Вы находитесь на странице: 1из 2

Kelompok 1 Kebisingan

Nama : Alvin Gustomy


NIM : G24110065

Pencemaran Udara
Resume Jurnal

RESUME
TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN DI PERKOTAAN
Moch Fathoni Setiawan
Jurnal Teknik Sipil Vol.12, No.2, Juli 2010 Universitas Negeri Semarang
Pertumbuhan jumlah penduduk semakin tahun semakin meningkat sejalan dengan
pembangunan perumahan di perkotaan. Hal ini sejalan dengan kecenderungan di
masyarakat yang menginginkan ketersediaan infrastruktur sebelum memutuskan membeli
rumah, terutama keadaan jalan yang bisa dilalui mobil. Jalan yang bisa dilewati mobil
akan memberikan kemudahan bagi masyarakat, namun keberadaan mobil dan motor akan
membawa dampak kebisingan bagi penghuni rumah (kenyamanan).
Kebisingan adalah bunyi yang menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan
manusia. Sumber kebisingan dominan yang diterima perumahan berasal dari kebisingan
lalu lintas yang dipengaruhi oleh volume lalu lintas dan kecepatan kendaraan.
Berdasarkan hasil analisis, kebisingan lalu lintas di perumahan kota Yogyakarta
menunjukkan tingkat kebisingan lalu lintas di lingkungan perumahan tipe tertutup adalah
antara 60,7 dB(A) - 68,5 dB(A) yang lebih rendah dari perumahan tipe terbuka sebesar
70,8 dB(A) 74,5 dB(A). Keduanya memperlihatkan bahwa kebisingan yang terjadi telah
melampaui baku mutu kebisinganayang ditetapkan oleh Keputusan Menteri LH No.48
Tahun 1996 tentang tingkat kebisingan, dimana untuk lingkungan perumahan dengan
batas maksimal 60 dB(A). Selain itu tingkat kebisingan rata-rata di tepi perumahan
memiliki nilai yang lebih tinggi, disebabkan jalan-jalan di perumahan banyak dilewati
oleh kendaraan terus-menerus dengan kecepatan yang relatif tinggi (sekitar 30 km/jam).
Selain itu analisis tingkat kebisingan dilakukan di 10 lokasi Jabodetabek. Tingkat
kebisingan rata-rata tertinggi pada titik 0 meter terjadi di Jakarta Barat (81,53 dBA) dan
terendah di Bekasi (76,3 dBA), sedangkan pada titik 80 meter dari jalan raya, yaitu yang
diasumsukan sebagai daerah pemukiman, tingkat kebisingan tertinggi juga di Jakarta
Barat (69,64 dBA) dan terendah di Tangerang (63,59 dBA). Perbedaan tingkat kebisingan
antara beberapa wilayah membuktikan bahwa tingginya intensitas lalu lintas kendaraan
bermotor berpengaruh terhadap tingginya tingkat kebisingan. Analisis tersebut
memberikan gambaran bahwa kebisingan lalu lintas pada lingkungan perumahan di
beberapa perkotaan di Indonesia tidak ada yang memenuhi baku mutu yang berlaku (<55)
dan tingkat kebisingan ini dipengaruhi oleh tingginya intensitas lalu lintas kendaraan
bermotor.
Pengendaliaan kebisingan harus merujuk pada penataan bunyi, terutama terkait pada
tiga hal, yaitu pada sumber suara, media suara dan penerima. Penanganan secara
arsitektural lebih tepat ditujukan pada penanganan media perambatan suara, seperti
pengolahan jalan yang bertujuan untuk mengurangi kebisingan yang diterima oleh
penerima. Sedangkan penanganan secara non arsitektural dapat dilakukan pada sumber
kebisingan, seperti pengendalian kebisingan dengan tanaman setebal 2 feet (0,61 m)
mampu mengurangi kebisingan sebesar 4 dB.

Вам также может понравиться