Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Rika Riwayani
[109]
Disampaikan pada Seminar dan Workshop Nasional Makanan Sehat untuk Kecantikan dan
Kebugaran dan Festival Makanan Tradisional di Trans Studio Makassar, 5 Mei 2012
[110]
Disampaikan pada Seminar dan Workshop Nasional Makanan Sehat untuk Kecantikan dan
Kebugaran dan Festival Makanan Tradisional di Trans Studio Makassar, 5 Mei 2012
bekerja
banyak
kebutuhan pokok"
dibelanjakan
untuk
B. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi
strategi
upaya
pemenuhan kebutuhan dasar rumah
tangga migran dan rumah tangga non
migran di kota Makassar.
2. Menganalisis
perbandingan
strategi
pemenuhan kebutuhan dasar antara
rumah tangga migran dengan rumah
tangga non migran.
C. METODE PENELITIAN
Berangkat dari tujuan yang hendak
dicapai, terdapat tiga pertimbangan dasar
mengapa kota Makassar ditetapkan sebagai
tempat yang tepat untuk dilakukannya studi
migrasi seperti ini. Pertama, berdasarkan
temuan
BPS
(BPS,
1996)
yang
mengungkapkan bahwa pada tahun 1995,
Makassar telah menjadi satu dari lima kota
tujuan migrasi desa-kota terbesar di
Indonesia. Kedua, posisi sebagai salah satu
kota tujuan migrasi yang paling diminati di
Indonesia masih bertahan sepuluh tahun
kemudian sesuai laporan SUPAS1 2005
(BPS, 2006). Ketiga, ada sebuah studi yang
dilakukan tentang kehidupan para migran
desa kota secara longitudinal menemukan
lagi tiga alasan utama, pertama, kota ini
relatif lebih aman (tidak ada konflik
bernuansa
SARA),kedua
mudahnya
mendapatkan pekerjaan terutama sektor
informal dan akses transportasi untuk
sampai di Makassar relatif lebih mudah
11
[111]
Disampaikan pada Seminar dan Workshop Nasional Makanan Sehat untuk Kecantikan dan
Kebugaran dan Festival Makanan Tradisional di Trans Studio Makassar, 5 Mei 2012
[112]
Disampaikan pada Seminar dan Workshop Nasional Makanan Sehat untuk Kecantikan dan
Kebugaran dan Festival Makanan Tradisional di Trans Studio Makassar, 5 Mei 2012
Tabel 1. Rata-rata Pengeluaran Rumah Tangga menurut Status Ekonomi dan Status Migrasi
(Rp/000/kapita/bulan)
Status Ekonomi
Rumah Tangga
Status Migran
Migran
Non Migran
Jlh
(%)
Jlh
(%)
5
33,3
7
46,6
Rendah (40 %)
Rp 283,0
Sedang (40 %)
7
46,6
5
Rp 635,4
Tinggi
(20 %)
3
20,0
3
Rp 1.129,9
Rata-Rata Rp 593,7
15
100
15
N
Sumber : Diolah dari data lapangan 2011.
Terlihat pada Tabel 1 status ekonomi
rendah, mereka yang berasal dari rumah
tangga
non
migran
lebih
banyak
dibandingkan rumah tangga migran. Situasi
ini agak berubah pada status ekonomi
sedang, tampaknya rumah tangga migran
lebih banyak dari rumah tangga migran.
b. Strategi Pemenuhan dan Pengaturan
Pakaian (Sandang) Rumah Tangga.
Salah
satu
mencukupi kebutuhan
strategi
sandang
untuk
adalah
33,3
20,0
100
[113]
Disampaikan pada Seminar dan Workshop Nasional Makanan Sehat untuk Kecantikan dan
Kebugaran dan Festival Makanan Tradisional di Trans Studio Makassar, 5 Mei 2012
173
Tidak
Sumber : Diolah dari data lapangan 2011.
Pada Tabel 3 terlihat bahwa perempuan
migran lebih banyak yang membeli pakaian
untuk lebaran di pasar tradisional (64
persen) sedangkan perempuan non migran
tidak sebanyak itu (54 persen).
Tabel 3. Tempat Pembelian Baju berdasarkan Status Migrasi
Tempat
Status Migran
Pembelian
Migran
Non Migran
(%)
(%)
Pasar
64,0
54,0
Tradisional
Mall
36,0
46,0
Total
100
100
N
15
15
Sumber : Diolah dari data lapangan 2011
Para perempuan ini senantiasa
mendahulukan pakaian untuk anak-anak dan
suami mereka. Jika ada uang lebih, baru
saya beli juga untuk saya 4, jelas seorang
responden dari rumah tangga migran di kota
Makassar. Ada kesamaan pola antara rumah
tangga migran dan non migran, bahwa yang
2
Status Migran
Migran
(%)
50,0
35,7
14,3
100
15
Non Migran
(%)
36,4
45,5
18,1
100
15
[114]
Disampaikan pada Seminar dan Workshop Nasional Makanan Sehat untuk Kecantikan dan
Kebugaran dan Festival Makanan Tradisional di Trans Studio Makassar, 5 Mei 2012
Tabel 4b. Persantase Rumah Tangga yang Melakukan Pembelian Baju Menurut Status
Ekonomi dan Status MigrasiRumah Tangga
Besaran Pembelian Baju (000)/Status Migrasi
150 - 500
501 1.000
+ 1.000
Status
Migran Non-Migran Migran Non-Migran Migran Non-Migran
Ekonomi
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Rendah
37,5
60,0
40,0
42,9
-33,3
Sedang
37,5
40,0
60,0
42,9
50,0
-Tinggi
25,0
--14,2
50,0
66,7
Total N
8
5
5
7
2
3
Persentase
100
100
100
100
100
100
Sumber : Diolah dari data lapangan 2011
2. Kebutuhan Makanan (Pangan)
Tabel 5. Besaran Pengeluaran untuk Lauk Pauk berdasarkan Status Migrasi
Pengeluaran Lauk
Status Migran
Pauk (Rp 000)
Migran (%)
Non Migran (%)
150 500
40,0
66,7
501 1.000
40,0
33,3
+ 1.000
20,0
0,0
Total
100
100
N
15
15
Sumber : Diolah dari data lapangan 2011.
Tabel 6. Alasan Mengonsumsi Ikan Tiap Hari berdasarkan Status Migrasi
Alasan Konsumsi Ikan
Status Migran
Migran (%)
Non Migran (%)
Selera Suami dan Anak
75,0
33,3
Kebiasaan Sejak Lama
25,0
66,7
Total
100
100
N
4
3
Sumber : Diolah dari data lapangan 2011.
Meskipun hanya sedikit yakni
sekitar
23
persen5
yang
selalu
mengonsumsi ikan tiap hari, terdapat hal
menarik yang berkaitan dengan strategi
5
perempuan
dalam
hal
mengatur
pembelanjaan rumah tangga mereka. Ada
dua alasan harus menyajikan ikan tiap hari.
Alasan pertama adalah suami dan anak
tidak makan kalau tidak ada ikan (57
persen) dan sisanya menjawab sudah
terbiasa konsumsi ikan sehingga tidak bisa
beralih sebanyak 43 persen
[115]
Disampaikan pada Seminar dan Workshop Nasional Makanan Sehat untuk Kecantikan dan
Kebugaran dan Festival Makanan Tradisional di Trans Studio Makassar, 5 Mei 2012
Status Migran
Migran
Non
(%)
Migran
(%)
20
45,5
60
20
45,5
9,0
100
5
100
11
[116]
Disampaikan pada Seminar dan Workshop Nasional Makanan Sehat untuk Kecantikan dan
Kebugaran dan Festival Makanan Tradisional di Trans Studio Makassar, 5 Mei 2012
Tabel 9. Persantase Rumah Tangga menurut Besaran pembelian Lauk-Pauk, Status Ekonomi
dan Status Migrasi Rumah Tangga
Status
Ekonomi
[117]
Disampaikan pada Seminar dan Workshop Nasional Makanan Sehat untuk Kecantikan dan
Kebugaran dan Festival Makanan Tradisional di Trans Studio Makassar, 5 Mei 2012
E. KESIMPULAN
Realitas bahwa secara presentase
untuk kondisi ekonomi rumah tangga di
kota Makassar, mereka yang berasal dari
rumah tangga migran memiliki kemampuan
ekonomi yang lebih baik dibandingkan
dengan rumah tangga non migran.
Salah satu strategi untuk mencukupi
kebutuhan pakaian (sandang) adalah
dengan mengatur jumlah pengeluaran dan
tempat membeli pakaian tersebut. Ada
kesamaan pola antara rumah tangga migran
dan non migran, bahwa yang diutamakan
adalah anak-anak, suami dan terakhir
perempuan.Secara proporsional, perempuan
dari rumah tangga migran masih mampu
menahan
diri
untuk
menjaga
pengeluarannya
dibandingan
dengan
perempuan rumah tangga non migran.
Berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan makanan (pangan )kajian ini
menemukan hal menarik ternyata tak
satupun perempuan rumah tangga non
migran mau membelanjakan lauk-pauk
diatas satu juta rupiah perbulan. Hal ini
berbanding terbalik perempuan pada rumah
tangga migrant, justru secara proporsional
lebih banyak membelanjakan lauk pauk di
atas satu juta rupiah. Kenyataan ini
memberikan pemahaman baru bahwa tidak
selamanya status ekonomi yang tinggi akan
berdampak pada pemenuhan kebutuhan
makanan yang tinggi pula. Pernyataan ini
tentu saja masih premature jika dilakukan
generalisasi, tetapi untuk kepentingan studi
ini,
tampaknya
telah
menemukan
justifikasi. Kajian ini menyadari bahwa
dengan adanya temuan ini, sekaligus
membuka peluang untuk dilakukan studi
yang lebih konprehensif dengan melibatkan
beragam faktor penentu lainnya.
[118]
Disampaikan pada Seminar dan Workshop Nasional Makanan Sehat untuk Kecantikan dan
Kebugaran dan Festival Makanan Tradisional di Trans Studio Makassar, 5 Mei 2012
[119]
Disampaikan pada Seminar dan Workshop Nasional Makanan Sehat untuk Kecantikan dan
Kebugaran dan Festival Makanan Tradisional di Trans Studio Makassar, 5 Mei 2012
[120]