Dari skenario di atas muncul gejala anemia yang berupa keluhan
mudah lelah, merasa berkunang-kunang, wajah lebih pucat, menstruasi banyak, konjungtiva anemis, bising jantung, dan kadar hemoglobin turun. Kadar Hb di skenario 9.0g/dL sedangkan kadar normal Hb 11-16g/dL, hal itu menunjukkan bahwa pasien benar mengalami anemia. Anemia banyak jenisnya, untuk mengetahui anemia yang mana yang dialami dalam skenario diperlukan tes pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik agar diagnosis akurat dan penatalaksanaanya berjalan efektif. Dalam keadaan normal, central pallor pada eritrosit hanya sepertiga bagian. Akan tetapi hemoglobinisasi yang tidak adekuat menyebabkan central pallor atau bagian pucat dari eritrosit lebih dari sepertiga bagian sehingga menimbulkan keadaan pucat pada pasien. Kemudian terjadi penurunan fungsi mioglobin sehingga terjadi penurunan enzim sitokrom yang menyebabkan terganggunya proses glikolisis dan menyebabkan peningkatan produksi asam laktat sehingga pasien merasa mudah lelah. Defisiensi zat besi dapat menyebabkan gangguan enzim aldehid oksidase sehingga terjadi penumpukan serotonin yang merupakan pengontrol nafsu makan. Hal ini mengakibatkan reseptor 5 HT meningkat di usus halus sehingga menyebabkan mual dan muntah. Kadar hemoglobin yang turun menyebabkan kekentalan darah ikut menurun sehingga meningkatkan curah jantung karena terjadi penurunan transport oksigen. Keadaan tersebut menyebabkan kerja jantung meningkat sehingga terjadi bising jantung. Hepatomegali dan splenomegali terjadi pada kasus anemia hemolitik karena hemolisis yang berlebihan. Hepatomegali terjadi karena kerja hati yang lebih keras dari normal dalam merombak eritrosit karena hemolisis yang tidak wajar. 10