Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Mochamad Arif
P17335113048
I.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan formulasi yang tepat untuk sediaam emulsi Oleum Ricini
2. Memahami cara pembuatan emulsi yang baik untuk sediaan emulsi Oleum
Ricini
3. Menentukan hasil evaluasi sediaan emulsi Oleum Ricini
Emulsi m/a, mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air
Emulsi a/m, mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak.
Untuk membuat emulsi yang stabil perlu fase ketiga dari emulsi yakni zat pengemulsi
(emulsifying agent) . Tergantung pada konstituennya, viskositas emulsi dapat bervariasi dan
emulsi farmasi dapat disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat). Berdasarkan
konstituen dan maksud pemakaiannya, emulsi cair dapat digunakan secara oral, topical, dan
parenteral. Emulsi semisolid umumnya digunakan untuk pemakaian topical.
Tujuan Pembuatan Emulsi
Meningkatkan kelarutan
Meningkatkan stabilitas
Memperbaiki penampilan
Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi m/a memungkinkan rasa yang lebih
enak. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat mempertahankan minyak
tersebut agar lebih mudah dicerna dan diabsorpsi, serta meningkatkan efikasi minyak mineral
sebagai katartik bila diberikan dalam bentuk emulsi.
Emulsi yang ditujukan untuk pemakaian luar biasa digunakan emulsi tipe m/a ataupun
a/m tergantung pada berbagai factor seperti sifat zat aktif, efek emolien, atau pelembut
jaringan.
Teori Emulsifikasi
Dalam pembuatan suatu Emulsi digambarkan dalam suatu teori atau cara yang
Tegangan permukaan cairan merupakan kecenderungan dua tetesan cairan yang sama
atau lebih untuk bergabung membuat tetesan yang lebih besar. Bila cairan kontak dengan
cairan kedua yang tidak larut atau tidak saling bercampur, kekuatan (tenaga) yang
menyebabkan masing-masing cairan menahan pecahnya menjadi partikel-partikel yang lebih
disebut tegangan antar muka.
Pada teori ini, perlu digunakan zat aktif-permukaan (surfaktan) atau zat pembasah, zat ini
berfungsi sebagai zat penstabil menghasilkan penurunan tegangan antarmuka dari kedua
cairan yang tidak saling bercampur, mengurangi gaya tolak antara cairan-cairan tersebut dan
mengurangi gaya tarik-menarik antar molekul dari masing-masing cairan.
Jadi zat aktif-permukaan membantu memecahkan bola-bola besar menjadi bola-bola kecil
yang kemudian mempunyai kecenderungan untuk bersatu yang lebih kecil daripada lazimnya.
-
Oriented-wedge theory
Teori ini menganggap lapisan monomolecular dari zat pengemulsi melingkari suatu
tetesan dari fase dalam pada emulsi. Zat pengemulsi tertentu mengarahkan dirinya di sekitar
dan dalam suatu cairan merupakan gambaran kelarutanya pada cairan tertentu. Dalam suatu
system yang mengandung dua cairan yang tidak saling bercampur, zat pengemulsi akan
memilih larut dalam salah satu fase dan terikat dengan kuat dan terbenam dalam fase tersebut
dibandingkan dengan pada fase lainnya.Molekul-molekul zat menurut teori ini mempunyai
suatu bagian hidrrofilik (suka air), misalnya sabun dan bagian yang hidrofobik (tidak suka air
atau lipofilik: suka minyak) molekul-molekul tersebut akan mengarahkan dirinya ke masingmasing fase tergantung pada bentuk dan ukuran, karakteristik kelarutannya. Maka arahnya
membentuk susunan baji yag ditampilkan untuk molekul-molekul tersebut akan
menyebabkan pelingkaran dari bulatan-bulatan minyak atau bulatan air.
Fase di mana zat pengemulsi lebih larut umumnya akan menjadi fase kontinu atau fase
luar dari emulsi tersebut.
-
Teori ini menempatkan zat pengemulsi pada antarmuka antara minyak dan air,
mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang diadsorbsi pada
permukaan dari tetesan tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak dan bersatunya fase
terdispersi : semakin kuat atau lemah lapisan tersebut akan makin besar dan stabil emulsinya.
Pembentukan emulsi m/a atau a/m tergantung pada derajat kelarutan dari zat pengemulsi
dalam kedua fase tersebut, zat yang larut dalam air akan membentuk emulsi m/a dan
sebaliknya. (Ansel, 2005)
Zat Pengemulsi
Tahap awal dalam pembuatan emulsi adalah pemilihan zat pengemulsi. Agar
berguna dalam preparat farmasi, zat pengemulsi harus mempunyai kualitas tertentu, di
antaranya:
-
Zat pengemulsi tersebut membentuk emulsi dan menjaga stabilitas emulsi agar tercapai
shelf life dari produk tersebut.
Jenis-jenis zat pengemulsi atau emulgator berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu:
-
Golongan Surfaktan
Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan minyak
terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk pembentukan corpus emulsi, aru diencerkan
dengan sisa air yang tersedia.
-
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi umumnya larut) agar
membentuk suatu mucilage, kemudian perlahan0lahan munyak dicampurkan untuk
membentuk emulsi, setelah itu baru dienncerkan dengan sisa air.
-
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai
viskositas rendah (kurang kental). Serbuk gom dimasukan ke dalam botol kering kemudian
ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat.
Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil dikocok.
Dalam percobaan ini dibuat emulsi topikal oleum ricini. minyak jarak (Castrol oil
oleum ricini). Berasal dari biji ricinus communis, suatu trigliserida asal risinoleat dan asal
lemak tidak jenuh. Di dalam usus halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi
gliserol dan asam risinoleat. Asam risinoleat inilah yang merupakan bahan aktif. Minyak
jarak juga bersifat emolien. Sebagai pencahar obat ini tidak banyak digunakan lagi karena
banyak obat lain yang lebih aman. Minyak jarak menyebabkan kolik, dehidrasi yang disertai
gangguan elektrolit. Obat ini merupakan bahan induksi diare pada penelitian diare secara
eksperimental pada tikus. (Tim Penulis Farmakologi dan Terapi. 2007)
Apabila untuk topical oleum ricini dapat digunakan sebagai emulien (karena
mengandung asam risnoleat), cara penggunaannya dioleskan ke permukaan kulit setiap habis
mandi untuk menjaga kelembaban kulit agar kulit tidak kering.
III.
FORMULASI
Oleum Ricini
EmCon CO; Lipovol CO; oleum ricini; ricini oleum
Sinonim
virginale;
ricinoleum; ricinus communis; ricinus oil; tangantangan.
(Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Emolien
Acacia
Sinonim
Pemerian
Stabilitas
dari
0,17%
b/v
metilparaben
dan
0,03%
inkompatible
dengan
sejumlah
zat
termasuk
Butylated Hydroxytoluene
Sinonim
butylhydroxytoluenum;
Dalpac;
E321;
Embanox
BHT;
Struktur
C15H24O
(Rowe, Raymond. 2009)
Titik lebur
700C
(Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian
Kristal padat putih atau kuning pucat dengan bau khas fenol
yang lemah
(Rowe, Raymond. 2009)
Kelarutan
Stabilitas
menyebabkan
dekomposisi
yang
cepat
dengan
Kegunaan
Propilenglikol
Sinonim
glycol;
methyl
glycol;
propane-1,2-diol;
propylenglycolum
(Rowe, Raymond. 2009)
Struktur
C3H8O2
(Rowe, Raymond. 2009)
Titik lebur
-590C
(Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian
Kelarutan
ringan
atau
minyak
campuran,
tetapi
akan
inkompatibel
dengan
pereaksi
yang
Metilparaben
sinonim
ester;
metagin;
Methyl
Chemosept;
methylis
C8H8O3
(Rowe, Raymond. 2009)
Titik lebur
125 1280C
(Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian
Kelarutan
Larut dalam etanol 1:2, etanol (95%) 1:3, etanol (50%) 1:6,
eter 1:10, gliserin 1:60, praktis tidak larut dalam minyak
10
dengan
zat
lainnya,
seperti
bentonit,
dengan
bermacam-macam
gula
dan
yang
Propilparaben
Sinonim
11
propyl
phydroxybenzoate;
Propyl
C10H12O3
(Rowe, Raymond. 2009)
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
12
Kelarutan
Data fisik
Titik beku : 0 C
Titik didih : 100 C
Densitas
Stabilitas
: 1,00 g/cm3
Inkompatibilitas air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang
rentan akan hidrolisis (terjadi dekomposisi jika terdapat air
atau kelembapan) pada peningkatan temperatur. Air bereaksi
secara kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan
logam alkali tanah dan oksidanya seperti kalsium oksida dan
magnesium oksida. Air juga bisa bereaksi dengan garam
anhidrat menjadi bentuk hidrat.
Kegunaan
13
Pelarut, pembawa
IV.
No
Permasalahan
Penyelesaian
Ditambahkan antioksidan
V.
Ditambahkan pewarna.
PENDEKATAN FORMULA
No
Bahan
Jumlah
Fungsi
1.
Oleum ricini
30 %
Zat aktif
2.
Pulvis
Gummi 15 %
Emulsifying agent
Arabicum (Accacia)
3
Metil paraben
0,18%
Pengawet
Propil paraben
0,02%
Pengawet
5.
Butylated
0,01 %
Antioksidan
Hydroxytoluene
14
essens
qs
Pewarna
Aquadest
ad 100 %
Pelarut/ pembawa
VI.
PENIMBANGAN BAHAN
No
Bahan
1.
Oleum ricini
2.
Pulvis
Jumlah
Gummi
Arabicum (Accacia)
3
Metil paraben
Propil paraben
5.
Butylated
Hydroxytoluene
VII.
essens
Aquadest
qs
(
PROSEDUR PEMBUATAN
1. alat dan bahan disiapkan
2. Penaraan botol
3. Accacia ditimbang sebanyak 75g, kemudian dimasukkan ke mortir dan digerus
hinnga homogen
4. Ditambahkan aquadest sebanyak
diaduk cepat.
5. Oleum ricini ditimbang sebanyak 150g, kemudian dimasukkan ke mortir
6. BHT ditimbang sebanyak 10mg, kemudian dimasukkan ke mortir dan digerus
dengan oleum ricini hingga BHT larut.
7. Ditambahkan propil paraben dan metil paraben kedalam sediaan, lalu digerus
hingga homogen.
8. sisa aquadest ditambahkan ke dalam botol hingga tanda batas 60 ml. Campuran
dikocok hingga homogen.
9. Beri etiket dan label kocok dahulu
15
VIII.
HASIL PERCOBAAN
1.
NO
Evaluasi Sediaan
Jenis
Prinsip
Jumlah
evaluasi
evaluasi
sampel
Hasil pengamatan
Botol
Pengamatan
Warna
syarat
sediaan
krem,
II
hilang,
sediaan mawar
ditumbuhi jamur.
Mengevaluasi
1. Organoleptik
Warna
III
dan
sediaan
krem, wangi
Terdapat aroma mawar, dan tidak
sediaan ditumbuhi jamur.
IV
berkura
Warna
sediaan
krem, jamur.
Mengevaluasi
Botol
ph
pH
4,5
II
4,5
Ph
III
4,5
awalny
IV
4,5
4,5
setiap
sediaan
2. Uji ph
saat
pertama dibuat 5
dan
setelah
didiamkan
minggu
16
a 5,5
Botol
Mengidentifika
si
volume
setiap sediaan
3. Volume
terpindahkan
dengan
menggunakan
gelas ukur
II
63,161 gram
III
61,527 gram
Menentukan
Berat bobot
jenis
4. Uji
3
Jenis sediaan sediaan dengan
piknometer
jenis
sediaan
air
(W1 Wo)
(Ws Wo)
10.591 gram
10.104 gram
II
10.596 gram
10.111 gram
III
10.588 gram
10.111 gram
Rata-rata
= Rata-rata
10,59 gram
Bj
Bj
17
jenis Berat
10,108 gram
= Bj
relatif
5. Uji
Viskositas
Menentukan
sifat
aliran
Botol
sediaan dengan
menggunakan
kelereng
sebagai alat uji
7 detik
II
5 detik
III
5 detik
yang
dimasukkan
kedalam gelas
ukur
yang
berisi sediaan
6. Uji
Sedimentasi
Menentukan
Tinggi
tinggi
waktu
tasi
sediaan
0 cm
17 cm
0 cm
17 cm
0 cm
17 cm
0 cm
17 cm
1 jam
0 cm
17 cm
2 jam
0 cm
17 cm
1 hari
0,5 cm
17 cm
sedimentasi
sediaan dengan
cara mengukur
bahan
menit
aktif
yang
10
mengendap
menit
menggunakan
alat pengukur
penggaris
20
menit
30
menit
18
Tinggi
sedimen
Uji
tipe Untuk
emulsi
2 hari
1,5 cm
17 cm
4 hari
5,6 cm
17 cm
menentukan
fase dalam dan
luar
emulsi
pada
IX.
O/W
PEMBAHASAN
Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdisribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur . (Ansel, 2005)
Oleum ricini merupakan minyak lemak yang diperoleh dari pemerasan dingin biji
tumbuhan Ricinus communis yang telah dikupas hingga diperoleh cairan jernih, kuning
pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah, rasa manis kemudian agak pedas,
umumnya memuaikan. Oleum ricini larut dalam etanol mutlak P,dan asam asetat glacial,
dapat bercampur dengan kloroform. Karena oleum ricini sulit untuk dilarutkan dalam air,
maka sediaan dibuat sebagai emulsi. Penggunaan emulsi oleum ricini ditujukan untuk
pemakaian topikal sebagai pelembab, maka tipe emulsi yang digunakan adalah emulsi
tipe m/a
Pada formulasi emulsi oleum ricini di praktikum ini menggunakan Pulvis Gummi
Arabicum atau Accacia (gom arab) sebanyak 15%. Accacia merupakan emulgator yang
berasal dari alam. Accacia mengandung polisakarida
mikroba. Oleh karena itu dalam emulsi ini digunakan propil paraben dan metil paraben
sebagai pengawet. Penggunaan metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet
19
dikarenakan koefisien partisi kedua zat tersebut cocok sehingga dapat mengawetkan baik
fase air maupun fase minyak di sediaan tersebut. Oleum ricini stabil dan tidak berubah
tengik kecuali mengalami panas yang berlebihan, namun untuk menghindari oksidasi
pada emulsi pada saat penyimpanan maupun distribusi, ditambahkan Butylated
Hidroxitoluen (BHT) sebagai antioksidan sebanyak 0,01 %. Selain itu, ditambahkan pula
pengaroma mawar, hal ini ditujukan agar emulsi topikal oleum ricini lebih akseptabel
karena memiliki wangi khas mawar.
Proses pembuatan emulsi dilakukan dengan metode basah. Yaitu, dengan cara
memasukkan emulgator terlebih dahulu, lalu dimasukkan fase air, lalu dimasukkan fase
minyak. Hal ini dikarenakan dalam optimasi metode inilah yang menghasilkan corpus
emulsi yang paling baik antara air dan minyak.
Setelah proses pembuatan emulsi selesai, dilakukan evaluasi yang terdiri atas:
Organoleptika
sebagai berikut:
- Warna
: krem
- Bau
: pada 5 botol yang diuji, 3 botol masih memiliki wangi mawar, 1 botol
- pH
lamanya stabilitas sediaan. Dan hasilnya adalah saat pengamatan dilakukan setelah
sediaan disimpan selama 14 hari ditemukan adanya pertumbuhan jamur, hal ini
mungkin disebabkan oleh kurangnya pengawet dan sifat accacia yang mudah
ditumbuhi mikroorganisme.
Uji tipe emulsi
yaitu tipe o/w, sehingga tidak terjadi inversi fasa pada sediaan.
Uji volume terpindahkan : pada pengujian volume terpindahkan volume yang
terpindahkan tidak kurang dari 100%, sehingga memenuhi syarat.
20
X.
KESIMPULAN
Formula yang diusulkan untuk pembuatan emulsi oleum ricini adalah sebagai berikut:
No
Bahan
Jumlah
Fungsi
1.
Oleum ricini
30 %
Zat aktif
2.
Pulvis
Gummi 15 %
Emulsifying agent
Arabicum (Accacia)
3
Metil paraben
0,18%
Pengawet
Propil paraben
0,02%
Pengawet
5.
Butylated
0,01 %
Antioksidan
Hydroxytoluene
6
essens
qs
Pewarna
Aquadest
ad 100 %
Pelarut/ pembawa
NO
Jenis
Prinsip
Jumlah
evaluasi
evaluasi
sampel
Hasil pengamatan
syarat
Botol
Warna
Pengamatan
Warna
sediaan
krem, Krem,
Mengevaluasi
1. Organoleptik
II
hilang,
sediaan tidak
ditumbuhi jamur.
Warna
III
sediaan
berkura
krem, ng,
IV
21
mawar
ditumb
sediaan
krem,
Mengevaluasi
Botol
ph
pH
4,5
II
4,5
III
4,5
IV
4,5
4,5
Botol
setiap
sediaan
saat
pertama dibuat
dan
2. Uji ph
setelah
didiamkan
1 5
minggu
awalny
Mengidentifika
si
Ph
volume
a 5,5
67.576 gram
setiap sediaan
3. Volume
terpindahkan
dengan
menggunakan
gelas ukur
II
63,161 gram
III
61,527 gram
22
Berat
Botol
jenis Berat
jenis
sediaan
air
(W1 Wo)
(Ws Wo)
piknometer
10.591 gram
10.104 gram
II
10.596 gram
10.111 gram
III
10.588 gram
10.111 gram
Rata-rata
= Rata-rata
10,59 gram
Bj
Bj
5. Uji
Viskositas
Menentukan
sifat
10,108 gram
= Bj
relatif
aliran
Botol
sediaan dengan
menggunakan
kelereng
sebagai alat uji
7 detik
II
5 detik
III
5 detik
yang
dimasukkan
kedalam gelas
ukur
yang
berisi sediaan
6. Uji
Sedimentasi
Menentukan
Tinggi
tinggi
sedimentasi
waktu
1
sediaan dengan
O
23
Tinggi
sedimen
tasi
sediaan
0 cm
17 cm
cara mengukur
bahan
menit
aktif
10
yang
0 cm
17 cm
0 cm
17 cm
0 cm
17 cm
1 jam
0 cm
17 cm
2 jam
0 cm
17 cm
1 hari
0,5 cm
17 cm
2 hari
1,5 cm
17 cm
4 hari
5,6 cm
17 cm
menit
mengendap
menggunakan
20
alat pengukur
menit
penggaris
30
menit
Uji
emulsi
tipe Untuk
menentukan
fase dalam dan
luar
emulsi
pada
24
O/W
XI.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.
25
XII.
Lampiran
1. Kemasan sekunder
26
2. Etiket
27
3. Brosur
4.
RINOLEAT
5.
KOMPOSISI :
Rinoleat lotion mengandung :
Oleum ricini
30 %
INDIKASI :
Untuk pengobatan pada kulit yang kering dan perawatan
kulit agar tetap terjaga kelembabannya.
CARA PEMAKAIAN :
Gunakan secara teratur, setelah mandi dan setiap diperlukan
usapkan tipis-tipis keseluruh bagian tangan dan kaki, atau
bagian yang dikendaki lainnya.
Atau menurut petunjuk dokter.
PERHATIAN :
Jika terjadi iritasi, hentikan pemakaian dan segera
konsultasikan ke dokter.
PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu kamar (2530C) dan terlindung dari
cahaya matahari langsung.
28