Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH :
EVI NURUL TRIANDARI
03111403030
MANAT PL HUTAJULU
03111403051
03111403045
03111403020
SURYANDI PERDANA
03111403042
TEGUH RASPATI
03111403046
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
PALEMBANG
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Perkembangan bisnis dan investasi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas minyak nabati dan
penyediaan biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang
bersumber dari crude palm oil (CPO) yang berasal dari kelapa sawit. Hal ini disebabkan
tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak sekitar 7 ton/hektar lebih
tinggi dibandingkan dengan kedelai yang hanya 3 ton/hektar. Indonesia memiliki
potensi yang sangat besar dalam pengembangan perkebunan dan industri kelapa sawit
karena memiliki potensi cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan
kesesuaian agroklimat. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 2007 sekitar 6,8 juta
hektar. Dari luas tersebut sekitar 60 % diusahakan oleh perkebunan besar dan sisanya
diusahakan oleh perkebunan rakyat.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit memiliki dampak positif dan dampak
negatif. Dampak positif yang ditimbulkan antara lain adalah meningkatkan pendapatan
masyarakat, meningkatkan penerimaan devisa negara, memperluas lapangan pekerjaan,
meningkatkan produktivitas, dan daya saing, serta memenuhi kebutuhan konsumsi dan
bahan baku industri dalam negeri. Selain dampak positif ternyata juga memberikan
dampak negatif. Secara ekologis sistem monokultur pada perkebunan kelapa sawit telah
merubah ekosistem hutan, hilangnya keanekaragaman hayati dan ekosistem hutan hujan
tropis, serta plsama nutfah, sejumlah spesies tumbuhan dan hewan. Selain itu juga
mengakibatkan hilangnya sejumlah sumber air, sehingga memicu kekeringan,
peningkatan suhu, dan gas rumah kaca yang mendorong terjadinya bencana alam.
Secara sosial juga sering menimbulkan terjadinya konflik antara perusahaan dengan
masyarakat sekitar baik yang disebabkan oleh konflik kepemilikan lahan atau karena
limbah yang dihasilkan oleh industri kelapa sawit. Limbah yang dihasilkan oleh industri
kelapa sawit merupakan salah satu bencana yang mengintip, jika pengelolaan limbah
tidak dilakukan secara baik dan profesional, mengingat industri kelapa sawit merupakan
industri yang sarat dengan residu hasil pengolahan.
2. Pembahasan
2.1 Limbah Pabrik Minyak Kelapa Sawit
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
pencemaran yang terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi
masyarakat (Agustina, dkk, 2009). Dalam pengelolaan industri kelapa sawit juga
dihasilkan limbah baik yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit maupun yang
dihasilkan oleh industri pengolahan kelapa sawit. Untuk menghindari masalah
lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri kelapa sawit, maka diperlukan konsep
pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini didukung oleh sikap untuk menciptakan
produk yang harus berorientasi lingkungan dan harus dibuat dengan proses yang ramah
lingkungan (green consumerism) dan menempatkan lingkungan sebagai non tariff
barrier. Oleh karena itu pendekatan yang banyak diterapkan adalah konsep produk
bersih (cleaner production). Konsep ini dilakukan dengan strategi pengelolaan
lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara terus menerus pada
setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang terkait dengan proses produksi,
produk, dan jasa untuk meningkatkan efesiensi pemakaian sumberdaya alam, mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan dan dan mengurangi terbentuknya limbah pada
sumbernya, sehingga dapat meminimalisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan
manusia serta kerusakan lingkungan. Kata kunci yang diperlukan dalam pengelolaan
adalah menimalkan limbah, analisis daur hidup, teknologi ramah lingkungan.
Pola pendekatan untuk meciptakan produk bersih adalah pencegahan dan
meminimalisasi limbah yang menggunakan hirarki pengelolaan melalui 1E 4R yaitu
Elimination (pencegahan), Reduce (pengurangan), Reuse (penggunaan kembali),
Recycle (daur ulang), Recovery/Reclaim (pungut ulang) (Panca Wardhanu, 2009).
Jenis-jenis limbah dari Pabrik Minyak Kelapa sawit
b. Pupuk Kalium Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan
akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan
30-40%, K2O, 7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO. Selain itu juga mengandung unsur
hara mikro yaitu 1.200ppmFe, 1.00 ppm Mn, 400 ppmZn, dan 100 ppmCu. Sebagai
gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200
ton TBS/ hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8
ton KCL; 2,2 ton kiersit; dan 0,7ton TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada
abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30-38% dengan pH 8 9.
c. Bahan Serat Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat
digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok
mobil dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak
industri.
2.2.2 Tempurung buah sawit untuk arang aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak
kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif
juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet, gula,
dan farmasi.
2.2.3 Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor.
Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu
alternatif itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit
untuk digunakan bahan pulp kertas dan papan serat.
2.2.4 Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan
menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai
bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari
setiapbatang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.
% Berat Kering
31.60
8.20
11.90
34.20
14.10
0.24
0.99
0.97
0.30
0.08
454.00
cair
%
0.98
2.02
0.74
8.37
3.37
8.19
13.19
3.80
1.96
5.67
4.05
0.14
3.10
8.79
2.06
3.48
PMKS
umumnya
bersuhu
tinggi,
berwarna
kecoklatan,
mengandung padatan terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak dengan
kandungan biological oxygen demand (BOD) yang tinggi. Bila larutan tersebut
langsung dibuang ke perairan sangat berpotensi mencemari lingkungan, sehingga harus
dioleh terlebih dahulu sebelum dibuang.
Parameter yang menggambarkan karakteristik limbah terdiri dari sifat fisik,
kimia, dan biologi. Karakteristik limbah berdasarkan sifat fisik meliputi suhu,
kekeruhan, bau, dan rasa, berdasarkan sifak kimia meliputi kandungan bahan organik,
protein, BOD, chemical oxygen demand (COD), sedangkan berdasarkan sifat biologi
meliputi kandungan bakteri patogen dalam air limbah. Berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup ada 6 (enam) parameter utama yang dijadikan acuan baku
mutu limbah meliputi :
a. Tingkat keasaman (pH), ditetapkannya parameter pH bertujuan agar
mikroorganisme dan biota yang terdapat pada penerima tidak terganggu, bahkan
diharapkan dengan pH yang alkalis dapat menaikkan pH badan penerima.
b.
mikroorganisme atau biota yang terdapat pada badan penerima akan semakin
tinggi.
c. COD, kelarutan oksigen kimiawi adalah oksigen yang diperlukan untuk
merombak bahan organik dan anorganik, oleh sebab itu nilai COD lebih besar
dari BOD.
d. Total suspended solid (TSS), menggambarkan padatan melayang dalam cairan
limbah. Pengaruh TSS lebih nyata pada kehidupan biota dibandingkan dengan
total solid. Semakin tinggi TSS, maka bahan organik membutuhkan oksigen
untuk perombakan yang lebih tinggi.
e. Kandungan total nitrogen, semakin tinggi kandungan total nitrogen dalam cairan
limbah, maka akan menyebabkan keracunan pada biota.
f.
Keputusan Menteri yang menyangkut pemanfaatan air limbah PMKS yaitu Kepmen LH
Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian dan Pemanfaatan Air
Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit dan
Kepmen LH Nomor 29 Tahun 2003 tentang Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air
Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit pada Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit.
Karakteristik limbah yang dihasilkan PMKS dan baku mutu limbah disajikan pada table
di bawah ini.
Limbah PMKS
4,10
212,80
347,20
211,70
41
31
Berdasarkan data di atas, ternyata semua parameter limbah cair PMKS berada
diatas ambang batas baku mutu limbah. Jika tida dilakukan pencegahan dan pengolahan
limbah, maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan seperti pencemaran air yang
mengganggu bahkan meracuni bota perairan, menimbulkan bau, dan menghasilkan gas
methan dan CO2 yang merupakan emisi gas penyebab efek rumah kaca yang berbahaya
bagi lingkungan.
2.3.2 Produksi Biogas Melalui Proses Digester Anaerob Limbah Cair PMKS
Metode pengolahan limbah dapat dilakukan secara fisika, kimia, dan biologi.
Pengolahan limbah secara kimia dilakukan dengan proses koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, dan flotasi. Proses kimia sering kurang efektif karena pembelian bahan
kimianya yang cukup tinggi dan menghasilkan sludge dengan volume yang cukup besar.
Sedangkan pengolahan limbah secara biologis dapat dilakukan dengan proses aerob dan
anaerob.
Secara konvensional pengolahan limbah cair PMKS dilakukan secara biologis
dengan menggunakan kolam, yaitu limbah cair diproses dalam kolam aerobik dan
anerobik dengan memanfaatkan mikrobia sebagai perombak BOD dan menetralisir
keasaman cairan limbah.
Pengolahan limbah cair PMKS secara konvesional banyak dilakukan oleh pabrik
karena teknik tersebut cukup sederhana dan biayanya lebih murah. Namun pengolahan
dengan cara tersebut membutuhkan lahan yang luas untuk pengolahan limbah. Dengan
kapasitas 30 ton TBS/jam, maka dibutuhkan sekitar 7 hektar lahan untuk pengolahan
limbah. Selain itu efisiensi perombakan limbah cair PMKS hanya 60-70 % dengan
waktu retensi yang cukup lama yaitu 120-140 hari. Kolam-kolam limbah konvensional
akan mengeluarkan gas methan (CH4) dan karbon dioksida (CO2) yang membahayakan
karena merupakan emisi penyebab efek rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan.
Disamping itu kolam-kolam pengolahan limbah sering mengalami pendangkalan,
sehingga baku mutu limbah tidak tercapai.
Pengolahan limbah cair PMKS dengan menggunakan digester anaerob
dilakukan dengan mensubtitusi proses yang terjadi di kolam anaerobik pada sistem
konvensional kedalam tangki digester. Tangki digester berfungsi menggantikan kolam
anaerobik yang dibantu dengan pemakaian bakteri mesophilic dan thermophilic. Kedua
bakteri ini termasuk bakteri methanogen yang merubah substrat dan menghasilkan gas
methan.
Fermentasi anaerobik dalam proses perombakan bahan organik yang dilakukan
oleh sekelompok mikrobia anaerobik fakultatif maupun obligat dalam satu tangki
digester (reaktor tertutup) pada suhu 35-55 0C. Metabolisme anaerobik selulose
melibatkan banyak reaksi kompleks dan prosesnya lebih sulit daripada reaksi-reaksi
anaerobik bahan-bahan organik lain seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Bidegradasi
tersebut melalui beberapa tahapan yaitu proses hidrolisis, proses asidogenesis, proses
asetogenesis, dan proses methanogenesis. Proses hidrolisis berupa proses dekomposisi
biomassa kompleks menjadi gkukosa sederhana memakia enzim yang dihasilkan oleh
mikroorganisme sebagai katalis. Hasilnya biomassa menjadi dapat larut dalam air dan
mempunyai bentuk yang lebih sederhana. Proses asidogenesis merupakan proses
perombakan monomer dan oligomer menjadi asam asetat, CO 2, dan asam lemak rantai
pendek, serta alkohol. Proses asidogenesis atau fase non methanogenesis menghasilkan
asam asetat, CO2, dan H2. Sementara proses methanogensesis merupakan perubahan
senyawa-senyawa menjadi gas methan yang dilakukan oleh bakteri methanogenik.
Salah satu bakteri methanogeneik yang populer dalam Methanobachillus omelianskii.
Proses biokonversi methanogenik merupakan proses biologis yang sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik lingkungan biotik maupun abiotik. Faktor
biotik meliputi mikroba dan jasad aktif. Faktor jenis dan konsentrasi inokulum sangat
berperan
dalam
proses
perombakan
dan
produksi
biogas.
Hasil
penelitian
3. Penutup
Daftar Pustaka
Naibaho, Ponten M., 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Medan: Pusat
Penelitian Kelapa Sawit.
Hariyadi. 2009. Dampak Ekologi Pengembangan Kelapa Sawit untuk Bioenergi.
http://energi.infogue.com/dampak_ekologi_pengembangan_kelapa_sawit_untuk
_bioenergi. Tanggal 05Desember 2011.
Amaru,haristya.2008.LimbahIndustriKelapaSawit. www.geocities.com/kharistya_amaru
/blog/limbah-sawit.html. Tanggal 05 Desember 2011
Agustina, Siti, dkk. 2009. Penggunaan Teknologi Membran pada Pengelolaan Air
Limbah Industri Kelapa Sawit. http://uwityangyono.wordpress.com/2009/10/
10/117/#more-117. Diakses tanggal 7 Mei 2010.