Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.1.1 Manifestasi Klinis
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya
cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD
merupakan
penyakit
menular
yang
terutama
menyerang
anak-anak
Pasien dicurigai masuk pada fase atau kelompok ini apabila memenuhi
beberapa kriteria, yaitu: Tinggal atau sehabis bepergian ke daerah
endemik DBD dengan demam ditambah dengan 2 diantara gejala dan
tanda berikut:
-. sakit kepala
-. tidak enak badan
-. mialgia
-. atralgia
-. sakit di belakang mata
-. anoreksia
-. mual
-. muntah
-. diare
-. kulit memerah
-. ruam
-. Tourniquet Test positif
-. leukopenia
2. DBD dengan gejala serius (Dengue with warning sign)
Pasien dicurigai terkena DBD pada fase ini jika memenuhi kriteria
berikut: Tinggal atau sehabis bepergian ke daerah endemik DBD
dengan demam selama 2-7 hari ditambah dengan salah satu gejala atau
tanda berikut:
-. Nyeri perut
-. Muntah terus menerus
(WHO, 2011)
(Gambar 2.1)
Negara dan wilayah resiko tinggi penularan DBD
Penyakit DBD sangat endemik di banyak negara tropis. Di Asia,
penyakit ini sering menyerang di Cina Selatan, Pakistan, India, dan
hampir semua negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Myanmar,
Thailand,
Malaysia, Vietnam,
Laos, Kamboja
dan Singapura
10
11
Gambar 2.2
Siklus Penularan virus jalur manusia-nyamuk-manusia
Setelah menghisap darah yang terinfeksi, virus bereplikasi pada lapisan
sel epitel dari midgut dan sampai ke haemocoele menginfeksi kelenjar ludah
dan akhirnya memasuki air liur menyebabkan infeksi saat menggigit. Masa
inkubasi ekstrinsik berlangsung dari 8 sampai 12 hari dan nyamuk tetap
terinfeksi selama sisa hidupnya. Masa inkubasi intrinsik mencakup lima
sampai tujuh hari (WHO, 2011).
2.2.2 Virologi dan Pengembangan Vaksin
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus
B., yaitu arthrod-borne virus atau virus yang disebabkan oleh arthropoda.
Virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili Flaviviridae (Widoyono,
2011).
Ada empat serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serotipe
DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah.
12
13
terdiri dari 10.275 anak usia 2 sampai 14 tahun di lima negara di kawasan
Asia-Pasifik: Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Hasil
peneltian ini akan dievalusasi setelah 4 tahun kemudian (WHO, 2014).
2.2.3 Entomologi
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah
perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Nyamuk yang menjadi
vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang terinfeksi saat menggigit manusia
yang sedang sakit dan mengalami viremia. Sekali terinfeksi, nyamuk menjadi
infektif seumur hidupnya (Widoyono, 2011).
Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Knight and
Stone, 1977)
Aedes aegypti
Aedes albopictus
Kingdom: Animalia
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Class: Insecta
Order: Diptera
Order: Diptera
Family: Culicidae
Family: Culicidae
Subfamily: Culicinae
Subfamily: Culicinae
Genus: Aedes
Genus: Aedes
Species: aegypti
Species: albopictus
14
(Sivanathan, 2006)
15
mempengaruhi
16
serangga yang aktif terbang untuk mencari makanan berupa darah atau
sari-sari tanaman (Sivanathan, 2006)
2.2.3.3 Kebiasaan Makan (Feeding Behavior)
Ae. aegypti sangat antropofilik, mekipun bisa mencari makan
dari hewan lain yang berdarah panas. Sebagai spesies diurnal, nyamuk
betina biasa mencari makan di dua waktu: pagi hari, yaitu beberapa
jam setelah fajar dan sore hari beberapa jam sebelum gelap. Waktuwaktu puncak kegiatan mencari makan pada nyamuk bervariasi
tergantung tempat dan musim. Nyamuk ini menggigit lebih dari satu
orang sehingga sangat berpengaruh dalam kecepatan penularan. Oleh
karena itu tidak jarang ditemui lebih dari satu orang dalam keluarga
terkena penyakit DBD dengan perbedaan onset tak lebih dari 24 jam
karena diperkirakan mereka tertular oleh gigitan nyamuk yang sama.
Secara umum nyamuk ini tidak mencari makan di malam hari, namun
bisa tetap menggigit di ruangan yang terang (WHO,2011).
2.2.3.4 Kebiasaan istirahat (Resting Behaviour)
Lebih dari 90% dari Populasi Aedes aegypti beristirahat pada
permukaan yang gelap, lembab, tempat-tempat terpencil di dalam
rumah atau bangunan, termasuk kamar tidur, lemari, kamar mandi dan
dapur. Jarang ditemukan di luar ruangan seperti pada tanaman. Tempat
istirahat dalam ruangan yang disukai adalah sisi bawah furniture, objek
yang digantung seperti pakaian dan tirai, dan dinding (WHO, 2011).
17
18
sekunder
bertujuan
untuk
mengurangi
perkembangbiakan
nyamuk
19
20
Gambar 2.5
Bagan Penanggulangan DBD di Lapangan
21
22
23
2.5.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran dan indra
penglihatan. Pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut. Misalnya orang yang memahami pemberantasan demam
berdarah, bukan hanya dengan menyebutkan 3M (mengubur,
menutup dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa
harus menutup, menguras dan sebagainya.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situsi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan danatau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
24
tingkat
membedakan,
analisis
atau
adalah
apabila
memisahkan,
orang
tersebut
mengelompokkan,
dapat
membuat
25
Ketiga
komponen
tersebut
di
atas
secara
bersama-sama
memberikan
jawaban atau
26
3. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang telah berkembang.
Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau suatu
mekanisme saja. Tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan atau
perilaku yang berkualitas (Notoatmodjo, 2010)
2.6 Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan pada Masyarakat terhadap DBD
Teori yang dikemukakan oleh Notoatmojo (2010) menyatakan bahwa
seseorang yang bersikap baik akan mewujudkan praktik yang baik dan untuk
mewujudkan sikap agar menjadi suatu perbuatan atau tindakan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang mendukung antara lain: fasilitas,
sarana dan prasarana, dan dukungan dari pihak lain.
Teori ini didukung oleh hasil penelitian Suprianto (2011) yang meneliti
Tingkat Pengetahuan, sikap dan tindakan terutama dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) di kota semarang dan didapat kesimpulan bahwa tingkat
pengetahuan, sikap dan tindakan ternyata memiliki hubungan yang bermakna
dengan Kejadian DBD.
Teori tersebut juga didukung oleh penelitian Wati (2009) yang menghasilkan
kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan tindakan dengan
kejadian DBD, terutama dalam penyediaan tutup kontainer air dan kebiasaan
menggantung pakaian.
27
28
Gambar 2.6
Kepadatan penduduk Balangan menurut kecamatan tahun 2010
Dengan luas wilayah 1.878,30 kilo meter persegi yang didiami oleh 112.395
orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Balangan adalah 60 orang per
kilo meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah
Kecamatan Paringin yaitu sebanyak 168 orang per kilo meter persegi. Kemudian
disusul oleh Kecamatan Lampihong dan Paringin Selatan sebagai kecamatan
terpadat kedua dan ketiga. Sementara kepadatan terendah terdapat di Kecamatan
Tebing Tinggi, Halong, dan Juai dimana tingkat kepadatannya lebih rendah
daripada angka kepadatan Kabupaten Balangan (BPS Kabupaten Balangan,
2010).
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Kabupaten Balangan, pada
tahun 2013 Kecamatan Paringin tercatat sebagai kecamatan dengan angka
kejadian demam berdarah tertinggi yaitu 22 kasus. Sedangkan yang terendah
adalah wilayah kerja puskesmas Uren dan Lokbatu dimana tidak didapatkan
kejadian demam berdarah pada tahun 2013.
29
Adapun pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai Mei di puskesmas
Kecamatan Paringin telah tercatat 17 kasus. Sehingga diperkirakan hingga akhir
tahun 2014 akan meningkat jumlah kejadian kasus DBD di Kecamatan Paringin.