Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I.
Data Umum
1.
2.
Usia
: 48 tahun
3.
Pendidikan
: SMP
4.
Pekerjaan
: Pedagang
5.
Alamat
6.
Ibu U
An. M
An. H
An. A
An. L
: Bp. S
Jenis
Hub dgn
Kelamin
P
P
L
L
L
KK
Istri
Anak
Anak
Anak
Anak
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
40 thn
16 thn
14 thn
9,5 thn
5 thn
SMP
SMA Kls. 2
SMP Kls. 2
SD Kls. 4
-
Dagang gorengan
Siswa
Siswa
Siswa
-
Genogram :
An. A (5 th)
ISPA/OMA
Keterangan Genogram :
: Laki-laki
: garis pernikahan
: Perempuan
: garis keturunan
: Meninggal
: tinggal serumah
Ayah Bp. S telah meninggal karena tumor otak. Ibu U mengatakan tidak
mengetahui penyebab kematiannya. Ibu Bp. S pernah mengalami penyakit flek
juga. Ayah Ibu U meninggal karena asma, dan ibunya meninggal karena depresi
(tidak mau makan akibat depresi). Adik ke-6 Ibu U meninggal karena
kecelakaan kereta api dan adik ke-7 meninggal karena over dosis NARKOBA.
7.
Tipe keluarga
8.
Suku bangsa
9.
Agama
: Keluarga inti
: Sunda
: Islam
Keluarga melakukan sholat 5 waktu. Bp. S dan anak yang laki-laki terkadang
sholat berjamaah di masjid. Bila sore hari, An. L belajar mengaji di masjid. An.
M dulu pernah mengajar mengaji sewaktu tinggal di RT 04/RW 19 Kel. Depok.
Namun sejak pindah di tempat tinggal sekarang, An. M tidak pernah melakukan
kegiatan tersebut.
10.
Penghasilan Bp. S tidak tetap. Bila mendapat barang dagangan sayuran, buahbuahan, atau bumbu dapur biasanya mendapat Rp 30.000,00 Rp 35.000,- per
hari. Namun kadang juga tidak mendapatkan penghasilan sama sekali. Ibu S
berdagang gorengan di sekolah untuk membantu perekonomian keluarganya.
Rata-rata penghasilan keluarga tiap bulan + Rp 700.000,11.
II.
b.
c.
13.
14.
15.
III.
Lingkungan
16.
Karakteristik rumah
Dapur
7m
Kamar Tidur
R. Tamu
5m
17.
18.
19.
IV.
Struktur Keluarga
21.
22.
23.
V.
Fungsi Keluarga
25.
Fungsi afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi. Orang tua tidak memDepokDepokkan dalam memberikan kasih sayangnya. Ibu U mengatakan bahwa
semua anak lebih dekat kepadanya dibanding suaminya. An. M terlihat
mengasuh adik bungsunya dengan sabar. Ibu U dan Bp. S terlihat sayang kepada
anak-anaknya. Saat kunjungan, tampak Ibu U dan Bp. S memangku dan
mengelus kepala An. A. An. A dan An. L kadang terlihat akur dan kadang
terlihat saling berkelahi.
26.
Fungsi sosialisasi
Ibu U mengatakan berusaha berkata halus dan sabar kepada anak-anaknya,
namun bila kesabarannya habis, Ibu U berkata kasar dan tidak segan-segan
memukul anaknya dengan sapu atau alat lain yang ada. Saat kunjungan terlihat
Ibu U menampar An. L yang ingin bermain petasan di dekat rumah.
Sebelumnya, Ibu U berusaha menjelaskan dengan halus kepada An. L agar
bermain petasan di lapangan agar tidak terjadi kebakaran, mengingat banyak
rumah yang terbuat dari bilik dan kayu. Namun An. L tetap ingin bermain
petasan di rumah. Setelah Ibu U tidak berhasil memberi peringatan dengan katakata keras, akhirnya Ibu U menampar An. L sekali dengan keras. Ibu U
menanyakan bagaimana cara mendidik anak baik agar anak menurut perkataan
orang tuanya. Menurut Ibu U, kekerasan bukan jalan yang terbaik, namun Ibu
tidak tahu lagi bagaimana mengatasi anaknya bila berperilaku melewati batas
kenakalannya.
27.
TB Paru
Bp. S menderita TB Paru sejak 3 bulan yang lalu dan mulai berobat di
Puskesmas sejak 11 Mei 2007. Bp. S mengatakan tidak mengetahui tentang
penyakitnya (pengertian, penyebab, tanda gejalanya). Bp. S mengatakan
mungkin penyebab penyakitnya adalah kerja malam. Bp. S mengatakan
tidak mengetahui hubungan merokok dengan penyakit TBC-nya. Ibu U
mengatakan bahwa penyebab penyakit flek Bp. S berasal dari merokoknya.
Ibu U mengatakan takut bila anak An. M tertular penyakit Bp. S karena An.
M masih mengalami batuk berdahak, walaupun setelah diperiksakan ke
Puskesmas, hasil tes BTA dinyatakan negatif. Keluarga sudah mampu
mengambil keputusan untuk merawat Bp. S yang sakit TB Paru. Bp. S ada
keinginan untuk berhenti merokok, namun saat ini belum mampu untuk
berhenti merokok karena merasa dingin saat bekerja malam hari. Sampai
sejauh ini, Bp. S belum mempunyai upaya khusus untuk berhenti merokok.
Bp. S mengatakan bila tidak diobati, penyakitnya bisa bertambah parah dan
tidak ada yang tahu panjangnya usia seseorang (dipersepsikan dapat
menyebabkan kematian). Bp. S minum obat dari Puskesmas secara rutin
pada pagi hari sebelum makan. Selama puasa, Bp. S pernah lupa minum
obat sebelum makan. Ibu S tetap menyarankan minum obat setelah makan.
Tidak ada riwayat putus pengobatan TB Paru. Ibu U mengatakan cara
perawatan TBC adalah dengan tidak boleh menggunakan alat makan
bersama dan tidur secara terpisah. Menurut data dari angket Bp. S
menyatakan membuang dahak di WC dan menutup mulut bila batuk.
Menurut data angket, Bp. S mengkonsumsi 3-5 batang rokok sehari. Bp. S
mengatakan merokok hanya malam hari saat bekerja untuk menghilangkan
rasa dingin. Keluarga hanya membuka pintu selama ada anggota keluarga
ada di rumah, karena pintu merupakan satu-satunya ventilasi udara yang ada
di rumah tersebut. Keluarga Bp. S berobat di Puskesmas dan secara rutin
mengambil obat di Puskesmas seminggu sekali. Keluarga tidak tahu jenis
obat dan manfaatnya. Keluarga jarang bertanya mengenai kondisinya
kepada petugas Puskesmas terkait sakit yang diderita Bp. S. Saat ini An. M
mengalami batuk berdahak. Setelah diperiksakan dahaknya ke Puskesmas
selama 3x, hasil pemeriksaan BTA negatif.
b.
Tifus
An. M pernah menderita tipus waktu kelas 3 SMP, dan mengalami over
dosis obat pemberian dokter saat itu. Seminggu yang lalu diperkirakan
penyakit tipusnya kambuh dan telah berobat jalan di Puskesmas. Keluarga
tidak mampu untuk memeriksakan laboratorium untuk memastikan penyakit
An. M karena alasan biaya. An. M memperoleh ijin libur untuk istirahat di
rumah hingga tanggal 19 September 2007. Hasil pengkajian fisik saat
kunjungan tanggal 12 September 2007:
T = 110/70 mmHg
S = 38OC (fluktuatif)
N = 80 x/menit
P = 12 x/menit
d.
Maag
An. M juga mengalami keluhan sakit maag yang sering kambuh karena
makan tidak teratur. An. M mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit
maag (pengertian, tanda gejala, dan penyebabnya). An. M hanya
mengatakan bahwa maag adalah sakit perut. Ibu U mengatakan maag An. M
sering kambuh karena sering terlambat makan. An. M mengatakan akibat
bila sakit maag tidak diatasi dapat dirawat di rumah sakit seperti ibu
temannya. An. M tidak mengetahui akibat pasti dari penyakit maag. Ia
mengatakan mungkin ibu temannya yang dirawat karena sakit maag karena
merasakan sakit yang luar biasa. An. M sering terlambat makan. Pola makan
hanya makan 2 kali sehari. Ibu U mengatakan An. M tidak memakan bekal
makanan yang dibawakan ibunya. An. M sering pulang malam karena
kesibukan kegiatan OSIS di sekolahnya. Saat nyeri maag muncul, An. M
hanya tidur dan Ibu U memberikan kompres hangat dengan botol berisi air
hangat di perutnya dan memberikan obat sakit maag. Keluarga tidak
mempunyai kebiasaan makan bersama. Ibu U dan Bp. S selalu
mengingatkan An. M untuk makan atau membawa bekal. Saat maag An. M
kambuh, keluarga membeli obat maag di warung. Menurut keluarga,
pelayanan kesehatan dibutuhkan hanya untuk mengambil obat dan
pemeriksaan kesehatan saja. Saat ini belum terkaji masalah psikososial yang
dialami An. M,
e.
Sinusitis
Ibu U mengatakan pernah menderita sinusitis, namun Ibu mengatakan hanya
menderita penyakit sinus dan pernah berobat pada tahun 2004 di RSCM. Ibu
U terkadang mengalami bersin-bersin, sakit kepala, dan bengkak di pipi
sebelah kiri bila terkena debu atau kedinginan. Ibu U mengatakan bahwa dia
didiagnosa sinus oleh dokter namun bukan sinusitis. Menurut persepsi Ibu
U, sinusitis berarti kanker di dalam hidungnya. Gejala yang dialami saat ini
adalah terkadang mengalami bersin-bersin, sakit kepala, mengeluarkan air
mata, hidung merah, dan bengkak di pipi sebelah kiri bila terkena debu atau
kedinginan. Ibu U mengatakan bahwa menurut dokter, penyakitnya berasal
dari sakit gigi yang menjalar ke hidungnya. Ibu U mengatakan bila penyakit
sinus-nya tidak diobati dapat menyebabkan sinusitis (kanker). Setelah
tidak berobat ke RSCM lagi, bila gejala penyakitnya muncul, Ibu U hanya
membeli obat di warung. Ibu U hanya meminum obat warung (Decolgen)
saat gejala penyakit muncul. Selain itu tidak ada lagi perawatan khusus yang
dilakukan untuk penyakitnya karena tidak tahu cara perawatan maupun
pencegahannya. Ibu U membersihkan rumah setiap hari. Saat membersihkan
rumah, Ibu U tidak menggunakan masker. Ventilasi hanya dari pintu yang
dibuka saat ada anggota keluarga di rumah. Saat ini, keluarga tidak
membawa ke fasilitas kesehatan kesehatan karena kendala biaya.
f.
Pola Asuh
Ibu U mengatakan anaknya sulit diatur. Bila sudah mempunyai keinginan
harus dipenuhi. Ibu juga mengatakan bahwa An. L sering berkata jorok.
Menurut Ibu U, An. L berperilaku demikian karena pengaruh dari pergaulan
dengan anak-anak tetangga di lingkungan sekitarnya. Ibu U berpendapat
bahwa kelak anaknya akan malu dengan sendirinya bila berkata atau
bertindak tidak sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Ibu U tidak
mengetahui akibatnya bila anaknya tidak diasuh sesuai dengan yang
seharusnya. Ibu U mengatakan bahwa ia bersikap baik bila anak-anaknya
bersikap manis, namun bila ada An. A atau An. L nakal kadang ia berkatakata kasar, memukul anaknya dengan menggunakan benda yang ada di
sekitarnya, dan mengoleskan sambal ke mulut anaknya karena anak berkata
jorok. Ibu U tidak mengetahui bagaimana caranya mengasuh anaknya. Ibu U
menanyakan bagaimana caranya mengasuh anaknya agar tidak nakal. Saat
kunjungan terlihat Ibu U sedang menampar An. L karena merengek meminta
uang jajan disaat Ibu U sedang sibuk. Setelah itu An. L menangis. Tugas
mengasuh anak hanya menjadi tugas ibu (ayah kurang terlibat dalam
mengasuh anak). Ibu U tidak membatasi anaknya bergaul dengan siapa saja.
Tidak ada jam menonton TV khusus dan orang tua tidak mendampingi anak
saat nonton TV. Anak boleh bermain di rumah, kecuali ketika bermain
petasan, Ibu U tidak memperbolehkan anak bermain di dekat rumah karena
banyak rumah yang berdinding tidak permanen. Namun, anak memaksa
hingga ibu memukul anaknya dan tetap tidak mengijinkan. Tampak anak
bergaul bebas dengan teman-teman sebayanya. Keluarga tidak
memanfaatkan fasilitas kesehatan tertentu dalam mengasuh anaknya.
Keluarga juga belum pernah mendapatkan informasi mengenai pola asuh
yang sesuai untuk anaknya.
VI.
29.
30.
31.
32.
Pemeriksaan fisik
Terlampir.
VII.
Ekstremitas
DADA
Paru
555
Bpk. S
Inspeksi : Bentuk dada
elips (normal) dan
payudara simetris.
Tidak ada retraksi otototot rongga dada.
Palpasi : Taktil fremitus
vibrasi dirasakan sama
di setiap daerah dada
posterior.
Auskultasi : Tidak ada
suara nafas tambahan,
irama pernafasan
reguler.
Perkusi : resonan pada
setiap daerah punggung
klien.
555
555
555
555
555
555
555
555
Ibu U
Inspeksi : Bentuk dada
elips (normal) dan
payudara simetris.
Tidak ada retraksi otototot rongga dada.
Palpasi : Taktil fremitus
vibrasi dirasakan sama
di setiap daerah dada
posterior.
Auskultasi : Tidak ada
suara nafas tambahan,
irama pernafasan
reguler.
Perkusi : resonan pada
setiap daerah punggung
klien.
An. M
Inspeksi : Bentuk dada
elips (normal) dan
payudara simetris.
Tidak ada retraksi otototot rongga dada.
Palpasi : Taktil fremitus
vibrasi dirasakan sama
di setiap daerah dada
posterior.
Auskultasi : Tidak ada
suara nafas tambahan,
irama pernafasan
reguler.
Perkusi : resonan pada
setiap daerah punggung
klien.
555
An. H
Inspeksi : Bentuk dada
elips (normal) dan
payudara simetris.
Tidak ada retraksi otototot rongga dada.
Palpasi : Taktil fremitus
vibrasi dirasakan sama
di setiap daerah dada
posterior.
Auskultasi : Tidak ada
suara nafas tambahan,
irama pernafasan
reguler.
Perkusi : resonan pada
setiap daerah punggung
klien.
555
An. A
Inspeksi : Bentuk dada
elips (normal) dan
payudara simetris.
Tidak ada retraksi otototot rongga dada.
Palpasi : Taktil fremitus
vibrasi dirasakan sama
di setiap daerah dada
posterior.
Auskultasi : Tidak ada
suara nafas tambahan,
irama pernafasan
reguler.
Perkusi : resonan pada
setiap daerah punggung
klien.
555
An. L
Inspeksi : Bentuk dada
elips (normal) dan
payudara simetris.
Tidak ada retraksi otototot rongga dada.
Palpasi : Taktil fremitus
vibrasi dirasakan sama
di setiap daerah dada
posterior.
Auskultasi : Tidak ada
suara nafas tambahan,
irama pernafasan
reguler.
Perkusi : resonan pada
setiap daerah punggung
klien.
Jantung
PERUT
GENETALIA DAN
ANUS