Вы находитесь на странице: 1из 5

ARTIKEL KONSEPTUAL

MEMBANGKITKAN GREGET SISWA


DALAM BELAJAR BAHASA INGGRIS
MELALUI PEMBELAJARAN E-LEARNING
Oleh: Faiza, S.Pd
ABSTRAK
Kualitas pendidikan di Indonesia bisa dikatakan masih relatif rendah. Sedangkan di pihak
lain, tantangan di berbagai bidang kehidupan semakin berat. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, khususnya di bidang informasi, komunikasi, dan transportasi sangat pesat,
eskalasi pasar bebas antarnegara dan bangsa semakin meningkat, dan iklim kompetisi di
berbagai aspek kehidupan semakin ketat.
Pembelajaran pada sekolah-sekolah umumnya masih menggunakan metode yang sama
yaitu masih menggunakan metode konvensional yang sering disebut dengan ceramah. Dengan
metode seperti ini siswa cenderung menjadi siswa yang pasif dan tidak bisa berkembang, apalagi
memiliki greget untuk belajar bahasa Inggris yang dirasakan sulit. Padahal jika diberi kebebasan
untuk mengembangkan semua potensinya siswa akan menjadi siswa yang aktif. Siswa itu bukan
obyek akan tetapi siswa adalah subyek. Yang harus dikembangkan agar menjadi pribadi yang
lebih mandiri. Guru adalah fasilitator dalam proses pembelajaran sehingga guru sebisa mungkin
harus bisa mengembangkan metode pembelajaran yang lebih inovatif yang dapat menarik minat
dan membangkitkan greget siswa dalam belajar berbahasa khususnya bahasa Inggris. Oleh
karena itu melalui model pembelajaran E-Learning ini diharapkan siswa menjadi greget dan
antusias dalam belajar bahasa Inggris. Sehingga mereka nantinya terampil dan mampu
mengembangkan dirinya dalam berkomunikasi secara global.
Kata kunci: greget siswa, pembelajaran bahasa Inggris, E-learning
PENDAHULUAN
Selama ini pembelajaran bahasa Inggris bagi sebagian guru cenderung diajarkan secara
konseptual saja, bersifat hafalan dan kurang mementingkan proses pemahaman dan pembinaan
konsep. Pada hakikatnya prosesi belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah nilai
sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap peserta didik. Nilai nilai tidak datang dengan
sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar sesungguhnya tidak hanya
berada di dalam kelas saja, tetapi bisa dikembangkan diluar kelas diantaranya seperti; di halaman
sekolah, di perpustakaan, di pedesaan, televisi, internet dan sebagainya.
Secara garis besar sumber sumber belajar tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5
kategori yaitu; manusia, buku/perpustakaan, media masa, alam lingkungan dan media
pendidikan. Namun guru biasanya kurang tertarik menggunakan media sebagai sumber belajar
seperti halnya mengajak siswa keluar lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan berbagai faktor,
diantaranya; waktu yang terbatas dan keterbatasan guru dalam mengembangkan inovasi
pembelajaran. Padahal sumber belajar cukup kaya di lingkungan di mana siswa tumbuh.
Berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi
informasi dan komunikasi, guru dipandang perlu memanfaatkan teknologi tersebut dalam
pembelajaran di kelas. Dengan pemanfataan teknologi informasi dan komunikasi maka akan ada
banyak keuntungan yang bisa diperoleh untuk tujuan pembelajaran bahasa Inggris.
Selama guru masih mengajar dengan cara tradisional maka selama itu pula siswa merasa
tertekan dan tidak bisa mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Selain itu siswa akan
cenderung tumbuh menjadi siswa yang pasif. Untuk menjadi guru yang inovatif diperlukan

perubahan yang mendasar baik dari segi pola, pradigma, metode, pengetahuan, niat, doa, hingga
sikap. Di mulai dari will (semangat dan doa) dan attitude (bergaul dengan orang yang sama).
Kemudian akan menjadi guru yang inovatif yang menghasilkan peserta didik yang memiliki
skill, knowledge, dan experiment. Bagaimana cara merubah metode pembelajaran yang
tradisional (ceramah) menjadi metode yang inovatif untuk siswa? Apakah melalui pembelajaran
e-learning dapat meningkatkan greget siswa dalam belajar bahasa Inggris?
MEMBANGKITKAN GREGET BELAJAR BAHASA INGGRIS
Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan interaksi untuk mengubah potensi menjadi
pancaran dahsyat keunikan diri. Interaksi tersebut akan terjadi jika terdapat hubungan antara
sesuatu yang sudah dipahami dengan sesuatu yang baru. Melalui peristiwa belajar tersebut, diri
siswa akan mengalami perubahan ke arah diri yang lain dan baru. Jika pembelajaran tidak
mampu mengubah diri siswa, pembelajaran itu sia-sia. Karena itu, proses menciptakan hubungan
antara pengetahuan lama yang telah dimiliki siswa dengan perihal baru yang akan dipelajari
merupakan aktivitas penting dalam proses pembelajaran.
Belajar bahasa adalah belajar berbahasa, artinya berpraktik menggunakan bahasa sesuai
dengan fungsi dan maknanya dalam komunikasi. Karena itu, belajar bahasa terjadi dalam suatu
kegiatan interaksi belajar-mengajar bahasa. Aktivitas interaksi pembelajaran bahasa memiliki
karakteristik yang berbeda dengan aktivitas interaksi pembelajaran mata pelajaran lainnya.
Karakteristik aktivitas interaksi belajar-mengajar bahasa disajikan sebagai berikut.
(1) Aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar berpusat pada siswa. Artinya,
siswa yang harus aktif dalam melaksanakan praktik penggunaan bahasa. Keterlibatan siswa
dalam kegiatan belajar-mengajar merupakan salah satu karakteristik yang menonjol dari
interaksi pembelajaran. Dalam aktivitas belajar, siswa berperan sebagai (a) peneliti, yakni
melakukan eksplorasi objek, peristiwa, orang, atau konsep, (b) pemagang kognitif, yakni
menghaluskan kognitifnya melalui proses magang, dan (c) penghasil pengetahuan, yakni
menyintesis pengetahuan dan keterampilan.
(2) Aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar mengarah secara langsung
pada latihan atau praktik penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tulis. Praktik penggunaan
bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam pengajaran bahasa, karena pengajaran yang
hanya difokuskan pada pemahaman kaidah bahasa tidak akan berpengaruh pada performansi
aktual baik dalam berbicara maupun menulis.
(3) Aktivitas yang dilaksanakan dapat membina dan mengarahkan kemampuan siswa dalam
memilih dan menata bahasanya sesuai dengan faktor-faktor penentu tindak komunikasi. Faktorfaktor yang dimaksudkan meliputi siapa partisipan wicara, untuk tujuan apa, dalam situasi
bagaimana, dalam konteks apa, dengan jalur dan media mana, dan dalam peristiwa apa.
(4) Aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar mengarah pada kreativitas
penggunaan bahasa bukan hanya penggunaan bahasa yang bersifat mekanik. Aktivitas yang
dilaksanakan harus benar-benar memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
bahasa secara kreatif dengan jalan bebas memilih apa yang akan diungkapkan dan bagaimana
mengungkapkannya. Latihan-latihan yang bersifat mekanik harus diminimalkan karena tidak
memberikan kesempatan pada siswa untuk berkreasi dalam memilih dan menata bahasanya
sendiri.
Agar aktivitas interaksi belajar-mengajar sebagaimana yang telah diuraikan di atas dapat
dicapai, setiap guru bahasa harus dapat berperan sebagai individu yang mampu memberikan
bimbingan, memantau kegiatan siswa, menciptakan latihan-latihan kreatif, dan dalam
kesempatan yang lain dapat bertindak sebagai teman komunikasi bersama-sama dengan siswa.
Interaksi dalam kegiatan belajar-mengajar berasal dari dan terletak pada siswa. Siswa harus
mendapat kesempatan dalam interaksi komunikatif yang bermakna. Dalam hal ini siswa
berperan sebagai subjek didik, sedangkan guru bertindak sebagai penyuluh, penganalisis
kebutuhan, dan pembimbing siswa dalam berlatih berkomunikasi secara wajar.

Satu hal lagi yang perlu mendapat perhatian adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam
kegiatan belajar-mengajar harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa akan membangkitkan greget belajar siswa.
Greget yang tinggi akan dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini terjadi
karena dengan semangat yang tinggi, siswa terdorong untuk mengetahui, kemudian melakukan
sesuatu untuk dapat menerima apa yang ingin diketahuinya tersebut. Peningkatan greget siswa
dalam belajar dapat dilihat pada adanya keterlibatan secara aktif siswa terhadap hal-hal yang
dipelajarinya. Sebaliknya, pengajaran yang kurang sesuai dengan kebutuhan siswa akan sangat
membosankan, sehingga motivasi belajar siswa menjadi rendah.
Greget belajar siswa dapat dibangun melalui tugas-tugas belajar yang bermakna dalam
kehidupan siswa. Tugas-tugas tersebut merupakan tugas yang menantang, yakni tugas yang
merentang keterampilan berpikir dan keterampilan sosial siswa. Selain itu, tugas yang diberikan
kepada siswa hendaknya tugas yang otentik, yakni tugas nyata yang menyatu dengan
pengalaman hidup sehari-hari siswa. Dalam situasi tertentu, untuk meningkatkan kegairahan
siswa dalam belajar, guru bahasa Inggris dapat bekerja sama dengan guru mata pelajaran lainnya
untuk memberikan tugas yang terintegrasi/ interdisipliner, yakni tugas yang merupakan
pemaduan beberapa mata pelajaran.
PENGERTIAN E-LEARNING
E-Learning merupakan suatu penerapan teknologi informasi yang relatif baru di
Indonesia. E-Learning terdiri dari dua bagian, yatitu; e yang merupakan singkatan dari
electronic, dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran
dengan menggunakan bantuan perangkat elektronik.
E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu
media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya jaringan komputer
memungkinkan untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berbasis computer. Mulai dari
program yang paling sederhana seperti penggunaan CD rom, power point, hingga
pembelajaran yang berbasis web, yang kemudian dikembangkan ke jaringan computer yang
lebih luas yaitu internet. Materi pembelajaran yang disampaikan melalui media ini berbentuk
teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video.
PERBEDAAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DENGAN E-LEARNING
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning, yaitu; pada kelas tradisional guru
pada umumnya dianggap sebagai sumber utama yang ditugaskan untuk menyalurkan ilmu
pengetahuan kepada siswanya. Sedangkan dalam pembelajaran e-learning, guru hanya
menyiapkan media yang diperlukan selebihnya siswa menggali dan menyerap sendiri materi
yang disajikan melalui media pembelajaran tersebut. Peran guru hanyalah sebagai mediator,
fasilitator, dan motivator.
Namun demikian, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di
kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content, media yang
bervariasi dan menarik.
Keuntungan menggunakan e-learning diantaranya adalah menghemat waktu belajar
mengajar, dan menghemat biaya pendidikan dengan minimalisasi sarana belajar yang berupa
alat, bahkan buku sumber yang diperlukan. Guru tinggal merubah sarana dan sumber-sumber
belajar dari bentuk analog (alat dan buku-buku) menjadi bentuk digital baik dalam bentuk
gambar, animasi, audio video, power point dan sebagainya.
E-learning saat ini sudah mulai dikembangkan di beberapa sekolah baik di kota besar
maupun di kota kecil. E-learning dianggap sebagai salah satu alternative model pembelajaran
dalam suatu sistem penyelenggaraan pendidikan baik tenaga pendidik maupun tenaga
kependidikan (seluruh staf tata usaha sekolah). Hal ini disebabkan oleh beberapa keunggulan
dan kelebihan yang dimiliki teknologi informatika yang saat ini berkembang sangat pesat,

sehingga memungkinkan penggunanya dapat bekerja secara cepat, akurat, dan memiliki jaringan
yang sangat luas.
Sebagai seorang pendidik, fenomena seperti ini sudah barang tentu merupakan hal yang
sangat menguntungkan, dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya guna mendukung segala
tugas dan kewajiban kita sehari-hari.
Contoh nyata dari pemanfaatan perkembangan teknologi ini adalah dengan pembuatan
media pembelajaran yang memanfaatkan program aplikasi Microsoft Power Point. Program ini
memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menyajikan sebuah materi presentasi dan sudah
banyak digunakan oleh berbagai kalangan, bukan hanya dunia pendidikan.
Dengan Microsoft power point guru dapat menyajikan materi pembelajaran, baik yang
berupa gambar maupun teks menjadi lebih menarik dan atraktif. Sehingga siswa akan lebih
termotivasi untuk mempelajari lebih jauh tentang materi yang akan didiskusikan. Perhatian siswa
akan terpusat pada tayangan yang kita sajikan, sehingga guru lebih mudah menggiring pemikiran
siswa pada meteri yang sedang didiskusikan.
Dengan situasi yang kondusif seperti tersebut, maka tujuan pembelajaran yang kita
targetkan akan mudah tercapai. Yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa
secara keseluruhan.
PENUTUP
Penggunaan media e-learning dalam pembelajaran bahasa Inggris bertujuan untuk
meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Selain itu model pembelajaran e-learning
bertujuan agar peserta didik tidak hanya belajar dari salah satu sumber saja. Dengan
penggunaan media tersebut guru diharapkan mampu mengakses berbagai macam sumber belajar
yang ada di internet dan menyajikannya sebagai materi pembelajaran yang menarik dan atraktif.
Sehingga siswa akan lebih greget dan termotivasi untuk belajar serta mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan mereka dalam berbahasa Inggris.
DAFTAR PUSTAKA
De Porter, B., Reardon, M., dan Sarah Singer-Nourie. 2001. Quantum Teaching. Bandung:Kaifa.
Jonassen, D.H. 1999. Designing Constructivist Learning Environments. Dalam Reigeluth, C.M.
(Ed): Instructional-Design Theories and Models: A New Paradigm of Instructional
Theory, Volume II. Pp. 215-239. New Jersey: Lawrence Erlbaum associates, Publisher.
Nunan, David. 1991. Learning Teaching Methodology: A Tex Book for Teacher. London:
Prentice Hall.
Nur, Muhammad. 2000. Strategi-Strategi Pembelajaran. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan
IPA Sekolah, Unesa.

ARTIKEL KONSEPTUAL
MEMBANGKITKAN GREGET SISWA
DALAM BELAJAR BAHASA INGGRIS
MELALUI PEMBELAJARAN E-LEARNING

OLEH:

FAIZA, S.Pd
NIP. 19790809 200801 2 015
GURU BAHASA INGGRIS SMP N 1 TAHUNAN

WORKSHOP PENULISAN PTK DAN ARTIKEL


MGMP BAHASA INGGRIS KABUPATEN JEPARA
TAHUN 2013/2014

Вам также может понравиться