Вы находитесь на странице: 1из 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

BENDA ASING PADA THT

OLEH :
KELOMPOK 3
Beatriks Lindra Ayu Puspa

(201302059)

I Gede Ari Sumaradana

(201302065)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN JALUR B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO
SURABAYA
2013

BAB 1
BENDA ASING PADA TELINGA
1.1.Pengertian
Pada keadaan normal rongga telinga tidak terdapat benda-benda yang
terletak di dalamnya. Benda asing ini adalah benda-benda yang tidak
sengaja maupun secara sengaja masuk ke dalam telinga. Benda asing ini
dapat berasal dari dalam maupun dari luar tubuh itu sendiri.
Benda asing yang dapat masuk ke dalam telinga dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Benda hidup seperti serangga, contonya : semut, nyamuk, dll
b. Benda mati :
-

Bentuk bulat : seperti kacang, mente, dll

Bentuk pipih : seperti daun, kertas, dll

Bentuk bubuk : seperti pasir, serumen, lumpur

Bentuk batang : seperti batang lidi, dll

1.2.Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing dapat masuk ke
tenggorakan atau saluran napas yaitu :
a. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
b. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu
menggunakan alat-alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai
korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga.
c. faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk
kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.

1.3.Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang sering dikeluhkan adalah sebagai berikut:
a. Nyeri
b. Terasa geli di rongga telinga
c. Telinga seperti terasa penuh/ buntu
d. Terdengar suara mendengung di telinga
e. Pendengaran berkurang
f. Terasa ada benda yang bergerak di telinga.

1.4.Komplikasi
a. Tuli konduktif
b. Vertigo
c. Perforasi membrane timpani
d. Perdarahan
e. Disrubsi tulang-tulang pendengaran

1.5.Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Diagnosis dapat ditegakkan dengan mengumpulkan informasi tentang
riwayat kejadian atau disebut anamnesa. Pada serumen obturan terjadi
penurunan intensitas pendengaran, tinnitus (suara berdenging) bahkan
vertigo. Untuk pemeriksaan fisik dapat melalui otoskopi. Adanya
serangga atau mainan akan terlihat jelas dengan otoskopi.
Khusus pada serumen obturan, pemeriksaan otoskopi menunjukkan
adanya penyumbatan liang telinga (meatus acusticus eksterna) oleh
massa yang berwarna kekuningan sampai hitam.

Gambar: Otoskopi (courtesy of Basic Otorhinolaringology).

b. Pemeriksaan Ketajaman
-

Test penyaringan sederhana

1.

Lepaskan semua alat bantu dengar

2.

Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga

3.

Berdirilah dengan jarak 30 cm

4.

Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)

5.

Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam

Uji weber

1.

Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)

2.

Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan

3.

Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.

4.

Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.

Interpretasi
1.

Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah kepala)

2.

Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit (obstruksi:
otosklerosis, OM) akan menghambat ruang hampa.

3.

Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik.

Uji Rine

1. Membandingkan konduksi udara dan tulang


2. Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi tidak
terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2 cm)
4. Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
5. Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
1. Normal: terdengar terus suara garpu tala.
2. Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala lebih jelas
melalui konduksi tulang (Rinne negatif)

1.6.Penatalaksanaan
Ada tiga metode standar pengambilan benda asing yaitu:

Irigasi: misal kerikil, mainan, manic-manic, dan penghapus. Kecuali ada


riwayat perforasi membrane timpani.
Kontra indikasi irigasi: benda asing tumbuhan, misal biji-bijian kacang
dan kacang polong dan serangga cenderung membengkak.

Pengisapan : benda asing yang tidak adapat dikeluarkan dengan irigasi


maka dilakukan penghisapan.

Instrumentasi : bila dilakukan instrumentasi kanalis harus terlihat secara


langsung untuk menghinadari kerusakan

Serumen dapat diambil dengan irigasi, pengisapan atau instrumentasi.


Kecuali bila ada riwayat perforasi membrane timpani atau terdapat
inflamasi telinga luar( otitis eksterna), irigasi lembut merupakan prosedur
yang didapat diterima untuk mengambil serumen yang terimpaksi. Teknik
ini efektif bila serumen tidak terlalu melekat dalam kanalis auditorius
eksternu

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


BENDA-BENDA ASING DI TELINGA

PENGKAJIAN
1. Identitas pasien

Usia
Benda-benda asing bisa terjadi pada semua usia

Jenis kelamin
Benda-benda asing bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan

Pekerjaan
Pekerjaan yang berhubungan dengan (renang, penyelam)

2. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri, geli, telinga terasa penuh atau buntu, ada suara
mendengung, kurang dengar, terasa ada benda bergerak ditelinga

3. Riwayat penyakit sekarang


Pasien merasakan rasa penuh di telinga jika benda asing yang masuk
berupa benda mati seperti manik-manik, kertas, pasir, lumpur, pasir, dll.
Jika benda asing yang masuk berupa benda hidup seperti serangga maka
pasien akan merasakan rasa geli atau nyeri.

4. Riwayat penyakit dahulu


Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit khusus sehingga benda dapat
masuk ke dalam telinga.

5. Pola ADL (Activity Day Life)

Nutrisi
Nutrisi dari pasien tidak mengalami gangguan.

Aktivitas dan istirahat


Aktivitas dan istirahat dari pasien tidak mengalami gangguan.

Hygene personal
Pasien dengan benda asing di telinga mampu memenuhi hygiene
personalnya secara mandiri.

Eliminasi
Eleminasi dari pasien tidak mengalami gangguan.

6. Psikososialspiritual
Klien mengalami kecemasan atas kondisinya, cemas benda asing yang
masuk ke telinganya akan menimbulkan ancaman bagi keadaan
biologisnya.

7. Pemeriksaan fisik

B3
Benda asing yang menyumbat telinga akan menurunkan
kemampuan pasien untuk mendengar, jika benda asing berupa
benda hidup maka pasien akan merasa nyeri.

8. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada membrane tympani
2. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
obstruksi benda asing di telinga

3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya iritasi membrane di


telinga akibat adanya benda asing.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi
5. Ansietas berhubungan dengan ancamann biologis akibat adanya
benda asing yang masuk ke telinga.

9. NCP
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada membrane tympani
Tujuan : Pasien dapat melaporkan nyeri berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan .x 24 jam dengan kriteria hasil :
Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks, skala nyeri 0-1
Intervensi :
a. Jelaskan penyebab nyeri, rasa geli, dan rasa penuh ditelinga
R/ Nyeri disebabkan karena iritasi membrane tympani. Geli
disebabkan karena gerakan serangga. Rasa penuh ditelinga
disebabkan karena adanya obstruksi benda asing tersebut.
b. Ajarkan tehnik relaksasi progresif, dan nafas dalam
R/: Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau
mangalihkan perhatian klien dari nyeri.
c. Kolaborasi:

Berikan

obat

analgetik

sesuai

indikasi

R/: Membantu mengurangi nyeri


d. Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan
intensitas skala nyeri (0-10 ).
R/ Dapat mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk
melakukan intervensi selanjutnya.

2. Gangguan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan


obstruksi benda asing di telinga

Tujuan : Pasien mampu melakukan kembalu atau mempertahankan


tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi sensori pendengaran
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam dengan
kriteria hasil :pasien mampu mendemonstrasikan perubahan perilaku
untuk mengkompensasi/defisit hasil.

Intervensi :
1. Jelaskan pada pasien penyebab gangguan persepsi sensori
pendengaran
R/ gangguan persesepsi sensori pendengaran disebabkan karena
benda asing yang masuk ke telinga sehingga telinga mengalami
obstruksi.
2. Hilangkan suara bisisng atau stimulus yang berlebihan sesuai
kebutuhan
R/ menurunkan ansietas, respons emosi yang berlebihan atau
bingungyang berubungan dengan sensorik yang berlebihan.
3. Berikan stimulasi pebdengaran yang bermanfaat (denagn tape,
televise, radio, pengunjung, dan sebagainya). Hindari isolasi
baik secara fisik atau psikologis.
R/ pilihan masukkan sensorik secara cermat bermanfaat untuk
menstimulasi pasien dengan baik dan melatih kembali fungsi
kognitifnya.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya iritasi membrane di


telinga akibat adanya benda asing.
Tujuan : klien dapat terhindar dari infeksi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama x 24 jam dengan kriteria hasil pasien tidak
mengalami peningkatan suhu tubuh, tidak ada serumen karena
infeksi di telinga, tidak ada nyeri, tidak bengkak di jaringan sekitar
benda asing menyumbat.

Intervensi :
1. Lakukan segala tindakan keperawatan pada fasilitas kontrol infeksi,
streilisasi, dan prosedur atau kebijakan aseptic.
R/ Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.
2. Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera
pada waktu terjadi.
R/ Kontaminasi dengan lingkungan atau kontak personal akan
menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat
meningkatkan resiko infeksi.
3. Kolaborasi dalam melakukan irigasi pengeluaran benda asing
dengan menggunakan larutan salin.
R/ Dapat digunakan dalam tindakan irigasi untuk mengurangi
jumlah bakteri pada lokasi telinga saat mengeluarkan benda asing.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber


informasi
Tujuan : Klien dan keluarga memahami kondisinya setelah
mendapat penjelasan minimal 2x dengan kriteria hasil klien bisa
menjelaskan

kembali

mengenai

kondisi

yang

dialami

dan

penanganannya, klien kooperatif terhadap tindakan perawatan yang


diberikan.
Intervensi :
1. Jelaskan kondisi yang dialami, faktor pencetus dan penanganan
yang perlu dilakukan.
R/ pemberian informasi meningkatkan pemahaman klien tentang
kondisinya

serta

usaha

penanganan

untuk

mencegah

kekambuhan.
2. Jelaskan penyebab benda asing dapat masuk ke dalam telinga

10

R/ benda asing dapat masuk ke dalam telinga karena pasien


ceroboh atau tidak sengaja memasukkan benda asing tersebut ke
telinga.
3. Libatkan keluarga dalam perawatan klien.
R/ Keluarga merupakan dukungan sistem yang baik untuk
mempercepat pemulihan kondisi klien.
4. Observasi pemahaman dan perilaku klien
R/ Deteksi kesamaan pesepsi dan kerjasama klien untuk tindakan
perawatan selanjutnya.

5. Ansietas berhubungan dengan ancamann biologis akibat adanya


benda asing yang masuk ke telinga.
Tujuan : Pasien mampu menunjukkan keterampilan atau perilaku
pemecahan masalah untuk mengatasi situasi yang ada setelah
dilakukan tindakan keperawatan selamax 24 jam dengan kriteria
hasil : pasien dapat menyatakanatau mengkomunisasikan kesadaran
perasaan, melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat
ditangani, dan pasien tampak rileks.

Intervensi :
1. Identifikasi persepsi pasien tentang ancaman yang ada dari
situasi.
R/ mendefinisikan lingkup masalah individu dan mempengaruhi
pilihan intervensi.
2. Dorong pasien/orang terdekat untuk untuk mengakui dan
menyatakan rasa takut
R/

memberikan

kesempatan

untuk

menerima

masalah,

memperjelas kenyataan takut, dan menurunkan ansietas sampai


ke tingkat yang dapat diterima

11

3.

Kolaborasi dengan rujuk ke kelompok pendukung sesuai


kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk memberikan bantuan tambahan bila
pasien atau orag terdeka tidak menangani ansietas

4. Observasi dan awasi respon fisik seperti gelisah, dan ekspresi


wajah.
R/ beguna dalam evaluasi luas atau derajat masalah khususnya
bila dibandingkan dengan pernyataan verbal.

12

BAB 2
BENDA ASING PADA HIDUNG
2.1. Pengertian
Merupakan masalah yang sering dianggap enteng oleh dokter, karena
walaupun acapkali benda-benda asing di hidung dapat dikeluarkan dengan
mudah, adakalanya pula sukar dikeluarkan dan membahayakan. Bendabenda asing endogen, termasuk gigi tambahan,tulang,serpihan tulang rawan
yang berasal dari pembedahan intranasal atau trauma wajah. Benda-benda
asing eksogen merupakan benda yang berukuran cukup kecil untuk dapat
kesasar masuk ke hidung atau sengaja dimasukan ke hidung oleh penderita
gangguan jiwa atau anak-anak. Benda asing di hidung pada orang dewasa
biasanya terjadi secara tak sengaja. Serangga atau larva lalat, dapat
merupakan benda asing yang cukup menyulitkan. Benda asing dihidung
dapat bertahan selama bertahun-tahun sehingga diliputi deposit kalsium dan
menimbulkan rinolit

2.2. Etiologi
a. Faktor endogen, gigi tambahan,tulang,serpihan tulang rawan yang
berasal dari pembedahan intranasal atau trauma wajah
b. Faktor eksogen, benda berukuran kecil yang kesasar masuk hidung
misalnya serangga atau larva lalat.

2.3. Manifestasi klinis


a. Benda asing yang kecil dapat tak menimbulkan gejala,tetapi pada
umumnya terdapat obstruksi hidung yang persisten(unilateral)
b. Adanya sekret dari hidung akibat infeksi
c. Tertanamnya larva dapat terjadi secara bilateral
d. Nyeri
e. Perdarahan
13

f. Bersin
g. Destruksi dan infeksi tulang/tulang rawan
h. Mukosa nasal bengkak
i. Terdapat aliran seroskwamus atau purulen

2.4. Komplikasi
a. Infeksi yang menetap
b. Kerusakan luas pada tulang dan tulang rawan
c. Pembengkokan posterior
d. Obstruksi jalan nafas dan kematian

2.5. Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan dengan cermin pada nasofaring akan membantu foto
sinar X memperlihatkan adanya benda asing yang radioopak
b. Pemberian media-kontraks membantu melihat benda asing yang
radiolusen

2.6. Penatalaksanaan
a. Pemberian anastesi topikal dan pembersihan mukosa
b. Pemberian anastesi lokal untuk benda yang diambil dengan alat
c. Pemberian anastesi umum untuk anak yang tak kooperatif dan pada
benda asing yang besar
d. Penggunaan forsep(kait yang tumpul) untuk mengambil benda asing
yang berbentuk bulat agar benda tak terdorong lebih jauh kedalam
e. Rinotomi lateral pada benda asing yang sangat besar atau sangat
tertanam.

14

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN BENDA ASING PADA HIDUNG

PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien

Usia
Terjadi pada semua usia

Jenis kelamin
Terjadi pada laki-laki dan perempuan

2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Benda asing yang kecil dapat tak menimbulkan gejala,tetapi pada
umumnya terdapat obstruksi hidung yang persisten(unilateral).
Adanya sekret dari hidung akibat infeksi, adanya reflek bersin
karena adanya benda asing. Jika benda asing berupa benda tajam
maka akan menimbulkan nyeri. Jika sudah melukai dinding hidung
maka akan timbul perdarahan.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Tapi tidak ada riwayat penyakit khusus yang menyebabkan benda
asing masuk ke hidung. Pasien pernah mengalami pembedahan
intranasal.

15

5. Pola ADL (Activity Day Live)

Nutrisi
Tidak ada penurunan nafsu makan

Aktifitas dan istirahat


Tdak ada penurunan atau gangguan aktivitas dan istirahat.

Hygiene Personal
Pasien dengan benda asing di hidung mampu memenuhi hygiene
personalnya secara mandiri.

Eliminasi
Pasien dengan benda asing di hidung tidak mengalami gangguan
eliminasi.

6. Psikososialspiritual
Pasien mengalami gangguan kecemasan karena adanya ancaman
biologis dari masuknya benda asing.

7. Pemeriksaan Fisik

B1
Pasien mengalami dispnea karena oksigen yang masuk ke dalam
tubuh terhalang oleh benda asing yang masuk ke dalam hidung,
retraksi dada berat

B2
Takikardi karena kompensasi tubuh untuk mengikat oksigen
lebih banyak karena oksigen yang masuk tidak adekuat terhalang
oleh benda asing di dalam hidung, sianosis

B3
Jika benda asing tajam dan menimbulkan luka dalam mukosa
hidung maka akan menimbulkan nyeri. Skala VAS nya lebih
dari 2

16

8. Diagnosa Keperawatan
1. NCP (Nursing Care Planning)
1. Perubahan pola nafas berhubungan dengan obstruksi pada
saluran nafas utama
2. Nyeri berhubungan dengan cidera biologis
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis
4. Gangguan sensasi

saraf pembauan berhubungan dengan

penumpukan secret.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi.

2. Intervensi dan rasional diagnosa keperawatan


1. Diagnosa keperawatan :
Perubahan pola nafas berhubungan dengan obstruksi pada
saluran pernafasan
Intervensi dan rasional :
Tujuan:
Pasien mampu menunjukan keefektifan pola nafas setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam dengan
criteria hasil:

RR dalam rentang normal(16-20x/menit)

Kedalaman pernafasan stabil

Intervensi dan rasional


Jelaskan kepada pasien penyebab perubahan pola nafas
R/ perubahan pola nafas merupakan kompensasi tubuh
untuk memenuhi kebutuhan O2 dalam darah.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian O2 tambahan
R/ O2 tambahan membantu meningkatkan keadekuatan O2
dalam darah

yang mengalami kekurangan sehingga

kebutuhannya dapat terpenuhi.


17

Observasi kedalaman pernafasan dan frekwensi pernafasan


R/ kedalaman pernafasan dan frekwensi pernafasan yang
normal menunjukkan penurunan daya kompensasi tubuh
dalam memenuhi O2 dalam darah.
2. Nyeri berhubungan dengan cidera biologis
Tujuan:
Pasien mampu menunjukan penurunan rasa nyeri/ tidak nyeri
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam
dengan criteria hasil:

Pasien tampak rileks

Intervensi dan rasional


Jelaskan kepada pasien penyebab nyeri
R/ nyeri terjadi karena adanya iritasi pada traktus
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
R/ analgesic menekan SSP agar tidak melepaskan mediatormediator kimiawi yang menyebabkan nyeri
Observasi skala nyeri pasien
R/ penurunan skala nyeri menunjukkan perkembangan dari
terapi
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis.
Tujuan:
Pasien mampu menunjukan ketidakcemasannya stelah dilakukan
tindakan keperawatan selama x 24 jam dengan criteria hasil:

Ekspresi wajah pasien tenang/rileks

Bisa menjawab pertanyaan dengan baik

Intervensi dan rasional


Jelaskan kepada pasien tindakan dan cara penanggulangan
yang akan diberikan
18

R/ Membantu pasien menghilangkan rasa cemas yang dia


rasakan, sehingga dia benar-benar mengerti apa yang akan
dilakukan kepadanya
Observasi ekspresi wajah pasien
R/ Wajah yang tenang menunjukkan bahwa pasien tidak
cemas lagi dan sudah menerima apa yang dialaminya.

4. Gangguan sensasi

saraf pembauan berhubungan dengan

penumpukan secret
Tujuan:
Pasien mampu menunjukan kemampuan pembauan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam dengan
criteria hasil:

Pasien mampu membedakan bau

Intervensi dan rasional:


1. Jelaskan pada pasien penyebab gangguan pembauan
R/ sel-sel reseptor dari sensasi pembauan adalah sel olfaktori
yang merupakan sel saraf bipolar yang berasal dari system
saraf pusat. Epitel olfaktori tersebar diantara ujung mukosa
membentuk tombol terproyeksi kedalam mucus yang
melapisi permukaan dalam rongga hidung.
2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/ pemberian obat membantu penyempurnaan penyembuhan
sel saraf bipolar sehingga pasien tidak mengalami gangguan
pada sensasi pembauan.
3. Lakukan tes fungsi pembauan
R/ tes fungsi pembauan bertujuan untuk melatih ketajaman
pembauan pasien.

19

4. Observasi fungsi pembauan(pasien mampu membedakan


bau)
R/pasien

mampu

membedakan

bau

dengan

benar

menunjukan perkembangan terapi yang diberikan

5.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan terbatasnya informasi


Tujuan:
Pasien mampu menerima penjelasan yang diberikan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam dengan
criteria hasil:

Pasien

mampu

mengulang

kembali

penjelasan

yang

diberikan

Pasien mampu mengulang kembali tindakan yang diberikan

Intervensi dan rasional


1. Jelaskan pada pasien penjelasan dan tindakan untuk mencegah
masuknya benda-benda asing kehidung.
R/ penjelasan yang baik, mudah dimengerti pasien dan tidak
terbelit-belit,

dapat

meyakinkan

kita

dan

pasien

untuk

mendapatkan penjelasan yang benar. Tindakan pencegahan yang


tepat juga sangat membantu pasien untuk mengaplikasikan
dalam kehidupannya, misalnya memakai masker saat bekerja.
2. Observasi tingkat pemahaman pasien terhadap penjelasan dan
tindakan pencegahan yang diberikan.
R/ pasien mampu mengulang penjelasan menunjukkan bahwa
pasien mengerti penjelasan yang diberikan serta tindakan
pencegahannya

20

BAB 3
BENDA ASING PADA TENGGOROKAN
3.1.Pengertian
Benda asing yang masuk dalam tenggorokan atau lebih umumnya di
saluran pernapasan mungkin tersangkut di larings trakea, karina,
bronkus kanan atau kiri serta cabang-cabangnya, tergantung dari besar
kecilnya benda tersebut.
Benda asing yang menyebabkan sumbatan jalan napas dapat berasal
dari :
a. Luar tubuh (eksogen) : kacang, paku, gigi palsu, dll.
Benda asing yang eksogen dibagi lagi atas sifat kimianya, yaitu :
-

Benda eksogen organik : benda ini mempunyai sifat yang


dapat mengembang dengan cepat dan mudah menimbulkan
reaksi jaringan sekitarnya.

Benda eksogen anorganik : benda ini bersifat dapat


menimbulkan reaksi berupa jaringan granulasi di tempat
benda itu menusuk, setelah berbulan-bulan.

b. Dari dalam tubuh (endogen) : bekuan darah, sekret kental, dll.

3.2.Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing dapat masuk
ke tenggorakan atau saluran napas yaitu :
a. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain pada saat
tidur, kesadaran menurun, alkoholisme, dan epilepsi.
b. Faktor fisik, adanya kelainan fisik dan penyakit neurologic seperti
retardasi mental, CVA, dll
c. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.

21

d. Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk


kedalam tenggorokan seperti saat makan tiba-tiba tersedak
e. Faktor kecerobohan biasanya terjadi pada orang dewasa, seperti saat
akan membetulkan jilbab peniti diselipkan di mulut dan tiba-tiba
tertelan

3.3.Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pada tenggorokan atau saluran napas akan tampak
berbeda-beda tergantung pada letak sumbatan benda asing tersebut
berada :
a. Bila benda terletak di laring terlihat tanda-tanda penyumbatan
laring seperti : sesak napas, stridor, suara serak, dan sianosis
b. Bila penyumbatan di trakea maka akan terjadi batuk-batuk, napas
akan berbunyi seperti asma, dan waktu penderita batuk dengan
mulut terbuka akan terdengar suara benda yang mengenai pita
suara
c. Bila benda asing terletak di karina dan menutupi kedua bronkus
maka dapat menyebabkan sesak napas hebat, sianosis dan berakhir
dengan kematian.
d. Bila benda asing menutupi salah satu bronkus maka dapat
menimbulkan emphysema atau atelektasis.
e. Bila benda asing menutupi bronkiolus, maka kelainan akan timbul
pada satu segmen lobus atau segmen paru-paru.

3.4.Komplikasi
Komplikasi dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Akibat sumbatan benda asing
-

Benda asing organik dengan cepat akan menimbulkan gejala


sumbatan saluran napas bagian atas dan emphysema,
atelektasis atau abses paru.

22

Benda asing anorganik bila didiamkan berbulan-bulan akan


menimbulkan jaringan granulasi disekitarnya dan gejala
sumbatan akan terjadi.

b. Akibat tindakan
-

Bronkoskopi yang kasar dan dilakukan berulang-ulang dapat


menyebabkan edema subglotis.

Trakeostomi yang dilakukan terburu-buru dapat menyebabkan


perdarahan, pneumothorax dan empisema kulit.

3.5.Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Kepala
b. CT scan

3.6.Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaannya adalah mengeluarkan benda asing dari
saluran pernapasan untuk mencegah asfiksi. Bila sumbatan hebat sekali
sedangkan fasilitas untuk laringoskopi dan bronkoskopi tidak ada,
sebaiknya dilakukan trakeostomi, penderita dibaringkan dalam posisi
trendelenberg. Benda asing dapat dikeluarkan dengan beberapa cara
antara lain :
a. Mencari benda asing melalui stoma dengan spekulum hidung
untuk membukanya.
b. Bila ini gagal, dapat dicoba untuk menghisap keluar benda
tersebut dengan kateter dan bila tak berhasil juga sebaiknya
benda tersebut didorong ke salah satu bronkus kemudian
penderita dikirim ke rumah sakit dimana terdapat fasilitas
bronkoskopi.
c. Jika hal ini tak dapat dilakukan, maka untuk mengeluarkan
benda asing tersebut beberapa ahli menganjurkan fisioterapi
(postural

drainage).

Penderita

23

dibaringkan

dalam

posisi

trendelenberg, badan dimiringkan ke arah tertentu kemudian


dada penderita dipukul-pukul. Dengan refleks batuk diharapkan
benda dapat keluar.

24

ASUHAN KEPERAWATAN BENDA ASING PADA TENGGOROKAN

A. Pengkajian
1. Identitas

Usia

: Dapat terjadi pada semua usia, biasanya


sering terjadi pada anak-anak usia 2-4
tahun, dewasa dan lansia

Jenis Kelamin

: Benda asing yang masuk ke tenggorokan


dapat terjadi pada perempuan dan lakilaki

2. Keluhan utama
Keluhan utamanya dapat berupa sesak napas karena benda asing ini
menutup jalan napas sehingga transport oksigen tidak adekuat.
Selain itu, keluhan pasien dapat berupa batuk karena adanya reflek
dari tubuh untuk mengeluarkan benda asing. Terkadang pasien jug
merasa nyeri telan.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien secara tidak sengaja memasukkan benda asing kedalam
mulut sehingga tidak sengaja tertelan. Adanya kelainan pada fisik
atau system neurologis juga dapat menurunkan kemampuan menelan
pasien dan beresiko terjadi aspirasi. Factor kecerobohan biasanya
juga sering terjadi pada orang dewasa.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mungkin menderita gangguan neurologis yang menurunkan
kesadaran dan kemampuan untuk menelan sehingga dapat terjadi

25

aspirasi. Namun tidak ada penyakit khusus yang mempengaruhi


masuknya benda asing kedalam tenggorokan.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada penyakit khusus yang dapat mempengaruhi masuknya
benda asing ke dalam tenggorokan. Namun, kemungkinan ada
penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pada system syaraf
seperti hipertensi.

6. Activity Day Life


a. Nutrisi
Nutrisi dari klien tidak terpenuhi dengan baik karena sumbatan
pada

tenggorokan

menghalangi

makanan

masuk

dan

menurunkan nafsu makan karena adanya nyeri untuk menelan


karena sumbatan tersebut. Berat badan klien bisa turun. Batuk
juga dapat menurunkan jumlah nutrisi yang masuk ke tubuh
berkurang.

b. Istirahat Tidur
Klien tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk istirahatnya
dengan baik, karena rasa tidak nyaman dan mungkin
menimbulkan nyeri.

c. Hygiene Personal
Kalau sampai menimbulkan sesak napas, klien pasti tidak
mampu memenuhi kebutuhan hygiene personalnya dengan baik.
Adanya kelemahan karena nyeri telan juga dapat membuat klien
tidak mampu memenuhi kebutuhannya.

26

d. Eliminasi
Bila ada gangguan nyeri telan atau sesak napas maka produksi
urin dapat menurun (oliguri) dan mengalami konstipasi karena
nutrisi tidak dapat dipenuhi dengan baik.

7. Pemeriksaan Fisik
a. B1
Terdapat dispnea karena obstruksi di jalan napas atau
tenggorokan, takipnea, retraksi dada berat, stridor, suara serak,
batuk disertai wheezing jika penyumbatan terdapat di trakea,
suara napas tambahan ronkhi karena peningkatan produksi
secret.
b. B2
Klien mengalami sianosis karena perfusi oksigen ke jaringan
menurun, takikardi, akral dingin, diaphoresis.
c. B3
Klien mengalami nyeri, khususnya nyeri telan pada tenggorokan.
Kesadaran bisa menurun jika sumbatan di tenggorak khususnya
jika tersumbat di trakea, karina atau bahkan bisa sampai di
bronkus.
d. B5
Klien bisa mengalami konstipasi karena makanan yang masuk
terhalangi oleh adanya sumbatan benda asing di tenggorokan,
nyeri dan sesak napas juga menurunkan nafsu makan klien
sehingga nutrisi untuk pencernaan tidak terpenuhi dengan baik.

27

8. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan

pola

pernapasan

berhubungan

dengan

berhubungan

dengan

penurunan suplai O2 ke paru.


2. Ketidakefektifan

perfusi

jaringan

gangguan aliran darah sekunder akibat hipotensi


3. Nyeri berhubungan dengan irtasi di dinding laring
4. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke otak
5. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan penurunan asupan oral
6. Ansietas berhubungan dengan obstruksi benda asing di
tenggorokan

9. NCP
1. Ketidakefektifan

pola

pernapasan

berhubungan

dengan

penurunan suplai O2 ke paru.


Tujuan : Pasien memperlihatkan frekuensi napas yang efektif
dan mengalami pertukaran gas pada paru setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama x 24 jam dengan kriteria hasil :
RR : 16-20 x/menit
Nadi : 60 100 x/menit
Nadi teraba kuat dan reguler
Retraksi dada ringan
Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
Wheezing (-)

28

Intervensi

Rasional

1. Jelaskan pada pasien


tentang penyebab dan
cara

1. Meningkatkan

sikap

kooperatif dari pasien

mengatasi

ketidakefektifan pola
pernapasan

2. Memperpanjang

2. Ajarkan

waktu

klien

ekpirasi, dengan teknik

pernafasan diafragma

ini klien akan bernafas

dan

lebih efisien dan efektif.

pernafasan

dengan

bibir

dirapatkan.

3. Memudahkan

fungsi

pernapasan

dan

meningkatkan
3. Beri

posisi

semifowler

ekspansi

paru
4. Menguatkan

&

mengkondisikan
4. Motivasi melakukan
latihan

otot-

otot

pernafasan.

otot-

otot
pernafasan

seoptimal

mungkin

5. Kolaborasi

dengan

dokter

dalam

pemberian oksigen.

5. Meningkatkan

kadar

oksigen dalam tubuh


6. Sebagai

indikasi

keberhasilan
6. Catat adanya derajat
dispnea,
disstres

ansietas,
pernapasan

serta penggunaan otot


bantu pernapasan

29

tindakan keperawatan

dari

2. Ketidakefektifan

perfusi

jaringan

berhubungan

dengan

gangguan aliran darah sekunder akibat hipotensi


Tujuan : Pasien menunjukkan gangguan perfusi jaringan
teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24
jam dengan kriteria hasil :
Akral hangat
Perfusi baik
CRT < 2 detik
Tidak cianosis
Nadi teratur
Nadi :60- 100x/mnt
SpO2: 95 - 100%
Intervensi

Rasional

Tindakan Mandiri
1. Jelaskan pada pasien
tentang tindakan yang
akan dilakukan

1. Meningkatkan

sikap

kooperatif dari pasien


2. Menurunkan statis vena

2. Pertahankan

di

ekstermitas

dalam

posisi tergantung

kaki

dan

pengumpulan

darah

pada vena pelvis untuk


menurunkan

resiko

pembentukkan trombus
3. Syok
3. Ukur haluaran urine
dan

catat

berat

jenisnya

lanjut

penurunan
jantung

atau
curah

menimbulkan

penurunan perfusi ginjal


4. Kulit

4. Observasi warna dan


membran mukosa kulit

30

sianosis,
membran

pucat

atau
kuku,

bibir/lidah

yang

memnunjukkan

vasokontriksi
atau

perifer

gangguan

aliran

darah sistemik

3. Resiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral


akibat hipoksia jaringan
Tujuan : Pasien menyatakan cedera lebih sedikit dan rasa takut
cedera berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama x24 jam dengan kriteria hasil :
Pasien dapat terhindar dari cedera
Pasien

mampu menjelaskan cara/metode

mencegah

terjadinya cedera

Intervensi

Rasional

Tindakan Mandiri
1. Jelaskan

pada

pasien

tentang

kondisinya

dan

tindakan

yang

akan

dilakukan.

1. Penjelasan
meningkatkan
pengetahuan
sehinnga

2. Beri pengaman di sekitar


tempat tidur pasien

akan

pasien

berada di samping pasien)

disekitar

tempat tidur mencegah


pasien jatuh
3. Perawat
mengantisipasi

31

akan

kooperatif
2. Pengaman

3. Dampingi pasien (perawat

pasien

dapat
hal-hal

yang dapat menyebabkan


terjadinya cedera

4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan penurunan asupan oral
Tujuan : Pasien mengalami pemenuhan nutrisi setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam dengan
kriteria hasil:
- Nafsu makan meningkat
- Dapat menghabiskan makanan sesuai dengan porsinya
- Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
Intervensi

Rasional

1. Jelaskan kepada pasien


dan

keluarga

tentang

pentingnya nutrisi yang

1. Nutrisi yang adekuat


membantu

proses

penyembuhan

adekuat
2. Berikan makan dengan
berlahan

pada

lingkungan yang tenang


3. Berikan makan peroral
setengah

cair,

makan

lunak ketika klien dapat


menelan air.
4. Kolaborasi

2. Klien
berkonsentrasi

pada

mekanisme

makan

tanpa

adanya

distraksi/gangguan
dari luar
3. Makan

dengan

dapat

lunak/cairan

kental mudah untuk

dokter

untuk

mengendalikannya

memberikan

cairan

didalam

32

mulut,

melalui iv atau makanan

menurunkan

melalui selang

terjadinya aspirasi
4. Mungkin
untuk

diperlukan
memberikan

cairan pengganti dan


juga

makanan

klien

tidak

untuk

jika

mampu

memasukkan

segala sesuatu melalui


mulut

5. Ansietas berhubungan dengan obstruksi benda asing di tenggorokan


Tujuan : klien diharapkan tidak merasa cemas setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama x 24 jam dengan kriteria hasil klien
merasa tenang, ekspresi wajah tenang, kooperatif terhadap tindakan,
tidak ada ungkapan rasa cemas.
Intervensi :
1. Jelaskan pada klien atau keluarga mengenai kondisi yang dialami
pasien dan penyebabnya
R/ Pasien dan keluarga mengetahui informasi mengenai kondisinya
maka akan memudahkan perawat untuk menangani kecemasannya.
2. Beri dukungan kepada klien
R/ member dukungan kepada klien akanmengurangi kecemasan dan
meningkatkan motivasi untuk mencapai tujuan terapeutik
3. Dorong pasien untuk menjalani terapi yang dilakukan
R/ dorongan mengurangi kecemasan pasien saat menjalani terapi.

33

DAFTAR PUSTAKA

Kern, Eugene. 1993. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. EGC :


Jakarta
Dumas, Marc. 1996. Proses Kedaruratan. EGC : Jakarta
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Salemba Medika : Jakarta
Doenges, Marylin. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta
Boise dkk. 1994. Buku Ajar Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. EGC : Jakarta
Theodore, Schrock. 1994. Ilmu Bedah. EGC : Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC :
Jakarta

34

Вам также может понравиться