Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
proses transformasi.
Transformasi sel ini terjadi karena mutasi gen yang mengatur pertumbuhan
diferensiasi sel. Sel yang mengalami diferensiasi disebut protoonkogen dan supresor
gen (anti onkogen), sel-sel tersebut terdapat pada semua kromosom. Protoonkogen
yang telah mengalami perubahan dan dapat menimbulkan kanker disebut
onkogen (Sukardja, 2000).
Catatan : paragraf campuran
Sifat umum dari kanker adalah sebagai berikut : pertumbuhan
berlebihan umumnya berbentuk tumor ; bersifat invasif, mampu tumbuh di
jaringan sekitarnya; bersifat metastatik, menyebar ke tempat lain dan
menyebabkan pertumbuhan baru (Gunawan, 2009). Kanker dapat tumbuh
disemua jaringan tubuh,seperti sel kulit, sel hati, sel darah, sel otak, sel lambung , sel
usus, sel paru dan berbagai macam sel tubuh lainnya. Oleh karena itu, dikenal
berbagai jenis kanker menurut sel atau jaringan berasal (Diananda, 2007),seperti
kanker kulit, kanker usus, kanker hati, kanker otak, kanker payudara, kanker ovarium,
kanker vagina, kanker serviks. Namun pada bagian ini yang akan dibahas lebih dalam
adalah kanker serviks.
Catatan : paragraf deduktif
2.2
jaringan serviks (Mardjikoen, 2007). Serviks adalah bagian ujung depan rahim
yang menjulur ke vagina. Kanker serviks kebanyakan mulai pada sel yang
melapisi serviks. Sel ini tidak secara tiba-tiba berubah menjadi kanker, namun
sel serviks yang normal mulanya berkembang secara bertahap. Perkembangan
secara bertahap ini disebut pra kanker (Blecher dkk, 2012)
Catatan : paragraf diskriptif (semua isi paragraf adalah inti pikiran utama)
2.3
(HPV). Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus
HPV dan 50% kanker serviks berhubungan dengan HPV tipe 16. Mekanismenya
yaitu
beberapa faktor risiko selain faktor penyebab utama dari infeksi HPV, faktor risiko
dari kanker serviks yaitu:
Catatan : paragraf deduktif
a.
Hubungan seksual pada usia muda yaitu kurang dari 15 tahun dapat
meningkatkan risiko relatif sebanyak 12 kali untuk terkena kanker serviks.
Menurut Hutapea (dalam Nasution , 2008) serviks yang belum matang (immatur)
dari wanita muda (20 tahun ke bawah), hanya diliputi lapisan sel yang halus, oleh
karena itu mempunyai daya tahan rendah terhadap infeksi Human Papilloma Virus
(HPV) yang ditularkan pada waktu hubungan seksual.
Catatan : paragraf deduktif
b.
seksual yang cukup tinggi merupakan hal yang membahayakan, karena bisa terjadi
radang atau luka. Ini berpotensi menyebabkan kanker dikemudian hari. Menurut
Yuniar
penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan
mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih
banyak dan tidak terkendali sehingga menjadi kanker.
Catatan : paragraf induktif
c.
Paritas (Kelahiran)
Dari berbagai literatur yang ada, seorang perempuan yang sering
Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi terutama kontrasepsi oral lebih dari 4 atau 5
- 2,5 kali.
melihat perubahan yang terjadi pada serviks sekaligus langkah awal untuk
menegakkan diagnosa. Saat ini telah dikenal beberapa metode skrining, antara lain
Pap Smear, IVA, Kolposkopi, Konisasi dan Biopsi.
a.
Pap Smear
Tes Pap merupakan salah satu pemeriksaan sel serviks untuk mengetahui
perubahan sel, sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini.
Apusan sitologi pap smear dapat diterima secara universal sebagai alat skrining
kanker serviks. Menurut Wijaya (dalam Perwita, 2011) metode ini peka terhadap
pemantauan derajat perubahan pertumbuhan epitel serviks termasuk displasia dan
karsinoma in situ, sehingga pertumbuhan lebih lanjut dapat dicegah.
Pemeriksaan
Tes Pap dianjurkan dilakukan secara berkala meskipun tidak ada keluhan apaapa terutama bagi yang berisiko (1-2 kali setahun).
Catatan : paragraf campuran
b.
mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam
asetat 3-5%. Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu
Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, suatu alat
yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan sumber
cahaya di dalamnya (pembesaran 6-40 kali). Fungsi mikroskop ini untuk melihat
perubahan stadium dan luas pertumbuhan abnormal epitel serviks. Metode ini mampu
mendeteksi prakarsinoma serviks dengan akurasi diagnostik yang cukup tinggi.
Namun kolposkopi memerlukan biaya yang besar, pemeriksaan memerlukan waktu
dan prosedur pemeriksaan kurang praktis dibandingkan dengan Tes Pap. Itulah
sebabnya kolposkopi hanya digunakan selektif pada sitologi Tes Pap abnormal
yaitu displasia dan karsinoma in
klinis
Konisasi
Kalau pemeriksaan Kolposkopi tidak memuaskan, konisasi harus di lakukan.
Biopsi
Biopsi memerlukan prosedur diagnostik yang penting sekalipun sitologi
10
Menurut ( Novel dkk, 2010) klasifikasi kanker dapat di bagi menjadi dua, yaitu
(1) klasifikasi berdasarkan histopatologi dan (2) klasifikasi berdasarkan stadium
stadium klinis menurut Federation International of Gynecology and Obstetrics
(FIGO).
2.6.1 Klasifikasi berdasarkan histopatologi menurut Scully RE (dalam Irawan
2008) :
a.Squamous cell carcinoma
1) Keratinizing
2) Nonkeratinizing
11
3) Verrucous
4) Warty
5) Papillary
6) Lymphoepithelioma-like carcinoma
b.Adenocarcinoma
1) Mucinous adenocarcinoma
2) Endocervical type
3) Intestinal type
4) Endometrioid adenocarcinoma
5) Clear cell adenocarcinoma
6) Mesonephric adenocarcinoma
c.Other epithelial tumours
1) Adenosquamous carcinoma
2) Glassy cell carcinoma
3) Adenoid cystic carcinoma
4) Adenoid basal carcinoma
5) Carcinoid tumour
6) Small cell carcinoma
7) Undifferentiated carcinoma
2.6.2 Klasifikasi berdasarkan stadium klinis :
Penentuan stadium kanker leher rahim berdasarkan hasil pemeriksaan klinik.
Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium kanker serviks pada adalah
sistem yang diperkenalkan oleh Federation International of Gynecology and Obstetrics
(FIGO) pada tahun 2009. Tingkatan stadium pada kanker leher rahim adalah sebagai
berikut.
a. Stadium I dimana kanker telah tumbuh dalam serviks, tetapi belum menyebar ke
organ lain. Stadium I dibagi menjadi beberapa stadium, yaitu:
1) Stadium IA1
12
d. Stadium IV, kanker telah menyebar ke organ lain. Stadium IV dibagi menjadi
beberapa stadium,yaitu:
13
1) IV A
Kanker menyebar dan tumbuh di organ terdekat
2) IV B
Kanker menyebar ke organ-organ terjauh
14
Pembedahan (Operasi)
Pada prinsipnya operasi sebagai pengobatan apabila kanker belum menyebar
yang tujuannya agar kanker tidak kambuh lagi. Operasi terutama dilakukan untuk
tujuan kuratif disamping tujuan paliatif (meringankan). Operasi dilakukan pada
karsinoma in situ dan mikroinvasif, dalam operasi tumor dibuang dengan konisasi,
15
elektrokoagulasi.
tindakan operasi
2.7.2
Radioterapi
Radioterapi adalah terapi untuk menghancurkan kanker dengan sinar ionisasi.
Menurut Tambunan (dalam Nasution, 2008) kerusakan yang terjadi akibat sinar tidak
terbatas pada sel -sel kanker saja tetapi juga pada sel -sel normal disekitarnya, tetapi
kerusakan pada sel kanker umumnya lebih besar dari pada sel normal, karena itu
perlu diatur dosis radiasi sehingga kerusakan jaringan yang normal minimal dan dapat
pulih kembali. Radioterapi dilakukan pada karsinoma invasif stadium lanjut (IIB, III,
IV). Terapi dititiberatkan pada radiasi eksternal dan internal. Kemajuan teknologi
radioterapi pada saat ini,dapat diarahkan pada massa tumor secara akurat, sehingga
pemberian dosis tinggi tidak memberikan kesulitan.
2.7.3 Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Apabila
kanker
telah
kemoterapi. Obat
menyebar
ke
anti-kanker
luar
bisa
panggul ,
diberikan
maka
dianjurkan menjalani
16
berarti obat menyebar ke sleuruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah
menyebar jauh (metastatis)
Kemoterapi Neoadjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa kanker
dan biasanya dikombinasi dengan radioterapi
b.
Kemoterapi Adjuvan
Kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat berdiri sendiri atau bersamaan
dengan radiasi. Tujuan dari kemoterapi ini adalah untuk membunuh sel yang
bermetastase.
c.
Kemoterapi Primer
Tujuan kemoterapi ini untuk mengontrol gejalanya.
d.
Kemoterapi Kombinasi
Kemoterapi ini menggunakan dua atau lebih sitostatika
2.8.2
(Sintesis), fase G2 (Growth 2) dan fase G0 (Istirahat). Pada fase G1 (Growth 1) ini
terjadi sintesis asam ribonukleat,sel akan tumbuh, struktur sitoplasma tertentu akan
berdiferensiasi.
Fase S (Sintesis)
(Sintesis)berakhir sel masuk pada fase G2 (Growth 2). Dari keseluruhan sel yang
17
ada,hanya sebagian sel ada dalam fase ini, sisanya ada dalam fase G0
(Mutschler,1999).
Berdasarkan pada siklus sel sitostastika dibedakan menjadi 2 golongan.
a.
b.
18
(Gunawan,
2009).
Obat
yang
termasuk
dalam
golongan
ini
adalah
paclitaxel,docetaxel.
d. Golongan Antagonis Folat
Golongan ini bekerja dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase (DHFR).
Tanpa adanya enzim ini nukleotid purin, asam amino serin dan metionin akan
terputus akibatnya pembentukan DNA,RNA dan protein akan terganggu
(Katzung, 2004). Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah metotreksat.
e. Golongan Analog Pirimidin
Mekanisme golongan ini adalah menghambat sintesis DNA melalui pelepasan
timidin (Mutschler, 1999). Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah
fluorourasil (5-FU),sitarabin
f. Golongan Antibiotik
Beberapa antibiotik karena memiliki sifat toksiknya dapat digunakan untuk
terapi kanker atau sebagai sitostatika. Antibiotik yang termasuk sitostatika
adalah bleomisin,aktinomisin,antrasiklin. Mekanisme utama dari golongan
antibiotik ini adalah menghambat sintesis DNA (Gunawan, 2009).
(FIGO)
dapat
Terapi
19
IA1
Pilihan terapi:
Total abdominal atau histerektomi vaginal
Bila ingin mempertahankan fertilitas dapat dilakukan konisasi biopsy
diikuti dengan observasi bila margin negatif dengan jalan pap smear
pada bulan ke-4, 10 dan tiap tahun bila hasil pap smear negatif 2x
berturut-turut (level evidence B)
IA2
Pilihan terapi:
Direkomendasikan modified radical hysterectomy + limfadenektomi
pelvis oleh karena potensial terdapat keterlibatan kelenjar limfe pelvis
Bila tidak terdapat keterlibatan limph vascular space invasion (LVSI)
maka dapat dipertimbangkan extrafacial hysterectomy dan
limfadenektomi pelvis (level evidence C)
IB1,IIA4 cm
IB2, IIA 4 cm
Pilihan terapi:
Kemoradiasi (level evidence A)
Histerektomi radikal+ limfadenektomi pelvis diikuti dengan terapi
ajuvan radiasi (level evidence C)
Kemoterapi neoadjuvan diikuti dengan histerektomi radikal+
limfadenektomi pelvis terapi ajuvan radiasi/kemoradiasi (level
evidence B)
Kombinasi radiasi eksterna + brakhyterapi, konkomitan kemoterapi
cisplatin
Paliatif
II B-IVA
IVB
Cisplatin
5-FU
Dosis
40 mg/m2 IV
50 mg/ m2 IV
1000 mg/ m2 IV
Interval
Diberikan pada hari
ke 1,8,15,22,29, dan
36
Hari ke 1 dan 29
Hari ke 2-5 dan ke
30-33
Siklus
6
-
20
Cisplatin
5-FU
Cisplatin
5-FU
Hidroksiurea
Terapi Induksi:
Cisplatin
Gemsitabin
Radioterapi
Brakiterapi
Terapi Adjuvan:
Cisplatin
Gemsitabin
75 mg/ m2 IV
(sampai 4 jam)
4000 mg/ m2 IV
(sampai 96 jam)
50 mg/ m2 IV
4000 mg/ m2 IV
(sampai 96 jam)
2 g (oral) x 2 minggu
21 Hari (3 minggu)
2 siklus tambahan
Hari ke 1 dan 29
Selama 42 hari
(6 minggu)
40 mg/m2
125 mg/m2
50,4 Gy
30-35 Gy (Dalam 96
jam)
50 mg/ m2
1000 mg/ m2
Hari ke 1
Hari ke 1 dan 8
(Setiap 21 hari )
Regimen
Dosis
Interval
Siklus
Cisplatin
50 mg/ m2 IV
21
Bevazizumab
15 mg/kg IV
21
Docetaxel
100 mg/ m2 IV
21
21
Gemsitabin
800 mg/ m2 IV
Paclitaxel
135 mg/ m2 IV
(Hari ke 1)
50 mg/ m2 IV (Hari
ke 2)
28
21
Kombinasi
Cisplatin
Carboplatin
Paclitaxel
AUC 5mg/ml/min
175 mg/ m2
21
6-9
Cisplatin
Topotecan
50 mg/ m2 IV
0,75 mg/ m2 IV
21
Cisplatin
Gemcitabin
30 mg/ m2
800 mg/ m2
28