Вы находитесь на странице: 1из 21

RINGKASAN

2.1. PENGERTIAN ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN


Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang mengandung arti atau dimensi yang
luas, yaitu analisa atau analisis, kebijakan, dan kesehatan.
Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti karangan,
perbuatan, kejadian atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab
atau duduk perkaranya (Balai Pustaka, 1991).
Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan prinsipprinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai
alternative yang bermuara kepada keputusan tentang alternative terbaik [8]. Kebijakan adalah
rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag organisasi, atau pemerintah); pernyataan
cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha
mencapai sasaran tertentu. Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan asas
yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk mengembangkan kebudayaan
bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis besar rencana suatu pemerintah
untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan dinamika penduduk dalam
negaranya (Balai Pustaka, 1991).
Kebijakan berbeda makna dengan Kebijaksanaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Balai Pustaka, 1991), kebijaksanaan adalah kepandaian seseorang menggunakan akal budinya
(berdasar pengalaman dan pangetahuannya); atau kecakapan bertindak apabila menghadapi
kesulitan.[11] Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang memperbolehkan sesuatu
yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan tertentu seperti pertimbangan kemanusiaan,
keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu mengandung makna melanggar segala sesuatu yang
pernah ditetapkan karena alasan tertentu.
Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara soial dan
ekonomi (RI, 1992).[9] Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh
WHO, yaitu: kesehatan adalah suatu kaadaan yang sempurna yang mencakup fisik, mental,
kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau kecacatan.[13] Menurut UU No.
36, tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. [12]
Jadi, analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan
argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan

sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan
kesehatan.[5][6]
2.2. PERAN ANALISIS KEBIJAKAN
Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil pengembangan dari analisis kebijakan
publik. Akibat dari semakin majunya ilmu pengetahuan dan kebutuhan akan analisis kebijakan
dalam bidang kesehatan itulah akhirnya bidang kajian analisis kebijakan kesehatan muncul.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran
dan fungsi dalam pelaksanaannya. Peran dan fungsi itu adalah:

Adanya analisis kebijakan kesehatan akan memberikan keputusan yang fokus

pada masalah yang akan diselesaikan.

Analisis kebijakan kesehatan mampu menganalisis multi disiplin ilmu. Satu


disiplin kebijakan dan kedua disiplin ilmu kesehatan. Pada peran ini analisis kebijakan
kesehatan menggabungkan keduanya yang kemudian menjadi sub kajian baru dalam
khazanah keilmuan.
Adanya analisis kebijakan kesehatan, pemerintah mampu memberikan jenis
tindakan kebijakan apakah yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah.
Memberikan kepastian dengan memberikan kebijakan/keputusan yang sesuai atas
suatu masalah yang awalnya tidak pasti.
Dan analisis kebijakan kesehatan juga menelaah fakta-fakta yang muncul
kemudian akibat dari produk kebijakan yang telah diputuskan/diundangkan. [1] [2]
2.3. PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN
Masalah kebijakan, adalah nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi, tetapi
dapat diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat kepelikan masalah
tergantung pada nilai dan kebutuhan apa yang dipandang paling panting.
Staf puskesmas yang kuat orientasi materialnya (gaji tidak memenuhi kebutuhan),
cenderung memandang aspek imbalan dari puskesmas sebagai masalah mandasar dari pada
orang yang punya komitmen pada kualitas pelayanan kesehatan.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan,
adalah:
1.

Interdepensi (saling tergantung), yaitu kebijakan suatu bidang (energi)

seringkali mempengaruhi masalah kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini

menunjukkan adanya sistem masalah. Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan


Holistik, satu masalah dengan yang lain tidak dapat di piahkan dan diukur sendirian.
2.
Subjektif, yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah
diindentifikasi, diklasifikasi dan dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secara
objektif dapat diukur (data). Data ini menimbulkan penafsiran yang beragam (a.l. gangguan kesehatan, lingkungan, iklim, dll). Muncul situasi problematis, bukan problem itu
sendiri.
3.
Artifisial, yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis,
sehingga dapat menimbulkan masalah kebijakan.
4.
Dinamis, yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana
perubahan yang terus menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah
baru, yang membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
5.
Tidak terduga, yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan
dan sistem masalah kebijakan.[3][10]
MERENCANAKAN KEBIJAKAN KESEHATAN
Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri-ciri yang harus diperhatikan. Menurut
Azwar (1996) ciri-ciri tersebut secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bagian dari sistem administrasi
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan pekerjaan perencanaan
sebagai bagian dari sistem administrasi secara keseluruhan. Sesungguhnya, perencanaan pada
dasarnya merupakan salah satu dari fungsi administrasi yang amat penting. Pekerjaan
administrasi yang tidak didukung oleh perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasi
yang baik.
2. Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukan hanya sekali bukanlah perencanaan yang
dianjurkan. Ada hubungan yang berkelanjutan antara perencanaan dengan berbagai fungsi
administrasi lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting untuk pelaksanaan, yang
apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan. Demikian seterusnya
sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir.
3. Berorientasi pada masa depan

Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan. Artinya, hasil dari
pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai
kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang.
4. Mampu menyelesaikan masalah
Suatu perencanaan yang baik adalah yamg mampu menyelesaikan berbagai masalah dan
ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaian masalah dan ataupun tantangan yang
dimaksudkan disini tentu harus disesuaikan dengan kemampuan. Dalam arti penyelesaian
masalah dan ataupun tantangan tersebut dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin
pada pentahapan perencanaan yang akan dilakukan.
5. Mempunyai tujuan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang dicantumkan secara jelas.
Tujuan yang dimaksudkandi sini biasanya dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum
yang berisikan uraian secara garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih
spesifik.
6. Bersifat mampu kelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam arti bersifat wajar,
logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah disesuaikan dengan sumber daya.
Perencanaan yang disusun tidak logis serta tidak runtun, apalagi yang tidak sesuai dengan
sumber daya bukanlah perencanaan yang baik.
3. DASAR - DASAR MEMBUAT KEBIJAKAN KESEHATAN
Dasar kebijakan strategis dalam pembangunan kesehatan
Memahami dasar-dasar pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan upaya
mewujudkan nilai kebenaran dan aturan pokok sebagai landasan untuk berpikir dan bertindak
dalam pembangunan kesehatan. Nilai tersebut merupakan landasan dalam menghayati isu
strategis, melaksanakan visi, dan misi sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan
kesehatan secara nasional sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatan
menuju Indonesia Sehat, yang meliputi: perikemanusiaan, adil dan merata, pemberdayaan dan
kemandirian, pengutamaan dan manfaat.
1. Isu Strategis Pembangunan Kesehatan
Banyak masalah kesehatan dapat dideteksi dan diatasi secara dini di tingkat paling bawah.
Jumlah dan mutu tenaga kesehatan belum memenuhi kebutuhan. Pemanfaatan pembiayaan
kesehatan belum terfokus dan sinkron. Hasil sarana kesehatan bisa dijadikan pendapatan daerah.

Masyarakat miskin belum sepenuhnya terjangkau dalam pelayanan kesehatan. Beban ganda
penyakit dapat menimbulkan masalah lainnya secara fisik, mental dan sosial.
2. Visi Strategis Pembangunan Kesehatan
Dengan memperhatikan isu strategis pembangunan kesehatan tersebut dan juga dengan
mempertimbangkan perkembangan, masalah, serta berbagai kecenderungan pembangunan
kesehatan ke depan maka ditetapkan visi pembangunan kesehatan oleh Departemen Kesehatan
yaitu Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat.
Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi di mana masyarakat
Indonesia menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah dan mengatasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik
yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun
lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
3. Misi Strategis Pembangunan Kesehatan
Visi pembangunan kesehatan tersebut kemudian diejawantahkan melalui misi pembangunan
kesehatan, yakni Membuat Rakyat Sehat. Misi kesehatan ini kemudian dijalankan dengan
mengembangkan nilai-nilai dasar dalam pelayanan kesehatan yaitu berpihak pada rakyat,
bertindak cepat dan tepat, kerjasama tim, integritas yang tinggi, transparansi dan akuntabilitas.
2.4. PENDEKATAN ANALISIS KEBIJAKAN
Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat menggunakan
beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).
1.

Pendekatan Empiris, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu

apakah sesuatu itu ada (menyangkut fakta). Pendekatan ini lebih menekankan penjelasan
sebab akibat dari kebijakan publik. Contoh, Analisis dapat menjelaskan atau meramalkan
pembelanjaan negara untuk kesehatan, pendidikan, transportasi. Jenis informasi yang
dihasilkan adalah Penandaan.
2.
Pendekatan evaluatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu
berkaitan dengan penentuan harga atau nilai (beberapa nilai sesuatu) dari beberapa
kebijakan. Jenis informasi yang dihasilkan bersifat Evaluatif. Contoh: setelah menerima
informasi berbagai macam kebijakan KIA KB, analis dapat mengevaluasi bermacam
cara untuk mendistribusikan biaya, alat, atau obat-obatan menurut etika dan
konsekuensinya.
3.
Pendekatan normatif, memusatkan perhatian pada masalah pokok, yaitu
Tindakan apa yang semestinya di lakukan. Pengusulan arah tindakan yang dapat
memecahkan masalah problem kebijakan, merupakan inti pendekatan normatif. Jenis
informasi bersifat anjuran atau rekomendasi. Contoh: peningkatan pembayaran pasien
puskesmas (dari Rp.300 menjadi Rp.1000) merupakan jawaban untuk mengatasi

rendahnya kualitas pelayanan di puskesmas. Peningkatan ini cenderung tidak


memberatkan masyarakat. [1][3]
Ketiga pendekatan di atas menghendaki suatu kegiatan penelitian dan dapat memanfaatkan
berbagai pendekatan lintas disiplin ilmu yang relevan. Adapun model panelitian yang lazim
digunakan adalah penelitian operasional, terapan atau praktis.
Pembuatan informasi yang selaras kebijakan (baik yang bersifat penandaan, evaluatif, dan
anjuran) harus dihasilkan dari penggunaan prosedur analisis yang jelas (metode penelitian).
Menurut Dunn (1988), dalam Analisis Kebijakan, metode analisis umum yang dapat digunakan,
antara lain:
1)

Metode peliputan (deskripsi), memungkinkan analis menghasilkan informasi

mengenai sebab akibat kebijakan di masa lalu.


2)
Metode peramalan (prediksi), memungkinkan analis menghasilkan informasi
mengenai akibat kebijakan di masa depan.
3)
Metode evaluasi, pembuatan informasi mengenai nilai atau harga di masa lalu dan
masa datang.
METODE ANALISIS UMUM
Deskripsi
Prediksi
Evaluasi
Preskripsi
(petunjuk)

METODE
KEBIJAKAN

ANALISIS

Perumusan Masalah
Peliputan (monitoring)
Peramalan (forecasting)
Evaluasi (evaluation)
Rekomendasi
(recommendation)
Penyimpulan Praktis
(Practical inference)

Penyimpulan praktis, ditujukan untuk mencapai kesimpulan yang lebih dekat agar masalah
kebijakan dapat dipecahkan. Kata Praktis, lebih ditekankan pada dekatnya hubungan kesimpulan
yang diambil dengan nilai dan norma sosial. Pengertian ini lebih ditujukan untuk menjawab
kesalahpahaman mengenai makna Rekomendasi yang sering diartikan pada informasi yang
kurang operasional atau kurang praktis, masih jauh dari fenomena yang sesungguhnya.
Bila metode analisis kebijakan dikaitkan dengan pendekatan empiris, evaluatif, dan
anjuran, maka metode analisis kebijakan dapat disusun menjadi 3 jenjang, yaitu:

1)
Pendekatan modus operandi, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan 3 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, dan peramalan.
2)
Pendekatan modus evaluatif, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan 4 jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan, peramalan, dan
rekomendasi.
3)
Pendekatan modus anjuran, dapat menghasilkan informasi dan argumen dengan
memanfaatkan seluruh (6) jenjang metode analisis, yaitu perumusan masalah, peliputan,
peramalan, evaluasi, rekomendasi, dan peyimpulan praktis. [5][6]
2.5. ARGUMEN KEBIJAKAN
Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan menghasilkan informasi.
Analisis kebijakan juga harus memanfaatkan atau memindahkan informasi sebagai bagian dari
argumen yang bernalar mengenai kebijakan publik untuk mencari solusi masalah kebijakan
publik. Menurut Dunn (1988) struktur argumen kebijakan menggambarkan bagaimana analis
kebijakan dapat menggunakan alasan dan bukti yang menuntun kepada pemecahan masalah
kebijakan.
Berdasarkan struktur argumen, dapat diketahui bahwa seorang analisis kebijakan dapat
menempuh langkah yang benar, dengan memanfaatkan informasi dan berbagai metode menuju
kepada pemecahan masalah kebijakan; dan tidak sekedar membenarkan alternatif kebijakan yang
disukai.
2.6. BENTUK ANALISIS KEBIJAKAN
Analisis kebijakan terdiri dari beberapa bentuk, yang dapat dipilih dan digunakan. Pilihan
bentuk analisis yang tepat, menghendaki pemahaman masalah secara mendalam, sebab kondisi
masalah yang cenderung menentukan bentuk analisis yang digunakan.
Berdasarkan pendapat para ahli (Dunn, 1988; Moekijat, 1995; Wahab, 1991) dapat
diuraikan beberapa bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan.
2.6.1. Analisis Kebijakan Prospektif
Bentuk analisis ini berupa penciptaan dan pemindahan informasi sebelum tindakan
kebijakan ditentukan dan dilaksanakan. Menurut Wiliam (1971), ciri analisis ini adalah:
mengabungkan informasi dari berbagai alternatif yang tersedia, yang dapat dipilih
dan dibandingkan.
diramalkan secara kuantitatif dan kualitatif untuk pedoman pembuatan keputusan
kebijakan.
secara konseptual tidak termasuk pengumpulan informasi.
2.6.2. Analisis Kebijakan Restrospektif (AKR)

Bentuk analisis ini selaras dengan deskripsi penelitian, dengan tujuannya adalah penciptaan
dan pemindahan informasi setelah tindakan kebijakan diambil. Beberapa analisis kebijakan
restropektif, adalah:
1.

Analisis berorientasi Disiplin, lebih terfokus pada pengembangan dan

pengujian teori dasar dalam disiplin keilmuan, dan menjelaskan sebab akibat kebijakan.
Contoh: Upaya pencarian teori dan konsep kebutuhan serta kepuasan tenaga kesehatan di
Indonesia, dapat memberi kontribusi pada pengembangan manajemen SDM original
berciri Indonesia (kultural). Orientasi pada tujuan dan sasaran kebijakan tidak terlalu
dominan. Dengan demikian, jika ditetapkan untuk dasar kebijakan memerlukan kajian
tambahan agar lebih operasional.
2.
Analisis berorientasi masalah, menitikberatkan pada aspek hubungan
sebab akibat dari kebijakan, bersifat terapan, namun masih bersifat umum. Contoh:
Pendidikan dapat meningkatkan cakupan layanan kesehatan. Orientasi tujuan bersifat
umum, namun dapat memberi variabel kebijakan yang mungkin dapat dimanipulasikan
untuk mencapai tujuan dan sasaran khusus, seperti meningkatnya kualitas kesehatan gigi
anak sekolah melalui peningkatan program UKS oleh puskesmas.
3.
Analisis beriorientasi penerapan, menjelaskan hubungan kausalitas, lebih
tajam untuk mengidentifikasi tujuan dan sasaran dari kebijakan dan para pelakunya.
Informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil kebijakan khusus,
merumuskan masalah kebijakan, membangun alternatif kebijakan yang baru, dan
mengarah pada pemecahan masalah praktis. Contoh: analis dapat memperhitungkan
berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pelayanan KIA di
Puskesmas. Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar pemecahan masalah
kebijakan KIA di puskesmas.
2.6.3. Analisis Kebijakan Terpadu
Bentuk analisis ini bersifat konprehensif dan kontinyu, menghasilkan dan memindahkan
informasi gabungan baik sebelum maupun sesudah tindakan kebijakan dilakukan.
Menggabungkan bentuk prospektif dan restropektif, serta secara ajeg menghasilkan informasi
dari waktu ke waktu dan bersifat multidispliner.
Bentuk analisis kebijakan di atas, menghasilkan jenis keputusan yang relatif berbeda yang,
bila ditinjau dari pendekatan teori keputusan (teori keputusan deksriptif dan normatif), yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Teori Keputusan Deskriptif, bagian dari analisis retrospektif, mendeskripsikan
tindakan dengan fokus menjelaskan hubungan kausal tindakan kebijakan, setelah kebijakan

terjadi. Tujuan utama keputusan adalah memahami problem kebijakan, diarahkan pada
pemecahan masalah, namun kurang pada usaha pemecahan masalah.
2) Teori Keputusan Normatif, memberi dasar untuk memperbaiki akibat tindakan,
menjadi bagian dari metode prospektif (peramalan atau rekomendasi), lebih ditujukan pada usaha
pemecahan masalah yang bersifat praktis dan langsung. [5][6]
2.7. PERANAN POLITIK
Analisis kebijakan merupakan proses kognitif. Pembuatan kebijakan merupakan proses
Politik. Dengan demikian Informasi yang dihasilkan belum tentu digunakan oleh pengambilan
kebijakan.
Seorang analis harus aktif sebagai agen perubahan, paham struktur politik, berhubungan
dengan orang yang mempengaruhi kebijakan yang dibuat, membuat usulan yang secara politis
dapat diterima pengambil kebijakan, kelompok sasaran, merencanakan usulan yang mengarah
kepada pelaksanaan.
Analis hanya satu dari banyak pelaku kebijakan, dengan pelaku kebijakan merupakan salah
satu elemen sistem kebijakan. Dunn (1988) menjelaskan adanya 3 elemen dalam sistem
kebijakan, yang satu sama lain mempunyai hubungan.
Dapat dijelaskan bahwa 3 elemen sistem kebijakan saling berhubungan:
1)
Kebijakan publik, merupakan serangkaian pilihan yang dibuat atau tidak dibuat oleh
badan atau kantor pemerintah, dipengaruhi atau mempengaruhi lingkungan kebijakan dan
kebijakan publik.
2)
Pelaku kebijakan, adalah kelompok masyarakat, organisasi profensi, partai politik,
berbagai badan pemerintah, wakil rakyat, dan analis kebijakan yang dipengaruhi atau
mempengaruhi pelaku kebijakan dan kebijakan publik.
3)
Lingkungan kebijakan, yakni suasana tertentu tempat kejadian di sekitar isu
kebijakan itu timbul, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pelaku kebijakan dan kebijakan
publik.
Berdasarkan uraian di atas, maka seorang analis kebijakan dapat dikategorikan sebagai
aktor kebijakan yang menciptakan dan sekaligus menghasilkan sistem kebijakan, disamping
aktor kebijakan yang lainnya. [5][6]
2.8. SISTEM KESEHATAN
Sebelum melakukan analisis kebijakan kesehatan perlu dipahami terlebih dahulu mengenai
sistem kesehatan. Bagaimana pengambilan kebijakan dibidang kesehatan.
2.9. KEBIJAKAN KESEHATAN DI INDONESIA
2.9.1. Isu strategis


Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belum optimal

Sistem perencanaan dan penganggaran departemen kesehatan belum optimal

Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan masih kurang memadai

Dukungan departemen kesehatan untuk melaksanakan pembangunan kesehatan


masih terbatas.
2.9.2. Strategi kesehatan di Indonesia

Mewyjudkan komitmen pembangunan kesehatan

Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan

Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan


2.9.3. Kebijakan program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan


edukasi (KIE)

Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat dan generasi muda

Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat


2.9.4. Kebijakan program lingkungan sehat

Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar

Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan

Pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan

Pengembangan wilayah sehat


2.9.5. Kebijakan program upaya kesehatan dan pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya

Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan


jaringannya

Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial

Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya


promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana

Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan


2.9.6. Kebijakan program upaya kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS

Pembangunan sarana dan parasarana RS di daerah tertinggal secara selektif

Perbaikan sarana dan prasarana rumah sakit

Pengadaan obat dan perbekalan RS

Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan

Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga


Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan
2.9.7. Kebijakan program pencegahan dan pemberantasan penyakit

Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko

Peningkatan imunisasi

Penemuan dan tatalaksana penderita

Peningkatan surveilans epidemologi

Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit


2.9.8. Kebijakan program perbaikan gizi masyarakat

Peningkatan pendidikan gizi

Penangulangan KEP, anemia gizi besi, GAKI, kurang vitamin A, kekuarangan zat
gizi mikro lainnya

Penanggulangan gizi lebih

Peningkatan surveilans gizi

Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi


2.9.9. Kebijakan program sumber daya kesehatan
Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk
penduduk miskin
Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
2.9.10. Kebijakan program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
Pengkajian dan penyusunan kebijakan
Pengembangan sistem perencanaan dan pengangaran, pelaksanaan dan pengendalian,
pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum kesehatan
Pengembangan sistem informasi kesehatan
Pengembangan sistem kesehatan daerah
Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan
2.9.11. Kebijakan program penelitian dan pengembagan kesehatan
Penelitian dan pengembangan
Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian
Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan[4][7]

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian dan argumen
untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat
dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan kesehatan.
Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis kebijakan kesehatan memiliki peran
dan fungsi dalam pelaksanaannya.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan,
adalah Interdepensi (saling tergantung), Subjektif, Artifisial, Dinamis dan Tidak terduga.
Upaya untuk menghasilk informasi dan argumen, analis kebijakan dapat menggunakan
beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan Empiris, Evaluatif, dan Normatif (Dunn, 1988).
Metode analisis kebijakan, yaitu Metode peliputan (deskripsi), Metode peramalan
(prediksi) dan Metode evaluasi. 3 jenjang Metode analisis kebijakan, yaitu Pendekatan modus
operandi, Pendekatan modus evaluative dan Pendekatan modus anjuran.
Analisis kebijakan tidak hanya sekedar menghimpun data dan menghasilkan informasi.
Analisis kebijakan juga harus memanfaatkan atau memindahkan informasi sebagai bagian dari
argumen yang bernalar mengenai kebijakan publik untuk mencari solusi masalah kebijakan
publik. Menurut Dunn (1988) struktur argumen kebijakan menggambarkan bagaimana analis
kebijakan dapat menggunakan alasan dan bukti yang menuntun kepada pemecahan masalah
kebijakan.
Bentuk analisis kebijakan yang lazim digunakan, yaitu Analisis Kebijakan Prospektif,
Analisis Kebijakan Restropektif (AKR) dan Analisis Kebijakan Terpadu.
Dunn (1988) menjelaskan adanya 3 elemen dalam sistem kebijakan, yang satu sama lain
mempunyai hubungan, yaitu Kebijakan public, Pelaku kebijakan dan Lingkungan kebijakan.
Sebelum melakukan analisis kebijakan kesehatan perlu dipahami terlebih dahulu mengenai
sistem kesehatan. Bagaimana pengambilan kebijakan dibidang kesehatan.
Kebijakan kesehatan di Indonesia, yaitu Kebijakan program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat, Kebijakan program lingkungan sehat, Kebijakan program upaya
kesehatan dan pelayanan kesehatan, Kebijakan program upaya kesehatan perorangan, Kebijakan
program pencegahan dan pemberantasan penyakit, Kebijakan program perbaikan gizi
masyarakat, Kebijakan program sumber daya kesehatan, Kebijakan program kebijakan dan
manajemen pembangunan kesehatan dan Kebijakan program penelitian dan pengembagan
kesehatan.
3.2.SARAN
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dalam masalah kesehatan, disarankan
dilakukan dahulu analisis kebijakan kesehatan. Dengan demikian, dapat memberikan keputusan
yang fokus pada masalah yang akan diselesaikan.

DAFTAR PUSTAKA
AnneAhira.com. Konsep
dan
Implementasi
Analisis
Kebijakan
Kesehatan (online)http://www.AnneAhira.com/artikel/analisis-kebijakan-kesehatan.html.
Minggu, 13 Maret 2011 pkl 18.52
Arif Kurniawan. Kebijakan Kesehatan (online)
http://images.albadroe.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/Rt5PkgoKCsAAABj74Sc1/ke
bijakan%20kesehatan.ppt?nmid=56606948. Minggu, 13 Maret 2011 pkl 14.4
Ayun Sriatmi. Sejarah analisis kebijakan dan kerangka analisis kebijakan (online)
http://eprints.undip.ac.id/6256/1/Kerangka_analisis_kebijakan_-_ayun_sriatmi.pdf Senin, 14
maret 2011 pukul 14.01
Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI
Dunn WN. 1988. Analisa Kebijaksanaan Publik. Yogyakarta : PT. Hanindita
Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
Juanita. Kesehatan dan Pembangunan Nasional (online)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3737/1/fkm-juanita2.pdf Jumat, 4 Maret 2011
pkl 18.59
Pasolong Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta
Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang No. 23 tahun 1992, tentang Kesehatan. Penerbit
Sinar Grafika 1992
Siagian SP. 1985. Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan Dan Strategi Organisasi. Jakarta :
PT. Gunung Agung
Surya Utama. Dasar-Dasar Analisis Kebijakan Kesehatan (online)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3765/1/fkm-surya4.pdf. Jumat, 11 Maret 2011
pkl 15.31
Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2010. Undang-Undang Kesehatan dan Rumah Sakit 2009.
Yogyakarta : Penerbit Pustaka Yustisia
Tulchinsky Ted., Varavikova Elena. The New Public Health (text book)
Dunn, William N. 1999. Analisis Kebijakan. Diterjemahkan Drs. Samodra Wibawa, MA dkk.
Edisi ke 2. Jakarta
Http://ekayuniar.blogspot.com/2011/06/1-pengantar-tentang-kebijakan-kesehatan.html
Http://stikesmbbaksos.blogspot.com/2010/04/kebijakan-kesehatan-di-era-otonomi.html

Http://sofyan-fkm-ump.blogspot.com/2012/02/kebijakan-kesehatan.html
Http://vendiaria.blogspot.com/p/dasar-dasar-membuat-kebijakan-kesehatan.html

Kajian Ilmu Kebijakan dan Pengertian Kebijakan


Secara harifah ilmu kebijakan adalah terjemahan langsung dari kata policy
science (Dror, 1968: 6-8 ). Beberapa penulis besar dalam ilmu ini, seperti William
Dunn, Charles Jones, Lee Friedman, dan lain-lain, menggunakan istilah public
policy dan public policy analysis dalam pengertian yang tidak berbeda. Istilah
kebijaksanaan atau kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang
biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintahlah yang
mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat, dan
bertanggung jawab melayani kepentingan umum. Ini sejalan dengan pengertian
public itu sendiri dalam bahasa Indonesia yang berarti pemerintah, masyarakat
atau umum.
Dengan demikian perbedaan makna antara perkataan kebijaksanaan dan
kebijakan tidak menjadi persoalan, selama kedua istilah itu diartikan sebagai
keputusan pemerintah yang relatif bersifat umum dan ditujukan kepada
masyarakat umum. Perbedaan kata kebijakan dengan kebijaksanaan berasal dari
keinginan untuk membedakan istilah policy sebgai keputusan pemerintah yang
bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota masyarakat, dengan istilah
discretion, yang dapat diartikan ilah atau keputusan yang bersifat kasuistis
untuk sesuatu hal pada suatu waktu tertentu. Keputusan yang bersifat kausitis
(hubungan sebab akibat) sering terjadi dalam pergaulan. Seseorang minta
kebijaksanaan seorang pejabat untuk memperlakukan secara istimewa atau
secara istimewa tidak memperlakukan, ketentuan-ketentuan yang ada, yang
biasanya justru ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah (public policy).
Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam bahasa Yunani (Greek),
yang berarti negara-kota. Dalam bahasa latin kata ini menjadi politia, artinya
negara. Masuk kedalam bahasa Inggris lama (Middle English), kata tersebut
menjadi policie, yang pengertiannya berkaitan dengan urusan perintah atau
administrasi pemerintah (Dunn,1981:7). Dalam pengertian umum kata ini
seterusnya diartikan sebagai,a course of action intended to accomplish some
end (Jones,1977:4) atau sebagai whatever government chooses to do or not to
do (Dye,1975:1). Uniknya dalam bahasa Indonesia, kata kebijaksanaan atau
kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy tersebut mempunyai konotasi
tersendiri. Kata tersebut mempunyai akar kata bijaksana atau bijak yang dapat

disamakan dengan pengertian wisdom, yang berasal dari kata sifat wise dalam
bahasa Inggris. Dengan pengertian ini sifat bijak sana dibedakan orang dari
sekedar pintar (clever) atau cerdas (smart). Pintar bisa berarti ahli dalam satu
bidang ilmu, sementara cerdas biasanya diartikan sebagai sifat seseorang yang
dapat berpikir cepat atau dapat menemukan jawaban bagi suatu persoalan yang
dihadapi secara cepat. Orang yang bijaksana mungkin tidak pakar dalam sesuatu
bidang ilmu, namun memahami hampir semua aspek kehidupan (Buchari Zainun
dan Said Zainal Abidin, 1988:7-10). Kalau orang yang cerdas dapat segera
memberi jawaban yang tepat atas sesuatu pertanyaan, maka orang yang bijaksana
mungkin pada waktu yang sama tidak mau memberikan jawaban, karena yang
demikian itu mungkin dianggapnya lebih bijaksana. Jawaban yang bijaksana
bukan sekedar dapat menjawab, tetapi juga menjawab dengan tepat waktu,tepat
lingkungan dan tepat sasaran. Konotasi ini agaknya sangat relevan dengan kajian
ilmu kebijakan, dan jawaban yang demikian itulah yang menjadi obyek studi dari
ilmu ini.
Kajian tentang kebijakan dalam arti yang luas sebagai usaha pengadaan informasi
yang diperlukan untuk menunjang proses pengambilan kebijakan telah ada sejak
manusia mengenal organisasi dan tahu arti keputusan. Kajian ini dilakukan mulai
dari cara yang paling sederhana dan irasional sampai dengan cara-cara yang
bersifat kombinasi kuantitatif dan kualitatif sekarang ini. Akan tetapi sebgai suatu
disiplin tersendiri ilmu kebijakan baru diakui kehadirannya sesudah Perang Dunia
II.
Kajian-kajian yang dilakukan di masa lampau biasanya merupakan suatu kajian
dari satu disiplin ilmu untuk memecahkan suatu permasalahan yang dianggap
termasuk dalam aspek tertentu yang relevan dengan disiplin ilmu itu. Kajian yang
demikian mulai sulit memecahkan persoalan-persoalan yang kompleks dalam
masyarakat modern sekarang ini.
Dalam masyarakat modern di area globalisasi sekarang ini, sebagai akibat dari
kemajuan teknologi di bidang informasi dan transportasi, permasalahan publik
menjadi sangat kompleks. Tidak ada satu masalah yang hanya bisa dilihat sebagai
satu aspek yang berdiri sendiri. Berbagai aspek saling terkait dan saling
mempengaruhi. Keterkaitan ini tidak terbatas dalam lingkungan tertentu saja,
tetapi bisa jadi dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan yang lebih luas dan
menyangkut aspek yang berbeda, berlangsung dalam waktu yang amat cepat.
Perubahan dalam bidang politik di Amerika Serikat pada hari ini, misalnya, segera
akan berpengaruh dalam bidang ekonomi,sosial-budaya, pertahananan dan
sebagainya, di negara-negara ASEAN pada hari yang sama.

Sebab itu kajian dari satu disiplin ilmu saja menjadi tidak realistis, karena jawaban
yang dihasilkan terbatas dalam kerangka teoritis tertentu, tidak sesuai dengan
masyarakat modern yang kompleks dan berkembang secara cepat. Khusus untuk
negara-negara yang sedang berkembang telah dilakukan pula kajian yang bersifat
penerapan dari disiplin ilmu-ilmu yang telah ada. Dalam ilmu administrasi untuk
menata pengelolaan pembangunan dan pembangunan administrasi dalam suatu
masyarakat yang sedang berkembang dalam lingkungan yang berbeda dari
lingkungan tempat teori-teori administrasi itu dahulu tumbuh. Hal yang serupa
juga terjadi dalam disiplin ilmu ekonomi yang menumbuhkan kajian ekonomi
pembangunan yang berorientasi pada negara-negara yang sedang berkembang.
Begitu pula dalam disiplin ilmu politik, sosiologi dan lain-lain.
Dalam masyarakat dewasa ini sering timbul keluhan bahwa hasil suatu analisis
yang dilakukan dalam suatu bidang, sulit diterapkan. Kesulitan dalam penerapan
ini disebabkan oleh kenyataan bahwa masyarakat merupakan kancah pertautan
berbagai aspek yang bersifat multidimensi. Dalam masyarakat, berbagai aspek
saling mempengaruhi. Karena itu diperlukan analisis yang bersifat multidimensi
pula. Untuk menjawab tantangan dari kesulitan penerapan inilah maka William
Dunn menanamkan ilmu analisis kebijakan applied social science, karena ilmu ini
menggunakan pendekatan yang bersifat menyeluruh (holistic approach).
Pengertian Kebijakan
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebujakan.
Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses to do or not to do).
Definisi ini dibuatnya dengan menghubungkan pada beberapa definisi lain dari
David Easton, Lasswell dan Kaplan, dan Carl Friedrich. Easton menyebutkan
kebijakan pemerintah sebagai kekuasaan mengalokasi nilai-nilai untuk
masyarakat secara keseluruhan. Ini mengandung konotasi tentang kewenangan
pemerintah yang meliputi keseluruhan kehidupan masyarakat. Tidak ada suatu
organisasi lain yang wewenangnya dapat mencakup seluruh masyarakat kecuali
pemerintah. Sementara Lasswell dan Kaplan yang melihat kebijakan sebagai
sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang
diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek (a projected program of
goals, values and practices). Carl Friedrich mengatakan bahwa yang paling pokok
bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goal ), sasaran(objektive) atau
kehendak(purpose).
H. Hugh Heglo menyebutkan kebijakan sebagai a course of action intended to
accomplish some end, atau sebagai suatu tindakan yang bermaksud untuk
mencapai tujuan tertentu. Definisi Heglo ini selanjutnya diuraikan oleh Jones

dalam kaitan dengan beberapa isi dari kebijakan. Pertama, tujuan. Di sini yang
dimaksudkan adalah tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai (the desired
ends to be achieved). Bukan suatu tujuan yang sekedar diinginkan saja. Dalam
kehidupan sehari-hari tujuan yang hanya diinginkan saja bukan tujuan, tetapi
sekedar keinginan. Setiap orang boleh saja berkeinginan apa saja, tetapi dalam
kehidupan bernegara tidak perlu diperhitungkan. Baru diperhitungkan kalau ada
usaha untuk mencapainya, dan adafaktor pendukung yang diperlukan. Kedua,
rencana atau proposal yang merupakan alat atau cara tertentu untuk mencapainya.
Ketiga, program atau cara tertentu yang telah mendapat persetujuan dan
pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Keempat, keputusan, yakni
tindakan tertentu yang diambil untuk menentukan tujuan, membuat dan
menyesuaikan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program dalam
masyarakat.
Selanjutnya Heglo mengatakan bahwa kebijakan lebih dapat digolongkan sebagai
suatu alat analisis daripada sebagai suatu rumusan kata-kata. Sebab itu, katanya,
isi dari suatu kebijakan lebih dapat dipahami oleh para analis daripada oleh para
perumus dan pelaksana kebijakan itu sendiri.
Bertolak dari sini, Jones merumuskan kebijakan sebagai behavioral consistency
and repeatitiveness associated with efforts in and through government to resolve
public problems (perilaku yang tetap dan berulang dalam hubungan dengan
usaha yang ada di dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan masalah
umum). Definisi ini memberi makna bahwa kebijakan itu bersifat dinamis ini
akan dibicarakan secara khusus dalam bagian lain, dalam hubungan dengan sifat
dari kebijakan.
Sejalan dengan perkembangan studi yang makin maju, William Dunn mengaitkan
pengertian kebijakan dengan analisis kebijakan yang merupakan sisi baru dari
perkembangan ilmu sosial untuk pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebab itu dia mendefinisikan analisis kebijakan sebagaiilmu sosial terapan yang
menggunakan berbagai metode untuk menghasilkan dan mentransformasikan
informasi yang relevan yang dipakai dalam memecahpersoalan dalam kehidupan
sehari-hari. Di sini dia melihat ilmu kebijakan sebgai perkembangan lebih lanjut
dari ilmu-ilmu sosial yang sudah ada. Metodologi yang dipakai bersifat
multidisiplin. Hal ini berhubungan dengan kondisi masyarakat yang bersifat
kompleks dan tidak memungkinkan pemisahan satu aspek dengan aspek lain.
Sumber Buku Kebijakan Publik karangan Said Zainal Abidin, Edisi Revisi, tahun
2004, Penerbit: Yayasan Pancur Siwah, Jakarta.

A. Definisi Kebijakan Kesehatan


Ilmu kebijakan adalah ilmu yang mengembangkan kajian tentang hubungan antara pemerintah
dan swasta, distribusi kewenangan dan tanggung jawab antar berbagai level pemerintah,
hubungan antara penyusunan kebijakan dan pelaksanaannya, ideologi kebijakan makna reformasi
kesehatan. Ilmu manajemen digunakan dalam ilmu kebijakan yaitu dalam perencanaan dan
pelaksanaan kebijakan kesehatan, teori dan konsep manajemen tidak dapat diabaikan.
Apa sistem kebijakan kesehatan itu?
Kebijakan (Policy): Sejumlah keputusan yang dibuat oleh mereka yang bertanggung
jawab dalam bidang kebijakan tertentu
Kebijakan Publik (Public Policy): kebijakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
atau negara
Kebijakan Kesehatan (Health Policy): Segala sesuatu untuk mempengaruhi faktor
faktor penentu di sektor kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat; dan bagi seorang dokter kebijakan merupakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan layanan kesehatan (Walt, 1994)
Mengapa kebijakan kesehatan penting?
Sektor kesehatan merupakan bagian penting perekonomian di berbagai negara
Kesehatan mempunyai posisi yang lebih istimewa dibanding dengan masalah sosial yang
lainnya
Kesehatan dapat dipengaruhi oleh sejumlah keputusan yang tidak ada kaitannya dengan
pelayanan kesehatan (misal: kemiskinan, polusi)
Memberi arahan dalam pemilihan teknologi kesehatan
B. Kerangka Konsep dalam Kebijakan Kesehatan
Segitiga analisis kebijakan:
Sumber: Walt and Gilson (1994)
Keuntungan Analisis Kebijakan adalah kaya penjelasan mengenai apa dan bagaimana hasil
(outcome) kebijakan akan dicapai, dan piranti untuk membuat model kebijakan di masa depan
dan mengimplementasikan dengan lebih efektif.
Contoh penggunaan Analisis Kebijakan:
Kasus: Tarif untuk meningkatkan efisiensi di pelayanan kesehatan
Konteks: kondisi ekonomi, ideologi, dan budaya
Konten/ Isi:
Apa tujuan yang ingin dicapai?
Apakah ada pengecualian?
Aktor/ Pelaku
Siapa yang mendukung dan menolak kebijakan tarif?
Proses:
Pendekatan Top- Down?
Bagaimana kebijakan ini akan dikomunikasikan
Faktor Kontekstual yang Mempengaruhi Kebijakan:
Faktor situasional: Faktor yang tidak permanen atau khusus yang dapat
berdampak pada kebijakan (contoh: kekeringan)
Faktor struktural: bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah (misal: sistem

politik)
Aktor/Pelaku:
Individu
Pelaku
Organisasi

Isi/Konten Proses
Konteks
Faktor Budaya: Faktor yang dapat berpengaruh seperti hirarki, gender, stigma terhadap
penyakit tertentu
Faktor Internasional atau eksogen: faktor ini menyebabkan meningkatnya ketergantungan
antar negara dan mempengaruhi kemandirian dan kerja sama internasional dalam
kesehatan
Proses Penyusunan Kebijakan menggunakan Segitiga Kebijakan Kesehatan
Segitiga kebijakan kesehatan digunakan untuk memahami kebijakan tertentu dan menerapkan
untuk merencanakan kebijakan khusus dan dapat bersifat:
Retrospektif (meliputi evaluasi dan monitoring kebijakan)
Prospektif (Memberi pemikiran strategis, advokasi dan lobi kebijakan)
Bacaan Lebih Lanjut:
Buse K. (2009) Chapter 1: Kerangka Kebijakan Kesehatan: Konteks, Proses dan Pelaku.
Making Health Policy: Understanding Public Health.
C. Politik dan Policy, Ideologi dan Pragmatisme
Policy making process vs Policy analysis
Policy, Politics berasal dari kata Polis (Greek),yang artinya adalah City atau State.
Simple term of policy:
A set of actions and decisions
Statements of intention
Politics artinya INFLUENCING atau Mempengaruhi
Konsep politik menurut Mason, Talbott & Leavitt, 1993 adalah:
Scarcity of
Resource
Competing set of
value, interest
Multiple interest
group

Influencing
Politics Policy
Maker
Actor
Value Choice
Decision
Making

POLICY
Political actions merupakan upaya aktif untuk mempengaruhi pilihan (value) dan pengambilan
keputusan.
Policy analysis menurut Mason, Talbott & Leavitt, 1993 adalah kajian sistematik terhadap isi
dan akibat yang nyata atau diantisipasi terhadap kebijakan yang sedang berjalan atau yang
direncanakan.

Konsep policy making process Anderson yaitu:


Policy analysis meliputi:
Problem structuring
Forecasting
Recommendation
Monitoring
Evaluation
Hirarki dari tipe isu kebijakan:
1. Major issues
2. Secondary issues
3. Functional issues
4. Minor issues
Rantai efek perbaikan mutu Donald Berwick
Patient experience: patient safety
Patient care micro system
Evaluation
Problem
identification agenda
setting
Policy formation
Adoption
Implementation
Organizational context
Environmental context
Perhatikan kasus di bawah ini:
Pukul 6.30 pagi IGD puskesmas rawat inap sepi, petugas cleaning sdg membersihkan
ruangan.
Seorang laki-2 mengantar isterinya yang hamil 9 bulan dengan surat pengantar rujukan
dari bidan di desa, karena keluhan kesakitan, perdarahan, dan pecahnya ketuban
Karena ruang sdg dibersihkan, suami isteri tsb tidak diperbolehkan masuk ke ruang triase
dan duduk di bangku menunggu di teras IGD
Dokter IGD tidak berada di tempat, perawat sedang mempersiapkan laporan pergantian
jaga
Pukul 8.00 perawat ke beranda IGD, pasien ditanya keluhannya oleh perawat tsb tanpa
diperiksa, dan diminta untuk langsung ke kamar bersalin saja
Di Km bersalin setelah diperiksa oleh bidan, diketahui bahwa pasien dlm keadaan preshok
T= 80/60
Analisis Mata Rantai:
1. Customer experience: Kurang dipedulikan oleh petugas, menunggu lama, marah, kesal,

kurang mendapat informasi


2. Micro system: Prosedur kerja tidak jelas, petugas tidak acuh
3. Organizational context: Jasa pelayanan tidak dibayar, Pembagian tugas dan
tanggungjawab tidak jelas, sistem manajemen, leadership.
4. Environmental context: Pemda kurang peduli terhadap pembiayaan.
Bahan Bacaan Lain:
Buse K. (2009) Chapter 3:Negara dan Sektor Swasta dalam Kebijakan Kesehatan. Making
Health Policy: Understanding Public Health.

Вам также может понравиться