Вы находитесь на странице: 1из 2

Kronologis Kasus

Masalah ini berkedudukan di wilayah Kota Samarinda - Kalimantan Timur tepatnya di Jl.
Mulawarman , RT. 30, Kelurahan Bukuan, Kecamatan Palaran.

Pada permulaan Jatam Kaltim dan Pokja30 melakukan pendampingan terhadap salah satu
kelompok tani. "Kelompok Tani Karya Semangat" yang berada di Kelurahan Bukuan dimana
lahan kelompok tani tersebut masuk dalam wilayah konsesi pertambangan batubara, oleh
pemegang IUP Kuasa Pertambangan PT. ENERGI CAHAYA INDUSTRIATMA ( PT. ECI).
Pada tanggal 02 April 2014 lahan Kelompok Tani Karya Semangat tergenang air yang berasal
dari lokasi aktivitas pertambangan PT.United Coal Indonesia (UCI) akibat dari banjir tersebut
salah satu lahan pertanian warga mengalami longsor hingga sudah menggerus hampir 30%
dari luasan lahannya, dampak dari banjir dan longsor itu juga membuat lahan beberapa
petani lainnya tidak bisa ditanami padi dan tumbuhan lainnya.
Pada tanggal 06 April 2014 PT. United Coal Indonesia (UCI) sebagai kontraktor, membuat
saluran irigasi (pembuangan limbah tambang) yang melewati lahan pertanian kelompok tani
karya semangat, pembuatan saluran irigasi tersebut di ikuti dengan adanya perjanjian dan
pembayaran
uang
sewa
lahan
selama
satu
tahun.
Dari 13 daftar nama pemilik lahan yang di sewa diketahui ada salah satu pemilik lahan yaitu
Sutrisno, yang juga anggota kelompok tani karya semangat yang belum menerima
pelunasan uang sewa lahan untuk saluran irigasi dan ganti kerugian.
Ketika Sutrisno mendatangi pihak perusahaan untuk meminta penyelesaian terkait
pembayaran ganti kerugian akibat banjir, longsor dan sewa lahan yang belum dilunasi oleh
perusahaan. Perusahaan menawarkan bahwa pihaknya bersedia melunasi seluruh
pembayaran namun dengan persyaratan lahannya akan digunakan untuk aktivitas
pertambangnan, tawaran itu ditolak oleh Sutrisno karena dia tidak ingin lahannya di
tambang.
Tanggal 28 Agustus 2014 pihak perusahaan membuka paksa kembali saluran irigasi yang
melewati lahan Sutrisno, kegiatan tersebut dihentikan oleh Sutrisno. Sebelumnya aliran
irigasi tersebut ditutup dan alihkan oleh Sutrisno ke pit tidak aktif (lubang bekas tambang)
PT. United Coal Indonesia (UCI) karena belum adanya penyelesaian yang tuntas dari pihak
perusahaan terkait seluruh biaya yang belum dilunasi oleh perusahaan (PT. ECI).
3 Oktober 2014 Sutrisno mengadukan permaslahannya tersebut ke Badan Lingkungan Hidup
(BLH) Kota Samarinda. Menindaklanjuti laporan tersebut BLH Kota Samarinda pada tanggal
9 Oktober 2014 melakukan mediasi antara Sutrisno dan PT. ECI, dari mediasi tersebut pun
belum menghasilkan kesepakatan antara kedua pihak.

Sejauh ini Sutrisno masih bertahan dengan kondisi lahannya yang sebagian sudah longsor
dan tanah yang kering, dengan kondisi demikian lahan Sutrisno tidak bisa ditanam oleh
tumbuhan apapun, hilangnya mata pencarian keluarga memaksa Sutrisno membuka usaha
lain. Sekarang yang diinginkan Sutrisno hanyalah bagaimana lahannya bisa kembali normal
seperti semula dan dapat bercocok tanam kembali.

Вам также может понравиться