Вы находитесь на странице: 1из 3

Umar ibn Khathab dan Pelajaran dari zaman

Sebenarnya kasak kusuk tentang para sahabat nabi itu sudah terjadi di jaman
mereka sendiri. Tentang hal ini, berkenaan dengan Umar ibn Khathab saya
sendiri sangat kecewa atas sikapnya dalam peristiwa wafat Rasulullah s.a.w.
hingga beliau sendiri merasa tidak berkenan dengan perkataan Umar. Tetapi
bagaimana pun juga peristiwa itu sudah terjadi dan memberi pengaruh hingga
saat ini, yaitu berkenaan dengan wasiat Rasulullah terakhir.
Meski bisa dikatakan Umar telah lancang, akan tetapi dia juga sangat berjasa
dalam pertumbuhan Islam ini. Saya mengambil sikap netral, tidak melaknat
seperti sebagian orang, dan juga tidak mengaguminya, sebab, setiap sahabat
nabi yang tercatat dalam riwayat sejarah punya jasa masing masing, dan itu
patut dihargai. Bagaimana pun juga mereka adalah Muslim generasi awal yang
punya keutamaannya.
Kita, yang hidup di periode zaman ini setelah 14 abad yang lalu punya tantangan
zaman yang berbeda. Artinya, masa lalu kita jadikan pelajaran dan pengalaman,
akan tetapi merupakan kesalahan besar yang fatal bila kita hidup di masa lalu.
Masa lalu jangan di jadikan batasan, masa lalu kita jadikan fondasi pengalaman
untuk bangkit dan maju.

Sebagai perumpamaan, ibarat suatu biji tanaman yang ada di dalam tanah, biji
itu tumbuh, bangkit dari kegelapan tanah dan menjadi pohon yang sangat kuat,
tidak mengapa diterpa hujan dan badai, memberi keteduhan dan buah buahan.
Dan bukan sebagai biji yang mati dan terurai di dalam tanah.
Bangkitlah, jangan biasa menggunakan batasan sehingga tidak bisa bangkit,
akan tetapi batasan batasan itu tadi menyebabkan kita teruji dan tumbuh
kesejatian kita yang penuh ruh hidup hingga menerobos dimensi lain, dan
tumbuh membawa kemanfaatan rahmatal lil alamin.
Tidaklah akan membawa kebaikan apapun dengan menakut nakuti umat akan
kekejaman Tuhan, dan parameter tekstual dengan otoritas kelompoknya,
terlebih ditambah dengan idealisme konteks zaman Rasulullah, sebab kita
mengalami hal hal yang tidak sama dengan apa yang mereka alami. Pemurnian
agama hanyalah dusta ketika otoritas hanya meminta kontribusi tanpa
melaksanakan tanggung jawabnya pemenuhan fungsional agama kepada umat
yang dibina. Sebagian teori penuhanan memanglah dapat dimengerti bila Tuhan
adalah bentuk dialektis dalam jagad kemanusiaan itu sendiri karena itulah ulama
sebagai agen Tuhan adalah kelompok yang paling bertanggung jawab. Ketika
mereka menggunakan ilmunya demi tujuan politik maka binasalah umat, sebab
pada hakikatnya agama adalah hal kosmologis antara khaliq dan makhluq yang
membentuk komunikasi imbal balik. Tetapi ketika komunikasi ini di selewengkan
demi ambisi menggunakan doktrin doktrin konspirasi, maka terbaliklah nilai nilai,
kezaliman pun menjadi dianggap kebenaran.
Ketika pembodohan umat menggunakan otoritas diberlakukan, sebenarnya
esensi agama itu sendiri sudah hilang. Jadi, bila Umar ibn Khathab dulu tidak jadi
berniat men kanon kan Al Qur'an maka sempurnalah kezaliman, dan hilanglah
ajaran monotheisme. Tetapi senyatanya Al Qur'an itu disebarluaskan sebebas
bebasnya, bukan saja sebagai doktrin yang di otoritasi kalangan tertentu
berkenaan dengan filsafat filsafat yang rumit, akan tetapi Al Qur'an sebagai
dzikra, sebagai peringatan, pembelajaran yang ekuivalen dengan rumus alam
semesta sehingga bisa dipahami secara naluriah orang awam sekalipun, karena
berkenaan dengan realita, bukan perumusan doktrin. Tetapi sungguh keanehan

terjadi ketika para pemegang otoritas yang selalu bicara hukum, yang
mengagumi Umar malah mereka mengerjakan apa yang berseberangan yang
mereka bawa, dan mereka tidak menyadarinya, malah mengaku dan
menyatakan sebagai kebenaran.
Ketika agama sudah dibuang esensinya, niscaya, itu adalah sudut pandang
kehidupan yang paling kejam. Dan Tuhan pun seolah sudah mati dan menjadi
penuhanan belaka menurut versi masing masing kelompok. Tangisan takkan
berguna, dan darah jadi sajian minuman khamr yang menjadikan pengelihatan
terbalik.
Apakah Tuhan benar benar tidak ada?, saya tidak mempercayainya, sehingga
suatu saat Dia akan bicara dengan cara-Nya sendiri. Tuhan, ampunilah aku dan
orang orang yang bersamaku. Aamiin ...

Oleh : Kang Arya


https://www.facebook.com/kang.arya.1800
Kunjungi posting kami yang lain di Blogger The Journey
http://singularination.blogspot.com/
Kategori : Keberumatan umat Islam

Вам также может понравиться