Вы находитесь на странице: 1из 15

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I.

Data Umum
1.

Nama Kepala Keluarga (KK)

2.

Usia

: 48 tahun

3.

Pendidikan

: SMP

4.

Pekerjaan

: Pedagang

5.

Alamat

: Kp. Lain RT. 9 RW. 19 Kel. Depok

6.

Komposisi Anggota Keluarga


Nama
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Ibu U
An. M
An. H
An. A
An. L

: Bp. S

Jenis

Hub dgn

Kelamin
P
P
L
L
L

KK
Istri
Anak
Anak
Anak
Anak

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

40 thn
16 thn
14 thn
9,5 thn
5 thn

SMP
SMA Kls. 2
SMP Kls. 2
SD Kls. 4
-

Dagang gorengan
Siswa
Siswa
Siswa
-

Genogram :

Bp. S (48 th)


TB Paru

An. M(16 th)


Tifus, Maag

Ibu U (40 th)


Sinusitis

An. A (5 th)
ISPA/OMA

Keterangan Genogram :
: Laki-laki

: garis pernikahan

: Perempuan

: garis keturunan

: Meninggal

: tinggal serumah

Ayah Bp. S telah meninggal karena tumor otak. Ibu U mengatakan tidak
mengetahui penyebab kematiannya. Ibu Bp. S pernah mengalami penyakit flek
juga. Ayah Ibu U meninggal karena asma, dan ibunya meninggal karena depresi

(tidak mau makan akibat depresi). Adik ke-6 Ibu U meninggal karena
kecelakaan kereta api dan adik ke-7 meninggal karena over dosis NARKOBA.
7.

Tipe keluarga

8.

Suku bangsa

9.

Agama

: Keluarga inti
: Sunda
: Islam

Keluarga melakukan sholat 5 waktu. Bp. S dan anak yang laki-laki terkadang
sholat berjamaah di masjid. Bila sore hari, An. L belajar mengaji di masjid. An.
M dulu pernah mengajar mengaji sewaktu tinggal di RT 04/RW 19 Kel. Depok.
Namun sejak pindah di tempat tinggal sekarang, An. M tidak pernah melakukan
kegiatan tersebut.
10.

Status sosial ekonomi keluarga

: Keluarga menengah kebawah.

Penghasilan Bp. S tidak tetap. Bila mendapat barang dagangan sayuran, buahbuahan, atau bumbu dapur biasanya mendapat Rp 30.000,00 Rp 35.000,- per
hari. Namun kadang juga tidak mendapatkan penghasilan sama sekali. Ibu S
berdagang gorengan di sekolah untuk membantu perekonomian keluarganya.
Rata-rata penghasilan keluarga tiap bulan + Rp 700.000,11.

Aktivitas rekreasi keluarga


Keluarga tidak pernah mengadakan kegiatan rekreasi keluar rumah. Terkadang
An. M mengikuti rekreasi di sekolahnya atas bantuan biaya dari sekolahnya.
Hiburan yang dimiliki keluarga adalah dengan menonton televisi. Selain itu,
hiburan yang dimiliki oleh anak-anaknya adalah dengan bermain secara sendiri
maupun dengan teman sebaya di lingkungannya.

II.

Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


12.

Tahap perkembangan keluarga saat ini : Keluarga dengan anak


remaja.
An. M termasuk dalam fase middle adolescence yang dilalui saat remaja berusia
15 hingga18 tahun. An. M telah menemukan jati dirinya sebagai remaja
muslimah yang aktif di kegiatan OSIS. Ia ingin sekali mengisi masa remajanya
dengan kegiatan yang bermanfaat.

Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja pada keluarga Bp. S:


a.

Menyeimbangkan kebebasan yang bertanggung jawab


ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri. Tugas ini sudah terpenuhi
karena an. M sudah aktif di kegiatan OSIS. An. M sering pulang setelah
maghrib karena banyaknya kegiatan OSIS di sekolahnya.

b.

Memfokuskan kembali hubungan perkawinan. Bp. S


dan Ibu U sering mendiskusikan bila ada masalah, khususnya masalah
ekonomi keluarga. Meskipun Ibu U sering mengeluh karena masalah
ekonomi, namun semua diterima dengan ikhlas sebagai konsekuensi
menikah dengan orang yang disayanginya. Walaupun Bp. S cenderung
pendiam, namun sering menasihati Ibu U tentang kehidupan.

c.

Berkomunikasi terbuka antara orang tua dan anak-anak.


An. M sering bercerita kepada Ibu U tentang kegiatannya dan bila ada
masalah.

13.

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


------

14.

Riwayat keluarga inti


Bp. S berasal dari Cilacap, dan Ibu U berasal dari Depok. Mereka menikah pada
tahun 1990. Keduanya bertemu waktu dulu bekerja di Cibinong sebagai
karyawan pabrik. Setelah itu menikah dan tinggal terpisah dari orang tua.

15.

Riwayat keluarga sebelumnya


Keluarga Bp. S berasal dari Cilacap dan keluarga Ibu U berasal dari Depok.
Walaupun berDepok budaya, namun tidak terjadi konflik budaya antara
keluarga Bp. S dan Ibu U. Hubungan dengan keluarga besar baik. Keluarga
besar Bp. S berada di Cilacap jadi jarang berkunjung. Bp. S jarang ke Cilacap
karena alasan biaya. Biasanya keluarga besar Ibu U berkumpul saat hari raya
Idul Fitri.

III.

Lingkungan
16.

Karakteristik rumah

Rumah berukuran 5 m x 7 m. Rumah berdiri di tanah milik PJKA di dekat


Stasiun Depok Baru. Rumah tersebut dibangunkan oleh saudara-saudaranya.
Dinding sebagian terbuat dari bilik bambu dan sebagian lagi dari kayu. Terdapat
sebuah jendela kaca namun tidak dapat dibuka. Ventilasi hanya berasal dari
pintu yang dibuka dari pagi hingga sore hari bila anggota keluarga ada di rumah.
Atap rumah terbuat dari asbes dan tidak mempunyai genting kaca. Lantai dari
semen dan disapu tiap hari.
Denah rumah :
Kamar Mandi
Kamar Tidur

Dapur
7m

Kamar Tidur

R. Tamu
5m
17.

Karakteristik tetangga dan komunitas :


Pemukiman termasuk dalam perumahan yang sangat padat penduduk. Rumah
antar warga umumnya sempit, saling berdekatan dan tidak mempunyai halaman.
Tetangga mayoritas adalah penduduk pendatang dengan pekerjaan pemulung,
pengemis, buruh pabrik, pedagang kecil dan sebagainya. Warga sekitar rumah
Bp. S merupakan warga pendatang sehingga terdiri dari berbagai macam suku
(mayoritas adalah Jawa, Sunda, dan Betawi). Sebagian besar warga beragama
Islam dan mempunyai status sosial ekonomi menengah ke bawah. Ibu-ibu
setempat mempunyai perkumpulan pengajian setiap hari Selasa siang.

18.

Mobilitas geografis keluarga


Selama 8 tahun, keluarga tinggal mengontrak di RT. 4/RW. 19 Kel. Depok.
Setelah itu selama 5 tahun, keluarga pindah mengontrak di RT. 6/RW. 19 Kel.
Depok. Selama 2 tahun terakhir, keluarga tinggal di RT. 9/RW. 19 Kel. Depok.

19.

Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyakarat

Keluarga aktif mengikuti pengajian yang ada di lingkungan sekitar. An. M


sebelum pindah, aktif mengajar mengaji. Saat ini An. M aktif mengikuti
kegiatan OSIS di sekolahnya. Anak-anak yang lain juga terlihat berinteraksi
dengan teman-teman sebayanya. Bila tidak sedang berdagang atau mempunyai
kesibukan, Ibu U mengikuti arisan dan pengajian yang ada di lingkungannya.
20.

Sistem pendukung keluarga


An. A mendapat bantuan biaya sekolah dari LSM ISCO (International School
Children Organization). An. M sudah didata untuk didaftarkan sebagai
penerima biaya pendidikan dari Lembaga Amil Zakat (Rumah Zakat). Keluarga
belum mempunyai jaminan sosial dan ingin sekali memiliki SKTM (Surat
Keterangan Tidak Mampu) agar dapat berobat dengan gratis. Ibu U menanyakan
tentang rumah sakit gratis untuk masyarakat tidak mampu di Ciputat (Layanan
Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa) agar keluarganya bisa berobat dengan
gratis.

IV.

Struktur Keluarga
21.

Pola komunikasi keluarga


Komunikasi dilakukan secara dua arah. Bp. S dan Ibu U sering membicarakan
masalah keluarga secara pribadi berdua. Ibu U mengatakan Bp. S adalah
seorang yang pendiam sehingga Ibu U yang seringkali mengimbangi membuka
komunikasi dengan Bp. S.

22.

Struktur kekuatan keluarga


Pengambil keputusan tertinggi adalah ayah. Untuk urusan kehidupan seharihari, keputusan diambil oleh ibu. Misalnya pengambilan keputusan terkait
kegiatan sekolah anak-anaknya maupun kegiatan di rumah. Bila Ibu U sudah
tidak mampu mengambil keputusan, biasanya Ibu U meminta masukan Bp. S.
Semua anggota keluarga di rumah, sangat takut kepada Bp. S.

23.

Struktur peran keluarga


Peran formal:
Bp. S berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari keluarga. Ibu U berperan sebagai ibu rumah tangga, yang
mengatur keuangan yang ada serta mendidik dan mengasuh anak. An. M

bertugas untuk belajar dan membantu Ibu U dalam mengerjakan pekerjaan


rumah tangga. An. H dan An. A hanya mempunyai tugas untuk belajar dengan
sebaik-baiknya, dan An. L belum mempunyai tanggung jawab di keluarga. Ibu
U berharap anak-anaknya menurut dan mau mengerti kondisi keluarga yang
kekurangan sehingga tidak menuntut semua keinginan mereka dapat dipenuhi.
Peran informal:
Sejak masuk SMP, An. H terkadang ikut membantu mengatur parkir mobil
untuk menambah uang jajannya. Bila ada masalah dalam keluarga, biasanya Ibu
U yang berusaha untuk memecahkan masalah dengan mengajak diskusi anakanaknya.
24.

Nilai dan norma budaya


Bp. S mempunyai tradisi menyediakan makanan dan minuman kesukaan
ayahnya yang sudah meninggal saat sedang mempunyai hajat. Bp. S
mempunyai keyakinan bahwa ayahnya hadir saat hajatan tersebut. Namun, Ibu
U tidak mempercayainya dan mengatakan bahwa suaminya mempunyai
kepercayaan animisme. Keluarga tidak mempunyai pantangan makanan selain
yang dilarang oleh Agama Islam. Semua anggota keluarga makan dengan menu
yang sama. Tidak terdapat peraturan khusus di rumah Bp. S, misalnya jam tidur
siang, jam belajar, atau pendampingan saat nonton televisi bagi anak-anak.

V.

Fungsi Keluarga
25.

Fungsi afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi. Orang tua tidak memDepokDepokkan dalam memberikan kasih sayangnya. Ibu U mengatakan bahwa
semua anak lebih dekat kepadanya dibanding suaminya. An. M terlihat
mengasuh adik bungsunya dengan sabar. Ibu U dan Bp. S terlihat sayang kepada
anak-anaknya. Saat kunjungan, tampak Ibu U dan Bp. S memangku dan
mengelus kepala An. A. An. A dan An. L kadang terlihat akur dan kadang
terlihat saling berkelahi.

26.

Fungsi sosialisasi
Ibu U mengatakan berusaha berkata halus dan sabar kepada anak-anaknya,
namun bila kesabarannya habis, Ibu U berkata kasar dan tidak segan-segan

memukul anaknya dengan sapu atau alat lain yang ada. Saat kunjungan terlihat
Ibu U menampar An. L yang ingin bermain petasan di dekat rumah.
Sebelumnya, Ibu U berusaha menjelaskan dengan halus kepada An. L agar
bermain petasan di lapangan agar tidak terjadi kebakaran, mengingat banyak
rumah yang terbuat dari bilik dan kayu. Namun An. L tetap ingin bermain
petasan di rumah. Setelah Ibu U tidak berhasil memberi peringatan dengan katakata keras, akhirnya Ibu U menampar An. L sekali dengan keras. Ibu U
menanyakan bagaimana cara mendidik anak baik agar anak menurut perkataan
orang tuanya. Menurut Ibu U, kekerasan bukan jalan yang terbaik, namun Ibu
tidak tahu lagi bagaimana mengatasi anaknya bila berperilaku melewati batas
kenakalannya.
27.

Fungsi perawatan keluarga


a.

TB Paru
Bp. S menderita TB Paru sejak 3 bulan yang lalu dan mulai berobat di
Puskesmas sejak 11 Mei 2007. Bp. S mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakitnya (pengertian, penyebab, tanda gejalanya). Bp. S mengatakan
mungkin penyebab penyakitnya adalah kerja malam. Bp. S mengatakan
tidak mengetahui hubungan merokok dengan penyakit TBC-nya. Ibu U
mengatakan bahwa penyebab penyakit flek Bp. S berasal dari merokoknya.
Ibu U mengatakan takut bila anak An. M tertular penyakit Bp. S karena An.
M masih mengalami batuk berdahak, walaupun setelah diperiksakan ke
Puskesmas, hasil tes BTA dinyatakan negatif. Keluarga sudah mampu
mengambil keputusan untuk merawat Bp. S yang sakit TB Paru. Bp. S ada
keinginan untuk berhenti merokok, namun saat ini belum mampu untuk
berhenti merokok karena merasa dingin saat bekerja malam hari. Sampai
sejauh ini, Bp. S belum mempunyai upaya khusus untuk berhenti merokok.
Bp. S mengatakan bila tidak diobati, penyakitnya bisa bertambah parah dan
tidak ada yang tahu panjangnya usia seseorang (dipersepsikan dapat
menyebabkan kematian). Bp. S minum obat dari Puskesmas secara rutin
pada pagi hari sebelum makan. Selama puasa, Bp. S pernah lupa minum
obat sebelum makan. Ibu S tetap menyarankan minum obat setelah makan.
Tidak ada riwayat putus pengobatan TB Paru. Ibu U mengatakan cara
perawatan TBC adalah dengan tidak boleh menggunakan alat makan

bersama dan tidur secara terpisah. Menurut data dari angket Bp. S
menyatakan membuang dahak di WC dan menutup mulut bila batuk.
Menurut data angket, Bp. S mengkonsumsi 3-5 batang rokok sehari. Bp. S
mengatakan merokok hanya malam hari saat bekerja untuk menghilangkan
rasa dingin. Keluarga hanya membuka pintu selama ada anggota keluarga
ada di rumah, karena pintu merupakan satu-satunya ventilasi udara yang ada
di rumah tersebut. Keluarga Bp. S berobat di Puskesmas dan secara rutin
mengambil obat di Puskesmas seminggu sekali. Keluarga tidak tahu jenis
obat dan manfaatnya. Keluarga jarang bertanya mengenai kondisinya
kepada petugas Puskesmas terkait sakit yang diderita Bp. S. Saat ini An. M
mengalami batuk berdahak. Setelah diperiksakan dahaknya ke Puskesmas
selama 3x, hasil pemeriksaan BTA negatif.
b.

Tifus
An. M pernah menderita tipus waktu kelas 3 SMP, dan mengalami over
dosis obat pemberian dokter saat itu. Seminggu yang lalu diperkirakan
penyakit tipusnya kambuh dan telah berobat jalan di Puskesmas. Keluarga
tidak mampu untuk memeriksakan laboratorium untuk memastikan penyakit
An. M karena alasan biaya. An. M memperoleh ijin libur untuk istirahat di
rumah hingga tanggal 19 September 2007. Hasil pengkajian fisik saat
kunjungan tanggal 12 September 2007:
T = 110/70 mmHg

S = 38OC (fluktuatif)

N = 80 x/menit

P = 12 x/menit

Lidah kotor, konjungtiva agak anemis.


Ibu U dan An. M mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya (pengertian, penyebab, dan tanda-gejala). Ibu U mengatakan
demam yang dialami An. M tidak menentu (naik-turun). An. M mengatakan
bila penyakit tipus tidak diatasi dapat menyebabkan kekambuhan lagi. Saat
An. M sakit, Ibu U memberikan makanan yang sama dengan anggota
keluarga yang lain. An. M kadang lupa meminum obat dari dokter. Saat
demam, An. M hanya meminum cairan paling banyak 4 gelas sehari. An. M
makan hanya 12 x sehari karena nafsu makannya menurun. Ibu U berusaha
terus menemani An. M saat sakit. Ibu U berusaha memberikan makanan
yang disukai An. M agar An. M mau makan. Saat kunjungan, An. M

mengalami demam sudah 3 hari dan sudah berobat ke Puskesmas. An. M


diperkirakan mengalami gejala tipus. Namun belum dapat dipastikan karena
keluarga tidak mempunyai uang untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
darah. Menurut Ibu U, An. M paling takut bila dibawa berobat ke dokter
karena pernah mengalami over dosis obat pemberian dokter. Pada saat
kunjungan, obat tinggal tersisa untuk satu hari, namun An. M takut untuk
melakukan kontrol penyakitnya di Puskesmas. Keluarga tidak mengetahui
nama obat dan manfaatnya. An. M hanya meminum obat sesuai dengan
anjuran yang tertulis di label obat. An. M mampu dan mau berkomunikasi
dengan baik. Ibu U mengatakan mungkin An. M kecapekan karena kegiatan
OSIS di sekolahnya dan tidak mau makan secara teratur sehingga mudah
sakit.
c.

ISPA dan OMA


Saat ini An. L baru pulang dari rumah sakit karena diare. Ibu U mengatakan
penyebab diare An. L adalah karena banyak minum es dan bila bermain air
hujan. Ibu U mengatakan telinga kiri An. L terdapat cairan kuning dan
berbau tidak enak. Ibu U mengatakan An. L sering mengalami diare (1 2
kali dalam 6 bulan). Ibu U mengatakan bila An. L terus-menerus mengalami
diare, dapat mengakibatkan kecerdasan anak menurun. Bila An. L
mengalami diare, Ibu U membelikan obat di warung (diapet). Untuk telinga
yang mengeluarkan cairan, Ibu U membersihkan dengan cotton bud dan air
hangat. Ibu U tidak mampu mencegah bila muncul keinginan An. L untuk
jajan es dan bermain air hujan. Saat An. L masih terlihat lemas dan
konsistensi BAB masih lembek 2x per hari, Ibu U tidak melarang anaknya
bermain dengan anak lain, dan sebaliknya. Ketika habis BAB, An. L
langsung diberikan oralit yang diperoleh dari RS. Ibu U selalu menyapu dan
mengepel rumah tiap hari. Ventilasi udara hanya berasal dari pintu rumah
yang dibuka dari pagi hingga malam hari (saat ada penghuni rumah). Ibu U
membawa An. L ke Puskesmas saat terjadi diare, dia mendapatkan bantuan
dari tetangga dan saudara untuk berobat ke RS. An. L tidak mengalami
gangguan pendengaran.

d.

Maag

An. M juga mengalami keluhan sakit maag yang sering kambuh karena
makan tidak teratur. An. M mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit
maag (pengertian, tanda gejala, dan penyebabnya). An. M hanya
mengatakan bahwa maag adalah sakit perut. Ibu U mengatakan maag An. M
sering kambuh karena sering terlambat makan. An. M mengatakan akibat
bila sakit maag tidak diatasi dapat dirawat di rumah sakit seperti ibu
temannya. An. M tidak mengetahui akibat pasti dari penyakit maag. Ia
mengatakan mungkin ibu temannya yang dirawat karena sakit maag karena
merasakan sakit yang luar biasa. An. M sering terlambat makan. Pola makan
hanya makan 2 kali sehari. Ibu U mengatakan An. M tidak memakan bekal
makanan yang dibawakan ibunya. An. M sering pulang malam karena
kesibukan kegiatan OSIS di sekolahnya. Saat nyeri maag muncul, An. M
hanya tidur dan Ibu U memberikan kompres hangat dengan botol berisi air
hangat di perutnya dan memberikan obat sakit maag. Keluarga tidak
mempunyai kebiasaan makan bersama. Ibu U dan Bp. S selalu
mengingatkan An. M untuk makan atau membawa bekal. Saat maag An. M
kambuh, keluarga membeli obat maag di warung. Menurut keluarga,
pelayanan kesehatan dibutuhkan hanya untuk mengambil obat dan
pemeriksaan kesehatan saja. Saat ini belum terkaji masalah psikososial yang
dialami An. M,
e.

Sinusitis
Ibu U mengatakan pernah menderita sinusitis, namun Ibu mengatakan hanya
menderita penyakit sinus dan pernah berobat pada tahun 2004 di RSCM. Ibu
U terkadang mengalami bersin-bersin, sakit kepala, dan bengkak di pipi
sebelah kiri bila terkena debu atau kedinginan. Ibu U mengatakan bahwa dia
didiagnosa sinus oleh dokter namun bukan sinusitis. Menurut persepsi Ibu
U, sinusitis berarti kanker di dalam hidungnya. Gejala yang dialami saat ini
adalah terkadang mengalami bersin-bersin, sakit kepala, mengeluarkan air
mata, hidung merah, dan bengkak di pipi sebelah kiri bila terkena debu atau
kedinginan. Ibu U mengatakan bahwa menurut dokter, penyakitnya berasal
dari sakit gigi yang menjalar ke hidungnya. Ibu U mengatakan bila penyakit
sinus-nya tidak diobati dapat menyebabkan sinusitis (kanker). Setelah
tidak berobat ke RSCM lagi, bila gejala penyakitnya muncul, Ibu U hanya
membeli obat di warung. Ibu U hanya meminum obat warung (Decolgen)

saat gejala penyakit muncul. Selain itu tidak ada lagi perawatan khusus yang
dilakukan untuk penyakitnya karena tidak tahu cara perawatan maupun
pencegahannya. Ibu U membersihkan rumah setiap hari. Saat membersihkan
rumah, Ibu U tidak menggunakan masker. Ventilasi hanya dari pintu yang
dibuka saat ada anggota keluarga di rumah. Saat ini, keluarga tidak
membawa ke fasilitas kesehatan kesehatan karena kendala biaya.
f.

Pola Asuh
Ibu U mengatakan anaknya sulit diatur. Bila sudah mempunyai keinginan
harus dipenuhi. Ibu juga mengatakan bahwa An. L sering berkata jorok.
Menurut Ibu U, An. L berperilaku demikian karena pengaruh dari pergaulan
dengan anak-anak tetangga di lingkungan sekitarnya. Ibu U berpendapat
bahwa kelak anaknya akan malu dengan sendirinya bila berkata atau
bertindak tidak sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Ibu U tidak
mengetahui akibatnya bila anaknya tidak diasuh sesuai dengan yang
seharusnya. Ibu U mengatakan bahwa ia bersikap baik bila anak-anaknya
bersikap manis, namun bila ada An. A atau An. L nakal kadang ia berkatakata kasar, memukul anaknya dengan menggunakan benda yang ada di
sekitarnya, dan mengoleskan sambal ke mulut anaknya karena anak berkata
jorok. Ibu U tidak mengetahui bagaimana caranya mengasuh anaknya. Ibu U
menanyakan bagaimana caranya mengasuh anaknya agar tidak nakal. Saat
kunjungan terlihat Ibu U sedang menampar An. L karena merengek meminta
uang jajan disaat Ibu U sedang sibuk. Setelah itu An. L menangis. Tugas
mengasuh anak hanya menjadi tugas ibu (ayah kurang terlibat dalam
mengasuh anak). Ibu U tidak membatasi anaknya bergaul dengan siapa saja.
Tidak ada jam menonton TV khusus dan orang tua tidak mendampingi anak
saat nonton TV. Anak boleh bermain di rumah, kecuali ketika bermain
petasan, Ibu U tidak memperbolehkan anak bermain di dekat rumah karena
banyak rumah yang berdinding tidak permanen. Namun, anak memaksa
hingga ibu memukul anaknya dan tetap tidak mengijinkan. Tampak anak
bergaul bebas dengan teman-teman sebayanya. Keluarga tidak
memanfaatkan fasilitas kesehatan tertentu dalam mengasuh anaknya.
Keluarga juga belum pernah mendapatkan informasi mengenai pola asuh
yang sesuai untuk anaknya.

VI.

Stres dan Koping Keluarga


28.

Stressor jangka pendek


Ibu U mengatakan bahwa selalu memikirkan ekonomi keluarga yang serba
kekurangan.

29.

Kemampuan keluarga berespons terhadap masalah


Ibu U sering mengatakan sudah capek menjadi orang miskin. Bila Ibu
mengatakan hal tersebut, Bp. S hanya diam saja. Namun, bila Ibu U terus
mengatakan hal tersebut, Bp. S membentak Ibu U dan Ibu U langsung diam.

30.

Strategi koping yang digunakan


Keluarga berusaha dengan maksimal memenuhi kebutuhan keluarga. Bila
keuangan kurang, keluarga mengutamakan kebutuhan makan. Biaya sekolah
anak-anak biayanya dibayarkan bila sudah mempunyai rizki.

31.

Strategi adaptasi disfungsional


Sampai saat ini belum ditemukan adaptasi disfungsional.

32.

Pemeriksaan fisik
Terlampir.

VII.

Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga berharap perawat dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarganya dan membantu memberikan cara mengasuh anak agar anak tidak rewel.
Nama Perawat : ...........................................
Tanda Tangan :
Hari/Tanggal : Kamis, 20 September 2007

Ekstremitas

Warna dapat bergerak


bebas, ekstremitas dapat
bergerak bebas, tidak ada
bengkak dan lesi
Kekuatan otot :
555
555
555

DADA

Paru

555

Bpk. S
Inspeksi : Bentuk dada
elips (normal) dan
payudara simetris.
Tidak ada retraksi otototot rongga dada.
Palpasi : Taktil fremitus
vibrasi dirasakan sama
di setiap daerah dada
posterior.
Auskultasi : Tidak ada
suara nafas tambahan,
irama pernafasan
reguler.
Perkusi : resonan pada
setiap daerah punggung
klien.

Warna dapat bergerak


bebas, ekstremitas dapat
bergerak bebas, tidak ada
bengkak dan lesi
Kekuatan otot :

Warna dapat bergerak


bebas, ekstremitas dapat
bergerak bebas, tidak ada
bengkak dan lesi
Kekuatan otot :

555

555

555

555

555

555

555

555

Ibu U
Inspeksi : Bentuk dada
elips (normal) dan
payudara simetris.
Tidak ada retraksi otototot rongga dada.
Palpasi : Taktil fremitus
vibrasi dirasakan sama
di setiap daerah dada
posterior.
Auskultasi : Tidak ada
suara nafas tambahan,
irama pernafasan
reguler.
Perkusi : resonan pada
setiap daerah punggung
klien.

An. M
Inspeksi : Bentuk dada
elips (normal) dan
payudara simetris.
Tidak ada retraksi otototot rongga dada.
Palpasi : Taktil fremitus
vibrasi dirasakan sama
di setiap daerah dada
posterior.
Auskultasi : Tidak ada
suara nafas tambahan,
irama pernafasan
reguler.
Perkusi : resonan pada
setiap daerah punggung
klien.

Warna dapat bergerak


bebas, ekstremitas dapat
bergerak bebas, tidak ada
bengkak dan lesi
Kekuatan otot :
555
555
555

555

An. H
Inspeksi : Bentuk dada
elips (normal) dan
payudara simetris.
Tidak ada retraksi otototot rongga dada.
Palpasi : Taktil fremitus
vibrasi dirasakan sama
di setiap daerah dada
posterior.
Auskultasi : Tidak ada
suara nafas tambahan,
irama pernafasan
reguler.
Perkusi : resonan pada
setiap daerah punggung
klien.

Warna dapat bergerak


bebas, ekstremitas dapat
bergerak bebas, tidak ada
bengkak dan lesi
Kekuatan otot :
555
555
555

555

An. A
Inspeksi : Bentuk dada
elips (normal) dan
payudara simetris.
Tidak ada retraksi otototot rongga dada.
Palpasi : Taktil fremitus
vibrasi dirasakan sama
di setiap daerah dada
posterior.
Auskultasi : Tidak ada
suara nafas tambahan,
irama pernafasan
reguler.
Perkusi : resonan pada
setiap daerah punggung
klien.

Warna dapat bergerak


bebas, ekstremitas dapat
bergerak bebas, tidak ada
bengkak dan lesi
Kekuatan otot :
555
555
555

555

An. L
Inspeksi : Bentuk dada
elips (normal) dan
payudara simetris.
Tidak ada retraksi otototot rongga dada.
Palpasi : Taktil fremitus
vibrasi dirasakan sama
di setiap daerah dada
posterior.
Auskultasi : Tidak ada
suara nafas tambahan,
irama pernafasan
reguler.
Perkusi : resonan pada
setiap daerah punggung
klien.

Jantung

PERUT

GENETALIA DAN
ANUS

Inspeksi : Ictus cordis


tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis
terasa di
Auskultasi : Suara jantung
murni.
Perkusi : suara dullness di
atas jantung.
Inspeksi : Perut datar.
Palpasi : Perut terasa
lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba
massa, hepar tidak
teraba.
Auskultasi : Bising usus
12 x/menit.
Perkusi : suara timpani.
tidak dikaji

Inspeksi : Ictus cordis


tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis
terasa di
Auskultasi : Suara jantung
murni.
Perkusi : suara dullness di
atas jantung.
Inspeksi : Perut datar .
Palpasi : Perut terasa
lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba
massa, hepar tidak
teraba.
Auskultasi : Bising usus
12 x/menit.
Perkusi : suara timpani.
tidak dikaji

Inspeksi : Ictus cordis


tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis
terasa di
Auskultasi : Suara jantung
murni.
Perkusi : suara dullness di
atas jantung.
Inspeksi : Perut cekung
Palpasi : Perut terasa
lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba
massa, hepar tidak
teraba.
Auskultasi : Bising usus
12 x/menit.
Perkusi : suara timpani.
tidak dikaji

Inspeksi : Ictus cordis


tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis
terasa di
Auskultasi : Suara jantung
murni.
Perkusi : suara dullness di
atas jantung.
Inspeksi : Perut datar.
Palpasi : Perut terasa
lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba
massa, hepar tidak
teraba.
Auskultasi : Bising usus
12 x/menit.
Perkusi : suara timpani.
tidak dikaji

Inspeksi : Ictus cordis


tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis
terasa di
Auskultasi : Suara jantung
murni.
Perkusi : suara dullness di
atas jantung.
Inspeksi : Perut cembung.
Palpasi : Perut terasa
lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba
massa, hepar tidak
teraba.
Auskultasi : Bising usus
12 x/menit.
Perkusi : suara timpani.
tidak dikaji

Inspeksi : Ictus cordis


tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis
terasa di
Auskultasi : Suara jantung
murni.
Perkusi : suara dullness di
atas jantung.
Inspeksi : Perut cembung.
Palpasi : Perut terasa
lemas, tidak terdapat
nyeri tekan, tidak teraba
massa, hepar tidak
teraba.
Auskultasi : Bising usus
18 x/menit.
Perkusi : suara timpani.
tidak dikaji

Вам также может понравиться

  • MENINGKATKAN CITRA TUBUH
    MENINGKATKAN CITRA TUBUH
    Документ3 страницы
    MENINGKATKAN CITRA TUBUH
    LiaDewi Mustika Sari
    100% (1)
  • RENCANA KEPERAWATAN Malnutrisi
    RENCANA KEPERAWATAN Malnutrisi
    Документ2 страницы
    RENCANA KEPERAWATAN Malnutrisi
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Format Pengkajian Keluarga
    Format Pengkajian Keluarga
    Документ24 страницы
    Format Pengkajian Keluarga
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Renpra 1 Asfiksia
    Renpra 1 Asfiksia
    Документ3 страницы
    Renpra 1 Asfiksia
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • SPTK Berduka
    SPTK Berduka
    Документ2 страницы
    SPTK Berduka
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Patofisiologi Diare
    Patofisiologi Diare
    Документ2 страницы
    Patofisiologi Diare
    LiaDewi Mustika Sari
    100% (1)
  • Renpra 1 Asfiksia
    Renpra 1 Asfiksia
    Документ3 страницы
    Renpra 1 Asfiksia
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • SPTK Ansietas
    SPTK Ansietas
    Документ3 страницы
    SPTK Ansietas
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • ASFIKSIA
    ASFIKSIA
    Документ2 страницы
    ASFIKSIA
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • DEFINISI Malnutrisi (Gizi Buruk)
    DEFINISI Malnutrisi (Gizi Buruk)
    Документ2 страницы
    DEFINISI Malnutrisi (Gizi Buruk)
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • ASKEP 1 Perawatn Keluarga
    ASKEP 1 Perawatn Keluarga
    Документ10 страниц
    ASKEP 1 Perawatn Keluarga
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • KRITISI ASUHAN KEPERAWATAN HISPRUNG Fix Fix
    KRITISI ASUHAN KEPERAWATAN HISPRUNG Fix Fix
    Документ3 страницы
    KRITISI ASUHAN KEPERAWATAN HISPRUNG Fix Fix
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • ASFIKSIA
    ASFIKSIA
    Документ2 страницы
    ASFIKSIA
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Pemeriksaan Diagnostik Hirschprung
    Pemeriksaan Diagnostik Hirschprung
    Документ4 страницы
    Pemeriksaan Diagnostik Hirschprung
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • ANALISA DATA Defisit Pengetahuan
    ANALISA DATA Defisit Pengetahuan
    Документ2 страницы
    ANALISA DATA Defisit Pengetahuan
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • BAB II Kesehatan Ibu Dan Anak
    BAB II Kesehatan Ibu Dan Anak
    Документ43 страницы
    BAB II Kesehatan Ibu Dan Anak
    LiaDewi Mustika Sari
    100% (1)
  • Diagnosa 2
    Diagnosa 2
    Документ3 страницы
    Diagnosa 2
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Epidemiologi+ Pemeriksaan Diagnostik Prematuritas
    Epidemiologi+ Pemeriksaan Diagnostik Prematuritas
    Документ3 страницы
    Epidemiologi+ Pemeriksaan Diagnostik Prematuritas
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Askep 3
    Askep 3
    Документ5 страниц
    Askep 3
    Novian_Andriyanti
    Оценок пока нет
  • PENDAHULUAN Glomerulonefritis
    PENDAHULUAN Glomerulonefritis
    Документ4 страницы
    PENDAHULUAN Glomerulonefritis
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Rencana Asuhan Keperawatan - 2
    Rencana Asuhan Keperawatan - 2
    Документ1 страница
    Rencana Asuhan Keperawatan - 2
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Rencana Asuhan Keperawatan
    Rencana Asuhan Keperawatan
    Документ2 страницы
    Rencana Asuhan Keperawatan
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • PENATALAKSANAAN Inkontinensia Urin
    PENATALAKSANAAN Inkontinensia Urin
    Документ10 страниц
    PENATALAKSANAAN Inkontinensia Urin
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Pencegahan Asma
    Pencegahan Asma
    Документ4 страницы
    Pencegahan Asma
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Form Pengkajian
    Form Pengkajian
    Документ8 страниц
    Form Pengkajian
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Epidemiologi Heart Failure
    Epidemiologi Heart Failure
    Документ2 страницы
    Epidemiologi Heart Failure
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Pencegahan Asma
    Pencegahan Asma
    Документ4 страницы
    Pencegahan Asma
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
    Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
    Документ4 страницы
    Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет
  • Inkontinensia Urin
    Inkontinensia Urin
    Документ30 страниц
    Inkontinensia Urin
    LiaDewi Mustika Sari
    Оценок пока нет