Вы находитесь на странице: 1из 38

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah pada umumnya didefinisikan sebagai bagian permukaan terpisah
dari bumi dan bulan sebagaimana dibedakan dari batuan yang padat. Tanah
terdiri dari tiga fase yaitu padatan, cairan, dan gas. Pada kebanyakan tanah,
fase padat terdiri atas partikel mineral, partikel organik, humus serta terdapat
ruang pori yang terletak di antara partikel partikel fase padat itu. Ruang pori
ini secara bersama bersama diisi oleh cairan dan gas. Fase cairan
kebanyakan adalah air dari presipitasi yang menduduki ruangan pori tanah.
Komponen tanah yang disenangi tanaman kira-kira adalah sebagai berikut:
45% mineral, 5% bahan organik, 25% air, 25% udara. Sekitar setengah
volume tanah adalah ruangan pori. Peran air dalam tanah atau yang disebut
sebagai lengas tanah mempunyai hubungan dengan kation, dekomposisi bahan
organik, serta kegiatan mikroorganisme di dalam tanah.
Kesuburan Tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan
produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada.
Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung sejumlah faktor
pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu: Bahan induk, Iklim,
Relief, Organisme, atau Waktu. Tanah merupakan fokus utama dalam
pembahasan ilmu kesuburan tanah, sedangkan kinerja tanaman merupakan
indikator utama mutu kesuburan tanah.
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur
ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat
digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik dapat
mempengaruhi kemasaman tanah dan pH tanah. Kemasaman tanah merupakan
salah satu sifat penting, karena terdapat beberapa hubungan pH tanah dengan
ketersediaan unsur hara, juga beberapa hubungan antara pH dan semua sifatsifat tanah.pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang
diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam
mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga

14.pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan
tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K),
dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk
tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit.
Nitrogen di dalam tanah berasal dari bahan organik, hasil pengikatan N
dari udara oleh mikroba, pupuk, dan air hujan. Peran utama nitrogen bagi
tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan,
khususnya batang, cabang dan daun.Kadar Fosfor dalam tanaman menempati
urutan terakhir terendah dalam golongan hara makro bersama dengan Ca
,Mg,dan S. kadarnya Kira-kira 1/5 -1/10 kadar N. Peran P dalam tanaman
adalah untuk transfer energi .Kalium (K) merupakan unsur kedua terbanyak
setelah Nitrogen dalam tanaman.kadarnya lebih besar 4-6 kali lebih besar
dibanding P, Ca, Mg, dan S. Kalium di serap dalam bentuk kation K
monovalensi. Tidak terjadi transformasi K dalam tanaman.
Untuk mempertahankan produktivitas lahan dilakukan pengelolaan
kesuburan tanah, sehingga tanah tersebut menjadi media tumbuh yang
optimum. Pada lahan-lahan yang diusahakan secara intensif perlu diikuti
pengelolaan hara secara terpadu, sehingga unsur hara dalam tanah tersedia
secara cukup dan lengkap. Unsur-unsur hara yang terdapat di dalam tanah
dapat dibedakan menjadi unsur hara esensial (yang diperlukan tanaman) dan
non-esensial (tidak diperlukan tanaman).Berdasarkan jumlah kebutuhannya
unsur hara dikelompokkan ke dalam unsur hara makro yang dibutuhkan dalam
jumlah besar seperti C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), zat lemas (N),
belerang (S), fosfor (P), kalium (K), kapur (Ca), magnesium (Mg) dan besi
(Fe) dan unsur hara mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit seperti boron
(B), mangan (Mn), kobalt (Co), seng (Zn), molybdenum (Mo) dan khlor (Cl).
Adapula unsur-unsur yang terdapat pada tanaman tetapi masih diragukan
fungsinya misalnyaaluminium (Al), dan silikat (Si). Unsur-unsurC, H, O
didapat langsung oleh tanaman dari udara, sedangkan unsur hara lainnya dari
tanah. Kekurangan kadar hara dalam tanaman dapat diperbaiki dengan
pemupukan ke tanah atau langsung ke tubuh tanaman tersebut.

Berdasarakan keterangan diatas praktikum Kesuburan Tanah dan


Pemupukan ini penting dilakukan. Praktikum ini sebagai sarana pembelajaran
agar kita mampu mengelola tanan dan menjaga produktivitas dari suatu lahan.
Nilai lain dari praktikum ini agar kita dapat memahami arti penting Kesuburan
Tanah dan Pemupukan terhadap tanaman melalui praktikum yang dilakukan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kesuburan tanah dan pemupukan ini sebagai
berikut:
1. Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah.
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau
pengelolaan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum kesuburan tanah dan pemupukan tentang Analisis Tanah dan
Jaringan dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2013 di laboratorium kimia
tanah fakultas pertanian. Kemudian praktikum penanaman kangkung
dilakukan pada tanggal 16 November 2013 di lahan Jumantono, Kabupaten
Karanganyar.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tanah Andisol
Tanah Andisol adalah tanah yang berwarna hitam kelam, sangat porous,
mengandung bahan organik dan lempung tipe amorf. Terutama alofan serta
sedikit silika, alumina atau hodroxida-besi. Tanah yang terbentuk dari abu
vulkanik ini umumnya ditemukan didaerah dataran tinggi (>400 m di atas
permukaan laut) (Darmawijaya 2003).
Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti abu
vulkan, batu apung, silinder, lava dan sebagainya, dan atau bahan volkanik
lastik yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral "short range order"
(alofan, imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus. Dalam keadaan
lingkungan tertentu, pelapukan alumino silikat primer dalam bahan induk nonvulkanik dapat menghasilkan mineral short range order, sebagian tanah
seperti ini yang termasuk dalam Andisol (Hardjowigeno 2005).
Andisol merupakan tanah yang cukup subur. Di Indonesia Andisol
merupakan tanah utama yang digunakan untuk perkebunan tehseperti di
daerah Pangalengan (Jawa Barat), daerah sekitar Danau toba (Sumatra Utara)
dan lain-lain. Kecuali itu Andisol banyak digunakan untuk tanaman
hortikultura baik berupa tanaman bunga, sayur-sayuran maupun buah-buahan.
Andisol dataran rendah seperti di daerah Deli Sumatra Utara merupakan tanah
tembakau yang sangat terkenal. Fiksasi P yang besar pada Andisol merupakan
masalah penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan tanah tersebut
(Santoso 2004).
Tanah andisol atau yang lebih dikenal dengan istilah tanah andosol ratarata berwarna kehitaman. Tekstur dari tanah jenis andisol atau andosol
beragam. Tanah ini bisa berbentuk tanah liat dan tanah lempung yang
teksturnya kasar. Zat yang terkandung di dalamnya sebagian besar adalah abu
vulkanik dari letusan gunung. Tanah jenis ini banyak dijumpai di daerahdaerah yang berada di sekitar gunung berapi.Tanah andisol, andosol, atau
istilah lain menyebutkan tanah jenis ini dengan nama tanah vulkanik

mengandung unsur hara yang cukup tinggi. Unsur hara tersebut berasal dari
abu letusan gunung. Sehingga tanah jenis ini sangat baik untuk ditanami.
Tidak jarang daerah yang terkena musibah gunung meletus, justru tanahnya
akan lebih subur daripada sebelumnya (Surahman 2006).
Tanah Andisol adalah tanah yang memiliki bahan andik dengan
ketebalan sebesar 60% atau lebih bila, terdapat dalam 60 cm dari permukaan
mineral atau pada permukaan bahan organik dengan sifat andik yang lebih
dangkal, jika tidak terdapat kontak densik, litik, atau paralitik, horizon duripan
atau horizon petrokalsik pada kedalaman tersebut, atau diantara permukaan
tanah mineral atau lapisan organik dengan sifat andik, yang lebih dangkal dan
kontak densik, litik, atau paralitik, horizon duripan atau horizon petroklasik
(Soil Survey Staff 2010).
B. Pupuk Urea dan Pupuk Kandang
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar
tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman.
Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia
NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya
sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di
tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N
sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg
Nitrogen (Sarief 2005).
Unsur hara Nitrogen yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar
kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, antara
lain:
1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir
hijau daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam
proses fotosintesa.
2. Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan
lain-lain)
3. Menambah kandungan protein tanaman

4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan,


holtikultura, tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan
(Meiliza 2006).
Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia)
dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan
hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %.
Dalam proses pembuatan Urea sering terbentuk senyawa biuret yang
merupakan racun bagi tanaman kalau terdapat dalam jumlah yang banyak.
Agar tidak mengganggu kadar biuret dalam Urea harus kurang 1,5-2,0 %.
Kandungan N yang tinggi pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan
awal tanaman (Kasim 2009).
Pupuk kandang (pukan) didefinisikan sebagai semua produk buangan dari
binatang peliharaan

yang dapat

digunakan

untuk

menambah

hara,

memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak
tersebut diberi alas seperti sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan
kuda, maka alas tersebut akan dicampur menjadi satu kesatuan dan disebut
sebagai pukan pula. Beberapa petani di beberapa daerah memisahkan antara
pukan padat dan cair (Hasudungan 2008).
Manfaat Pupuk Kandang mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga
akan mengefektifkan bahan-bahan anorganik di dalam tanah dan menyediakan
unsur hara makro dan mikro, termasuk pupuk anorganik Selain itu, pupuk
kandang bisa memperbaiki struktur tanah, sehingga pertumbuhan tanaman
bisa optimal Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri
bersuhu dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah
berkurang. Jika belum memiliki ciri-ciri tersebut, pupuk kandang belum siap
digunakan. Penggunaan pupuk yang belum matang akan menghambat
pertumbuhan tanaman, bahkan bisa mematikan tanaman.Penggunaan pupuk
kandang yang baik adalah dengan cara dibenamkan, sehingga penguapan
unsur hara dapat berkurang. Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair
paling baik dilakukan setelah tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang

terdapat dalam pupuk kandang cair ini akan cepat diserap oleh tanaman
(Anonim, 2013).
C. Kesuburan Tanah
Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensiil (keberadaannya mutlak ada
untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman), dan
dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur hara makro.
Tiga bentuk utama N didalam tanah :
1. N-organik, sebagian besar dari N di dalam tanah dalam bentuk
senyawa organik tanah dan tidak tersedia bagi tanaman. Fiksasi Norganik ini sekitar 95% dari total N yang ada di dalam tanah.
2. NH4+ (anorganik), terfiksasi liat (bahan organik, BO, maupun mineral)
dan merupakan bentuk lambat tersedia.
3. NH4+ dan NO3- , ion larut, secara umum, khususnya kondisi oksidasi,
konsentrasi bentuk NO3- lebih tinggi dibandingkan dengan bentuk
NH4+.
Hubungan nitrogen di dalam tanah dengan tanaman :
1. Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
2. Merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu sendiri
3. Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
4. Merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun
Tanaman

yang

kekurangan

unsur

gejalanya

pertumbuhan

lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daundaun tua cepat menguning dan mati (Ruhnayat 2007).
Fosfor (P) merupakan unsur hara esensiil dan tidak ada unsur lain yang
dapat menggantikan fungsinya. Umumnya kadar P berada dibawah kadar N
dan K. Tanah-tanah muda dengan curah hujan rendah biasanya mengandung P
cukup tinggi, apabila dibandingkan dengan tanah-tanah yang telah mengalami
pelapukan lanjut dan berkembang di daerah dengan curah hujan tinggi.
Kehilangan P dari tempat/tanah erat hubungannya dengan proses run off dan
erosi. Dapat dikatakan erosi merupakan bentuk kehilanagn P yang sangat
besar. Secara umum P didalam tanah dapat dikelompokkan menjadi P-organik

dan P-anorganik, yang dimana ketersediaan P-organik relative lebih tinggi


dibandingkan dengan P-anorganik .
Hubungan fosfor di dalam tanah dengan tanaman :
1. Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
2. Merangsang pembungaan dan pembuahan
3. Merangsang pertumbuhan akar
4. Merangsang pembentukan biji
5. Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan
biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan (kurang sehat)
(Ruhnayat 2007).
Walaupan K didalam tanah cukup besar (0,5 atau 2,5%), akan tetapi
presentase yang tersedia bagi tanaman selama musim pertumbuhan tanaman
rendah, yaitu kurang dari 2%. Pada tanah-tanah tropik kadar K tanah bisa
sangat rendah karena bahan induknya miskin K, curah hujan tinggi, dan
tempertur tinggi, yang dapat mempercepat pelepasan/pelapukan mineral dan
pencucian K tanah.
Kalium didalam tanah dapat dikelompokkan dalam 2 bentuk, yakni.
1. K-tidak tersedia, banyak dijumpai dalam mineral (batuan) Kalium akan
dilepas jika batuan terlapuk, akan tetapi proses ini akan berjalan sangat
lama sehingga tidak nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.
2. K-tersedia, kalium segera tersedia merupakan K yang terdapat di dalam
larutan tanah ditambah dengan K yang diikat dalam bentuk dapat
dipertukarkan baik pada bahan organik maupun mineral liat.
Hubungan kalium (K) pada tanah untuk tanaman :
1. Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim
dan mineral termasuk air.
2. Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
3. Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi
lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan

sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk
daun (Ruhnayat 2007).
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui,
didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat
digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik
tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang
sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan
organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa
serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan
tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisasisa tanaman atau binatang (Notohadiprawiro 2011).
pH adalah tingakat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur
dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai
pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14.
Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0 hingga 7,
sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di
sebut sebagai alkaline) dengan nilai pH 7 14. Air murni adalah netral atau
mempunyai nilai pH 7. pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat
penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N),
Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan
dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap
penyakit (Darmawijaya 2004).
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh
berbagai kakas (matrik,osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan
dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan
elektrostatik zarah tanah. Tegangan lengas tanah juga menentukan beberapa
banyak air yang dapat diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah yang
tumbuhan mampu menyerap dinamakan air ketersediaan (Kuswandi 2003).
Kapasitas pertukaran kation (KPK) suatu tanah dapat didefinisikan
sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan
kation. Kemampuan atau daya jerap unsur hara dari suatu koloid tanah

10

dapat ditentukan dengan mudah. Jumlah unsur hara yang terjerap dapat
ditukar dengan barium (Ba+) atau amonium (NH4+), kemudian jumlah Ba
atau NH4 yang terjerap ini ditentukan kembali melalui penyulingan. Jumlah
Ba+ atau NH4 yang tersuling akan sama banyak dengan jumlah unsur hara
yang ditukar pada koloid tanah tadi (Lingga 2008).
D. Tanaman Kangkung
Kangkung (Ipomoea aquatica) merupakan sejenis tumbuhan yang
termasuk jenis sayur-sayuran dan di tanam sebagai makanan. Kangkung
banyak dijual di pasar-pasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan
Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana
terutama di kawasan berair (Rahmat 2011).
Secara anatomi tanaman kangkung memiliki akar serabut yang tumbuh
disetiap ruas batang, sehingga memiliki daya hisap yang tinggi terhadap
logam-logam yang ada di sungai. Stuktur batang yang berongga berguna
untuk mempercepat proses kapilaritas dari batang. Akibatnya kemampuan
untuk mengangkut air limbah bisa terjadi dengan cepat. Struktur daun yang
terdiri dari 3-5 lima helai dengan struktur daun yang tipis menyebabkan
tumbuhan mudah kehilangan air karena air yang ada di dalam menguap.
Hilangnya air yang menguap akan menyebabkan tekanan pada daun
menjadi rendah sehingga menarik air yang ada di pembuluh. Isapan daun
ini akan membuat air yang terdapat di akar naik ke atas. Dengan stuktur
anatomi, morfologi dan fisiologi kangkung yang seperti ini sehingga
tanaman ini dapat menyerap berbagai jenis polutan yang ada di sungai
(Heru 2007).
Kangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari
satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan
cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah
sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada
radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Akar berukuran
kecil sampai sedang, ulet kadang-kadang rapuh, berkayu atau lunak,
kompak atau berongga, percabangan akar banyak atau sedikit, bentuk

11

kerucut atau filiformis, warna putih-coklat, kuning-coklat atau kuning


kotor. Akar I. crassicaulis berkayu, kompak, ulet, percabangan banyak,
bentuk kerucut, memanjang ke bawah, warna putih-coklat, panjang 0,151,0 m, diameter 1-2,5 cm. Akar I. aquatica dan I. reptans lunak, rapuh,
sedikit kompak, percabangan banyak, agak menyebar, bentuk filiformis,
warna putih kekuningan. I. aquatica panjang 15-40 cm, diameter 1-3 mm. I.
reptans panjang 20-4o cm, diameter 1-4 mm. Akar I. leari berkayu,
kompak, ulet, percabangan sedikit, memanjang ke bawah, bentuk kerucut,
warna kuning kotor, panjang 15-45 cm, diameter 2-4 mm (Haryoto 2009).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir
biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah
hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran
kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji
kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitamhitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji
kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative
(Yuzni et al 2003).
Tanaman kangkung berasal dari India, yang kemudian menyebar ke
Malaysia, Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia, dan Afrika. Kangkung
banyak ditanam di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat. Kangkung
termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkung-kangkungan,
merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil dalam waktu
4-6 minggu sejak dari benih. Ada dua jenis kangkung yakni kangkung darat
dan kangkung air, perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air
terletak pada warna bunga. Kangkung air berbunga putih kemerahmerahan, sedangkan kangkung darat berbunga putih bersih. Perbedaan
lainnya terletak pada bentuk daun dan batang. Kangkung air berbatang dan
berdaun lebih besar dibandingkan kangkung darat. Warna batangnya juga
bebeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat
berbatang putih kehijau-hijauan (Ashari 2006).

12

III. CARA KERJA


A. Analisis Laboratorium
1. Kadar lengas
a. Menimbang botol timbang kosong
b. Menimbang contoh tanah kering angin 0,5 mm sebanyak 5 gr dan
memasukkan ke dalam botol timbang
c. Menimbang botol timbang dan contoh tanah
d. Mengoven selama 4 jam pada suhu 105oc
e. Mendinginkan pada eksikator lalu menimbang botol timbang
f. Menghitung kadar lengas tanah
2. Kapasitas Pertukaran Kation
a.

Menimbang contoh tanah kering angin sebanyak 10 gr lalu


memasukkan ke dalam erlenmeyer

b.

Menambah amonium asetat sebanyak 20 ml lalu menggojok selama 10


menit

c.

Mencuci dengan 10 ml asam asetat 8 kali dan menyimpan filtrat untuk


analisis K

d.

Mencuci dengan alkohol sebanyak 5 kali dan membuang filtratnya

e.

Mencuci dengan 10 ml NaCl 10% 8 kali

f.

Mengencerkan dengan aquades sampai volumenya 150 cc

g.

Menambah 5 ml larutan NaOH

h.

Menambah 2 butir Zn

i.

Melakukan destilasi dengan penampung 10 ml H3BO3

j.

Menunggu hasil destilasi sampai volume 40 cc

k.

Hasil destilasi dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga berubah


warna

3. Bahan organik
a.

Menimbang contoh tanah kering angin 0,5 mm sebanyak 0,5 gram lalu
memasukkan ke labu takar

b.

Menambah 10 ml K2Cr2O4 dan 10 ml H2SO4

12

13

c.

Mendiamkan selama 30 menit

d.

Menambah 5 ml asam fosfat dan menambah aquades hingga 50 ml


lalu digojog

e.

Mendiamkan agar mengendap

f.

Mengambil 5 ml larutan bening lalu menambah 15 ml aquades

g.

Menambah 2 tetes indikator DPA kemudian menggojok hingga


homogen

h.

Menitrasi dengan FeSO4 hingga berubah warna

4. N total tanah
a. Destruksi
1. Menimbang contoh tanah kering angin 0,5 mm sebanyak 0,5 gr
2. Memasukkan ke dalam tabung Kjeldahl dan menambahkan larutan
H2SO4 pekat sebanyak 3 ml
3. Menambahkan campuran serbuk K2SO4 dan CuSO4 sebanyak satu
sendok kecil
4. Melakukan destruksi hingga campuran homogen yaitu asap hilang
dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna
b. Destilasi
1. Setelah larutan dalam Kjeldahl dingin, menambahkan aquades
sebanyak 30 ml dan menuangkan dalam tabung destilasi(tanah tidak
ikut)
2. Menambahkan 10 ml NaOH pekat
3. Mengambil 10 ml H3BO3 1% sebagai larutan penampung pada beker
glass
4. Melakukan destilasi hingga larutan penampung mencapai volume 40
ml
c. Titrasi
1.

Mengambil larutan penampung sebanyak 40 ml dan melakukan


titrasi pada larutan dalam beker glass hasil destilasi dengan NaOH
0,1 N sampai warna hampir hilang atau kuning bening

2.

Melakukan prosedur di atas untuk blanko

14

3.

Menghitung nilai N total tanah dengan rumus

5. P tersedia tanah
a. Mengambil contoh tanah kering angin 0,5 mm sebanyak 1 gram dan
memasukkannya ke dalam flakon
b. Menambah 7 ml larutan Bray I lalu menggojoknya selama 1 menit
c. Menyaring dengan kertas saring
d. Mengambil 2 ml filtrat dan menambah 5 ml aquades
e. Menambah 2 ml asam molobdat hingga homogen
f. Menamabah 1 ml SnCl2 dan menggojoknya
g. Mengukur dengan spektofotometer dengan panjang gelombang 660 nm
6. K ketersedia tanah
a. Mengambil 5 ml filtrat yang disimpan saat analisis KPK
b. Menambah LiCl2 sebanyak 5 ml
c. Menambah aquades sampai 50 ml
d. Menembak dengan flamefotometer
7. pH H2O tanah
a. Menimbang contoh tanah kering angin 0,5 mm sebanyak 6 gr
b. Menambah 15 cc aquades
c. Menggojok hingga homogen
d. Mendiamkan selama 30 menit
e. Mengukur pH dengan pHmeter
8. N Jaringan tanaman
1) Destruksi
a. Menimbang sampel tanaman dengan kertas bersih dan kering
sebanyak 0,1 gram
b. Memasukkan ke dalam tabung Kjeldahl dan menambahkan 3 ml
H2SO4 pekat
c. Menambahkan campuranserbuk CuSO4 dan K2SO4 1 sendok kecil
d. Melakukan destruksi hingga campura homogen yaitu asap hitung
Nhilang dan larutan menjadi putih kehijauan atau tidak berwarna
e.

15

2) Destilasi
a. Menambahkan aquades 30 ml, setelah larutan dalam tabung
Kjeldahl

dingin

dan

menuangkan

dalam

tabung

destilasi,

menambahkan 2 butir Zn dan 20 ml NaOH pekat


b. Membuat larutan penampung 10 ml campuran H3BO3 4% dan
indikator campuran pada gelas piala (sudah dibuatkan)
c. Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40 ml
3) Titrasi
a. Mengambil larutan hasil destilasi 10 ml dan melakukan titrasi
dengan HCl 0,1 N (sampai warna menjadi kuning)
b. Melakukan prosedur di atas untuk blangko
c. Menghitung N jaringan tanaman dengan rumus
9. P Jaringan tanaman
a. Membuat larutan standar P
b. Menimbang O,2 gram sampel jaringan dan memasukkannya dalam
tabung reaksi
c. Menambahkan 2 ml HNO3 pekat dan HClO4 0,6 ml
d. Memanaskan di atas pemanas sampai larutan jernih dan jangan sampai
keing lalu mendinginkannya
e. Menambahkan aquades sampai volumenya menjadi 10 ml
f. Menyaring larutan dengan kertas Whatman
g. Mengambil 1 ml filtrat dan mengencerkan larutan sampai 10 ml
h. Menambahkan 2 ml HNO3 2 N
i. Menambahkan 1 ml vanadium molybat, gojog, dan mendiamkan selama
30 menit
j. Menembak dengan spektofotometer dan menghitung kadar P
10. K Jaringan Tanaman
a. Membuat larutan standar K
b. Menimbang 0,2 gran sampel jaringan dan memasukkannya dalam
tabung reaksi
c. Menambahkan 2 ml HNO3 pekat dan HclO4 0,6 ml

16

d. Memanaskan di atas pemanas sampai larutan jernih dan jangan sampai


kering lalu mendinginkannya
e. Menambahkan aquades sampai volume menjadi 10 ml
f. Menyaring larutan dengan kertas Whatman
g. Mengambil 2 ml filtrat dan mengencerkan hingga 10 ml
h. Mengamati dengan flametofotometer dan menghitung K jaringan
tanaman
B. Percobaan Penanaman di Lapangan
1. Persiapan
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah pada
kedalaman olah, kemudian menggemburkannya dan meratakannya serta
membersihkan dari sisa-sisa tanaman pengganggu
b. Pembuatan Petak
Pembuatan petak dengan ukuran 2,5x3 meter dengan jumlah
seluruhnya adalah 16 petak
2. Pemberian pupuk masing-masing petak dilakukan pada larikan-larikan
3. Menanam biji kangkung dengan 3 biji per lubang dengan jarak tanam
20x20 cm
4. Melakukan pemupukan
5. Menagamati tinggi tanaman setiap satu minggu sekali
6. Setelah tanaman berumur 30 hari(1 bulan) dilakukan pemanenan
7. Ambil seluruh bagian tanamn, dibersihkan kemudian ditimbang sebagai
brangkasan segar tanaman

17

IV.HASIL DAN ANALISIS HASIL PRAKTIKUM


A. Analisis Tanah
1. Kadar Lengas
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kadar Lengas
Jenis Tanah Kelompok Kadar Lengas (%)
Andisol
9
15
Alfisol
10
16,1
Entisol
11
4,772
Vertisol
12
23,59
Andisol
13
10,9
Alfisol
14
15,45
Entisol
15
13,38
Vertisol
16
37,087
Sumber: Data Rekapan
Analisis Data :
a1 = 56,32 gram
a2 = 55,28 gram
b1 = 61,30 gram
b2 = 60,27 gram
c1 = 60,54 gram
c2 = 59,71 gram

17

18

2. pH Tanah
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan pH Tanah
Jenis Tanah Kelompok
pH
Andisol
9
6,29
Alfisol
10
5,281
Entisol
11
6,5
Vertisol
12
6,58
Andisol
13
6,392
Alfisol
14
5,43
Entisol
15
6,057
Vertisol
16
6,418
Sumber: Data Rekapan
pH tanah andisol= 6,29 (asam)
3. N Total Tanah
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan N Total Tanah
Jenis Tanah
Kelompok
N total tanah (%)
Andisol
9
0,17
Alfisol
10
0,0812
Entisol
11
0,2
Vertisol
12
0,10
Andisol
13
0,062
Alfisol
14
0,16
Entisol
15
0,175
Vertisol
16
1,14
Sumber: Data Rekapan
Analisis data:
(

)
(

x 100 % = 0,17% (rendah)

19

4. P Tersedia Tanah
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan P Tersedia Tanah
Jenis Tanah Kelompok P tanah (ppm)
Andisol
9
14,6 ppm
Alfisol
10
1,52 ppm
Entisol
11
3,389 ppm
Vertisol
12
14,06 ppm
Andisol
13
0,005 ppm
Alfisol
14
0,438 ppm
Entisol
15
2,142 ppm
Vertisol
16
16,21 ppm
Sumber: Data Rekapan
Tabel 4.5 Larutan Standar P
X (Absorbansi) Y(konsentrasi)
0
0
0,1
0,044
0,2
0,084
0,4
0,181
0,6
0,284
0,8
0,383
1,0
0,453
Sumber: Data Rekapan
Analisis Data:
( )

= 14,6 ppmP (rendah)

20

Menentukan garis regresi dengan persamaan

, nilai a dan b dicari

dengan menggunakan kalkulator sehingga diperoleh :


a = 1,12
b = 0,06
y = a x + b y = 1,12 x + 0,06
Jika x = 0, maka
y = 0,06
Sehingga diperoleh titik (x,y) = {0,(0,06)}
Jika y = 0, maka 0 = 1,12 x + 0,06
0,697 x = - 0,015
x= 0,022
Sehingga diperoleh titik (x,y) = {(0,022),(0)}
y
0,453
0,383
0,284
0,181
0,084
0,044
x
0,1

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Larutan Sampel dan Larutan Standar P


5. K Tersedia Tanah
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan K Tersedia Tanah
Jenis Tanah
Kelompok
Andisol
9
Alfisol
10
Entisol
11
Vertisol
12
Andisol
13
Alfisol
14
Entisol
15
Vertisol
16
Sumber: Data Rekapan

K tanah
0,014 me/100 g
0,185 me/100 g
0,08 me/100 g
0,02 me/100 g
0,57 me/100 g
0,184 me/100 g
0,19 me/100 g
0,97 me/100 g

21

Tabel 4.7 Larutan Standar K


Y (Konsentrasi)
X (Absorbansi)
0
0
0,25
0,35
0,50
0,70
0,75
0,95
1,00
0,100
Sumber: Data Rekapan
Analisis Data:

( )

= 4,718 %
= 4,718 x 100 %
= 4,718 ppm
= 4,718 : 330
= 0,014 me/100 g (sangat rendah)
Menentukan garis regresi dengan persamaan
dengan menggunakan kalkulator sehingga diperoleh :
a = 1,12
b = 0,06
y = a x + b y = 1,12 x + 0,06
Jika x = 0, maka
y = 0,06
Sehingga diperoleh titik (x,y) = {0,(0,06)}
Jika y = 0, maka 0 = 1,12 x + 0,06
0,697 x = - 0,015

, nilai a dan b dicari

22

x= 0,022
Sehingga diperoleh titik (x,y) = {(0,022),(0)}

1,00
0,75
0,50

0,025
0

0,35

0,70

0,95

0,1

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Larutan Sampel dan Larutan Standar K


6. Bahan Organik Tanah
Tabel 4.8 Bahan Organik Tanah
Jenis Tanah Kelompok Bahan organik
Andisol
9
0,77 %
Alfisol
10
0,518 %
Entisol
11
3,587 %
Vertisol
12
0,65 %
Andisol
13
3,72 %
Alfisol
14
0,647 %
Entisol
15
0,762 %
Vertisol
16
1,84 %
Sumber: Data Rekapan
Analisis Data :
(

)
(

Bahan organik =
=

x kadar c
x 0,45% = 0,77 % (sangat rendah)

23

7. Kapasitas Pertukaran Kation


Tabel 4.9 Kapasitas Pertukaran Kation
Jenis Tanah Kelompok
KPK
Andisol
9
21 cmol(+)/kg
Alfisol
10
29,5 cmol(+)/kg
Entisol
11
27,74 cmol(+)/kg
Vertisol
12
24,5 cmol(+)/kg
Andisol
13
36,5 cmol(+)/kg
Alfisol
14
18,4 cmol(+)/kg
Entisol
15
26,25 cmol(+)/kg
Vertisol
16
21 cmol(+)/kg
Sumber: Data Rekapan
Analisis Data :
KPK = (cc HCl x N HCl) / berat tanah x 100 cmol/kg
= (21 x 0,1) / 10 x 100 cmol/kg
= 21 cmol/kg (sedang)
B. Analisis Tanaman
1. Tinggi Kangkung
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Tinggi Kangkung
Kelompok Sampel

10

11

12

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3

Minggu
ke-1
(cm)
5
5
4,5
6
6
8
6
5
7
7
8
6
5
7
6
6
5
5

Minggu
ke-2
(cm)
14
15
18
14
14,5
16
18
16
17
20
11,4
16,6
14,4
14,7
18,5
15,5
14,5
13,5

Minggu
ke-3
(cm)
26
22,5
23
26
24
27
34
32
33
37
24
34,5
33
31
25,5
21
27
27,6

Minggu
ke-4
(cm)
36
33
34
40
39
45
47
51
48
42
48,3
35
47,5
41,4
56
43
44
44,5

24

4
5
13
1
2
3
4
5
14
1
2
3
4
5
15
1
2
3
4
5
16
1
2
3
4
5
Sumber : Data Rekapan

5,5
4,5
5
6
4,5
4,5
8
6,8
6,5
7
8
6,5
7
7,5
6
7
7
6
8
8
6
6,5

13,5
14,5
16,5
11,5
10
13,5
16,5
18
16
13
15
15
10,8
11
11
14
12
15
17
18
17,5
16

24,4
28
32,5
17
16
23
25
30
25
20
27
25
15
13
13
17
16,8
21,5
26,5
29,5
28,5
22

2. Berat Berangkas Kangkung


Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Berat Berangkas Kangkung
Kelompok Berat Beangkas
9
3 kg
10
4,6 kg
11
4,25 kg
12
25,25 g
13
22,35 g
14
2,075 g
15
0,915 g
16
25,3 g
Sumber : Data Rekapan

34
41
44
28
28
35
35
35
35
27
40
33
26
23
31
30
28
22,5
28
31,5
29
22,5

25

V. PEMBAHASAN
A. Analisis Tanaman
1. Kadar Lengas
Kadar lengas tanah atau air dalam tanah merupakan salah satu fase
cair dalam tanah yang berupa air yang mengisi di dalam rongga rongga
tanah atau pori pori tanah. Lengas tanah mempunyai hubungan dengan
kation, dekomposisi bahan organik, bahan penutup tanah (organik maupun
anorganik) serta kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Manfaat dari
kadar lengas tanah ini adalah dapat mengontrol serapan hara dan
pernapasan akar-akar tanaman, serta dapat menduga kehilangan air selama
pengairan dan dapat mengetahui daya simpan lengas. Kadar lengas tabah
dapat diketahui dengan menggunakan berbagai macam metode, antara lain:
gravimetris, transiometer, pancaran neutron, dan kalsium.
Tanah andisol atau yang lebih dikenal dengan istilah tanah andosol
rata-rata berwarna kehitaman. Tekstur dari tanah jenis andisol atau andosol
beragam. Tanah ini bisa berbentuk tanah liat dan tanah lempung yang
teksturnya kasar. Zat yang terkandung di dalamnya sebagian besar adalah
abu vulkanik dari letusan gunung. Tanah jenis ini banyak dijumpai di
daerah-daerah yang berada di sekitar gunung berapi.Tanah andisol,
andosol, atau istilah lain menyebutkan tanah jenis ini dengan nama tanah
vulkanik mengandung unsur hara yang cukup tinggi. Unsur hara tersebut
berasal dari abu letusan gunung. Sehingga tanah jenis ini sangat baik untuk
ditanami. Tidak jarang daerah yang terkena musibah gunung meletus, justru
tanahnya akan lebih subur daripada sebelumnya.
Hasil analisis dari praktikum yang dilakukan adalah untuk mencari
kadar lengas yang terkandung dalam beberapa sampel tanah. Dalam
praktikum ini dibagi kedalam beberapa kelompok. Tanah yang digunakan
adalah tanah jenis andisol (kelomppok 9), namun ada jenis tanah lain yang
di praktikan oleh kelompok yang lain. Dari hasil analisis yang telah
dilakukan didapatkan kadar lengas tanah andisol dari kelompok 9 sebesar

25

26

15 % dan kadar lengas sebesar 10,9 % dari kelompok 13 yang


menggunakan media yg sama yaitu tanah andisol. Kadar lengas yang
didapat dari tanah alfisol sebesar 16,1 % dan 15,45 % dari kelompok 10
dan 14. Kelompok 11 dan 15 menngunakan media tanah jenis entisol, hasil
kadar lengasnya sebesar 4,772 % dan 13,38 %. Sedangkan tanah jenis
vertisol memiliki kadar lengas sebesar 23,59 % dan 37,087 % yang
dilakukan oleh kelompok 12 dan 16.
Dari praktikum dan analisis yang dilakukan diketahui bahwa tanah
jenis vertisol memiliki kadar lengas yang lebih tinggi dibanding jenis tanah
yang lain. Hal Ini disebabkan karena pada tanah vertisol memiliki kadar
bahan organik yang banyak serta banyaknya lempung yang mampu
mengikat air tanah, sehingga dapat mengikat air dalam pori-pori tanah
dalam jumlah banyak. Sedangkan tanah jenis yang lain memiliki sedikit
kandungan bahan organik sehingga kemampuan mengikat air dalam poripori tanahnya sedikit. Selain itu perbedaan jumlah lengas tanah ini dapat
disebabkan oleh faktor relief yang berpengaruh pada kecepatan tanah dalam
kehilangan lengasnya, serta disebabkan oleh faktor curah hujan yang
berhubungan dengan evaporasi. Tanah yang memiliki kadar lengas tinggi
baik digunakan dalam petanian misalnya tanah vertisol.
2. pH Tanah
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting, karena
terdapat beberapa hubungan pH tanah dengan ketersediaan unsur hara, juga
beberapa hubungan antara pH dan semua sifat sifat tanah. Ada dua
metode yang dapat digunakan dalam pengukuran pH, yaitu secara
elektrometrik dengan menggunakan pH meter dan secara volumetrik
dengan menggunakan indikator warna, kertas pH, pH stick indikator dan
kertas pH universal.
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh pH baik langsung
maupun tidak langsung. Setiap kelompok jenis tanaman membutuhkan pH
tertentu untuk pertumbuhan dan produksi maksimum. Nilai pH tanah
mempengaruhi ketersediaan N, P, K, Ca, Mg dan unsur mikro serta

27

kelarutan unsur beracun seperti Al dan Mn. Di samping itu juga


mempengaruhi kehidupan jasad mikro dalam tanah.
Metode yang digunakan untuk mengetahui pH tanah dalam
praktikum ini adalah metode elektrometrik dengaan menggunakan pH
meter. Hasil analisis yang telah dilakukan terhadap tanah jenis andisol
diketahui pH tanah sebesar 6,29 yang dilakukan oleh kelompok 9,
sedangkan dari kelompok 13 yang menggunakan media tanah yang sama
memiliki pH sebesar 6,392 yang menandakan bahwa jenis tanah ini bersifat
masam. Berdasarkan analisis dari kelompok lain jenis tanah alfisol, entisol,
dan vertisol juga memiliki pH tanah berkisar diangka 6. Jadi tanah jenis
andisol, alfisol, entisol, dan vertisol semuanya bersifat masam karena pH <
7. Biasanya tanah yang memiliki sifat asam kurang baik untuk ditanami
tanaman, jadi harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum
menanam dengan cara memberikan kapur kepada tanah tersebut.
3. N Total Tanah
Nitrogen adalah senyawa yang tersebar secara luas di biosfir.
Atmosfirbumi mengandung sekitar 78% gas nitrogen yang inert. Pada
sistem perairan senyawa nitrogen dapat berupa nitrogen organik dan
anorganik. Nitrogen terdiri atas amonia (NH3), amonium (NH4+), nitrit
(NO3-) dan nitrat (NO2-), jumlah secara kuantitas dari nitrogen yang
terakumulasi oleh tiap mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan
bervariasi 1 sampai 10 persen dari total berat kering (dryweight).
Nitrogen di dalam tanah berasal dari bahan organik, hasil pengikatan
N dari udara oleh mikroba, pupuk, dan air hujan. Nitrogen yang dikandung
tanah pada umumnya rendah, sehingga harus selalu ditambahkan dalam
bentuk pupuk atau sumber lainnya pada setiap awal pertanaman. Selain itu
N di dalam tanah mempunyai sifat dinamis yang dapat berubah ubah dan
mudah tercuci bersama air drainase.
Nitrogen atau zat lemas adalah unsur kimia dalam tabel periodik
yang memiliki lambang N dan nomor atom 7. Biasanya ditemukan sebagai
gas tanpa warna, tanpa bau, tanpa rasa dan merupakan gas diatomik bukan

28

logam yang stabil, sangat sulit bereaksi dengan unsur atau senyawa lainnya.
Dinamakan zat lemas karena zat ini bersifat malas, tidak aktif bereaksi
dengan unsur lainnya. Nitrogen mengisi 78,08 persen atmosfir bumi dan
terdapat dalam banyak jaringan hidup. Zat lemas membentuk banyak
senyawa penting seperti asam amino, amoniak, asam nitrat, dan sianida.
Berdasarkan hasil praktikum dan analisis untuk mengetahui
kandungan unsur N dalam tanah didapatkan kandungan unsur N sebesar
0,17 % dalam tanah jenis andisol yang dilakukan oleh kelompok 9.
Sedangkan kelompok 13 yang menggunakan media tanah yang sama
diketahui kandungan unsur N sebesar 0,062 %. Dari analisis yang didapat
bahwa tanah jenis andisol pada praktikum ini memiliki kandungan unsur N
yang rendah. Sedangkan tanah jenis vertisol yang dipraktikan oleh
kelompok 16 hasil analisis yang didapat kandungan unsur N sebesar 1,14 %
ini menunjukan bahwa tanah jenis vertisol memiliki kandungan unsur N
yang sangat tinggi.
4. P Tersedia Tanah
Fosfor (P) merupakan unsur hara esensiil dan tidak ada unsur lain
yang dapat menggantikan fungsinya. Umumnya kadar P berada dibawah
kadar N dan K. Tanah-tanah muda dengan curah hujan rendah biasanya
mengandung P cukup tinggi, apabila dibandingkan dengan tanah-tanah
yang telah mengalami pelapukan lanjut dan berkembang di daerah dengan
curah hujan tinggi. Kehilangan P dari tempat/tanah erat hubungannya
dengan proses run off dan erosi. Dapat dikatakan erosi merupakan bentuk
kehilanagn P yang sangat besar. Secara umum P didalam tanah dapat
dikelompokkan menjadi P-organik dan P-anorganik, yang dimana
ketersediaan P-organik relative lebih tinggi dibandingkan dengan Panorganik . Hubungan fosfor di dalam tanah dengan tanaman adalah
berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman,
merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar,
merangsang pembentukan biji, merangsang pembelahan sel tanaman dan
memperbesar jaringan sel.

29

Hasil praktikum dan analisis yang dilakukan diketahui P tersedia


tanah dalam tanah andisol sebesar 14,6 ppm yang dilakukan oleh kelompok
9, sedangkan kelompok 13 dengan media tanah yang sama diketahui P
tersedia tanah sebesar 0,005 ppm, ini sangat rendah karena dibawah 10
ppm. Sedangkan tanah jenis alfisol diketahui memiliki P tersedia tanah
sebesar 1,52 ppm dan 0,438 ppm ini berdasarkan analisis kelompok 10 dan
14. Untuk tanah jenis entisol yang dipraktikan oleh kelompok 11 dan 15
memiliki kandungan P tersedia sebesar 3,389 ppm dan 2,142 ppm, ini juga
merupakan kategori sangat rendah. Kemudian jenis tanah vertisol memiliki
kandungan P tersedia tanah sebesar 14,06 ppm dan 16,21 ppm berdasarkan
anlisis yang dilakukan oleh kelomppok 12 dan 16.
5. K Tersedia Tanah
Kalium (K) dalam tanah bersumber dari mineral primer tanahdan
bahan organik sisa tanaman. K merupakan salah satu unsur yang mobile
(mudah bergerak) sehingga mudah hilang melalui proses pencucian atau
terbawa arus pergerakan air. Hal ini menyebabkan efisiensi pupuk K
rendah.
Walaupan K didalam tanah cukup besar (0,5 atau 2,5%), akan tetapi
presentase yang tersedia bagi tanaman selama musim pertumbuhan
tanaman rendah, yaitu kurang dari 2%. Unsur K diserap tanaman dalam
bentuk ion K+ dan dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang berpariasi,
namun jumlahnya dalam keadaan yang tersedia bagi tanaman biasanya
kecil. Kalium yang ditambahkan dalam tanah biasanya dalam bentuk
garam-garam yamg mudah larut seperti KCL, KNO3, dan KMgSO4
Pada tanah-tanah tropik kadar K tanah bisa sangat rendah karena
bahan induknya miskin K, curah hujan tinggi, dan tempertur tinggi, yang
dapat mempercepat pelepasan/pelapukan mineral dan pencucian K tanah.
Kalium didalam tanah dapat dikelompokkan dalam 2 bentuk, yakni K-tidak
tersedia, banyak dijumpai dalam mineral (batuan). Kalium akan dilepas jika
batuan terlapuk, akan tetapi proses ini akan berjalan sangat lama sehingga
tidak nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. K-tersedia,

30

kalium segera tersedia merupakan K yang terdapat di dalam larutan tanah


ditambah dengan K yang diikat dalam bentuk dapat dipertukarkan baik
pada bahan organik maupun mineral liat.
Hasil analisis dari praktikum yang dilakukan didapat K tersedia dari
tanah jenis andisol sebesar 0,014 me/100 gr dan 0,57 me/100gr yang
dilakukan oleh kelompok 9 dan kelompok 13. Sedangkan jenis tanah alfisol
K tersedia tanah yang terkandung sebesar 0,185 me/100 gr dan 0,184
me/100 gr berdasarkan analisis dari kelompok 10 dan 14. Untuk jenis tanah
entisol K tersedia tanah yang terkandung sebesar 0,08 me/100 gr dan 0,19
me/100 gr berdasar analisis dari kelompok 11 dan 15. Kemudian jenis tanah
vertisol memiliki K tersedia tanah yang terkandung sebesar 0,02 me/100 gr
dan 0,97 me/100 gr berdasarkan analisis yang dilakukan oleh kelomppok
12 dan16. Untuk K tersedia nilai kurang dari 0,1 di kategorikan sangat
rendah kandungan unsur K, sedangkan nilai lebih dari 1 di kategorikan
sangat tinggi unsur K yang terkandung dalam tanah tersebut.
6. Bahan Organik Tanah
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui,
didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat
digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik
tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang
sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan
organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa
serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan
tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisasisa tanaman atau binatang
Bahan

Organik

tanah

merupakan

penimbunan,

terdiri

dari

pembentukan baru sisa dan sebagian dari pembentukan baru sisa hewan dan
tumbuhan. Bahan organikyang terkandung dalam tanah kurang lebih hanya
3 5% dari berat tanah dalam top soil

tanah. Bahan organik akan

mempengaruhi sifat fisik tanah menjadi hita, meningkatkan kemampuan


mengikat H2O dan absorbsi kation, dan meningkatkan daya menahan air

31

tanah. sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah
dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar
bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum
terjadi. Kualitas bahan organik sangat menentukan kecepatan proses
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Salah satu faktor melihat
komposisi keidealan produktivitas tanah adalah kandungan bahan organik
(C organik).
Hasil analisis dari praktikum diketahui bahwa bahan organik yang
terkandung dalam tanah andisol sebesar 0,77 % dan 3,72 % berdasarkan
analisis dari kelompok 9 dan 13. Untuk jenis tanah alfisol bahan organik
yang terkandung sebesar 0,518 % dan 0,647 % berdasarkan analisis dari
kelompok 10 dan 14. Sedangkan jenis tanah entisol mempunyai kandungan
bahan organik sebesar 3,587 % dan 0,762 % berdasarkan analisis yang
dilakukan kelompok 11 dan 15. Kemudian untuk tanah yang berjenis
vertisol memiliki kandungan bahan organik sebesar 0,65 % dan 1,84 %
berdasarkan anallisis yang dilakukan kelompok 12 dan 16. Pemberian
bahan organik (misalnya pupuk kandang) merupakan salah satu cara dalam
upaya meningkatkan kualitas tanah tersebut.
7. Kapasitas Pertukaran Kation
Kapasitas pertukaran kation (KPK) suatu tanah dapat didefinisikan
sebagai suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan
kation. Kemampuan atau daya jerap unsur hara dari suatu koloid tanah
dapat ditentukan dengan mudah. Jumlah unsur hara yang terjerap dapat
ditukar dengan barium (Ba+) atau amonium (NH4+), kemudian jumlah Ba
atau NH4 yang terjerap ini ditentukan kembali melalui penyulingan. Jumlah
Ba+ atau NH4 yang tersuling akan sama banyak dengan jumlah unsur hara
yang ditukar pada koloid tanah tadi
Setiap kation mempunyai daya yang berbeda untuk dapat dijerap dan
dipertukarkan. Jumlah yang dijerap biasanya tidak setara dengan jumlah
yang dipertukarkan. Ion bervalensi dua biasanya lebih kuat dipegang dai
pada ion bervalensi satu oleh koloid tanah, dengan demikian akan lebih

32

sukar untuk dipertukarkan. Itulah sebabnya jika ion Ba2+ yang digunakan
sebagai kation penukar, pertukaran tidak terjadi dalam jumlah yang setara.
Barium dijerap kuat sekali oleh liat, tetapi mempunyai daya penetrasi yang
rendah. Oleh karena itu jumlah pertukaran yang diperoleh lebih rendah dari
jumlah barium yang dijerap, akan sering memberikan jumlah pertukaran
yang lebih tinggi dari jumlah ion NH4+ yang dijerap. Amonium adalah ion
bervalensi satu yang tentunya akan ditarik oleh koloid liat kurang kuat jika
dibandingkan dengan ion barium, tetapi ion amonium mempunyai daya
penetrasi yang lebih tinggi.
Berdasarkan analisis dan praktikum yang dilakukan kapasitas
pertukaran kation jenis tanah andisol sebesar 21 cmol(+)/kg dan 36,5
cmol(+)/kg dari analisis yang dilakukan oleh kelompok 9 dan 13.
Sedangkan kapasitas pertukaran kation tanah jenis alfisol sebesar 29,5
cmol(+)/kg dan 18,4 cmol(+)/kg berdasarkan analisis dari kelompok 10 dan
14. Kemudian kapasitas tukar kation tanah jenis enfisol sebesar 27,74
cmol(+)/kg. Dan yang terakhir nilai kapasitas tukar kation tanah jenis
vertisol sebesar 24,5 cmol(+)/kg dan 21 cmol(+)/kg berdasar analisis yang
dilakukan oleh kelompok 12 dan 16. Kapasitas tukar kation tanah sangat
beragam, karena jumlah humus dan liat serta macam liat yang dijumpai
dalam tanah berbeda-beda pula. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi
oleh reaksi tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik,
dan pengapuran serta pemupukan.
B. Analisis Tanaman
Kangkung merupakan tanaman tahunan yang hidup di daerah tropis
maupun subtropis. Tanaman ini termasuk dalam family Convolvulaceae
atau kangkung-kangkungan dengan batang bergetah dan berlubang
didalamnya.spesies dari tanaman sejenis ini adalah Ipomeae batatas atau
ubi jalar. Kangkung dikenal baik oleh masyarakat kita sebagai sayuran
hijau yang memiliki kandungan vitamin mineral yang cukup tinggi dengan
harga murah dan mudah di dapat serta pembudidayaannya juga tergolong
mudah. Karakter ini mendukung pengembangan sebagai salah satu

33

komoditas tanaman holtikultura yang potensial untuk dikembangkan.


Tanaman kangkung merupakan jenis tanaman hijau yang memiliki akar,
batang, daun bunga, buah dan biji. Kangkung memiliki perakaran tunggang
dengan banyak akar samping. Akar tunggang tumbuh dari batangnya yang
berongga dan berbuku-buku. Daun kangkung berbentuk daun tunggal
dengan ujung runcing maupun tumpul mirip dengan bentuk jantung hati,
warnanya hijau kelam atau berwarna hijau keputih-putihan dengan
semburat ungu dibagian tengah. Bunganya berbentuk seperti terompet
berwarna putih ada juga yang putih keungu-unguan. Buah kangkung
berbentuk seperti telur dalam bentuk mini warnanya cokelat kehitaman,
tiap-tiap buah terdapat atau memiliki tiga butir biji. Umumnya banyak
dimanfaatkan sebagai bibit tanaman.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan 5 sampel
tanaman yang dipilih dari 100 tanaman yang ditanam untuk dijadikan bahan
pengamatan yang dilakukan perlakuan menggunakan pupuk kandang.
Kelima sampel tanaman kangkung yang dipilih selanjutnya akan diamati
setiap seminggu sekali. Kelima tanaman kangkung tersebut diukur
tingginya seminggu sekali. Minggu pertama, sampel tanaman kangkung 1
dan 2 memiliki tinggi 5 cm, sampel tanaman kangkung 3 tinginya 4,5 cm.
Sedangkan sampel tanaman 4 dan 5 memiliki tinggi tanaman 6 cm.
Minggu kedua, kelima sampel tanaman mengalami penambahan tinggi
tanaman, sampel tanaman 1 tingginya 14 cm. Tanaman sampel 2 memiliki
tinggi tanaman 15 cm. Sampel tanman 3, 4, dan 5 masing masing memiliki
tinggi 18 cm, 14 cm, dan 14,5 cm. Pengukuran dilakukan sampai minggu
keempat, didapatkan tinggi tanaman sampel 1 menjadi 36 cm. Tinggi
tanaman sampel 2 pada minggu keempat menjadi 33 cm. Tanaman sampel
3 memiliki tinggi 34 cm pada minggu keempat, sedangkan tanaman sampel
4 dan 5 masing-masing memiliki tinggi tanaman 40 cm dan 39 cm setelah
minggu keempat. Tinggi tanaman masing-masing sampel tidak sama karena
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
kangkung, baik faktor intern maupun faktor ekstern. Bersamaan dengan

34

pengukuran pada minggu keempat juga dilakukan pemanenan tanaman


kangkung yang ditanam. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut
tanaman sampai akarnya. Tanaman kangkung yang dipanen kemudian
dicuci sampai bersih. Setelah dicuci hingga bersih kemudian dilakukan
penimbangan tanaman kangkung, didapatkan berat berangkasan tanaman
kangkung seberat 3 kg. Setelah ditimbang hasil panen tanaman kangkung
dijual kepada konsumen.

35

VI. SARAN DAN KESIMPULAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari praktikum yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan :
1. Kadar lengas tanah Andisol sebesar 15 %, semakin tinggi kadar lengas
maka daya ikat air semakin tinggi.
2. Tanah andisol memiliki pH 6,29 sehingga tanah andisol bersifat asam
karena pH kurang dari 7.
3. Tanah jenis andisol dalam praktikum ini memiliki kandungan unsur N
sebesar 0,17 % nilai tersebut menujukan kandungan unsur N pada tanah
andisol rendah
4. Tanah andisol dalam praktikum ini memiliki kandungan unsur P sebesar
14,6 ppm hal tersebut menunjukan bahwa kandungan unsur P dalam tanah
andisol rendah.
5. Tanah andisol dalam praktikum ini memiliki kandungan unsur K sebesar
0,014 me/100 g hal tersebut menunjukan bahwa kandungan unsur K dalam
tanah andisol sangat rendah.
6. Kandungan bahan organik pada tanah andisol dalam praktikum ini sebesar
0,77% nilai tersebut menunjukan kandungan bahan organik pada tanah
andisol sangat rendah.
7. Kapasitas pertukaran kation tanah jenis andisol sebesar 21 cmol (+)/kg,
angka tersebut menunjukan bahwa kapasitas pertukaran kation tanah
andisol terbilang sedang.
8. Hasil dari pengamatan rata-rata tinggi kangkung sampel 1 sebesar 20,25
cm ; sampel 2 sebesar 18,87 cm ; sampel 3 sebesar 19,87 cm ; sampel 4
sebesar 21,5 cm dan sampel 5 sebesar 20,87 cm.
9. Hasil panen tanaman kangkung yang telah dijual memiliki berat
berangkasan sebesar 3 Kg.

35

36

B. Saran
1. Sebaiknya praktikan dan Co.Ass saling berdampingan agar praktikan mampu
memahami praktikum dengan baik.
2. Sebaiknya praktikum dilakukan dalam beberapa shift agar saat praktikum
tidak terjadi kegaduhan.
3. Sebaiknya sarana dan prasarana praktikum lebih diperhatikan lagi.
4. Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan saat praktikum, agar dapat
memahami dengan baik dalam praktikum.
5. Sebaiknya komunikasi dua arah antar praktikan dan Co-assisten tetap dijaga.

37

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2013. Manfaat Pupuk Kandang. http : // pupuk hantu jimmy . blogspot
.com /2013/10/manfaat-pupuk-kandang.html. Diakses pada Selasa 19
November 2013 pukul 21.28 WIB.
Ashari 2006. Mengenal Jenis Kangkung. Jepara: Kanisius.
Darmawijaya M Isa 2003. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hardjowigeno S 2005. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Mediyatama Sarana
Perkasa.
Haryoto 2009. Bertanam Kangkung Raksasa di Pekarangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Hasudungan 2008. Uji Efektivitas Pupuk Organik Padat dan NPK terhadap
Pertumbuhan dan Produksi. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Heru 2007. Memupuk Tanaman Sayur. Bogor: Penebar Swadaya.
Isa Darmawijaya 2004. Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana
Pertanian di Indonesia. UGM: Yogyakarta.
Kasim Arifudin 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Urea, SP-36, dan KCl Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Padi Pada Lahan Sawah. Jurnal Ilmiah
Tambua Vol. 3: 395-399.
Kuswandi 2003. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius: Yogyakarta.
Lingga dan Marsono 2008. Kapasitas Pertukaran Kation Tanah. Erlangga.
Jakarta.
Meiliza rika 2006. Pengaruh Pupuk Terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah di
Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Notohadiprawiro Tejoyuwono 2001. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.
Rahmat 2011. Seri Budi Daya Kangkung. Yogyakarta: Kanisius.
Ruhnayat Agustus 2007. peran unsur hara bagi tumbuhan. Bandung: Sinar
Terang.
Sarief 2005. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Santoso Budi 2004. Sifat dan Ciri Tanah Andisol. Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

38

Soil Survey Staff 2010. Keys to Soil Taxonomy. 11th edition. United States
Departmentof Agriculture Natural Resources Conservation Service.
Washington D.C. US.
Surahman 2006. Ilmu Tanah dan Struktur Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yuzni dkk 2003. Bertanam Kangkung. Jakarta: Penebar Swadaya.

Вам также может понравиться