Вы находитесь на странице: 1из 37

Case Report

KARSINOMA MAMMAE

NAMA

: Dita Putri

NIM

: 2007730039

PEMBIMBING

: Dr.Asep Tajul, Sp.B

STASE BEDAH
RSUD CIANJUR

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2011

LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama

: Ny. T

Usia

: 52 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Kp. Babakan astana RT 02/RW 01 Sukajaya

No. CM

: 03 472650

Ruang/Bed

: I.7

Tanggal

: 18 Juli 2011

ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
KU

: Benjolan pada payudara kiri

RPS

: Pasien datang dengan keluhan benjolan dipayudara kiri sejak 10


bulan SMRS. Awalnya benjolan

sebesar kelereng dan dirasakan

makin membesar sehingga sampai sebesar bola tenis, nyeri (+),tidak


ada kelainan permukaan kulit diatas benjolan, luka(-),keluar cairan dari
puting (-) ,selain dipayudara

timbul juga benjolan diketiak kiri

awalnya benjolan sebesar kelereng kemudian membesar sehingga


sampai sebesar telur bebek, nyeri (-), benjolan terasa keras dan tidak
bisa digerakkan, benjolan di atas klavikula (-), dan tidak ada benjolan
di tempat lain.Demam (-), batuk (-),sesak(-),pasien tidak mengeluh
nyeri tulang dan pusing,nafsu makan

menurun, berat

badan

menurun.Pertama haid usia 11 tahun ,sekarang sudah tidak haid sejak


9 tahun yang lalu, sebelumnya haid lancar,menikah dan memiliki 2
orang anak, dan keduanya diberikan ASI sampai anak usia 6 tahun.
pernah pakai KB selama 1 tahun, BAB dan BAK lancar.
RPD

: Tidak pernah mengalami keluhan yang sama

RPK

: Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama

R.Pengobatan

: Berobat ke puskesmas hanya dikasih obat pegal nya saja.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis GCS= E4V5M6 = 15

Tanda Vital

Nadi

: 84 x/menit, reguler, isi cukup,pulsasi kuat

Tekanan Darah

: 130/90 mmHg

Pernapasan

: 20 x / menit

Suhu

: 36,6 0 C

Status Generalis
Kepala

: Normocephal

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-),Sklera ikterik (-/-),reflek cahaya (+),isokor

Hidung

: Septum deviasi (-), sekret (-/-)

Telinga

: Normotia, simetris, sekret (-/-).

Mulut

: Mukosa bibir lembab, stomatitis (-), faring hiperemis (-), tonsil T1/T1

Leher

:KGB (-)
Tiroid (-)

Thoraks
-

Inspeksi

: Bagian Thoraks tertinggal(-), retraksi (-)

Palpasi

: Bagian Thoraks teringgal (-),vocal fremitus sama Thoraks kanan dan

kiri
-

Perkusi

: Sonor kedua lapangan paru

Auskultasi

: Vesikuler, wheezing (-/-), ronki (-/-)

Jantung
-

Inspeksi

: Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Iktus cordis teraba

Auskultas

: BJ I dan II murni, tidak ada bunyi tambahan

Abdomen
-

Inspeksi

: Datar, distensi (-)

Auskultasi

: BU (+) normal

Palpasi

: NT (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)

Perkusi

: Timpani keempat kuadran

Ekstremitas atas
-

Akral

: Hangat

Edema

: -/-

RCT

: < 2 detik

Ekstremitas bawah
-

Akral

: Hangat

Edema

: - /-

RCT

: < 2 detik

Status Lokalis

Inspeksi
Perubahan kulit :
Kemerahan (-)
Dimpling (-)
Edema (-)
Gambaran kulit jeruk (-)
Ulserasi (-)
Puting susu :
Tertarik (-)
Erosi (-)
Cairan (-)
Palpasi
Massa Tumor
Massa I
Lokasi

: a/r Mammae Sinistra kuadran luar bawah kiri

Ukuran

: 3 cm

Permukaan

: Rata

Konsistensi

: Keras

Batas

: Tegas

Mobile
Nyeri tekan

: (-)

Massa II
Lokasi

: a/r Axilla Sinistra

Ukuran

: 5 cm

Permukaan

: Tidak Rata

Konsistensi

: Keras

Batas

: Tegas

Terfiksir
Nyeri tekan

: (-)

Resume
Berdasarkan anamnesis:
52 tahun datang dengan keluhan benjolan dipayudara kiri sejak 10 bulan
SMRS. Awalnya benjolan sebesar kelereng dan dirasakan makin membesar sehingga
sampai sebesar bola tenis, nyeri (+),tidak ada kelainan permukaan kulit diatas benjolan,
luka(-),keluar cairan dari puting (-) ,selain dipayudara timbul juga benjolan diketiak kiri
awalnya benjolan sebesar kelereng kemudian membesar sehingga sampai sebesar telur
bebek, nyeri (-), benjolan terasa keras dan tidak bisa digerakkan, benjolan di atas
klavikula (-), dan tidak ada benjolan di tempat lain.Demam (-), batuk (-), nafsu makan
menurun, berat badan menurun.Pertama haid usia 11 tahun ,sekarang sudah tidak haid
sejak 9 tahun yang lalu, sebelumnya haid lancar,memiliki 2 orang anak dan keduanya
diberikan ASI sampai anak usia 6 tahun. pernah pakai KB selama 1 tahun,
Dari pemeriksaan fisik:
Status lokalis :
Inspeksi
Perubahan kulit :
Kemerahan (-)
Dimpling (-)
Edema (-)
Gambaran kulit jeruk (-)
Ulserasi (-)
Puting susu :
Tertarik (-)
Erosi (-)
Cairan (-)

Palpasi
Massa Tumor
Massa I
Lokasi

: a/r Mammae Sinistra kuadran kiri bawah

Ukuran

: 3 cm

Permukaan

: Rata

Konsistensi

: Keras

Batas

: Tegas

Mobile
Nyeri tekan

: (-)

Massa II
Lokasi

: a/r Axilla Sinistra

Ukuran

: 5 cm

Permukaan

: Tidak Rata

Konsistensi

: Keras

Batas

: Tegas

Terfiksir
Nyeri tekan

: (-)

Diagnosis Banding

Tumor Mammae

Fibroadenoma Mammae

Tumor Phyllodes

Dysplasia Mammae

Karsinoma Mammae
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 9 Juli 2011

Parameter
WBC

Hasil

Tanda

Unit

Nilai Normal

7,8

103/l

4.8-10.8

Neut %

51,8

40-70

Lym %

33,4

20-40

MXD %

14,8

0-11

Neut #

4,0

103/l

1.8-7.6

Lym #

2,6

103/l

1-4.3

MXD #

1,2

103/l

0-1.2

RBC

4,9

106/l

4.2-5.4

HGB

14,3

g/dl

12-16

HCT

44.2

42-52

MCV

91,1

Fl

80-94

MCH

29,5

Pg

27-31

MCHC

32

g/dl

33-37

PLT

259

103/l

150-450

RDW-CV

12,7

10-15

PDW

9,0

Fl

9-14

MPV

8,5

Fl

8-12

P-LCR

12,9

15-13

Kimia Darah
GDP

92 mg

( 70 110 )

Ureum

11,6 mg %

(10 50)

Kreatinin

0,6 mg %

(P: 0,5 1,0) (L: 0,5 1,1)

SGOT

28 mg%

(P > 31, L:< 40)

SGPT

18 mg %

( P > 32, L < 42)

Natrium

142,8 mEq/L

135 148

Kalium

4,33 mEq/L

3,50 5,30

Klorida

110,3 mEq/L

98 107

Elektrolit

HbsAg (-)/ negatif


Patologi Anatomi (FNAB)
Tanggal terima

: 7 Juli 2011

Tanggal dijawab : 7 Juli 2011


Makroskopis

I. FNAB Tumor axilla Sinistra, jaringan bercampur darah sedikit


II. FNAB tumor mammae sinistra, jaringan bercampur darah sedikit
Mikroskopis

Sediaan aspirasi I dan II menunjukkan gambaran yang hampir sama yaitu mengandung
sel-sel tumor terdiri dari sel-sel bentuk bulat-oval- yang tersebar dan berkelompokkelompok polimorfi, hiperkromatis , kromatin kasar dan ratio inti : sitoplasma
meningkat. Juga mengandung sel limfosit yang tersebar.
Kesimpulan

Lesi malignant pada mammae sinistra, kemungkinan suatu carcinoma mammae.


Telah bermetastase ke KGB axilla sinistra.

Diagnosa
Tumor Mammae sinistra suspect keganasan dengan metastase KGB Sinistra
Tindakan
Radikal Mastektomi Sinistra
DO: KGB Axilla 5 buah
Terapi:

Diet bebas

Infus RL: Dx 5% (3:1) 30 tts/mnt

Cefriaxone 1 x 1 gr i.v)

Ketorolac 2 x 30 mg i.v)

Plasminix 3 x 1 ampul i.v

TINJAUAN PUSTAKA
Embriologi Payudara 1

Pada minggu ke-5 atau 6 pembentukan fetus, payudara dan milk lines telah
nyata pada embrio. Pada kebanyakan mamalia, bagian payudara terbentuk sepanjang
tonjolan yang memanjang dari bagian depan aksila hingga daerah inguinal. Tonjolan ini
tidak menetap pada embrio manusia, dan menghilang dalam waktu singkat, kecuali
bagian kecil yang tetap ada pada regio pektoris. Duktus dan lobus terbentuk dari
pertumbuhan kedalam ektoderm dari permukaan puting, sehingga payudara berasal dari
organ dermal.
Tunas primer, memulai pengembangan 15 sampai 20 tunas sekunder. Epitel
berkembang dari tunas sekunder dan memperpanjang ke mesenkim sekitarnya. utama

(laktiferus) saluran berkembang, yang terbuka ke dalam lubang

dangkal mammae.

Selama bayi, proliferasi mesenkim transformasi lubang susu ke puting.


Pada masa awal kehidupan janin, milk lines terbentang sepanjang axilla
sampai pubis namun pada akhir trimester pertama milk lines menjadi atrofi kecuali
pada bagian dada yang akan berkembang menjadi puting susu.

Payudara belum berkembang pada wanita sampai masa pubertas, ketika


payudara membesar sebagai respons terhadap estrogen dan progesteron ovarium, yang
memulai proliferasi dari elemen jaringan epitel dan ikat.

Anatomi Fungsional Payudara1

Payudara tersusun dari 15 hingga 20 lobus, masing-masing lobus terdiri dari


beberapa lobulus. Jaringan penyambung fibrosa berjalan melalui payudara (ligamentum
suspensorium cooper) masuk secara tegak lurus ke dermis, dan menyokong secara
struktural. Payudara wanita meluas dari iga II/III menuju lipatan inframamma di iga
VI/VII. Kemudian meluas secara transversal dari batas lateral sternum menuju garis
aksila anterior. Permukaan posterior payudara bertumpu pada fascia pektoralis major,
serratus anterior, dan otot abdominalis external obliq. Payudara memeiliki bentuk
tonjolan kerucut. Dasar dari kerucut kira-kira berbentuk sirkuler, ukuran diameter 1012 cm.
Struktur dasar :

Tersusun dari kelenjar susu, jaringan ikat, dan jaringan lemak.

Terletak dalam lapisan fascia pectoral superficial.

Setiap kelenjar mammae terdiri dari kira-kira 15-20 lobulus, setiap lobulus memiliki
duktus laktiferous yang terbuka pada areola.

Terdapat ligament yang terbentang sepanjang fascia pektoralis profunda sampai lapisan
fascia superfisialis di dalam dermis yang berfungsi menyokong mammae, disebut
sebagai Ligamentum Coopers.

Terbagi dalam 4 kuadran, garis vertikal dan horizontal yang menyeberangi puting :
kuaran dalam atas (UIQ), kuadran dalam bawah (LIQ), kuadran luar atas (UOQ), dan
kuadran luar bawah (LOQ).4

Puting dan Areola1

Epidermis pada puting

dan areola berpigmen dan bergelombang. Saat

pubertas, pigmen menjadi lebih gelap, dan bentuk puting semakin naik. Saat hamil,

areola meluas dan pigmentasinya meningkat. Areola mengandung kelenjar sebase,


kelenjar keringat, kelenjar asesorius yang memproduksi peninggian-peninggian kecil
pada permukaan areola (tuberkel Montgomery).

Keterangan:
A : duktus laktiferous
B : Lobulus/kelenjar susu
C : bagian duktus yang menahan air susu/sinus laktiferous
D : puting susu
E : jaringan lemak
F : otot pectoralis mayor
G : tulang rusuk
Enlargement:
A : normal sel duktus
B : membrane sel
C : lumen (center of duct).

Vaskularisasi, Inervasi dan Limfatik.1

Vaskularisasi

Payudara memperoleh suplai darah dari cabang arteri mammaria interna,


cabang lateral dari arteri intercostalis anterior dan cabang dari arteri aksilaris, termasuk
arteri thoracoacromial di toraks teratas, toraks lateral dan cabang pectoris. Vena pada
payudara dan dinding dada mengikuti rangkaian arteri, dengan drainase vena menuju
aksila. Tiga kelompok vena tersebut adalah cabang dari vena torasis interna, cabang
dari vena interkostal posterior, dan anak sungai dari vena aksilaris. Pleksus vena
vertebraBatson yang melekat pada vertebra dan meluas dari dasar tengkorak menuju
sacrum, mungkin menyediakan jalur untuk metastasis kanker payudara ke vertebra,
tengkorak, tulang pelvis dan sistem saraf pusat.

Drainase Limfatik 1

Batas-batas untuk drainase limfe aksila tidak baik ditandai, dan ada variasi dalam
posisi kelenjar getah bening aksila. Enam kelompok kelenjar getah bening aksila:
vena aksilaris (lateral), yang terdiri dari 4-6 kelenjar getah bening yang terletak
medial atau posterior vena dan menerima sebagian dari drainase dari ekstremitas
atas,
Kelompok payudara eksternal (anterior atau pectoral), yang terdiri dari 5 atau 6
kelenjar getah bening yang terletak di sepanjang batas bawah dari otot pectoralis
minor berdekatan dengan pembuluh toraks lateral dan menerima sebagian dari
drainase limfe dari aspek lateral payudara
kelompok skapulae (posterior atau subskapularis), yang terdiri dari 5-7 kelenjar
getah bening yang terletak di sepanjang dinding posterior aksila di perbatasan lateral
skapula

berdekatan dengan pembuluh subskapularis dan menerima drainase limfe terutama


dari leher posterior bawah, posterior batang, dan bahu posterior
kelompok pusat, yang terdiri dari 3 atau 4 kelenjar getah bening dalam lemak aksila
posterior ke otot pectoralis minor dan menerima drainase limfe baik dari vena
aksila, payudara, dan skapulae eksternal kelenjar getah bening, dan langsung dari
payudara
Kelompok subclavicular (Apikal), yang terdiri dari 6 hingga 12 kelenjar getah
bening yang terletak posterior dan superior ke perbatasan atas pektoralis dan
menerima drainase limfe dari semua kelenjar getah bening aksila.
kelompok interpectoral (Rotter node), yang terdiri dari 1-4 kelenjar getah bening di
sela antara pectoralis dan otot kecil dan menerima drainase limfe langsung dari
payudara.

A : m. pectoralis mayor
B : axillary lymph nodes : levels I (low axilla)
C : axillary lymph nodes: levels II (mid axilla)
D : axillary lymph nodes: levels III (apical axillary)
E : supraclavicular lymph nodes
F : internal mammary lymph nodes.

Persyarafan

Persarafan payudara juga harus diperhatikan dalam proses pembedahan payudara,


apabila ada kerusakan akibat proses pembedahan maka dapat terjadi deficit fungsional pada
saraf yang terkena, sebagai contoh :
Nervus

Otot/area persarafan

Defisit fungsional

N. torasikus (of Bell)

Serratus anterior

Winging scapula

N. torakodorsalis

Latissimus dorsi

Tidak dapat mendorong diri


sendiri untuk berdiri dari posisi
duduk

N. pektoralis medial Pektoralis


dan lateral
minor
N. interkostobrakhial

mayor

dan Kelemahan dari otot pektoralis

Menyebrang axilla secara Anestesi pada bagian dalam


transversal menuju bagian lengan
dalam lengan

Fisiologi Payudara 1
a. Perkembangan dan fungsi payudara
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai dari variasi rangsangan hormonal,
termasuk estrogen progesteron,prolaktin, oksitosin, hormon tiroid, kortisol dan growth
hormon. Estrogen, progesteron, dan prolaktin khususnya, memiliki efek yang dalam
dan penting untuk perkembangan dan fungsi payudara normal. Estrogen mewakili

perkembangan duktus, dimana progesteron yang bertanggung jawab untuk


perkembangan epitel dan diferensiasi lobules. Prolaktin merupakan stimulus
hormonal primer untuk laktogenesis pada akhir kehamilan dan periode post partum.
b. Kehamilan, Menyusui ,dan Menua
Peningkatan secara dramatis sirkulasi ovarium, estrogen plasenta, dan
progestin, nyata terjadi dalam kehamilan, yang mengawali perubahan mencolok dari
bentuk dan substansi payudara. Payudara membesar, epitel duktus dan lobules
berplorifesi, kulit areolar menghitam, dan kelenjar asesorius areolar menonjol. Pada
trimester pertama pertama dan kedua, duktus minor berkembang dan bercabang.
Selama trimester ketiga, droplet lemak berakumulasi pada epitel alveolar dan
kolostrum mengisi alveolar dan ruang duktus. Pada akhir kehamilan, prolaktin
merangsang pembentukan lemak susu dan protein.
Setelah plasenta lahir, estrogen dan progesteron dalam sirkulasi menurun, yang
memungkinkan peran laktogenik penuh dari prolaktin.
Epidemiologi 1

Kanker payudara merupakan kanker spesifik pada wanita yang paling sering
terjadi dan penyebab kematian akibat kanker pada wanita usia 20 hingga 59 tahun.
Sekitar 26 % dari semua diagnosis baru kanker pada wanita dan bertanggung jawab
untuk 15% kematian yang terkait kanker pada wanita. Diperkirakan sekitar 182.460
serbuan kanker payudara telah didiagnosis pada wanita di Amerika tahun 2008 dan
40.480 meninggal akibat kanker payudara. Kanker payudara adalah penyebab penting
kematian yang diakibatkan oleh kanker pada wanita sejak tahun 1987.

Etiologi
1. Mutasi Gen
Kanker payudara dapat berasal dari mutasi satu atau lebih gen penting dalam tubuh.
Gen-gen tersebut yaitu:

BRCA-1 pada (17 q 21), p53 pada (17 p 13)

BRCA-2 pada (13)

Pada pria biasanya dihubungkan dengan mutasi androgen-receptor gen pada


(kromosom Y). 2

2. Terpapar Radiasi
Penyebab kanker payudara yang paling tidak bisa dipungkiri terutama pada wanita
muda. Hasil penelitian membuktikan wanita muda yang menjalani terapi radiasi
karena limfoma Hodgkin memiliki resiko terkena kanker payudara 75 kali lebih besar
pada wanita seusianya yang tidak terpapar radiasi.1
3. Alkohol
Penelitian menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengkonsumsi alkohol. Komsumsi alkohol meningkatkan kadar serum estradiol yang
ikut meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh. 1
4. Hormon
Ada bukti yang melibatkan hormon sebagai penyebab kanker payudara. Kadar
prolaktin yang tinggi jelas berhubungan dengan perkembangan kanker payudara pada
hewan percobaan, tapi bukti epidemiologi masih kontroversial, dan hubungan antara
kadar prolaktin dengan kejadian kanker payudara pada manusia masih belum dapat
dibuktikan. Jenis kontrasepsi oral baik estrogen tunggal maupun kombinasi dengan
progestin juga diperhatikan. Studi jangka pendek menunjukkan tidak ada peningkatan
risiko kanker payudara pada penggunaan kontrasepsi oral, meskipun penelitian lain
mengatakan bila penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang mungkin meningkatkan
risiko kanker payudara wanita muda.
5. Diet
Penyebab kanker payudara pada wanita juga disebabkan konsumsi makanan tinggi
lemak dan gula. Penelitian mengatakan bahwa diet tinggi lemak atau obesitas
berhubungan

dengan

peningkatan

sekresi

hormon

adrenal

yaitu

konversi

androstenedioneke estron oleh jaringan lemak dan terus berlangsung sampai


menopause. Akhirnya tumor-promoting steroid hormons yang larut dalam lemak akan
terakumulasi dalam jaringan mammae. 1,2
6. Hubungan diet dan Hormon
Perbedaan kadar prolaktin dan estrogen pada wanita berhubungan dengan perbedaan
diet lemak, dimana diet tinggi lemak berhubungan dengan peningkatan sekresi

hormon. Selain itu, obesitas berhubungan dengan peningkatan produksi horman


adrenal androstenedion, yang dikonversikan oleh estrogen di jaringan lemak.Sumber
produksi dan konversi berlanjut setelah menapouse. Terakhir, tumor-promoting
steroid hormones larut dalam lemak dan mungkin terakumulasi dalam jaringan
payudara.
Faktor Risiko 2,3
Banyak faktor risiko berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya kanker
payudara , termasuk peningkatan usia, riwayat keluarga, terpapar hormon reproduksi
wanita, faktor diet, penyakit jinak payudara, dan faktor lingkungan. Telah diperkirakan
bahwa hampir 50 % wanita yang terkena kanker payudara tidak teridentifikasi memiliki
faktor risiko kecuali usia dan jenis kelamin wanita.
1. Faktor risiko tinggi
o Usia diatas 40 tahun.
o Kanker pada satu payudara sebelumnya, terutama terjadi sebelum menopause.
o Riwayat kanker payudara pada keluarga.
Peningkatan terjadinya kanker payudara terlihat pada ibu, anak perempuan dan
saudara perempuan, bisa juga pada bibi, sepupu, dan nenek. Ibu, anak
perempuan dan saudara dari wanita yang menderita kanker payudara bilateral
atau unilateral sebelum menopause berisiko tinggi untuk berkembang menjadi
kanker payudara.
o Hyperplasia atipik
Sebagian besar kelainan payudara jinak bukan merupakan faktor predisposisi
terjadinya kanker payudara di kemudian hari. Hal ini terutama penyakit
fibrokistik. Wanita dengan kelainan proliferatif payudara dengan hyperplasia
atipikmeningkatkan risiko terjadinya kanker payudara (meningkat 5 kali lipat).
Risiko atipik lebih besar pada pasien dengan riwayat keluarga yang kuat
menderita kanker payudara (meningkat 11 kali lipat).
o Paritas
Wanita nulipara atau yang baru pertama kali hamil setelah usia 31 tahun
memiliki kemungkinan 3 sampai 4 kali lebih besar terkena kanker payudara
dari pada wanita yang pertama kali hamil pada usia dibawah 18 tahun.
o Karsinoma lobular in situ.

Carrier berisiko 30 % menjadi kanker invasive


o Faktor risiko pada pria.
Sindrom Klinefelter, ginekomasti dan riwayat keluarga menjadi kanker
payudara.
2. Faktor risiko sedang.
o Riwayat haid
o Estrogen oral pada wanita
o Riwayat kanker ovarium, fundus uteri dan colon
o Diabetes mellitus
o Penggunaan minimum alkohol
3. Faktor yang diketahui menurunkan risiko
o Keturunan Asia
o Waktu hamil sebelum usia 18 tahun
o Menopause dini
4. Faktor yang tidak berpengaruh pada risiko: multiparitas dan menyusui.

Patologi 2
Tumor jinak
Fibroadenoma
Definisi : stroma jaringan ikat yang mengelilingi saluran berepitel dan membentuk
tumor jinak yang halus, putih, dan berbatas tegas.
Faktor resiko : lebih banyak ditemukan pada wanita kulit hitam dibandingkan
wanita kulit putih.
Insiden : biasanya terjadi pada remaja muda sampai akhir usia 30th. Dipengaruhi
estrogen.
Tanda dan gejala : halus, mempunyai ciri-ciri tersendiri, sirkuler, masa mobile.
Diagnosis : FNA.4
Penatalaksanaan :
Pengangkatan

seluruh

fibroadenoma

sudah

dianjurkan,

terlepas

dari

pertimbangan usia dan pertimbangan lainnya, dan fibroadenoma yang soliter


pada wanita muda sering diangkat untuk mengurangi kekhawatiran pasien.

Sebagian besar fibroadenoma bisa sembuh sendiri, dan banyak yang tidak
terdiagnosis, sehingga pendekatan konservatif lebih masuk akal. Pemeriksaan
Ultra sound dengan biopsi jarum inti akan memberikan diagnosis yang akurat.
Kemudian, pasien akan diberikan penjelasan tentang hasil biopsi dan eksisi
fibroadenoma dapat dihindari.1
- jika diagnosis ditegakkan dengan FNA dan pasien berumur dibawah 30 tahun,
maka observasi bergantung pada beratnya gejala dan ukuran (<3cm).
- Jika FNA nondiagnostik, pasien berumur lebih dari 30 tahun, atau bergejala,
masa harus dikeluarkan. Masa yang berkapsul dan dapat dikupas akan mudah
untuk dioperasi.4

Fibrocystic disease
- Faktor resiko : Biasanya didiagnosis pada usia 20 40 tahun.
- Tanda dan gejala : Breast swelling/ payudara bengkak (sering ditemukan
bilateral), tenderness, dan atau nyeri.
- Pemeriksaan fisik : terdapat daerah benjolan yang terpisah dalam jaringan ikat
payudara. Ukuran dapat berubah yaitu menjelang menstruasi terasa lebih besar
dan penuh serta rasa sakit bertambah, bila setelah menstruasi maka sakit
hilang/berkurang dan tumorpun mengecil (etiologi hormonal).
- Beberapa bentuk kelainan fibrokistik mengandung risiko untuk berkembang
menjadi karsinoma payudara, tetapi umumnya tidak.
- Tumor jenis fibrokistik umumnya tidak berbatas tegas, konsistensi padat
kenyal dan dapat pula kistik.
- Penatalaksanaan :
Konservatif management : - NSAIDs
-

OCPs (Oral Contraceptive Pills)

Danazol

Atau Tamoxifen

Edukasi pasien untuk menghindari produk yang mengandung xanthin (kafein,


rokok, dan minuman cola). Jika kista single dominant, aspirasi cairan, apabila
cairan/discard hijau atau keruh harus dikirim ke bagian sitologi dan
pengangkatan kista dilakukan jika discharge berdarah.4

Mammary Duct Ectasia (Mastitis sel plasma)

- Definisi : inflamasi dan pelebaran pada duktus laktiferous.


- Banyak terjadi saat perimenopause.
- Nyeri pada payudara disertai benjolan dibawah puting atau areola dengan atau
tanpa discharge puting.
- Dapat teraba benjolan dibawah areola, bisa disertai keluarnya discharge pada
puting.
- Diagnosis

berdasarkan

pemeriksaan,eksisi

biopsi

dilakukan

untuk

menyingkirkan diagnosis kanker payudara.


- Penatalaksanaan : eksisi pada saluran yang terkena.

Cystosarcoma Phyllodes
- Tumor yang mirip dengan fibroadenoma dengan stroma seluler yang tumbuh
dengan cepat.
- Sebagian besar jinak.
- Pasien datang biasanya dengan fibroadenoma yang sudah bertahun-tahun (> 30
tahun).
- Karakteristik : tidak dapat dibedakan dari fibroadenoma menggunakan
ultrasound atau mammogram. Keduanya dapat dibedakan berdasarkan
gambaran histologinya ( tumor phylloides memiliki aktivitas mitotic lebih
banyak). Lebih banyak jinak dan memiliki prognosis yang baik.
- Pemeriksaan fisik : massa besar (5 - 40 cm), dapat digerakkan (mobile) dengan
jaringan sekitar kulit.
- Diagnosis : diagnosis pasti memerlukan biopsi.
- Penatalaksanaan : - Tumor kecil : eksisi luas lokal setidaknya 1 cm dari tepi
tumor.
-

Tumor besar : simple mastektomi.4

Intraductal papilloma
- Proliferasi lokal yang jinak dari sel epitel duktus.
- Keluar discharge darah pada puting.
- Diagnosis : evaluasi patologi spesimen.
- Penatalaksanaan : pengangkatan ductus yang tekena.4

Gynecomastia
- Definisi : perkembangan jaringan payudara pada laki-laki seperti payudara
perempuan.

- Dapat bersifat fisiologis ataupun patologis.


- Kurang lebih 2 cm pengambilan jaringan payudara subareolar diperlukan utuk
menegakkan diagnosis.
- Penatalaksanaan : atasi penyebab utama jika penyebabnya sudah diketahui,
jika bersifat fisiologi dilakukan bedah eksisi (subareolar mastektomi).4

Tumor ganas
Klasifikasi Kanker Mammae Primer
Non Invasive Ephitelial
Cancer
- Lobular Carcinoma In
Situ (LCIS)
- Ductal Carcinoma In
Situ (DCIS)
- Tipe papillar,
cribriform, solid
dan comedo.

Invasive Ephitelial Cancer


- Invasive Lobular
Carcinoma (10%-15%)
- Invasive Ductal
Carcinoma

Mixed Connective and


Epithelial Tumor
- Phyllodes tumor
benign and malignant
- Carcinosarcoma
- Angiocarcinoma

- NOS (50%-70%)
- Tubular carcinoma
(2%-3%)
- Mucinous/colloid
carcinoma (2%-3%)
- Medullary
carcinoma (5%)
- Invasive cribriform
carcinoma (1%-3%)
- Invasive papillary
carcinoma (1%-2%)
- Adenoid cystic
carcinoma (1%)
- Metaplastic
carcinoma (1%)

Karsinoma mammae noninvasif secara luas dibagi menjadi dua jenis utama: LCIS
dan DCIS (atau karsinoma intraductal). LCIS, pernah dianggap sebagai lesi ganas,

kini dianggap lebih sebagai faktor risiko perkembangan kanker mammae. Dinamakan
LCIS jika terjadi pada lobulus diperluas sampai asini dan isinya. DCIS adalah lesi
lebih heterogen, dan dibagi menjadi empat kategori luas: papiler, cribriform, solid
(padat), dan comedo. DCIS dianggap sebagai ruang yang dikelilingi oleh membran
yang dipenuhi dengan sel ganas dan berlapis yang terdiri dari sel-sel myoepithelial
walaupun masih ada kemungkin normal. Empat kategori morfologi adalah prototipe
dari lesi murni, namun pada kenyataannya tipe tersebut menyatu satu sama lain. Tipe
papillary dan cribriform dapat berubah menjadi kanker invasif dalam waktu yang
lama dan stadium yang lebih rendah. Berbeda dengan tipe solid dan comedo, lesi
umumnya dengan cepat dapat berubah menjadi lesi invasive dengan stadium yang
tinggi.
Karsinoma mammae invasif disebabkan oleh infiltrasi sel ke sejumlah stroma,
atau dengan pembentukan lembaran sel yang terus-menerus dan monoton sehingga
menghilangkan fungsi utama kelenjar mammae. Kanker mammae invasif dibagi
secara histologi menjadi kanker lobular dan duktal. Perbedaan kedua jenis kanker
dapat dilihat memalui mamogram, kanker lobular cenderung menyerang payudara
tunggal dan secara klinis tidak terlihat adanya massa sampai stadium lanjut. Kanker
duktal cenderung tumbuh sebagai massa yang lebih koheren, membentuk kelainan
diskrit pada mammogram dan muncul lebih awal seperti benjolan pada payudara.5

Infiltrating ductal carcinoma (IDC)


- Kanker payudara invasive yang banyak ditemukan (80% kasus).
- Banyak ditemukan pada wanita perimenopause dan postmenopause.
- Sel duktus menginvasi stroma dalam bentuk histologik yang bermacammacam menggambarkan scirrhous, medullary, comedo, colloid, papillary, atau
tubular.
- Penyebarannya ke aksila, tulang, paru-paru, hepar, otak.4

Infiltrating lobular carcinoma (ILC)


- Kanker payudara invasive terbanyak kedua (10% kasus).
- Berasal dari sel-sel duktus terminal dan seperti LCIS memiliki kemungkinan
besar menjadi bilateral.
- Penebalan pada payudara.
- Penyebarannya ke aksila, meninges, dan permukaan serosa.4

Pagets disease
- Kejadiannya 2 % dari seluruh kanker payudara invasive.
- Tanda dan gejala : nyeri, gatal pada puting dengan atau tanpa discharge darah,
dengan atau tanpa teraba masa pada subareolar.
- Penatalaksanaan : biasanya membutuhkan radikal mastektomi.4

Inflammatory carcinoma
- 2-3% dari seluruh kejadian kanker payudara invasive.
- Kanker payudara yang mematikan.
- Invasi vaskular dan limfatik dapat terlihat pada evaluasi patologi.
- Tanda dan gejala : eritema, peau dorange, dan retraksi puting.
- Penatalaksanaan : terdiri dari chemoteraphy diikuti dengan pembedahan dan
atau radiasi, bergantung pada respon dari chemoteraphy.4

Cara Penyebaran
Kanker mammae menyebar secara perkontinuitatum, melalui jalur lifatik, dan
secara hematogen. Metastasis kanker mammae paling sering terjadi di kelenjar limfe,
kulit, tulang, hati, paru-paru dan otak.6
Metastasis ke kelenjar limfe axilla terjadi pada 55% - 70% pasien yang terdeteksi
dengan screening mammography. Prognosisnya tergantung dari jumlah kelenjar limfe
yang

terkena

menurut

pemeriksaan

histologi.

Biasanya

neoplasma

yang

pertumbuhannya lebih cepat lebih sering bermatastasis ke lenjar limfe dibandingkan


dengan neoplasma yang pertumbuhannya lambat. Selain itu ukuran tumor
berhubungan erat dengan terjadinya metastasis ke kelenjar limfe.6
Ukuran Tumor (cm)

Pasien dengan 4 kel.limfe (+) (%)

<1

25

1-2

35

2-3

50

>3

55-65

Perjalanan alamiah penyakit

Kanker mammae adalah penyakit heterogen yang tumbuh dengan variasi berbeda
pada setiap pasien dan sering menimbulkan penyakit sistemik lain pada saat
ditegakannya diagnosis.6
1. Kanker Mammae Primer
Lebih dari 80% kanker mammae menunjukkan proses fibrosis aktif yang
menyerang jaringan epitel dan stroma payudara. Akibat dari pertumbuhan kanker dan
invasi sel kanker ke jaringan payudara menyebabkan tertariknya ligamentum
Coopers sehingga dapat terjadi retraksi pada kulit mammae (dimpling). Peau
dorange (edema yang terlokalisasi) juga dapat terjadi ketika drainase cairan limfe
dari kulit terhambat sehingga menarik folikel rabut ke dalam dan memberikan
gambaran kulit jeruk. Semakin tumbuhnya sel kanker maka akan semakin besar
kemungkinan terjadinya invasi pada kulit, yang akan menimbulkan ulserasi karena
terjadinya iskemik.1
2. Metastasis Kelenjar Limfe Regional
Semakin besar ukuran kanker primer, sel-sel kanker akan masuk ke dalam ruang
interselular dan terbawa aliran limfe menuju kelenjar limfe regional teruma kelenjar
limfe axilla. Tanda awal terjadinya metastasis pada kelenjar limfe berupa nyeri dan
teraba benjolan yang lembut tetapi berubah menjadi keras seiring pertumbuhan sel
kanker.1
3. Metastasis Jauh
Kira-kira pada penggandaan sel kanker yang ke-20, maka sel kanker sudah
mempunyai neovaskularisasi sendiri. Keadaan tersebut juga dapat menyebabkan sel
kanker melaului vena axilla atau vena intercostal yang kemudian menuju vena pleksus
Batson, akan bermetastasi ke organ lain dalam tubuh.1
Diagnosis
Temuan Fisik dan Differential Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksa menentukan usia pasien dan tanyakan riwayat reproduksi, termasuk
usia saat menarche, ketidakteraturan menstruasi, dan usia saat menopause. Tanyakan

apakah pernah operasi payudara sebelumnya, khususnya biopsi payudara dan apa saja
temuan patologisnya. Tanyakan apakah pernah histerektomi. Tanya tentang riwayat
kehamilan dan menyusui. Riwayat penggunaan kontrasepsi oral dan HRT pada
menopause. Tanyakan riwayat kanker khususnya kanker mammae di keluarga.5
Tanyakan tentang keluhan yang dirasakan pasien terutama pada bagian payudara,
apakah ada nyeri payudara, keluar cairan dari puting, dan ada atau tidaknya massa di
payudara. Jika ada massa berapa lama massa itu hadir, apa yang telah terjadi sejak
penemuannya, dan apakah ada perubahan dengan siklus haid. Jika mengarah pada
kanker, lakukan penyelidikan tentang gejala konstitusional seperti nyeri tulang,
penurunan berat badan dan perubahan pernapasan.5
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dimulai dengan pasien dalam

posisi duduk tegak dengan

inspeksi untuk melihat adanya massa, asimetris, dan perubahan kulit. Puting susu
diperiksa, apakah ada retraksi atau tidak, keluar cairan atau tidak, cairan berwarna apa
dan perhatikan apakah ada retrasi payudara, perubahan warna payudara menjadi
kemerahan, massa pada axilla dan ketidaknyamanan otot sekitar payudara.5
Penggunaan

pencahayaan

yang

tepat

secara

tidak

langsung

dapat

mengobservasi adanya dimpling halus dari kulit atau puting disebabkan oleh neoplasma
menarik ligamen Cooper. Manuver sederhana seperti peregangan lengan ke atas kepala
atau menegangkan otot pectoralis dapat menilai kesimetrisan payudara dan dimpling.5
Edema kulit, sering disertai dengan eritema, menghasilkan tanda klinis dikenal
sebagai peau d'orange. Hati-hati jika ada peradangan dapat keliru dengan mastitis akut.
Perubahan inflamasi dan edema pada kanker disebabkan karena obstruksi saluran
limfatik subkutis oleh emboli sel karsinoma. Kadang-kadang, tumor besar dapat
menghasilkan obstruksi saluran getah bening yang mengakibatkan edema kulit
diatasnya (nodul satelit).5
Sementara pasien masih dalam posisi duduk, pemeriksa mengangkat lengan
pasien dan palpasi ketiak untuk mendeteksi adanya pembesaran kelenjar getah bening
axilla. Ruang supraklavikula dan infraklavikularis sama-sama diraba untuk mengetahui
adanya pembesaran kelenjar limfe. Massa dideskripsikan sesuai dengan ukuran, bentuk,
konsistensi, mobile atau terfiksir, nyeri atau tidak dan lokasi.5

Diagnosis Banding

Infeksi/inflamasi : mastitis, nekrosis lemak, mondors disease.

Lesi benign : Fibroadenoma, fibrocystic changes, mammary duct ectasia,


cystosarcoma

phyllodes

(bisa

bersifat

ganas),

intraductal

papilloma,

gynecomastia.
-

Premalignant disease : DCIS , LCIS.

Tumor malignant : infiltrating ductal, infiltrating lobular, dan inflammatory


karsinoma; pagets disease, dan tipe kanker payudara lainnya.4

Evaluasi Setelah Ditemukan Massa


1. Biopsy

Fine-Needle Aspirasi
-

Angka kesakitan rendah.

Murah.

Hanya 1-2 % rata-rata positif palsu.

Negatif palsu sampai 10 %.

Membutuhkan ahli patologis yang memiliki keahlian.4

Aspirasi jarum halus (FNA) telah menjadi bagian rutin dari diagnosis fisik massa
payudara. Hal ini dapat dilakukan dengan jarum 22-gauge. Kegunaan utama FNA ialah
dapat membedakan massa yang solid dari massa kistik, dan dapat dilakukan setiap kali
massa ditemukan pada payudara. FNA akan ditunda jika mamografi atau hasil evaluasi
radiografi lain membingungkan. Dengan menggunakan FNA dalam pemeriksaan rutin
payudara, biopsi terbuka dapat dihindari kecuali jika dibutuhkan pemeriksaan penunjang
yang lain. Karsinoma tidak akan terdeteksi jika biopsi bedah dilakukan ketika (1) aspirasi
jarum tidak menghasilkan cairan kista dan massa padat yang dapat didiagnosis, (2) cairan
kista yang dihasilkan kental dan bercampur darah, dan (3) cairan dapat dihasilkan tetapi
massa tidak terlihat.5
Sensitivitas FNA untuk menentukan kanker mammae 90-99% dan spesifitasnya 98%.6

Biopsy Ultrasound

Teknik ini dilakukan oleh ahli bedah sebagai alternatif dilakukannya biopsy terbuka,
tetapi penggunannya masih sangat jarang.6

Biopsy Terbuka (Eksisi)

Setelah dilakukannya biopsi terbuka maka specimen harus segera dikiri ke


laboratorium untik pemeriksan histologi.6
2. Mamografi
-

Mengidentifikasi kanker pada 5/1000 wanita.

Memiliki sensitifitas 85-90%.

Positif palsu 10%, negatif palsu 6-8%.4

Mamografi digunakan sebagai screening untuk wanita dengan keluhan pada mammae
dan mengindikasikan adaanya kanker, juga biasanya digunakan untuk mendeteksi kanker
mammae asimptomatik. Mammografi dapat mengambarkan keadaan payudara dalam 2
posisi, craniocaudal (CC) dan mediolateral oblique (MLO). Posisi MLO merupakan
posisi terbaik untuk menggambarkan kondisi jaringan mammae bagian kuadran atas dan
axillary tail of spence. Sedangkan CC memberikan gambaran yang baik untuk kondisi
jaringan mammae dari aspek medial. Selain itu, mamografi juga digunakan sebagai guide
untuk prosedur pemeriksaan lain seperti FNA.1
Gambaran mamografi yang spesifik untuk kanker mammae adalah massa solid
dengan atau tanpa stellate (massa-massa kecil disekitarnya), penebalan jaringan mammae
yang asimetris, dan mikrokalsifikasi. Gambaran kalsifikasi disekitar lesi atau massa
mengindikasikan adanya kanker mammae pada massa yang tidak dapat teraba dan
mikrokalsifikasi merupakan satu-satunya gambaran kanker mammae pada wanita muda.1
3. MRI
MRI mendeteksi adanya kanker mammae sama seperti mamografi. Karena itu jika
dalam pemeriksaan fisik dan mamografi tidak terlihat adanya kanker, maka saat
dilakukan pemeriksaan MRI kemungkinan ditemukan adanya kanker pun sangat rendah.
Biasanya MRI digunakan untuk screening pada wanita muda yang mempunyai riwayat
genetik kanker mammae dan evaluasi dengan mamografi terbatas disebabkan
peningkatan densitas jaringan mammae, pada wanita yang baru saja didiagnosis kanker
mammae dan pada wanita yang punya riwayat kanker mammae kontralateral.1
4. Duktografi
Indikasi utama untuk duktografi adalah keluarnya cairan dari puting termasuk jika
mengandung darah. Sebelumnya kontras disuntikan ke salah satu atau lebih duktus

kelenjar mammae kemudian lakukan mammografi dengan posisi supinasi. Kanker akan
terlihat sebagai massa irregular atau multipel filling defect intraluminal. 1
5. Ultrasonografi
USG merupakan pemeriksaan penunjang kedua yang paling sering digunakan selain
mamografi. USG sangat penting dalam memcahkan masalah temuan equivocal pada
mamografi, medefinisikan kista dan menunjukan keabnormalan lesi solid secara spesifik.
Pada USG kista mammae digambarkan dengan batas halus dengan gambaran echoic.
Massa benigna digambarkan dengan kontur halus, berbentuk lingkaran atau oval, echoic
dan batas jelas. Kanker mammae digambarkan sebagai massa dengan dinding yang
irregular dan batas halus tetapi tidak bisa mendeteksi massa < 1 cm. Usg juga digunakan
sebagai guide FNA.1
6. Tumor Marker
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tumor marker.
Untuk kanker mammae, tumor marker yang paling spesifik adalah CEA dan CA 15-3,
digunakan untuk mengetahui perjalanan penyakit dan respon terhadap therapi.
Normalnya bernilai < 35 /ml dan bisa meningkat pada kehamilan menjadi 50 /ml.6

Stadium dan Prognosis


Stadium kanker mammae ditentukan oleh hasil reseksi bedah dan pencitraan. Sistem
yang paling banyak digunakan untuk menentukan stadium kanker berdasarkan American
Joint Community on Cancer (AJCC). Sistem ini didasarkan pada deskripsi dari tumor
primer (T), status kelenjar getah bening regional (N), dan adanya metastasis jauh (M).
Pengelompokan terbaru telah memasukkan penggunaan sentinel node biopsi dan
termasuk klasifikasi ukuran deposit metastasis pada kelenjar sentinel, serta jumlah dan
lokasi node metastasis regional disertai angka harapan hidup 5 tahun.5
American Joint Committee on Cancer, Stadium Kanker Mammae, 2002
Tumor Primer (T)
Tx

Tumor pimer tidak dinilai

Tis

Carcinoma in situ (LCIS atau DCIS) atau pagets disease pada puting tanpa
tumor

T1

Tumor 2 cm

T1a

Tumor 0.1 cm, 0.5 cm

T1b

Tumor >0.5 cm, 1 cm

T1c

Tumor >1 cm, 2 cm

T2

Tumor >2 cm, 5 cm

T3

Tumor >5 cm

T4

Tumor dalam berbagai ukuran dengan perluasan sampai ke dinding dada


atau kulit

T4a

Tumor meluas sampai dinding dada (termasuk m. pectoralis)

T4b

Tumor meluas ke kulit dengan ulserasi, edema dan nodul satelit

T4c

Gabungan T4a dan T4b

T4d

Karsinoma inflamatory

Pembuluh Limfe/Node (N)


N0

Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, tidak diteliti lebih jauh

N0 (i-)

Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, IHC (-)

N0 (i+)

Keterlibatan kel.limfe mencakup <0.2 mm

N0
(mol-)

Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (-)

N0
(mol+)

Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (+)

N1

Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari biopsy

N1(mic) Micrometastasis (>0.2 mm, none >2.0 mm)


N1a

Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3

N1b

Metastasis ke kel.limfe int. mammary dengan biopsy sentinel

N1c

Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary dengan
biopsy

N2

Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 atau int. mammary disertai klinik (+)
tanpa metastasis ke axilla

N2a

Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 paling tidak 1 >2.0 mm

N2b

Int. mammary klinik nampak, kel.limfe axilla (-)

N3

Metastasis ke 10 kel.limfe axilla atau kombinasi metastasis kel.limfe axilla


dan int. mammary metastasis

N3a

10 kel.limfe axilla (>2.0 mm), atau kel.limfe infraclavicular

N3b

Klinik int. mammary (+) 1 kel.limfe (+) atau >3 kel.limfe axilla (+) dengan
int. mammary (+) dari biopsy

N3c

Metastasis ke ipsilateral supraclavicular nodes (IAN)

M (Metastasis)
M0

Tidak terdapat metastasi jauh

M1

Terdapat metastasis jauh

Staging system for breast cancer.4


Stage 0

Tis N0 M0

DCIS atau LCIS

Stage I

T1 N0 M0

Invasive karsinoma 2 cm
(termasuk
dengan

karsinoma

insitu

mikroinvasi)

belum

mengenai nodal

dan belum

bermetastasis.
Stage II

IIA : T0 N1 M0
T1 N1 M0, T2 N0 M0

Invasive karsinoma 5 cm
tetapi dengan nodal aksila yang

IIB : T2 N1 M0

masih bisa digerakkan, atau

T3 N0 M0

tumor > 5 cm tanpa mengenai


nodal dan belum bermetastasis.

Stage III

IIIA : T0 N2 M0

Kanker payudara >5 cm dengan

T1 N2 M0, T2 N2 M0

keterlibatan nodal atau sebagian

T3 N1 M0, T3 N2 M0

kanker dengan nodal aksila


yang tidak dapat digerakkan,

IIIB : T4 anyN M0, anyT N3 M0

atau

keterlibatan

ipsilateral

internal mammae linfenodus,


atau kanker yang mengenai
kulit,

pectoral

dinding

dada,

dan

fiksasi

edema,

atau

gejala karsinoma inflammatory,


jika

metastasis

jauh

tidak

ditemukan.
Stage IV

anyT anyN M1

Kanker
metastasis

payudara
jauh

dengan
(termasuk

ipsilateral supraclavikula limfe


nodus)

American Joint Committee on Cancer Staging (Kelompok Stadium dan


Angka Harapan Hidup)4
Stage

Angka harapan hidup 5 tahun

92 %

II

87 %

III

75 %

IV

13 %

Screening dan Deteksi Dini


Mastektomi Profilaksis
Prosedur ini dapat dilakukan pada wanita dengan resiko terkena kanker mammae
yang sangat tinggi, tetapi walaupun sesudah dilakukan mastektomi total sebagai
pencegahan tetapi tidak ada garansi bahwa tidak akan terjadi kanker mammae karena
jaringan mammae masih bisa tersisa dalam tubuh.6
1. Mastektomi sederhana dan oprerasi rekontruksi
a. Pasien dengan penyakit jinak payudara dan riwayat kanker mammae bilateral atau
premenopausal dikeluarga.
b. Pasien dengan riwayat kanker mammae sebelumnya dan penyakit fibrokistik pada
payudara
c. Pasien dengan LCIS
2. Umur untuk Mastektomi profilaksis
Umur tidak begitu ditentukan jika seseorang ingin melakukan mastektomi profilaksis
karena beresiko tinggi terkena kanker mammae, tetapi disarankan setelah usia
mencapai 30 tahun.

Screening payudara masih contoversial, karena keuntungan mendeteksi dini lesi yang
masih kecil belum ditetapkan. ACS sangat merekomendasikan deteksi dini kanker
payudara dengan cara:

1. Memeriksa payudara sendiri (sadari) setiap bulan untuk semua wanita di atas 20 tahun
dan postmenopause. Untuk wanita premenopause sebaiknya melakukan pemeriksaan
sendiri 5 hari setelah akhir siklus menstruasi.
2. Pemeriksaan fisik oleh dokter setiap 3 tahun untuk wanita usia 20-40 tahun
3. Mammografi
a. Melakukan mammografi tahunan dilakukan untuk mengurangi angka
kematian akibat kanker payudara pada wanita di atas 50 tahun
b. ACS merekomendasikan mammogram sekali pada usia 35-39 tahun,
mamogram tiap 1-2 tahun untuk wanita di atas usia 40 tahun dan setiap tahun
untuk wanita berusia > 50 tahun.6
Terapi
Terapi pembedahan:
1. Sentinel Lymphe Node Dissection
Metode ini akurat untuk wanita dengan dengan ukuran tumor T3N0 karena hapir 75%
didapatkan metastasis ke kelenjar getah bening axilla pada pemeriksaan histologik.
ASCO merekomendasikan Sentinel Lymphe Node Dissection dilakukan pada pasien
stadium awal kanker mammae.6
2. Breast Conservation Therapy (BCT)
BCT termasuk pada reseksi dari kanker primer regional dengan batas normal jaringan
payudara, terapi radiasi adjuvant, dan penilaian status kelenjar getah bening regional.
Biasanya BCT dilakukan pada kanker mammae stadium I dan II.4
-

Radical mastectomy : reseksi dari semua jaringan payudara, node axilla dan
m.pectoralis mayor & minor.

Simple mastectomy : reseksi semua jaringan payudara

Lumpectomy dan axillary node dissection : reseksi massa tanpa jaringan normal
dan dilakukan axillary node disection, kosmetika lebih baik.4

3. Rekonstruksi Payudara dan Dinding Dada


Tujuannya adalah bedah rekonstruktif pasca mastektomy untuk penutupan luka dan
rekonstruksi payudara.4
Terapi Non Bedah :
1. Terapi radiasi

Digunakan pada semua stadium kanker payudara tergantung pada apakah pasien telah
menjalani BCT atau mastektomi. Terapi radiasi adjuvant diberikan untuk mengurangi
risiko kekambuhan lokal.
Diberikan apabila ditemukan keadaan sbb. :

Setelah tindakan operasi terbatas (BCS).

Tepi sayatan dekat ( T > = 2) / tidak bebas tumor.

Tumor sentral/medial.

KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler.

2. Kemoterapi
-

Kemoterapi adjuvant
Mengurangi kemungkinan kekambuhan dan kematian pada wanita usia 70
tahun dengan kanker payudara stadium I, IIA atau IIB. Kemoterapi adjuvant
diberikan kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pascabedah
mastektomi ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Obat yang
diberikan adalah kombinasi siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil (CMF)
selama 6 bulan pada perempuan usia pramenopause, sedangkan yang
pascamenopause diberikan terapi adjuvant hormonal berupa pil antiestrogen.

Kemoterapi neoadjuvant
Kemoterapi yang diberikan sebelum dilakukannya operasi.

Terapi endokrin neoadjuvant


Terapi paling banyak digunakan pada wanita usia lanjut yang dianggap
kondisinya buruk untuk pembedahan ataupun kemoterapi.

3. Terapi hormonal
Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila penyakit menjadi sistemik akibat
metastasis jauh.
Tamoxifen : - selektif reseptor estrogen yang memblok pengambilan estrogen oleh
jaringan target.
- Efek samping : hot flashes, menstruasi yang tidak teratur,
thromboemboli, meningkatkan resiko kanker endometrium.
- Untuk lebih efektif kombinasikan tamoxifen dengan kemoterapi.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi, F. Charles, dkk. Oncology at Schwartzs Principles of Surgery Eight


Edition. Mc Graw Hill: United State of America. 2005.
2. Haskell, Charles M and Dennis A. Casciato. Breast Cancer at Manual of Clinical
Oncology Fourth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. United State of America.
2000
3. Devita, Vincent T et all. Cancer: Principples & Practice Of Oncology. 2001. USA:
Lippincott Williams & Wilkins

4. Stead, Latha. G, dkk. The Breast at First Aid for The Surgery Clerkship. Mc Graw
Hill. United State of America. 2003
5. Towsend, M. Jr, dkk. The Breast at Sabiston textbook of Surgery. Elsivier. United
State of America. 2008.
6. Haskell, Charles M and Dennis A. Casciato. Breast Cancer at Manual of Clinical
Oncology Fourth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. United State of America.
2000.

Вам также может понравиться