Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
com/2009/11/18/oled-bakal-gantikan-lcd/
Elektroluminesens (electroluminescence) adalah suatu fenomena optis dan listrik di mana sebuah
bahan memancarkan cahaya sebagai respons terhadap arus listrik yang dialirkan pada bahan
tersebut, atau sebagai respons terhadap suatu medan listrik yang kuat. Pemancaran cahaya pada
elektroluminesens berbeda dengan pancaran cahaya akibat dari pemanasan (seperti pada lampu
pijar cahaya berasal dari pijaran kawat filamen) ataupun akibat dari reaksi kimia
(chemiluminescens).
Kata electroluminescenc merupakan gabungan dari dua kata, yaitu electro dan
luminescence. Luminesens (luminescence) atau sering diterjemahkan sebagai perpendaran
cahaya adalah pemancaran cahaya oleh suatu bahan selain karena kenaikan temperatur bahan
atau material tersebut. Pada umumnya, atom-atom yang terkandung di dalam material
memancarkan foton energi elektromagnetik pada saat atom-atom tersebut kembali ke keadaan
dasar setelah berada pada keadaan tereksitasi.
Penyebab eksitasi bermacam-macam. Jika eksitasi tersebut disebabkan oleh elektron, fenomena
tersebut dikenal sebagai elektroluminesens. Jika perpendaran cahaya tetap ada setelah penyebab
eksitasi lenyap, maka fenomenanya disebut fosforesens (jika tidak disebut fluoresens). Perbedaan
antara fosforesens dan fluoresens agak rancu karena akan selalu ada perlambatan perpendaran
cahaya (dalam beberapa definisi keberadaan perpendaran cahaya lebih dari sepuluh nanodetik
(10-8 detik) dianggap sebagai fosforesens).
Fenomena elektroluminesens merupakan akibat dari rekombinasi radiatif elektron dan hole
dalam suatu material (biasanya semikonduktor). Hole atau disebut juga lubang adalah letak
elektron kosong yang berperilaku seperti pembawa muatan positif. Elektron yang tereksitasi
melepaskan energinya dalam bentuk foton (cahaya). Sebelum terjadi rekombinasi, elektron dan
hole terpisah satu sama lain karena doping pada material untuk membentuk sambungan p-n (p-n
junction), atau eksitasi yang diakibatkan oleh tumbukan elektron-elektron berenergi tinggi yang
dipercepat oleh medan listrik yang kuat.
Bahan-bahan yang dapat memunculkan elektroluminesens di antaranya zinc sulfide (seng
sulfida) yang didop dengan tembaga atau perak, berlian biru alami (boron sebagai dopan
berlian), semikonduktor golongan III-V (seperti indium fosforida/InP, galium arsenida/GaAs,
dan galium nitrida/GaN), dan semikonduktor organik (seperti [Ru(bpy)3]2+(PF6-)2, bpy = 2,2`bipyridine).
Elektroluminesens OLED
Prinsip dari peranti elektroluminesens adalah peranti yang dapat memancarkan cahaya dengan
warna (panjang gelombang) tertentu jika diberikan kepadanya medan listrik. OLED merupakan
salah satu peranti yang bekerja (memancarkan cahaya) berdasarkan prinsip ini. Bagian yang
penting dalam struktur OLED yaitu lapisan tipis (thin film) yang tersusun dari molekul-molekul
organik atau polimer yang berfungsi sebagai pemancar cahaya dan lapisan elektroda yang
tersusun secara berumpak (sandwich).
Lapisan elektroda pada OLED dibuat dari bahan logam transparan atau semitransparan seperti
bahan indium tin oxide (ITO) atau aluminium (Al). Sifat transparan ini memungkinkan cahaya
yang dihasilkan memancar keluar dari struktur peranti OLED secara optimal.
Jika medan listrik diberikan pada elektroda OLED, maka fungsi kerja dari elektroda negatif
(katoda) akan turun sehingga menjadikan elektron-elektron dari katoda bergerak menuju pita
konduksi pada bahan organik. Kejadian ini mengakibatkan munculnya hole di pita valensi.
Kemudian, elektroda positif (anoda) akan menginjeksi hole untuk bergerak menuju pita valensi
bahan organik. Keadaaan ini mengakibatkan terjadinya proses rekombinasi elektron dan hole di
dalam bahan organik. Saat proses rekombinasi terjadi, elektron turun dan bersatu dengan hole
sambil memberikan kelebihan energi sebesar hn (h merupakan tetapan Planck dan n merupakan
frekuensi radiasi) dalam bentuk foton (cahaya) yang memiliki panjang gelombang tertentu.
Perkembangan selanjutnya dari peranti OLED adalah mendesain satu peranti yang dapat
menghasilkan tiga pancaran cahaya warna hijau, biru, dan merah. Struktur peranti ini lebih
kompleks dibanding piranti OLED satu atau dua warna. Proses pancaran warna yang dihasilkan
peranti ini pada prinsipnya sama seperti dalam struktur piranti OLED dengan satu bahan
pemancar, namun dengan kombinasi berbagai bahan akan memungkinkan terjadinya proses
rekombinasi yang kompleks di dalam variasi bahan yang dipergunakannya.
Dengan kemampuan memancarkan beberapa warna itulah peranti OLED memiliki prospek untuk
menjadi peranti alternatif sebagaimana tampilan panel datar (flat panel) yang berdasarkan kristal
cair (liquid crystal).***PR. Kamis, 08 November 2007