Вы находитесь на странице: 1из 36

ABSTRAK

Aliran fluida yang melingkupi sebuah benda secara penuh akan menimbulkan
tegangan pada benda tersebut, baik tegangan normal maupun tegangan geser.
Pengertian tekanan akan mudah kita pahami setelah kita menjawab pertanyaanpertanyaan di bawah ini. Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan
lapisan, atau lamina lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam
aliran laminar ini viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya
gerakan relative antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum
viskositas Newton. Percobaan ini akan Menjelaskan parameter parameter dan
variable yang berpengaruh terhadap besarnya nilai koefisien alat ukur venture dan
koefisien alat orifice meter.

Kata Kunci : Definisi Fluida, Orifice Meter dan Venturi Meter

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum

: Mengukur debit aliran dengan venture meter dan

orifice meter

1.2 Tanggal Praktikum

1.3 Tujuan praktikum

1. Menjelaskan parameter parameter dan variable yang berpengaruh


terhadap besarnya nilai koefisien alat ukur venture dan koefisien alat
orifice meter.
2. Menghitung nilai laju alir dan koefisien venture dan orife meter
3. Membuat grafik hubungan antara nilai koefisien alat ukur venture dan
orifice meter.

BAB II
LANDASAN TEORI

Aliran fluida yang melingkupi sebuah benda secara penuh akan


menimbulkan tegangan pada benda tersebut, baik tegangan normal maupun
tegangan geser. Tegangan normal disebabkan karena adanya tekanan dari fluida,
sedangkan tegangan geser timbul akibat adanya viskositas fluida. Jika kita tinjau
pada aliran dua dimensi, aliran yang mengalir secara horizontal akan
menimbulkan gaya drag atau gaya hambat karena arah dari gaya ini berlawanan
dengan arah aliran, sedangkan aliran yang mengalir secara vertikal menimbulkan
gaya lift atau gaya angkat. Gaya drag sering dianggap mengganggu, tetapi dalam
situasi tertentu gaya drag justru diharapkan. Aplikasi gaya lift dapat dilihat pada
penggunaan pesawat terbang dan mobil balap. Pada pesawat terbang gaya lift
yang diharapkan adalah gaya lift positif, artinya gaya angkat positif. Sedangkan
pada aplikasi mobil balap, gaya lift yang diharapkan adalah gaya lift negatif agar
mobil tetap melaju di atas tanah.

A. DEFINISI FLUIDA
Yang kita maksud dengan fluida disini adalah suatu bentuk materi yang
mudah mengalir misalnya zat cair dan gas. Sifat kemudahan mengalir dan
kemampuan untuk menyesuaikan dengan tempatnya berada merupakan aspek
yang membedakan fluida dengan zat benda tegar. Meskipun demikian hukumhukum yang berlaku pada dua sistem ini tidak berbeda. Pada bagian ini kita akan
meninjau fluida dalam keadaan tidak mengalir, contohnya air di dalam suatu
wadah atau air di danau/waduk. Aspek pertama yang kita dapati ketika kita berada
dalam suatu fluida (zat cair) yaitu tekanan. Kita merasakan ada tekanan pada
tubuh kita yang berada di dalam zat cair.

B. SIFAT ALIRAN FLUIDA


Pengertian tekanan akan mudah kita pahami setelah kita menjawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Mengapa pisau yang tajam lebih mudah
memotong dari pada pisau yang tumpul? Mengapa paku yang runcing lebih
mudah menancap kedalam benda dibandingkan paku yang kurang runcing?
Pertanyaan diatas sangat berhubungan dengan konsep tekanan. Konsep tekanan
identik dengan gaya, gaya selalu menyertai pengertian tekanan. Tekanan yang
besar dihasilkan dari gaya yang besar pula, sebaliknya tekanan yang kecil
dihasilkan dari gaya yang kecil. Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa
tekanan sebanding dengan gaya. Mari kita lihat orang memukul paku sebagai
contoh. Orang menancapkan paku dengan gaya yang besar menghasilkan paku
yang menancap lebih dalam dibandingkan dengan gaya yang kecil
Pengertian tekanan tidak cukup sampai disini. Terdapat perbedaan hasil
tancapan paku bila paku runcing dan paku tumpul. Paku runcing menancap lebih
dalam dari pada paku yang tumpul walaupun dipukul dengan gaya yang sama
besar. Dari sini terlihat bahwa luas permukaan yang terkena gaya berpengaruh
terhadap tekanan. Luas permukaan yang sempit/kecil menghasilkan tekanan yang
lebih besar daripada luas permukaan yang lebar. Artinya tekanan berbanding
terbalik dengan luas permukaan.
Penjelasan di atas memberikan bukti yang sangat nyata pada pengertian
tekanan. Jadi, tekanan dinyatakan sebagai gaya per satuan luas. Pengertian
tekanan ini digunakan secara luas dan lebih khusus lagi untuk Fluida. Satuan
untuk tekanan dapat diperoleh dari rumus di atas yaitu 1 Newton/m2 atau disebut
dengan pascal. Jadi 1 N/m2=1 Pa (pascal). Bila suatu cairan diberi tekanan dari
luar, tekanan ini akan menekan ke seluruh bagian cairan dengan sama prinsip ini
dikenal sebagai hukum Pascal.
C. FLUIDA STATIS
Suatu zat yang mempunyai kemampuan mengalir dinamakan fluida.
Cairan adalah salah satu jenis fluida yang mempunyai kerapatan mendekati zat
4

padat. Letak partikelnya lebih merenggang karena gaya interaksi antar partikelnya
lemah. Gas juga merupakan fluida yang interaksi antar partikelnya sangat lemah
sehingga diabaikan. Dengan demikian kerapatannya akan lebih kecil.
Karena itu, fluida dapat ditinjau sebagai sistem partikel dan kita dapat
menelaah sifatnya dengan menggunakan konsep mekanika partikel. Apabila fluida
mengalami gaya geser maka akan siap untuk mengalir. Jika kita mengamati fluida
statik, misalnya air di tempayan. Sistem ini tidak mengalami gaya geser tetapi
mempunyai tekanan pada dinding tempayan.
Berdasarkan uraian di atas, maka pada materi ini akan dibahas dulu
mengenai fluida statik. Pada kegiatan berikutnya akan dibahas secara khusus
fluida dinamik. Pembahasan sering menggunakan konsep umum maupun prinsip
mekanika partikel. Dengan mempelajari materi ini berarti Anda akan dapat
mengkaji sifat fluida statik dan fluida dinamik dengan menggunakan mekanika
partikel. Setelah Anda mempelajari materi ini, Anda dapat: Menjelaskan makna
hukum utama hidrostatik.
Menggunakan hukum utama hidrostatik untuk menjelaskan sifat-sifat
khusus fluida statik. Membedakan macam-macam aliran fluida.
Menghitung debit aliran fluida. Menjelaskan makna hukum Bernoulli.
Menggunakan hukum Bernoulli untuk menjelaskan sifat-sifat aliran fluida.
Menjelaskan

masalah

fluida

pada

kehidupan

sehari-hari

dengan

menggunakan konsep fisika.

D. MEKANIKA FLUIDA
Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinum yang mempelajari
fluida (yang dapat berupa cairan dan gas). Mekanika fluida dapat dibagi menjadi
fluida statik dan fluida dinamik. Fluida statis mempelajari fluida pada keadaan
diam sementara fluida dinamis mempelajari fluida yang bergerak.

Fluida Newtonian vs. non-Newtonian


Sebuah Fluida Newtonian (dinamakan dari Isaac Newton) didefinisikan
sebagai fluida yang tegangan gesernya berbanding lurus secara linier dengan
gradien kecepatan pada arah tegak lurus dengan bidang geser. Definisi ini
memiliki arti bahwa fluida newtonian akan mengalir terus tanpa dipengaruhi
gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Sebagai contoh, air adalah fluida Newtonian
karena air memiliki properti fluida sekalipun pada keadaan diaduk. Sebaliknya,
bila fluida non-Newtonian diaduk, akan tersisa suatu "lubang". Lubang ini akan
terisi seiring dengan berjalannya waktu. Sifat seperti ini dapat teramati pada
material-material seperti puding. Peristiwa lain yang terjadi saat fluida nonNewtonian diaduk adalah penurunan viskositas yang menyebabkan fluida tampak
"lebih tipis" (dapat dilihat pada cat). Ada banyak tipe fluida non-Newtonian yang
kesemuanya memiliki properti tertentu yang berubah pada keadaan tertentu.
Persamaan pada fluida Newtonian
Konstanta yang menghubungkan tegangan geser dan gradien kecepatan secara
linier dikenal dengan istilah viskositas. Persamaan yang menggambarkan
perlakuan fluida Newtonian adalah:
di mana:
adalah tegangan geser yang dihasilkan oleh fluida
adalah viskositas fluida-sebuah konstanta proporsionalitas
adalah gradien kecepatan yang tegak lurus dengan arah geseran Viskositas
pada fluida Newtonian secara definisi hanya bergantung pada temperatur dan
tekanan dan tidak bergantung pada gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Jika
fluida bersifat inkompresibel dan viskositas bernilai tetap di seluruh bagian fluida,
persamaan yang menggambarkan tegangan geser (dalam koordinat kartesian)
adalah

di mana :
ij adalah tegangan geser pada bidang ith dengan arah jth
vi adalah kecepatan pada arah ith
xj adalah koordinat berarah jth
Jika suatu fluida tidak memenuhi hubungan ini, fluida ini disebut fluida
non-Newtonian.
E. ALIRAN FLUIDA
Aliran fluida dapat diaktegorikan:
1. Aliran laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan lapisan, atau lamina
lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini
viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relative
antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas Newton
2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel partikel fluida sangat tidak
menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida
yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi
yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida
sehingga menghasilkan kerugian kerugian aliran.
3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen.

F. KONSEP DASAR
Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat
membedakan suatu Dilihat dari kecepatan aliran, menurut (Mr. Reynolds)
diasumsikan/dikategorikanlaminar bila aliran tersebut mempunyai bilangan Re
kurang dari 2300, Untuk aliran transisi berada pada pada bilangan Re 2300 dan
4000 biasa juga disebut sebagai bilangan

Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap
deformasi atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur,
tekanan, kohesi dan laju perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat
cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini
disebabkan gaya gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami
penurunan dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang
menyebabkan berturunya viskositas dari zat cair tersebut.
Rapat jenis (density )
Density atau rapat jenis () suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat
tersebut dan dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan
dengan cara menghitung nilai density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin
tinggi temperatur maka kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena
disebabkan gaya kohesi dari molekul molekul fluida semakin berkurang.
Koefisien Gesek
Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan, karena distribusi kecepatan pada
aliran laminar dan aliran turbulen berbeda, maka koefisien gesek erbeda pula
untuk masing masing jenis aliran. Reynolds kritis, sedangkan aliran turbulen
mempunyai bilangan Re lebih dari 4000.
8

G. Tipe Aliran Fluida


Tipe aliran dalam fluida dapat dibedakan menjadi beberapa macam aliran.
Sebagai contoh, aliran tunak (steady) atau tak tunak (unsteady), seragam
(uniform) atau tak seragam (non-uniform), termampatkan (compressible) atau tak
termampatkan (incompressible), dan subkritis (sub critical) atau superkritis
(supercritical). Aliran dikatakan tunak (steady flow) jika kecepatan (v) tidak
berubah (constant) selama selang waktu tertentu, sehingga akan berlaku:

Q=A.V=konstan(Qin=Qout)
dan apabila kecepatan aliran selalu berubah selama selang waktu tertentu,
maka dikatakan aliran tak tunak (unsteady flow), sebagai contoh, aliran banjir atau
pasang surut, sehingga akan berlaku:

Q=A.V=tidak konstan(Qin Qout)

Aliran dikatakan seragam (uniform flow) jika kedalaman aliran pada setiap
penampang saluran adalah tetap dan jika kedalamannya selalu berubah, maka
dikatakan aliran tidak seragam (non-uniform flow) atau aliran berubah (varied
flow). Aliran seragam dapat dibedakan lagi menjadi aliran seragam tunak (steady
uniform flow) jika kedalaman dan kecepatan alirannya tetap sepanjang saluran.

dan apabila kedalaman alirannya tetap tetapi kecepatan alirannya selalu


berubah sepanjang saluran, maka dikatakan aliran seragam tak tunak (unsteady
uniform flow), ini tidak mungkin terjadi.

Aliran tak seragam atau berubah juga dapat dibedakan lagi menjadi aliran
berubah tunak (steady varied flow), yaitu jika kedalaman aliran tidak tetap tetapi
kecepatan alirannya tetap.

dan apabila kedalaman maupun kecepatan alirannya selalu berubah


sepanjang saluran, maka dikatakan aliran berubah tak tunak (unsteady varied
flow).

Aliran tak seragam atau berubah dapat juga dibedakan menjadi aliran
berubah tiba-tiba ( rapidly varied flow), yaitu jika kedalaman aliran mendadak
berubah pada jarak yang cukup pendek, misalnya aliran yang melewati mercu,
bending atau terjunan. Apabila kedalaman aliran berubah pada jarak yang cukup
panjang, maka dikatakan aliran berubah lambat laun ( gradually varied flow).
Aliran dikatakan termampatkan (compressible flow), jika aliran tersebut
mengalami perubahan volume bila diberikan tekanan, dan sebaliknya jika tidak
mengalami perubahan volume, dikatakan aliran tersebut taktermampatkan
(uncompressible flow). Jenis aliran berdasarkan besarnya bilangan Froude ( r F ),
dapat dibedakan menjadi superkritis (supercritical flow), subkritis (sub critical
flow) atau kritis (critical flow).

10

di mana:
n = kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
y = kedalaman aliran (m)
a = koefesien energi
jika > 1 r F dikatakan alirannya superkritis, < 1 r F dikatakan aliran subkritis, dan
jika = 1 r F dikatakan aliran kritis.

Aliran juga dapat

diklasifikasikan menjadi

aliran satu

dimensi

(onedimensional flow), dua dimensi (two-dimensional flow) atau tiga dimensi


(threedimensional flow), tergantung dari bilangan gradien kecepatan yang ada.
Aliran satu dimensi adalah aliran dimana seluruh fluida dan parameter alirannya
diasumsikan tetap terhadap penampang normal aliran, dan hanya ada satu gradient
kecepatan, yaitu dalam arah aliran. Di dalam kenyataannya, tidak ada aliran satu
dimensi karena adanya beberapa pembatas. Namun demikian, aliran pada sungai
dapat didekati dengan aliran satu dimensi (1-D flow). Aliran dua dimensi adalah
aliran dimana dibedakan dalam beberapa bidang secara paralel, horisontal atau
vertikal (2-DH atau 2-DV). Aliran dua dimensi memiliki dua gradien kecepatan.
Aliran tiga dimensi adalah aliran dimana parameter alirannya berubah dalam tiga
dimensi, sehingga gradien parameter alirannya terdapat dalam tiga arah.

H. TEKANAN DALAM FLUIDA


Misalkan kita sedang berendam di dalam air, apa yang kita rasakan?
Seolah-olah air menekan seluruh tubuh kita yang bersentuhan dengan air. Tekanan
ini semakin besar apabila kita masuk lebih dalam ke dalam air. Fenomena apa
yang ada dibalik peristiwa ini. Pernyataan ini mengandung pengertian bahwa
fluida memberikan tekanan terhadap benda yang berada di dalamnya. Pengertian
ini diperluas menjadi tekanan pada fluida tergantung pada ketebalannya atau lebih
tepatnya kedalamannya. Udara/atmosfer terdiri dari gas-gas yang juga merupakan
bentuk dari fluida. Maka udara juga akan memiliki tekanan seperti definisi di atas.

11

Tekanan udara kita anggap sama untuk ketinggian tertentu di atas bumi namun
untuk ketinggian yang sangat tinggi di atas permukaan bumi besarnya menjadi
berbeda.
I. FLUIDA ELEKTRO-REOLOGI
Mungkin, yang pertama kali melakukan percobaan pembuatan dan
penerapan cairan fluida yang merespon kondisi luarnya adalah Pak Winslow pada
tahun 1940. Kenapa saya awali dengan mungkin? Sebab ide atau niatan
membuat fluida pintar ini sudah ada sejak 150 tahun yang lalu. Lalu Pak Winslow
lah yang berhasil melakukan percobaan pembuatannya. Kebanyakan fluida
elektro-reologi merupakan dispersi dari partikel dielectric yang tersuspensi pada
non-conducting liquid (cairan yang bersifat bukan konduksi, alias tidak mampu
hantar listrik). Mudahnya, anda punya partikel (bulet kecil-kecil) dari bahan
dielectrik kemudian dicampur dengan cairan tak mampu hantar listrik, misal
silicone-oils, hingga sifat campuran seperti suspensi. Itulah fluida elektro-reologi.
Yield stress, tegangan geser, yaitu gaya luar yang diperlukan untuk
menggeser fluida tersebut, dari keadaan diam kemudian mengalir. Fluida elektroreologi mula-mula mempunyai nilai yield stress relatif kecil, ya iyalahcairan
gitu loh Namun ketika medan listrik dari luar diaplikasikan, nilai yield stressnya menjadi meningkat dengan drastis, alias susah untuk mengalir. Mekanisme
yang sering digunakan untuk menjelaskan fenomena ini adalah ketika medan
listrik luar (ordenya sekitar kV/mm) diaplikasikan kepada fluida elektro-reologi,
menimbulkan efek dipole (pe-dua-kutub-an) dari dielektrik partikel yang
tersuspensi dalam cairan tsb. Berubahnya sifat dialektrik partikel hingga
mempunyai kutub ini menyebabkan partikel kecil-kecil saling mendekat satu sama
lainnya, sesusai sifat kutub masing-masing.
Sehingga terciptalah rantai/susunan partikel searah dengan medan listrik.
Lihat animasi diawal artikel. Bentuk daripada susunan rapi jajaran partikel yang
berbentuk seperti rantai inilah yang menyebabkan nilai yield stress menjadi naik

12

secara dramatis. Definisi pendahuluan tentang fluida pintar jenis ini dicukupkan
sampai disini, ntar disambung lagi yang lebih dalam jika memungkinkan.
Kini, aplikasi dari fluida elektro-reologi telah mempunyai pangsa pasar
tersendiri, diantaranya:

controllable valve and shakers

controllable machinery and engine mount

controllable clutch and brakes

controllable dampers

Mungkin ada sebagian peralatan ini pernah anda lihat, sekilas lihat, bahkan
anda pakai dan operasikan terutama di perusahaan-perusahaan besar. Namun yang
tampak nyata di depan anda hanyalah kemudah-aturan dan kecanggihan peralatan
tersebut. Siapa sangka dibalik produk-produk tersebut tersimpan keruwetan dan
keunikan aspek science dan teknologi yang membikin dahi berkerut, kening
melebar, dan otak berputar sekian banyak peneliti dan sekian lama waktu yang
diperlukan.

J. FLUIDA BERMAGNET
Pada tahun 1960-an, Pak Rosensweig menjadi pelopor penelitian
pembuatan dan aplikasi dari fluida bermagnet. Kemudian setelah beberapa saat
setelah penelitiannya berkembang, beliau mendirikan perusahaan yang dikenal
dengan Perusahaan Ferrofluidics. Fluida bermagnet terdiri atas partikel bermagnet
(superparamagnetic particle) berukuran sangan kecil (skala nano, < 10 nm) yang
terdispersi dalam cairan pembawa. Tahukan seberapa kecil ukuran nano-meter
itu? Iya benar, sepersejuta meter. Suangaat kecil bukan. Campuran dispersi antara
partikel magnet dan cairan pembawa cenderung bersifat stabil (tidak terjadi
sedimentasi/pengendapan), disebabkan pergerakan Brownian (Brownian motion)
yang terjadi ketika kita mencampur partikel sangat kecil kedalam suatu cairan.
Mudahnya, ketika anda mengaduk gula dalam segelas air, gulanya tidak akan

13

mengendap dibawah jika adukannya merata. Artinya gula berubah jadi partikel
sangat kecil sekali lalu tersuspensi kedalam air, dan cenderung stabil. Para peneliti
juga

berhasil

menaikkan

performa

stabilitas

fluida

bermagnet

dengan

menambahkan surfactant, suatu zat yang mencegah menempelnya partikel magnet


satu sama lainnya, sehingga penggumpalan bisa dihindari. Sehingga stabilitas
fluida bermagnet dapat dipertahankan lebih lama lagi.
Fluida bermagnet akan berubah sifat dan karakternya ketika dikenakan
medan magnet. Viskositas adalah salah satu parameter yang bisa diatur pada
fluida bermagnet. Karena waktu respon yang diperlukan sangat pendek (dalam
orde mili-second), maka kemampuan mudah-aturnya cepat mendapat perhatian
pangsa pasar. High-pressure seal dan media pendingin loudspeaker adalah salah
dua produk yang digemari pasar saat ini.

K. FLUIDA MAGNET-REOLOGI
Tibalah saatnya kita mengenal fluida pintar jenis ketiga yaitu fluida
magnet-reologi. Secara umum komposisinya sama dengan fluida bermagnet,
yaitu: partikel magnet + cairan pembawa + surfactant. Cuma bedanya adalah
ukuran partikel magnet dalam orde mikro-meter (seperseribu meter) dan peran
surfactant yang sangat besar untuk mencegah proses pengendapan. Pergerakan
Brownian tidak terjadi pada fluida jenis ini, karena ukuran partikel relatif besar.
Hal yang menakjubkan dari sifat fluida magnet-reologi ini adalah kemampuannya
berubah fase menjadi semi-padat bahkan cukup padat hingga dapat dikategorikan
fase padat (solid phase).

14

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat alat

Peralatan Aliran Fluida

Sistem jaringan tata pipa

Manometer pipa U

Corong

Beaker Glass 1000 ml

stopwatch

3.1.2 Bahan bahan

Air

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Tahap Kalibrasi
Adapun prosedur kalibrasi aliran adalah sebagai berikut:
1. Pastikan semua valve dalam keadaan off
2. Buka valve2 ( valve minimum flow ) dan valve3
3. Pompa dinyalakan dan dibiarkan sesaat agar aliran dalam pipa penuh
4. Tutup V2 dan V1 dibuka(dengan 20% dengan melihat busur) dan
stopwatch dihidupkan
5. Pada waktu mencapai 1 menit V1 ditutup, dan V2 dibuka kemudian
stopwatch dimatikan

15

6. Air ditakar dengan menggunakan gelas ukur dan dicatat


7. Prosedur diatas diulang dengan bukaan V1 (20%, 40%, 60%, dan
90%)

3.2.2 Tahap Pengambilan Data


1. Semua valve ditutup
2. V2 dibuka dan pompa dinyalakan
3. Kemudian V4, V6, V8, V10, dan V12 dibuka
4. V2 ditutup dan dibuka kembali sebesar 20%
5. Aliran dibiarkan sesaat agar penuh, ukur dan perbedaan tekanan
dicatat
6. Prosedur diatas diulang dengan bukaan V2 sebesar 40%, 60%, 80%,
dan 90%

16

BAB IV
HASIL DAN PEMBASAHAN

4.1 Hasil
Parameter:
Diameter venture (D1) = 0.015 m,
Diameter orifice (D1) = 0.019 m,
Percepatan grafitasi = 9.81 m/detik
Densitas air = 996.2009 kg/m3
Viscositas () = 0.8392x10-3

Bukaan

Data percobaan venture

Debit alir

Laju alir

Bilangan

meter

Q (L/menit)

m/s

renold

h1 (cm)

h2 (cm)

20%

3.5

1,5

20,5

0,00009785

0,00986

40%

3,5

2,5

22

0,000069

0,00698

60%

2,5

1,5

23

0,000069

0,00689

90%

0,3

1,5

0,0000217

0,00219

Data percobaan orifice

Debit alir

Laju alir

Bilangan

meter

Q (L/menit)

m/s

renold

Bukaan

h1 (cm)

h2 (cm)

20%

2,2

20,5

0,000041

0,00327

40%

2,5

22

0,0000649

0,00146

60%

0,7

23

0,0001666

0,001326

90%

0.2

0,1

1,5

0,000028

0,0023

17

4.2 Pembahasan
Aliran fluida yang melingkupi sebuah benda akan menimbulkan tegangan pada
benda tersebut, baik tegangan normal disebabkan karena adanya tekanan dari
fluida. Jika kita tinjau dari aliran dua dimensi aliran yang mengalir secara
horinzontal akan menimbulkan gaya dengan atau gaya hambat karena arah dari
gaya ini berlawanan dengan arah aliran, sedangkan arah aliran yang mengalir
secara vertical menimbulkan gaya lift atau gaya angkat. (Gibbs, K. 1990)

4.2.1 Hubungan perbandingan laju alir pada venturymeter dengan bilangan


Reynold.

0.024

Grafik Perbandingan Laju Alir pada Venturymeter


dengan Bilangan Reynold

0.022
0.020

Bilangan Reynold

0.018
0.016
0.014
0.012
0.010
0.008
0.006
0.00000

0.00002

0.00004

0.00006

0.00008

0.00010

Laju Alir pada Venturymeter (m /s)

Gambir 1. Grafik perbandingan laju alir pada venturymeter dengan bilangan


Reynold.

18

Pada grafik diatas tampak jelas bahwa perbedaanlaju alir terhadap renoldnya.
Aliran aliran terbentuk karena disebabkan oleh viscositas yang berfungsi
meredam kecendrungan terjadinya gerakan relative antara lapisan sehingga aliran
laminar terjadi. Pada laju alir 0.00009785 m/s terbentuka lairan laminar dengan
bukaan 20% (bilangan Re 0,00986), bukaan 40% akan menghasilkan lajua alir
0.000069 m/s yang membentuk aliran transisi (bilangan reynold 0.0089),
kemudian bukaan 60 % menghasilkan laju alir 0.000069 m/s sehingga kembali
membentuk jenis aliran transisi (bilangan Re 0.00698) dan terakhir pada bukaan
90% laju aliran menjadi 2,17x10-9 m/s sehingga turun lagi membentuk jenis aliran
laminar. Sedangkan aliran turbulen tidak dapat terbentuk (dapat dilihat pada
grafik, bilangan renolnya tidak melebihi 4000). Fluida adalah suatu bentuk materi
yang mudah mengalir misalnya zat cair dan gas. Pada percobaan yang dilakukan
ini fluida yang digunakan adalah fluida cair (H2O) air. Sifat kemudaha n mengalir
dan kemampuan untuk menyesuaikan dengan berada merupakan aspek yang
membedakan fluida dengan zat benda tegar. (Gibbs, K. 1990)
Aliran fluida dapat dikatagorikan:
1. Aliran laminar
2. Aliran transisi
3. Aliran turbulen

19

4.2.2 Hubungan laju alir orifice meter terhadap bilangan renold.

Grafik Perbandingan Laju Alir Orificemeter


dengan Bilangan Reynold
bukaan 20%

0.0035

Bilangan Reynold

0.0030

0.0025

0.0020

bukaan 40%

0.0015

bukaan 60%
bukaan 90%

0.0010
0.00002 0.00004 0.00006 0.00008 0.00010 0.00012 0.00014 0.00016 0.00018

Laju Alir pada Orificemeter

Gambar 2. Grafik laju alir orifice meter terhadap bilangan renold

Gambar 2 menampilkan hubungan laju orifice meter terhadap bilangan renold,


dijelaskan pada laju 4,1x10-5 m/s maka terbentuk aliran transisi (dengan bilangan
renold 3,27x10-3) untuk bukaan 20%, 0.649x10-5 m/s maka akan terbentuk aliran
transisi dan sedikit tibul/mendekati aliran turbulen (bilangan renold 0,0146x10-3)
dengan bukaan 40%, laju alir 1,666x10-4 m/s terbentuk aliran turbulen (bilangan
renold 13,26x10-3) dengan bukaan 60%, dan terakhir 0,289x10-4 m/s kembali
terbentuk aliran transisi (bilangan renold 2,3x10-3) untuk bukaan 90%.

Bilangan renold merupakan bilangan tanpa dimensi yang dapat membedakan


suatu

aliran.

Dilihat

dari

kecepatan

aliran

(menurut

Mr

Renold)

diasumsikan/dikatagorikan bila aliran laminar tersebut mempunyai bilangan Re


kuran dari 2300, untuk aliran transisi berada pada bilanga Re diatas 2300,
sedangkan aliran turbulan terbentuk dengan bilangan Re 4000 lebih. Laju alir

20

berubah dipengaruhi oleh besarnya bukaan valve yang menghambat lajunya aliran
pada pipa. Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan aliran, karena distribusi
kecepatan pada lairan laminar dan aliran turbulen berbeda maka koefisien gesek
berbeda pula untuk masing-masing jenis aliran. (Gibbs,1990)

4.2.3 Hubungan perbandingan antara bukaan dengan laju alir pada ventury meter.

Grafik Perbandingan antara Bukaan dengan laju alir


pada Venturymeter
0.00010

0.00006

laju alir (m /s)

0.00008

0.00004

0.00002

0.00000

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Bukaan

Pada gambar 3. ini terlihat jelas perbedaan laju alir pada setiap bukaan. Pada
bukaan 20% laju alir yang di dapat adalah 9,785x10-5 m3/s, kemudian pada bukaan
40% didapatkan laju alirnya adalah 6,9x10-5 m3/s. Lalu untuk bukaan 60% didapat
laju alirnya adalah 6,9x10-5 m3/s. Dan yang paling terakhir dengan bukaan 90%
laju alir yang didapatkan adalah 2,17x10-9m3/s.
Semakin besar diameter yang digunakan pada pipa tersebut, maka semakin
besarnlaju alir yang didapatkan. tetapi kita bisa melihat pada grafik pada bukaan
40% dan 60% terjadi laju alir yang sama yaitu 6,9x10-5 m3/s. Mungkin hal ini
terjadi karena salah tingkat ketelitian (human error). Semakin kecil suatu diameter
yang digunakan, maka laju alir yang di peroleh semakin kecil, begitu juga
sebaliknya. (Gibbs, K. 1990)

21

4.2.4 Hubungan perbandingan bilangan reynold pada setiap bukaan pada ventury
meter.

Grafik Perbandingan antara bukaan dengan


Bilangan Reynold pada Venturymeter
0.010
0.009

Bilangan Reynold

0.008
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Bukaan

Gambar 4. ini menunjukkan perbedaan antara bilangan renold pada setiap bukaan.
Pada bukaan 20% maka diperoleh bilangan reynoldnya 9,86x10-3. kemudian pada
bukaan 40% maka diperoleh bilangan reynoldnya 6,98x10-3. lalu pada bukaan
60% maka diperoleh bilangan reynoldnya 6,98x10-3. dan untuk bukaan 90% maka
diperoleh bilangan reynoldnya yaitu 21,9x10-3.
Seperti yang diketahui bahwa semakin besar suatu bukaan maka bilangan reynold
yg didapatkan semakin besar, akan tetapi kita bisa melihat bahwa pada bukaan
40% dan 60% terjadi atau terdapat bilangan reynold yang sama, mungkin hal ini
terjadi karena kesalahan/tingkat ketelitian (human error). bilangan pada bukaan
tersebut yaitu sama sama 6,98x10-3 m3/s.(Gibbs, K. 1990)

22

4.2.5 Hubungan perbandingan antara bukaan dengan laju alir pada orificemeter.

Grafik Perbandingan antara Bukaan dengan


Laju Alir pada Orificemeter

0.0035

0.0025

Laju Alir (m /s)

0.0030

0.0020

0.0015

0.0010
10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Bukaan

Gambar 5. ini menunjukkan perbandingan antara bukaan dengan laju alir pada
orifice meter. Pada grafik tersebut kita bisa melihat bahwa pada bukaan 20% laju
alir yang didapatkan yaitu 4,1x10-5. Pada bukaan 40% didapat laju alirnya yaitu
0,649x10-4. Kemudian pada bukaan 60% laju alir yang didapatkan yaitu 1,666x104

. Dan pada bukaan 90%, maka laju alir yang didapatkan yaitu 0,289x10-4.

Seperti yang didapatkan didalam teori bahwa semakin besar laju alir maka
semakin besar diameter yang digunakan, seperti yang terlihat pada grafik yaitu
antara bukaan 60% - 90% terjadi kenaikan kembali walaupun sebelumnya terjadi
penurunan dari bukaan 20% - 60%. mngkin hal ini disesabkan karena kesalahan
dalam ketelitian (human error). (Martin, Konginan. 2000).

23

4.2.6 Hubungan perbandingan antara bukaan dengan bilangan reynold pada


orificemeter.

Grafik Perbandingan Antara Bukaan dengan


Bilangan Reynold pada Orificemeter

0.0035

bilangan reynold

0.0030

0.0025

0.0020

0.0015

0.0010
10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

bukaan

Gambar 6. ini menunjukkan perbandingan antara bukaan dengan bilangan reynold


pada orifice meter. Pada grafik diatas kita bisa melihat pada bukaan 20% bilangan
reynold yang dihalsikan yaitu 3,27x10-3. Pada bukaan 40%bilangan reynold yang
dihasilkan yaitu 0,0146x10-3. pada bukan 60% bilangan reynold yang didapatkan
yaitu13,26x10-3. dan pada bukaan 90% bilangan reynold yang didapatkan yaitu
2,3x10-3.
Berdasarkan teori yang telah kita ketahui bahwa semakinbesar suatu bukaan maka
bilangan reynold numbernya semakin tinggi. Namun, hasil yang kami dapati
kurang teliti sehingga bukaan 20% - 60% menurun, lalu pada 90% bukan naik
kembali.(Martin, Konginan. 2000)

24

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Kecepatan aliran fluida dapat mempengaruhi bilangan renoldnya
2. Suatu aliran dapat dibedakan berdasarkan bilangan renoldnya, bila aliran
laminar tersebut mempunyai bilangan Re kuran dari 2300, untuk aliran
transisi berada pada bilangan Re diatas 2300, sedangkan aliran turbulan
terbentuk dengan bilangan Re 4000 lebih.
3. Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan aliran karena distribusi
kecepatan pada aliran lamiran dan turbulen berbeda

5.2 Saran
1. Pada percobaan ini sebaiknya dilakukan pada bukaan yang lebih kecil
agar tekanan pada orifice dan venture bernilai besar
2. Sebaiknya pada proses penentuan analisa berapa tekanan pada manometer
H2Otidak ada udara yang keluar karena dapat mengurangi keakuratan
manometer maka dari itu harus ditutup rapat.

25

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/fluida
Gibbs, K. 1990. Advanced Physic. New York; Cambridge University Press
Martin, Konginan. 2000. Fisika SMU. Jakarta; Erlangga
Tim Dosen Fisika ITS. 2002. Fisika I. Surabaya; Penerbit ITS

26

LAMPIRAN I
DATA PENGAMATAN

Parameter:
Diameter venture (D1) = 0.015 m, (D2) = 0.035 m
Diameter orifice (D1) = 0.019 m, (D2) = 0.035
Percepatan grafitasi = 9.81 m/detik
Densitas air = 996.2009 kg/m3
Viscositas () = 0.8392x10-3

Bukaan

Data percobaan venture

Debit alir

meter

Q (L/menit)

h1 (cm)

h2 (cm)

20%

3.8

2.9

20

40%

4.0

2.5

20

60%

3.5

4.0

20

90%

0.5

0.3

1.4

Bukaan

Data percobaan orifice meter

Debit alir

h1 (cm)

h2 (cm)

Q (L/menit)

20%

2.5

2.4

20

40%

2.3

2.0

20

60%

2.5

1.7

20

90%

0.3

0.2

1.4

27

LAMPIRAN II
PERHITUNGAN

Venturi Meter
1. Bukaan 20%
Pressure drop (dP) pada venture meter
(

)
(

)(

)(

Diameter hulu (D1) = 0.035 meter


Diameter hilir (D2) = 0.015 meter

Kecepatan aliran fluida pada venture meter, diasumsikan koefisien venture


(Cv) = 0.87

Maka laju alir volumetric


(

)(

28

Bilangan Renold:
(

)(

)(

2. Bukaan 40%
Pressure drop (dP) pada venture meter
(

)
(

)(

)(

Diameter hulu (D1) = 0.035 meter


Diameter hilir (D2) = 0.015 meter

Kecepatan aliran fluida pada venture meter, diasumsikan koefisien venture


(Cv) = 0.87

Maka laju alir volumetric


(

)(

Bilangan Renold:
(

)(

)(

29

3. Bukaan 60%
Pressure drop (dP) pada venture meter
(

)
(

)(

)(

Diameter hulu (D1) = 0.035 meter


Diameter hilir (D2) = 0.015 meter

Kecepatan aliran fluida pada venture meter, diasumsikan koefisien venture


(Cv) = 0.87

Maka laju alir volumetric


(

)(

Bilangan Renold:
(

)(

)(

4. Bukaan 90%
Pressure drop (dP) pada venture meter
(

)
30

)(

)(

Diameter hulu (D1) = 0,035 meter


Diameter hilir (D2) = 0,015 meter

Kecepatan aliran fluida pada venture meter, diasumsikan koefisien venture


(Cv) = 0.87

Maka laju alir volumetric


(

)(

Bilangan Renold:
(

)(

)(

Orifice Meter
1. Bukaan 20%
Pressure drop (dP) pada orifice meter
(

)
(

31

)(

)(

Diameter lubang pada titik o (Do) = 0.019 meter


Diameter lubang pada titik 1 (D1) = 0.035 meter

Kecepatan aliran fluida pada venture meter, diasumsikan koefisien orifice


(Co) = 0.70

Maka laju alir volumetric


(

)(

Bilangan Renold:
(

)(

)(

2. Bukaan 40%
Pressure drop (dP) pada orifice meter
(

)
(
(

)
)(

)(

Diameter lubang pada titik o (Do) = 0,019 meter

32

Diameter lubang pada titik 1 (D1) = 0,035 meter

Kecepatan aliran fluida pada venture meter, diasumsikan koefisien orifice


(Co) = 0.70

Maka laju alir volumetric


(

)(

)(

Bilangan Renold:
)(

3. Bukaan 60%
Pressure drop (dP) pada orifice meter
(

)
(
(

)
)(

)(

Diameter lubang pada titik o (Do) = 0,019 meter


Diameter lubang pada titik 1 (D1) = 0,035 meter

33

Kecepatan aliran fluida pada venture meter, diasumsikan koefisien orifice


(Co) = 0.70

Maka laju alir volumetric


(

)(

Bilangan Renold:
(

)(

)(

4. Bukaan 90%
Pressure drop (dP) pada orifice meter
(

)
(

)(

)(

Diameter lubang pada titik o (Do) = 0,019 meter


Diameter lubang pada titik 1 (D1) = 0,035 meter

Kecepatan aliran fluida pada venture meter, diasumsikan koefisien orifice


(Co) = 0.70

)
34

Maka laju alir volumetric


(

)(

Bilangan Renold:
(

)(

)(

35

LAMPIRAN III
GAMBAR ALAT

36

Вам также может понравиться