Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
peranan
yang
menentukan
keberhasilan
penyelenggaraan
menjadi Anggota dan atau Pengurus Partai PoIitik harus diberhentikan sebagai
Pegawai Negeri, baik dengan hormat atau tidak dengan hormat, sehingga
mengacu dengan kedua hal tersebut pemerintah memandang perlunya mengatur
Larangan Pegawi Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik dengan Peraturan
Pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Dasar hukum mengenai keanggotaan PNS dalam Partai Politik telah diatur
secara legal didalam Undang-Undang maupun didalam Peraturan-peraturan
pemerintah lainnya. Berikut adalah beberapa pengaturan mengenai keanggotaan
PNS dari partai politik, yaitu :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Pegawai Negeri Sipil
yang Menjadi Anggota Partai Politik.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Pegawai Negeri Sipil
yang Menjadi Anggota Partai Politik ( Perubahan pada Pasal 7, 8, dan 9).
3. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai
Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik.
dengan PNS dan Kampanye serta Pasal 273 yang mengatur tentang sanksi
pidana terhadap pelanggaran Pasal 84.
2. Undang-Undang
Nomor
43
Tahun
1999
tentang
Pokok-Pokok
Kepegawaian. Terdapat pada Pasal 3 (1-3) antara lain : (1) PNS harus
Profesional, (2) PNS harus Netral dan tidak diskriminatif, (3) PNS
dilarang menjadi anggota atau pengurus Parpol.
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,
dalam Pasal 59 (5) huruf g antara lain menyatakan pasangan calon Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah yg berasal dari PNS harus
mengundurkan diri dari jabatan negeri.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil.
6. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 10 Tahun 2005
Tentang PNS yang menjadi Calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah
7. Surat Edaran MENPAN No. SE/08.A/M.PAN/5/2005 yang mengatur
tentang Netralitas PNS dalam Pemilihan Kepala Daerah.
kepada ketentuan sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan pemerintah ini.
Pegawai Negeri Sipil juga berhak menggunakan hak pilih dalam pemilihan
umum.
Beberapa aturan terkait dengan keanggotaan Pegawai Negeri Sipil dalam
Partai Politik yang terdapat didalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004
tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik yaitu :
a. Pegawai Negeri Sipil dilarang menjadi anggota dan atau pengurus partai
politik.
b. Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan atau pengurus partai
politik diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
c. Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi anggota dan atau pengurus partai
politik wajib mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pengunduran diri diajukan secara tertulis kepada Pejabat pembinaan
Kepegawaian dan tembusannya disampaikan kepada :
a) Atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan
serendah-rendahnya pejabat struktural eselon IV. Atasan tersebut
wajib menyampaikan pertimbangan kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian selambat-lambatnya dalam waktu sepuluh hari kerja
setelah diterimanya tembusan pengunduran diri.
b) Pejabat yang bertanggung jawab di bidang kepegawaian instansi
yang bersangkutan.
c) Pejabat yang bertanggung jawab di bidang keuangan instansi yang
bersangkutan.
Pejabat Pembina Kepegawaian wajib mengambil keputusan dalam waktu
selambat-lambatnya
10
(sepuluh)
hari
kerja
sejak
diterimanya
Negeri Sipil
yang
mengajukan
upaya
banding
administratif
kepada
Badan
pemberhentian
pemberhentian
sebagai
Pegawai
Pegawai
Negeri
Negeri
Sipil
Sipil.
atau
Keputusan
penangguhan
tidak
dengan
tersebut
hormat
berlaku
sebagai
terhitung
Pegawai
mulai
akhir
Negeri
Sipil.
bulan
yang
Sipil
yang
yang
mengundurkan
diri
dan
ditangguhkan
belum
diberhentikan
sebagai
Pegawai
Negeri
Sipil,
10
politik. Materi ini dimuat pula pada UU Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokokpokok Kepegawaian. Larangan tentang keanggotaan PNS dalam partai politik
dalam Undang-Undang ini terdapat didalam pasal 3, yang berbunyi : (1) Pegawai
Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan
11
12
13
14
15
16
lanjut
Panwaslu
juga
telah
melakukan
kroscek
verifikasi
bersama
partai
lain,
yang
berkasnya
akan
17
18
sebuah partai politik yaitu menjadi Juru kampanye salah satu Partai Politik,
memakai atribut salah satu Partai Politik, atau secara terang-terangan mendukung
salah satu Partai Politik, maka harus dikenakan sanksi tegas yang cukup berat,
yakni dipecat dari PNS sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980
tentang Kepegawaian serta Peraturan Pemerintah (PP) No. 37 Tahun 2004 tentang
Larangan PNS menjadi anggota Partai Politik
Larangan pejabat atau PNS tidak boleh terlibat dalam politik atau partai
politik harus menjadi catatan perhatian dari kepala daerah baik gubernur/bupati
dan walikota. Pengawasan itu mesti terus ditingkatkan, sehingga PNS yang
terbukti terlibat memberikan dukungan pada calon kepala daerah tertentu dalam
proses pilkada harus langsung diberikan sanksi mulai dari teguran sampai pada
tingkat pemecatan.
Untuk menemukan adanya PNS terlibat dalam perhelatan politik tersebut,
maka kita mengharapkan lembaga-lembaga pemantauan pilkada maupun
masyarakat untuk berperan aktif sekaligus memberikan laporan langsung kepada
pimpinan kepala daerah baik gubernur, bupati maupun walikota, agar dapat
mengambil tindakan, sehingga citra PNS tidak menjadi luntur. Publik menunggu
langkah tegas itu dari gubernur, bupati dan walikota.
2.4.3 Analisis Terhadap Permasalahan
Dari kedua contoh kasus diatas dapat dilihat bahwa pelaksanaan kebijakan
mengenai larangan keanggotaan PNS dalam Partai Politik yang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 belum terlaksana dengan baik. Hal
ini karena masih banyaknya para PNS yang terlibat didalam partai politik, baik
dengan menjadi anggota maupun pengurus Partai Politik. Ketidaknetralan posisi
PNS ini tentunya akan membuat kinerja PNS menjadi tidak optimal karena
terpecah antara kepentingan golongan tertentu dengan keharusannya untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya yang sesungguhnya sebagai seorang abdi
negara dan abdi masyarakat. Kecolongan akan banyaknya PNS yang terlibat
19
didalam partai politik ini tidak lain dikarenakan kecerobohan serta kurang
maksimalnya lembaga-lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengawasi
dan menangani masalah ini. Kedepannya pengawasan terhadap PNS perlu
ditingkatkan agar tidak terdapat lagi PNS yang memiliki kedudukan ganda, yaitu
sebagai anggota dan atau pengurus partai politik dengan kedudukan aslinya
sebagai seorang PNS. PNS sejatinya harus bersikap netral dan menghindari
penggunaan fasilitas negara untuk golongan tertentu. Selain itu PNS dalam
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan juga tidak diskriminatif
khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pegawai Negeri Sipil atau yang akrab disebut dengan PNS adalah unsur
aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat yang dengan penuh kesetiaan
dan ketaatan kepada pancasila, UUD 1945, Negara, dan Pemerintah
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Dengan kedudukannya
tersebut, PNS harus bersikap netral dan menghindari penggunaan fasilitas negara
untuk golongan tertentu. Selain itu PNS dalam menyelenggarakan tugas
pemerintahan
dan
pembangunan
tidak
diskriminatif
khususnya
dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, PNS dilarang untuk
menjadi anggota dan atau pengurus partai politik. Berbagai peraturan pun telah
dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur masalah larangan keanggotaan PNS
dalam partai politik.
Namun pada kenyataannya masih banyak PNS yang mengindahkan
peraturan mengenai larangan menjadi anggota dan atau pengurus partai politik ini.
Sulitnya menjaga netralitas PNS dari partai politik ini disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor internalnya adalah yang menyangkut PNS sendiri berupa: Pertama,
kebiasaan bahkan sudah menjadi bakat seseorang untuk selalu ingin terlibat dalam
kegiatan kegiatan politik praktis, kemungkinan karena terlalu lama berkecimpung
di organisasi politik ataupun memang telah merupakan pendirian yang dianutnya.
Kedua, kurang percaya diri, kemungkinan karena tidak memiliki kemampuan baik
dari segi pengetahuan ataupun keterampilan yang dimilikinya, artinya tidak
profesional. Ketiga, ambisi yang besar untuk memperoleh jabatan tertentu,
sehingga diharapkan dengan pemihakan ini akan diperoleh imbalan berupa jabatan
yang akan diduduki. Keempat, solidaritas yang kurang sesama PNS, sehingga
21
diberikan oleh PNS pun bukan kepada partai politik atau golongan tertentu,
melainkan kepada masyarakat secara keseluruhan. Menahan diri untuk tetap netral
dan mengabdi secara professional, serta berkarir secara alamiah, membuat PNS
tidak lagi dihantui rasa was-was dalam meniti karier dan tidak terbawa arus
pusaran politik sesaat.
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Administrator,
2010.
Larangan
Menjadi
Anggota
Partai.
Sumber
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan
DPRD.
24