dari
persilangan karton tersebut sama banyak.
Contoh pasir dari kuadran yang berlawanan dicampur menjadi
satu. Bagian yang lain disisipkan. Misalkan kuadran I dicampur dengan
kuadran III atau dari kuadran II dari IV. Salah satu pencampuran ini
ditaburkan lagi melalui corong dan lakukan pekerjaan yang sama sampai
sample terakhir kira-kira seberat 1000 gram untuk dianalisis.
2. Pengayakan
Sebelum pengayakan dilakukan semua saringan ayakan yang akan
dipakai harus dibersihkan dahulu dari kororan-kotoran atau butir-butir
yang menempel dari kawat saringan dengan kuas secara hati-hati,
terutama ayakan dengan nomer mesh besar. Setelah dibersihkan
susunlah ayakan tersebut secara berturut-turut dari bawah dengan nomer
mesh yang terbesar sampai nomer terkecil pada bagian paling atas.pada
bagian dasar dipakai bottom pam (panci) sebagai alas. Contoh pasir yang
akan dianalaisis kemudian dimasukkan kedalam ayakan tersebut dari
susunan tersebut kemudian dimasukkan kedalam mesin pengayak bagian
atas ayakan ditutup dan mesin dihidupkan. Lama pengayakan 10 - 30
menit.
3. Penyusunan Fraksi dan Penimbangan
Pengambilan fraksi butir dilakukan dari saringan terkasar sampai
yang tertampung pada bottom pan. Pengambilan dilakukan denan
menuangkan butiran yang tertampung ditiap saringan secara hati-hati
dengan kuas yang halus. Usahakan agar tidak ada butiran yang tertinggal
dalam saringan dan kehilangan berat tidak boleh lebih besar dari 5%.

18 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

Setelah frasi butiran tiap-tiap ayakan dikeluarkan, lakukanlah


penimbangan dari masing-masing fraksi tersebut dan disimpan dalam
tabung (bekas film) atau kantong plastic ber-klip yang telah diberi nomer
mesh sesuai nomor ayakan yang digunakan ukuran butirnya.
4. Pembuatan Tabel, Histogram dan Grafik
Setelah selesai ditimbang hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.
Dari tabel ini selanjutnya dibuat histogram dengan kertas millimeter dan
kertas kurva kumulatif dengan kertas semilog.
5. Perhitungan Harga : Md, So,Sk, dan K
Dari grafik kumulatif yang telah dibuat dapat ditentukan
parameter-parameter

statistic

yang

dibutuhkan

(Q1,Q2,Q3,

dan

seterusnya). Hasil penghitungan tersebut kemudian dimasukkan kedalam


rumus yang ada untuk menentukkan nilai Md, So, Sk, dan K. Sedangkan
untuk cara matematis gunakan persamaan-persamaan momen dari tabel
matematis yang telah dibuat.

19 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

Granulometri 2014

Tabel 2.5 Perhitungan Metode Aritmatik


Mid
No. Klasifikasi Butir

Diameter Diameter
(mm)

Phi ( )

-1

poin
(m)

frekuensi
(gr)

%
frekuensi

1 Pasir sangat kasar


1

0
0.75

2 Pasir kasar
0.5

1
1.5

3 Pasir sedang
0.25

2
2.5

4 Pasir halus
0.125

3
3.5

5 Pasir sangat halus


0.0625

4
1000

100

Ket: kelas klasifikasiukuran butir diurutkan dari kasar ke halus.

20 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

f.m

m-x (m-x)2 f.(m-x)2 (m-x)3 f.(m-x)3 (m-x)4 f.(m-x)4

Granulometri 2014

Tabel 2.6 Perhitungan Metode Grafis


No.

Klasifikasi Butir

Diameter

Diameter Phi

Mid poin

frekuensi

(mm)

( )

(mm)

(gr)

0.0625

% frekuensi

Pasir sangat
1 halus

0.09375
0.125

2 Pasir halus

0.1875
0.25

3 Pasir sedang

0.375
0.5

4 Pasir kasar

0.75
1

Pasir sangat
5 kasar

1.5
2

-1
1000

21 Panduan Praktikum Sedimentologi dan Stratigrafi 2013

100

% Kumulatif

Вам также может понравиться