Вы находитесь на странице: 1из 100

MINOR SURGERY

1. Instrument Bedah Minor


a. Nald voeder
Nama lainnya pemegang jarum atau needle holder. Jenis yang digunakan bervariasi. Yaitu tipe
Crille Wood (bentuk seperti klem dan tipe Mathew Kusten (bentuk segitiga). Guna nald voedder
ini pada penjahitan. Sebagai pemegang jarum jahit (nald Heacting) dan sebagai penyimpul
benang.

b.
u
i

G
nt
n

g
i. Gunting diseksi (dissecting scissor). Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus dan bengkok.
Ujungnya biasanya runcing. Terdapat dua tipe yang sering digunakan, yaitu tipe Mayo dan tipe
Metzenbaum. Kegunaan gunting ini adalah untuk membuka jaringan, membebaskan tumor kecil
dari jaringan sekitarnya, untuk eksplorasi, merapikan luka. Penyediannya masing-masing 1
buah

ii. Gunting Benang

Ada dua macam gunting benang yaitu gunting benang yang bengkok dan yang lurus.
Kegunaannya untuk memotong benang operasi, merapikan luka. Penyediannya masingmasing 1 buah.

iii. Gunting Perban/Pembalut


Kegunaanya adalah untuk menggunting pembalut dan plester. Penyediaan 1 buah.

c. Pisau bedah (skapel)


Terdiri atas dua bagian, yaitu gagang dan mata pisau (mess/bistoury/blade). Pada pisau bedah
model lama, mata pisau dan gagang bersatu , sehingga bila mata pisau tumpul harus diasah
kembalai. Pada model baru, mata pisau dapat diganti. Biasanya mata pisau hanya untuk sekali
pakai.
Terdapat dua nomer gagang pisau yang sering dipakai, yaitu gagang nomer 4 (untuk mata
pisau besar) dan gagang nomer 3 (untuk mata pisau kecil). Guna pisau bedah ini adalah untuk
menyayat berbagai organ/bagian tubuh. Mata pisau disesuaikan dengan bagian tubuh yang akan
disayat.

d. Klem (clamp)
i.Klem arteri pean. Ada dua jenis yaitu yang lurus dan bengkok. Penggunaannya adalah untuk
hemostasis terutama untuk jaringan tipis dan lunak.
ii.Klem kocher
Ada dua jenis yaitu, klem yang lurus dan yang bengkok. Tidak ditujukan untuk hemostasis.
Sifat khasnya adalah mempunyai gigi pada ujungnya (mirip gigi pada pinset sirurgis).
Gunanya adalah untuk menjepit jaringan, terutama agar jaringan tidak meleset dari klem, dan
hal ini dimungkinkan dengan adanya gigi pada ujung klem.
iii.Klem mosquito
Mirip dengan klem arteri pean, tetapi ukurannya lebih kecil. Penggunaannya adalah untuk
hemostasis terutama untuk jaringan tipis dan lunak.
iv.Klem Allis
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit tumor kecil.
v.Klem Babcock
Penggunaannya adalah untuk menjepit tumor yang agak besar dan rapuh.
vi.Towel Clamp (Doek Klem)
Penggunaannya adalah untuk menjepit doek/kain operasi.
e. Retraktor (Wound Hook)
Penggunaannya adalah untuk menguakkan luka. Macam-macam retractor adalah sebagai
berikut.
i.Refraktor Langenbeck
ii.US Army Double Ended Refractor
iii.Refraktor Volkman
Ada yang mempunyai 2 gigi, 3 gigi dan 4 gigi. Dua gigi untuk luka kecil, 4 gigi untuk luka
besar. Terdapat pula refraktor bergigi tumpul
f. Pinset
i.Pinset sirurgis
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan luka,
memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.
ii.Pinset anatomis
Penggunaannya adalah untuk menjepit kasa sewaktu menekan luka, menjepit jaringan yang
tipis dan lunak.
iii.Pinset splinter
Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka (mencegah overlapping).
g. Jarum jahit dan benang

Terdapat berbagai jenis jarum jahit yang berbeda ukuran, penampang kelengkungan jarum serta
kemasan (atraumatik atau tidak. Bagian tubuh berbeda membutuhkan jarum yang berbeda pula.
Jarum untuk otot misalnya, berpenampang bulat, sebab otot merupakan organ lunak. Jarum
untuk fasia berpenampang segitiga agar lebih mudah masuk ke dalam fasia yang alot. Jarum
kemasan atraumatik terutama untuk tujuan kosmetik, sebab menimbulkan bekas minimal. Pada
saat menusukkan jarum, jepita pemegang berada pada sepertiga bagian ujung tajam jarum.
Ujung tajam jarum tak boleh dijepit sebab dapat merusak ketajamannya, dan saat menjahit,
menusuk jarum tak boleh terlalu dipaksakan sebab dapat merusak kelengkungan jarum.
Adapun pilihan benang disesuaikan dengan jaringan. Seleksi berdasarkan kekuatan dan
kelenturan benang, kekuatan simpul benang, reaksi jaringan dan perhitungan ekonomis. Secara
umum benang jahitan terdapat 2 jenis yaitu yang dapat diserap (absorbable) dan yang tak dapat
diserap (non absorbable). Contoh yang absorbable adalah catgut dan vicryl. Sedangkan benang
jahitan yang nonabsorbable yaitu katun (cotton), sutera (silk,zyde) dan nylon (poliamida).
i. Plain catgut
Asal katanya adalah cat (kucing) dan gut (usus). Dahulu benang ini dibuat dari usus
kucing, tapi saat ini dibuat dari usus domba atau usus sapi. Bersifat dapat diserap tubuh.
Penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10 hari, dan warnanya putih dan kekuningan.
Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 00000 (5 nol merupakan ukuran yang paling
kecil) hingga nomer 3 (merupakan ukuran yang paling besar). Sering digunakan nomor 000
(3 nol), 00 (2 nol), 0 (1 nol), nomor 1 dan 2.
Kegunaannya adalah untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan
dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit terutama untuk daerah longgar (perut,wajah)
yang tak banyak bergerah dan luas lukanya kecil.
Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang,
bila disimpulkan 2 kali akan terbuka kembali. Plain catgut tak boleh terendam dalam lisol
karena akan mengembang dan menjadi lunak, sehingga tak dapat digunakan.

ii. Chromic catgut


Berbeda dari plain catgut, sebelum benang dipintal ditambahkan krom. Dengan adanya
krom ini, maka benang menjadi lebih keras dan kuat, serta penyerapannya lebih lama, yaitu
20-40 hari. Warnanya coklat dan kebiruan. Benang ini tersedia dalam ukuran 000 (3 nol
merupakan ukuran yang paling kecil) hingga nomor 3.
Penggunaannya pada penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10
hari, untuk menjahit tendo pada penderita yang tak kooperatif dan bila mobilisasi harus
segera dilakukan.

iii. Vicryl
Merupakan benang sinttis dalam kemasan atraumatis. Diserap oleh tubuh, dan tidak
menimbulkan reaksi pada jaringan tubuh. Dalam subkutis bertahan selama 3 minggu, dalam
otot bertahan selama 3 bulan. Benang ini sangat lembut, dan warnanya ungu.

Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Penggunaan pada bedah mata, ortopedi, urologi, dan
bedah plastik.

iv. Catoon
Dibuat dari serat kapas alam dengan jalan pemintalan. Bersifat lembut, cukup kuat,
mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum. Warnanya putih.
Tersedia dalam ukuran 4 nol hingga 1 nol. Digunakan untuk menjahit usus dan kulit,
terutama kulit wajah.

v. Silk
Terbuat dari serabut-serabut sutera, terdiri dari 70% serabut protein dan 30% bahan
tambahan berupa perekat. Warnanya hitam dan putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa
karena sudah dikombinasi dengan perekat, tidak diserap tubuh. Pada penggunaan di sebelah
luar, maka benang harus dibuka kembali.
Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari nomor 00000 (5 nol merupakan ukuran
paling kecil) hingga nomor 3 (yang merupakan ukuran terbesar). Yang paling sering dipakai
adalah nomor 00 (2 nol), dan 0 (1 nol) dan nomor 1.
Kegunaannya adalah untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (terutama arteri
besar), sebagai teugel (kendali).
Benang harus steril, sebab bila tidak akan menjadi sarang kuman (fokus infeksi), sebab
kuman terlindung di dalam jalinanan benang, sedang benangnya sendiri tidak dapat diserap
tubuh.

vi. Ethilon
Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan
jarum jahit), dan terbuat dari nilon, lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh,
dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
Warnanya biru dan hitam. Tersedia dalam ukuran 10 nol hingga 1 nol. Penggunaannya
pada bedah plastik, ukuran yang lebih besar sering digunakan pada kulit, nomor yang kecil
dipakai pada bedah mata.

2. Asepsis dan Antisepsis


Factor kepekaan tubuh sangat mempengaruhi suatu operasi. Insidens dan tingkat keparahan
suatu luka berhubungan langsung dengan status bakteriologi dari fasilitas pengobatan serta
perawatan dengan prinsip-prinsip dasar tindakan asepsis dan antisepsis.
Sterilisasi adalah tindakan untuk membuat suatu alat/bahan menjadi bebas hama. Asepsis
merupakan keadaan bebas hama. Antisepsis adalah tindakan untuk membebas-hamakan suatu

bahan, alat ataupun ruangan terhadap bakteri/kuman patogen untuk mencegah sepsis. Sepsis
adalah suatu keadaan masuknya bakteri ke dalam aliran darah.

STERILISASI
Sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. Pemanasan
i. Tanpa tekanan
Pemanasan basah
Dilakukan dengan cara merebus dalam air mendidih, dengan temperature >100 oC,
selama 15-30 menit. Alat-alat yang direbus harus dalam keadaan bersih, dan seluruh alat
harus terendam dalam air.
Cara ini dipakai untuk mensterilkan : (1) instrument operasi, terutama yang terbuat dari
logam tahan karat, (2) kateter karet dan logam, (3) alat-alat dari plastic atau kaca tahan
panas, (4) kain kasa yang akan digunakan.

Pemanasan kering
Pemanasan kering dilakukan tanpa pengaturan tekanan urada secara khusus. Disini
digunakan oven, dengan temperature 170oC (160oC - 180oC) dalam waktu 1-2 jam.
Cara ini dipakai untuk mensterilkan : (1) alat bedah (pisau dan gunting dibungkus agar
tidak tumpul) (2) kaca tahan panas, (3) kasa, doek, laken, jas operasi

Flamber
Flamber (flame = nyala api) berarti membakar dengan spiritus atau alcohol 96%. Bahan
bakar harus cukup untuk memberi nyala api, minimum selama 5 menit. Alat yang dibakar
harus dalam keadaan bersih dan kering. Tempat membakar sebaiknya alumunium atau
wadah yang terbuat dari logam tahan karat (stainless steel). Cara ini jangan sering
digunakan pada alat dari logam karena alat akan berubah warna dan rusak; gunting dan
pisau mudah menjadi tumpul.
Flamber digunakan untuk mensterilkan : (1) tempat peralatan yang telah disterilkan, (2)
alat-alat operasi bila akan digunakan pada keadaan mendadak atau mendesak.

ii. Dengan tekanan


Sistem autoklaf
Dilakukan dengan memasak dengan uap bertekanan 750 mmHg dan temperature 120 oC
selama 10-15 menit. Waktu dapat dipersingkat dengan menaikkan tekanan atau temperature.
Dengan cara ini dalam tempo 13 menit spora dan bakteri akan mati.
Digunakan untuk mensterilkan (1) kain kasa, (2) doek dan laken operasi, (3) jas operasi

b. Kimiawi
i.Tablet formalin
Yaitu dengan memanfaatkan uap tablet formalin. Tablet formalin dibungkus kain kasa.
Alat dan tablet formalin yang telah dibungkus tadi dimasukkan ke dalam wadah yang
tertutup rapat minimum selama 24 jam.
Cara ini dapat dipakai untuk mensterilkan sarung tangan operasi, kateter balon (Foley)
dan kasa pembalut luka.

ii.Gas etilen oksida


Dapat digunakan untuk membunuh spora, bakteri, virus dan jamur patogen. Sifatnya
toksik dan mudah terbakar.
Cara ini baik untuk alat tak tahan panas. Dipakai untuk mensterilkan alat endoskopi,
alat yang terbuat dari karet, plastik (kateter, tuba nasogastrik, spuit plastik, dll), gunting serta
mata pisau operasi.

iii.Larutan antiseptic
Dilakukan dengan cara membilas atau merendam alat yang bersangkutan. Tiap
antiseptic berbeda-beda sifat, tujuan dan pemakaiannya. Larutan antiseptic dipakai untuk
mensterilkan instrument bedah, alat-alat yang tajam, kateter dan korentang.

c. Radiasi
Sterilisasi dengan cara radiasi dilakukan dengan sinar X atau sinar ultraviolet. Digunakan
untuk mensterilkan tabung suntik plastik, sarung tangan, kateter foley, infus set, selang sonde
dan kamar operasi.

HECTING

NO

Aspek ketrampilan dan medis yang dilakukan


0

Introduksi
Memperkenalkan diri
Menanyakan identitas penderita ( nama, umur, tempat tinggal )
Menjelaskan maksud menangani luka dan meminta kerja sama / informed
consent

Menanyakan mekanisme trauma dan keluhan keluhan lain

Melakukan proteksi diri sebelum memeriksa luka dan menentukaan


diagnosis
Melakukan wound toilet

Nilai
1
2

Dengan air / NaCl mengalir, sabun dan sikat hingga benda asing dan
jaringan mati hilang
Melakukan penjahitan luka
- Disenfeksi, menutup de4ngan doek lubang steril
- Anastesi infiltrasi
- Memegang instrumen dengan benar
- Memilih material penjahitan dengan benar
- Melakukan penjahitan dengan benar ( satu satu )
- Menutup luka dengan benar
Melakukan tindakan pasca prosedur
- Memberikan obat
- Luka tidak kotor
- Dipesankan untuk kembali kontrol 2 hari lagi
- Bila sakit, merah, keluar nanah segera kembali
Melakukan tindakan penanganan luka secara profesional

CUCI TANGAN / WOUND TOILET

No.

Aspek yang Dinilai

1.
2.
3.

Melepaskan perhiasan dan jam tangan di jari dan pergelangan tangan


Membuka keran air (bebas dengan tangan, lengan, atau siku)
Menekan sabun dengan tangan / siku, kemudian diletakkan di sikat*
(Mengambil dan memegang sikat hanya di punggung sikatnya! Jangan tersentuh bagian
bulu sikatnya!)
Menyikat kuku, ujung jari tangan dan sela-sela jari tangan berturut-turut tangan kanan dan kiri
Menyikat distal lengan bawah kanan dan kiri/kiri dan kanan**
(Memindahkan sikat harus dengan hati-hati agar tidak mengenai bulu sikat!)
Menyikat proksimal lengan bawah dan siku kiri dan kanan/kanan dan kiri**
Sikat diletakkan kemudian tangan dibasuh dengan menggosok-gosokkan antar keduanya
(Posisi membasuh harus diperhatikan bahwa Tangan harus selalu diposisikan lebih tinggi
dari lengan bawah!)
Membasuh tangan, lengan, dan siku kanan dan kiri dengan air mengalir pada posisi tangan lebih
tinggi dari pada lengan sehingga air mengalir dan mengucur ke bawah melalui siku
Tutup keran air dengan siku, Jangan dengan tangan atau lengan yang baru dicuci
Pastikan aliran air di lengan telah berhenti mengucur sebelum mengambil lap pengering.
Dengan posisi tangan masih lebih tinggi daripada lengan, keringkan bebrgantian dengan lap
dari tangan ke siku secara bergantian kanan dan kiri, Bagian lap yang sudah digunakan tidak
boleh digunakan lagi
Letakkan lap pada tempatnya
Memasang sarung tangan yang telah disediakan dengan cara yang benar (hanya menyentuh
bagian dalam sarung tangan)*

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

11.
12.

NOTE
**)Poin 5, 6 dan 12 akan lebih jelas dipahami dengan melihat video cuci tangan.
*)Sabun yang digunakan adalah sabun cair, sehingga yang dimaksud di poin 3 adalah
mengambil sabun dengan cara menekan kepala tempat sabun cair.
Waktu masing-masing station OSCA adalah 4 menit, termasuk station cuci tangan.
Pada saat OSCA, gerakan yang sedang dilakukan harus diucapkan dengan jelas, namun
dengan kalimat yang efektif dan efisien sehingga tidak akan banyak memakan waktu yang
tersedia.
Dalalm waktu 4 menit tersebut, pembagiannya adalah sebagai berikut:
Max. 2 menit untuk pencucian/penyikatan bagian tangan dan lengan kanan dan kiri
Max. 30 detik untuk pengeringan
Max. 30 detik untuk pemakaian sarung tangan
1 menit yang tersisa untuk cadangan waktu

ALAT ALAT MINOR SURGERY

No
1
2
3
4
5

Aspek yang dinilai


Mengambil needle holder,bukan alat lain
Mengambil jarum (ujung segitiga untuk menjahit kulit, bulat untuk menjahit otot)
Cara menjepit jarum. Jarum dijepit 2/3 tengah dg needle holder, ujung needle holder tersisa 2-3 mm
(bukan di tengah)
Cara memegang needle holder. Dipegang oleh ibu jari dan jari ke-4, jari telunjuk pada
engsel/dibawahnya dan digunakan untuk mengarahkan needle holder. Jari ke-3 di atas jari ke-4 dan
bersandar pada lekukan lubang
Peragaan cara menjahit

HERNIA
A. Definisi
Protrusi atau penonjolan suatu organ ke organ sebelahnya melaluai daerah yang lemah

B. Etiologi

Hernia Inguinalis di sebabkan oleh :


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital


Anomali Kongenital
Sebab yang di dapat
Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
Peninggian tekanan di dalam rongga perut
Kelemahan dinding perut karena usia
Anulus inguinalis yang cukup lama

C. Patofisiologi

Selama tahap-tahap akhir perkembangan prosesus vaginalis janin, suatu


penonjolan peritoneum yang berasal dari cincininterna terbentang ke arah medial
serta menuruni setiap kanalis inguinalis. Setelahmeninggalkan kanalis tersebut
pada cincin eksterna, maka prosesus tersebut pada pria akan berbelok ke bawah
memasuki skrotum dan akan membungkus testis yang sedang berkembang.
Lumen biasanya menutup dengan sempurna sebelum lahir kecuali pada bagian
yang membungkus testis. Bagian tersebut akan tetap tinggal sebagai suatu
kantung potensial tunika vaginalis. Pada wanita prosesus tersebut terbentang
mulai dari cincin eksterna hingga ke dalam labia mayora. Bagian proximal
prosesus vaginalis dapat mengalami kegagalan penutupan sehingga membentuk
suatu kentung hernia dimana viskus abdomaen dapat memasukinya. Bagian yang
tetap terbuka itu dapat membantang ke bawah kadang-kadang hingga ke dalam
kantung testis dan dapat menyatu dengan tunuka vaginalis sehingga bersamasama membentuk suatu hernia lengkap.
Hernia inguinalis terutama sering di temukan pada bayi prematur. Di duga
karena lebih sedikitnya waktu perkembangna di dalam kandungan serta lebih
sedikitnya waktu bagi penutupan seluruh penutupan seluruh prosesus tersebut.
Jika testis gagal untuk turun ( Kriptorkoid ), maka biasanya terdapat kantung
hernia yang besar karena sesuatu telah menghentikan penurunan testis maupan
penutupan prosesus peritoneum tersebut. Anak-anak dengan anomali kongnital
terutama yang melibatkan daerah abdoman bagian bawah, pelvis atau perineum
seringmempunyai hernia inguinalis sebagai bagian dari kompleks tersebut.

D. Pathways

Proximal prosesus
vaginalis
Gagal menutup

Membentuk kantung hernia


Viskus abdomen masuk

Pindah lokasi

terbuka
Membentang
dalam kantung
testis

Testis turun
ke skrotum
Tidak menutupnya
processus vaginalis
peritonei

Peningkatan
tekanana intra
abdomen &
kelemahan trigonum
hasselBach
Menonjol kebelakang
canalis inguinalis
Turun ke inguinal

Organ viscera
masuk dalam
canalis inguinalis
H.
Lateralis
E. Manifestasi klinis
F. Klasifikasi
Menurut sifatnya
a. Hernia reponibilis : bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar bila berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri
b. Hernia irponibilis : bila kanting hernia tidak dapat di kembalikan ke dalam
rongga biasanya di sebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia, tidak ada keluhan nyeri
c. Hernia inkarserata atau strangulata : bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia,
tidak dapat kembali ke dalam rongga perut di sertai akibatnya berupa gangguan
pasase atau vaskuler.
Menurut letaknya
a. Hernia inguinalis
Hernia inguinalis terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang di
dapat. Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria. Pada oramg sehat ada tiga
mekanismi yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis
inguinalis yang berjalan mirirng, adanya struktur m. Oblikus internus abdominis
yang menutup anulus inguinalis internus berkontraksi, dab adanya fascia
trnsversa yang kuat menutupi trigonum hasselbach. Faktor yang menyebabkan
hernia inguinalis adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggiann
tekanan intra abdomen, kelemahan otot abdomenn

Hernia inguinalis di bagi


Hernia inguinalis medialis
Hernia ini hampir selalu di sebabkan oleh faktor peniggian tekanan
intra abdomen kronik dan kelemahan otot abdomen, sehingga umumnya
terjadi bilateral
Hernia inguinalis lateralis
Hernia ini di sebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral
pembuluh epigastrika inferior. Di sebut indirek karena keluar melalui dua
buah pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis.
b. Hernia femoralis
Biasanya muncul berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada
waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen. Pintu
masuk hernia femoralis adalah femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke
dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis
sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha
c. Hernia lain
Yang termasuk hernia lain2 :
- Hernia umbilikalis
- Hernia paraumbilikalis
- Hernia epigastrika

Gambar 1. Macam-macam tempat keluarnya hernia (locus minoris resistance)

Gambar 2. Hernia Inguinalis

G. Diagnosis
Anamnesis
a. Berupa penonjolan di lipat paha yang muncul sewaktu berdiri, batuk, bersin atau
mengedan dan menghilang setelah berbaring
b. Dapat di jumpai adanya nyeri, biasanya di rasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikalis berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu
satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang di sertai mual
muntahh baru timbul jika terjadi inkarserasi.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
- Perhatikan adanya asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring
- Saat pasien mengedan dapat di lihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penoonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari kraniolateral ke
kaudomedial. Pada hernia insipen hanya dapar di rasakan dg menyentuh
jarii di dalam kanalis ingunalis dan tidak menonjol keluar
b. Palpasi
- Kantong hernia yang kosong dapat di raba pada funiculus spermatikus
sebagai gesekan dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera, di sebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia
berisi organ saat palpasi dapat di raba usus, omentum atau ovarium.
- Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada hernia pada anak dapat di
coba mendorong isi hernia dengan menojolkan kulit scrotum melalui
annulus externus sehingga dapat di tentukan apakah isi hernia dapat di
reposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat di reposisi, pada waktu jari
masih berada di annulus externus, pasien di minta mengedan. Kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping
jari menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
H. Check list

no

tindakan
Informed consent
Penderita di posisikan berdiri
Manilai daerah inguinoscrotal ada benjolan atau
tidak
Memakai sarung tangan
Bila tidak tampak benjolan, pasien di suruh
melakukan manuver valsava sambil jari
telunjuk pada canalis inguinalis
Apabila terasa benjolan pada ujunjg jari
hernia inguinalis lateralis
Apabila terasa benjolan pada samping jari
hernia inguinalis medialis
Menyebutkan hasil pemerikasaan dan
mengucapkan termakasih
Total score

HEMOROID

a. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
kelainan patologik. Hanya apabila hemoroid menyebabkan keluhan atau penyulit, diperlukan
tindakan ( 4 )
b. Anatomi
Rektum panjangnya 15 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula mula mengikuti cembungan
tulang kelangkang,fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada ketinggian tulang
ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis. Akhirnya rektum
menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Rektum mempunyai sebuah proyeksi ke sisi
kiri yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis terletak di belakang peritoneum
dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum. Fleksura perinealis berjalan ektraperitoneal.
Haustra ( kantong ) dan tenia ( pita ) tidak terdapat pada rektum, dan lapisan otot
longitudinalnya berkesinambungan. Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang
dapat cukup banyak meluas yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin
buang air besar. Di bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap sayap ke dalam
lumen rektum, dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu
lipatan yang lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 8 cm dari
anus. Melalui kontraksi serabut serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan
pada kontraksi serabut otot longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit
bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar,
kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis berpigmen
yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat. Mukosa kolon
mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada daerah ini, 6 10 lipatan longitudinal
berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung kedalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas
oleh simpul pembuluh dan tertutup beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak bertanduk.
Pada ujung bawahnya, kolumna analis saling bergabung dengan perantaraan lipatan
transversal. Alur alur diantara lipatan longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada
akhiran analnya dan tertutup selapis epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang panjangnya
kira kira 1 cm, di sebut daerah hemoroidal, cabang arteri rectalis superior turun ke kolumna
analis terletak di bawah mukosa dan membentuk dasar hemorhoid interna.( 5 )

Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena
hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum
sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ),
kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di
antara ketiga letak primer tesebut.( 4,5 )

Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior
terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel
anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan merupakan
awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus
hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena
porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah
perineum dan lipat paha ke vena iliaka.( 4,5 )
c. Faktor resiko

Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis
kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.

U m u r : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.

Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis

Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang
berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.

Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen,


misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering mengejan pada
waktu defekasi.

Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada
sekresi hormone relaksin.

Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis
hepatis.

d. Manifestasi Klinis
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya dengan
gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya

dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami
trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh
faeces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan
faeces, dapat hanya berupa garis pada faeces atau kertas pembersih sampai pada perdarahan
yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Hemoroid yang membesar
secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap
awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah
defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah
defekasi agar masuk kembali ke dalam anus.
Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap
dan tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya faeces pada pakaian
dalam merupakn ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat
menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh
kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat
trombosis yang luas dengan udem dan radang.( 4 )
e. Klasifikasi
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma,
walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena
ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik atau skin
tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan
sedikit pembuluh darah.
Hemoroid interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :
Derajat I : Tonjolan masih di lumen rektum, biasanya keluhan penderita adalah perdarahan
Derajat II : Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi dan masuk sendiri setelah selesai
defekasi.
Derajat III : Tonjolan keluar waktu defekasi, harus didorong masuk setelah defekasi selesai
karena tidak dapat masuk sendiri.
Derajat IV : Tonjolan tidak dapat didorong masuk/inkarserasi
f. Pemeriksaan
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg membutuhkan
tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk berjam-jam di WC, dan
dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan
karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal.
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila
hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin
akan dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan.( 4,5 )
6. 1. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan
colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.( 5 )
6. 2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan

penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor
ganas harus diperhatikan.( 4,5 )
6. 3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah
samar. ( 5 )
g. Diagnosis Banding
Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi pada :
1. Karsinoma kolorektum
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu
dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum juga
harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna. ( 5 )
h. Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan
anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar.
Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita
walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi
infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.( 3 )
I. Penatalaksanaan
- Terapi non bedah
A. Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas
makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi
usus besar, namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengejan berlebihan.
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek
anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena udem
umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan dengan cairan
hangat juga dapat meringankan nyeri. ( 5 )
B. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam
minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di
bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian

menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan
pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan reaksi
hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.Terapi suntikan bahan sklerotik bersama
nasehat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan
II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah atau prolaps.( 4,5 )
C. Ligasi dengan gelang karet
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang
karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator
dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu
kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan
dalam jarak waktu 2 4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis mukokutan.
Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan.
Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid
mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 10 hari.( 3,5 )
D. Krioterapi / bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika digunakan dengan
cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan anus rektum, maka
krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet
dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi
proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik. Terapi
ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya.
Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel.( 3 )
E. Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )
Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid tidak mendapat aliran
darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan hemoroid mengempis dan akhirnya
nekrosis.( 3 )
F. Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan photocuagulation,
tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada jaringan dan akhirnya fibrosis.
Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.( 3 )
G. Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari baterai kimia. Cara ini
paling efektif digunakan pada hemoroid interna.
H. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan nekrosis
jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai penghancur jaringan yaitu
radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Pada terapi dengan diatermi bipolar, selaput
mukosa sekitar hemoroid dipanasi dengan radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai
akhirnya timbul kerusakan jaringan. Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami
perdarahan.( 3 )
- Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita
hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang
dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana.

Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong
segera dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan
pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm
dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus
digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis
akibat prolapsus mukosa.( 4,6 )
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional ( menggunakan
pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler
( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini dikembangkan
di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa hemoroid tepat diatas
linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang
jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah
pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat
dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan
eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara
keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah
kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura
rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak.
Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.( 6 )
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas
seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi
sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan
jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering
digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut
sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.( 5 )
A. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga
tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal.
Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus,
terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali
karena pada saat memotong jaringan, serabut syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak
mengerut sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel jadi satu, seperti
terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser
12 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam
waktu 4 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat
jalan ( 7 ).

B. Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau
Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter
berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik
Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan
sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di
depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya
adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m. sfinter ani
untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur.
Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis
mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena
jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu
dibuang semua.

Internal/External Hemorrhoids [1]


Dilator [2]
Purse String [3]

Closing PPH [4]


Mucosa Pull [5]
Staples [6]
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan
dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler
dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan
dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan
hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan
memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan memotong jaringan yang
berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke
jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi
anus, tidak adaanal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian
sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga
rawat inap di rumah sakit semakin singkat.( 3,7,8 )
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan
dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka waktu
pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk memperoleh jalan
masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk
ke dalam stapler.
9.3. Tindakan pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis
Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan trombosis vena
oroid eksterna ang terletak subkutan di daerah kanalis analis.
Trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika mengangkat
barang berat, batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang menonjol itu dapat
terjepit sehingga kemudian terjadi trombosis. Kelainan yang nyeri sekali ini dapat terjadi
pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan ada/tidaknya hemoroid interna Kadang
terdapat lebih dari satu trombus.
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang nyeri sekali,
tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari beberapa milimeter sampai satu atau dua
sentimeter garis tengahnya. Benjolan itu dapat unilobular, dan dapat pula multilokuler atau
beberapa benjolan. Ruptur dapat terjadi pada dinding vena, meskipun biasanya tidak lengkap,
sehingga masih terdapat lapisan tipis adventitiia menutupi darah yang membeku.
Pada awal timbulnya trombosis, erasa sangat nyeri, kemudian nyeri berkurang dalam waktu
dua sampai tiga hari bersamaan dengan berkurangnya udem akut. Ruptur spontan dapat
terjadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat pula terjadi tanpa terapi setelah dua
sampai empat hari( 4 )
Terapi
Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan larutan hangat, salep yang
mengandung analgesik untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu berjalan, dan
sedasi. Istirahat di tempat tidur dapat membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan.
Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik dengan cara segera
mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap secara hemoroidektomi dengan
anestesi lokal. Bila trombus sudah dikeluarkan, kulit dieksisi berbentuk elips untuk mencegah
bertautnya tepi kulit dan pembentukan kembali trombus dibawahnya. Nyeri segera hilang

pada saat tindakan dan luka akan sembuh dalam waktu singkat sebab luka berada di daerah
yang kaya akan darah.
Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam hal ini terapi konservatif
merupakan pilihan. Usaha untuk melakukan reposisi hemoroid ekstern yang mengalami
trombus tidak boleh dilakukan karena kelainan ini terjadi pada struktur luar anus yang tidak
dapat direposisi( 4 )
Dilatasi anus merupakan salah satu pengobatan pada hemoroid interna yang besar, prolaps,
berwarna biru dan sering berdarah atau yang biasa disebut hemoroid strangulasi. Pada pasien
hemoroid hampir selalu terjadi karena kenaikan tonus sfingter dan cincin otot sehingga
menutup di belakang massa hemoroid menyebabkan strangulasi. Dilatasi dapat mengatasi
sebagian besar pasien hemoroid strangulasi, akan terjadi regresi sehingga setidak-tidaknya
akan terjadi penyembuhan sementara. Dilatasi tidak boleh dilakukan jika sfingter relaksasi
( jarang pada strangulasi), karena bisa menyebabkan inkontinensia flatus atau tinja atau
kedua-duanya yang mungkin menetap.
Anestesi umum dilakukan dan pasien diletakkan pada posisi lateral kiri atau posisi litotomi.
Dengan hati-hati anus diregangkan cukup luas sehingga dapat dilalui 68 jari. Sangat penting
sekali bahwa untuk prosedur ini diperlukan waktu yang cukup agar tidak merobekkan
jaringan. Satu menit untuk sebesar satu jari sudah cukup ( berarti dibutuhkan waktu 6-8
menit), terutama jika kanalis agak kaku. Selama prosedur tersebut, sfingter anus dapat terasa
memberikan jalan. Namun karena metode dilatasi menurut Lord ini kadang disertai penyulit
inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
II.1. Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi asimptomatis.
Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus.
Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus
diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah
timbulnya kembali gejala hemoroid.( 4 )
KESIMPULAN
1. Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik. Diperlukan tindakan apabila hemoroid menimbulkan keluhan.
2. Faktor resiko terjadinya hemoroid yaitu keturunan, anatomi, pekerjaan, umur, endokrin,
mekanis, fisiologis dan radang.
3. Hemoroid terdiri dari 2 jenis yaitu hemoroid interna yang terletak di atas garis mukokutan
dan hemoroid eksterna yang terletak di bawah garis mukokutan.
4. Manifestasi klinis hemoroid yaitu perdarahan per anum berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan faeces.
5. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesa, inspeksi, colok dubur dan penilaian anoskop. Bila
perlu dilakukan pemeriksaan proktosigmoidoskopi untuk menyingkirkan kemungkinan
radang dan keganasan.
6. Diagnosis banding dari hemoroid yaitu Ca kolorektum, penyakit divertikel, polip,
kolitis ulserosa dan fissura ani.
7. Komplikasi dari hemoroid yaitu perdarahan hebat, inkarserasi dan sepsis.
8. Penatalaksanaan hemoroid yaitu dengan konservatif, membuat nekrosis jaringan dan
bedah.
9. Prognosis hemoroid baik bila diberikan terapi yang sesuai.

Torsio Testis
Definisi:
Terpuntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran darah pada
testis. Funikulus spermatikus terdapat ductus epididymis dan pedikel vaskuler yang berasal
dari arteri renalis.
Etiologi :
1. Anomali kongenital
2. Undesensus Testis
3. Aktivitas seksual dan aktivitas yang berlebihan
4. Trauma tumpul yang mengenai skrotum
5. Perubahan suhu yang mendadak
6. Ketakutan, batuk
7. Celana yang terlalu ketat
Torsio bisa timbul ketika seseorang sedang tidur karena spasme otot kremaster. Kontraksi otot
ini karena testis kiri berputar berlawanan dengan arah jarum jam dan testis kanan berputar
searah dengan jarum jam. Aliran darah terhenti, dan terbentuk edema. Kedua keadaan tersebut
menyebabkan iskemia testis .Pada akhirnya, testis akan mengalami nekrosis .
Klasifikasi:
Berdasarkan anatomi:
Ekstravaginalis, tipe ini terjadi pada masa neonatus, umumnya karena terjadi sebelum testis
terfiksasi sempurna pada masa prenatal sehingga terjadi puntiran testis pada fiksasi testis di
bagian proksimal tunika vaginalis di masa perkembangannya. Angka kejadiannya adalah 5%
dari semua kejadian torsio tertis dan berhubungan dengan berat badan lahir yang lebih.Torsio
tipe ini dapat pula disebabkan oleh undesensus testis.
Intravaginalis, tipe ini terjadi puntiran di dalam tunika vaginalis yang lebih dikenal dengan
fenomena lonceng dan bandulnya (bell and clapper deformity), biasanya terjadi pada anak-anak
yang lebih tua. Tipe ini timbul akibat ketegangan yang berlebihan pada testis. Angka
kejadiannya adalah 16% dari semua kejadian torsio testis.
Patogenesis & Patofisiologi :
Testis merupakan organ yang ditutupi oleh tunika vaginalis pada permukaan posterolateralnya
sehingga testis memiliki sedikit kebebasan bergerak di dalam skrotum.Secara fisiologis m.
cremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati dan menjauhi rongga abdomen untuk
mempertahankan suhu ideal untuk testis.
Adanya kelainan penyangga testis yang berupa insersi tunika vaginalis yang tinggi di funikulus
spermatikus menyebabkan testis dan funikulus spermatikus dapat mengalami torsi di dalam
tunika vaginalis jika bergerak secara berlebihan (intravaginal torsi), biasanya digambarkan
sebagai lonceng dengan bandulnya (bell clapper deformity).

Terjadinya puntiran pada funikulus spermatikus dan testis di dalam tunika vaginalis
mengakibatkan timbulnya gangguan perdarahan testis mulai dari bendungan vena yang
menimbulkan oklusi arteri sampai iskemia yang dapat menyebabkan nekrosis dan gangrene.
Putaran torsi berkisar antara 180o-720o, namun derajat yang menimbulkan oklusi pembuluh
darah dimulai dari 450o-720ohingga terjadinya iskemia pada arteri.

Tanda dan Gejala


Gejala Klinis

Timbul nyeri testis yang hebat dan tiba-tiba yang sering disertai nyeri perut dalam, mual dan
muntah, serta demam, Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah
Gejala yg jarang di temukan adalah rasa panas dan rasa terbakar saat berkemih
Nyeri perut selalu ada, sebab berdasarkan perdarahan dan persarafannya, testis tetap
merupakan organ perut.
Pada 50% pasien, memiliki riwayat nyeri skrotum yang berulang yang menghilang spontan
Tanda Klinis

Pada permulaan testis teraba agak bengkak dengan nyeri tekan


terletak agak tinggi di skrotum, testis letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal dari testis
kontra lateral
pada torsi yang baru terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus.
Kulit skrotum menjadi udem, berwarna merah sehingga menyulitkan palpasi serta hilangnya
refleks kremaster, dan Phren sign positif(pemeriksaan elevasi scrotum,nyeri tetap saat
scrotum di angkat).
Refleks Kremaster
- Cara: gores bagian medial dinding paha
- Reaksi: skrotum kontraksi
- Refleks Negatif pada:
Lesi traktus piramidalis (patologis),Usia lanjut
- Torsio testis yang terjadi pada masa prenatal memiliki tanda berupa massa di skrotum
yang berbentuk bulat dan keras dan pemeriksaan transiluminasi bernilai negatif.

DIAGNOSIS:

Contoh Skenario:
Aris Maulana, 16 tahun, diantar ke IGD RS dengan keluhan nyeri pada buah pelirnya.
Sekitar setengah jam yang lalu kemaluan penderita tiba-tiba terasa nyeri sekali saat sedang
nonton TV. Nyeri terasa terutama pada buah pelir kiri dan meluas hingga perut dan terasa
mulas. Nyeri terasa terus menerus disertai muntah satu kali.
Aris mengatakan tak ada gangguan BAK dan masih bisa kentut. Aris maulana adalah
seorang yang banyak aktivitas bahkan 3 jam sebelumnya masih bermain sepak bola.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak kesakitan. Tanda vital dalam batas
normal. Scrotum kiri tampak lebih besar dibanding scrotum kanan, warna scrotum kanan
dan kiri sama. Scrotum kiri terlihat lebih tinggi dan dengan posisi testis yang melintang.
Scrotum kiri terasa nyeri saat disentuh dan nyeri menetap saat scrotum
diangkat/digerakkan ke proksimal. Pada daerah inguinal kiri tak didapatkan
pembengkakan.

Anamnesis :

Identitas:
o
o
o
o
Keluhan utama
o

Nama adik siapa? Aris maulana


Adik berusia berapa? 16 tahun
Sekarang tinggal dimana? Sayung kab.Demak
Di sini diantar siapa? Ayah dan ibu
Ada Yang bisa di bantu dik?Keluhanya kenapa? Nyeri pada buah pelir kiri
dan meluas hingga perut dan terasa mulas

Onset
o

Sejak kapan adik merasakan keluhan tersebut? Setengah jam yang lalu

o
o

Lokasi nyeri di daerah mana? Buah pelir kiri


Menjalar atau tidak? Menjalar kemana? Nyeri menjalar sampe ke arah
selangka lalu ke perut bagian bawah

Lokasi

Faktor yang memperberat dan memperingan


o Pada saat adik merasakan nyeri itu,adek sudah mencoba berusaha mengurangi
keluhan itu? Iya buah pelir saya pegangin terus tetapi tidak ada
perubahan,tetap nyeri
Kualitas
o Apakah nyerinya semakin hebat? Apakah mengganggu kegiatan adik?
Kuantitas
o Apakah nyerinya hilang timbul? Menetap?
Kronologis
o Bagaimana kronologis sehingga bisa timbul nyeri ini dik?
Gejala penyerta

Ada keluahan lain yang di rasakan? Mual? Muntah? Demam? Nyeri saat
berkemih? Lemas? Berkeringat dingin?

o
o

Apakah pernah merasakan keluahan seperti ini sebelumnya?


Apakah sebelumnya pernah di rawat di rumah sakit?

Apakah dari keluarga adik pernah sakit seperti ini?

RPD

RPK
DD
o

Epididimitis akut
Secara klinis sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri skrotum akut, biasanya
disertai dengan kenaikan suhu tubuh, keluarnya nanah dari uretra, ada riwayat coitus
suspectus (dugaan melakukan coitus dengan bukan istrinya), atau pernah menjalani
kateterisasi uretra sebelumnya (Purnomo, 2000).
Jika dilakukan elevasi testis, pada epididimitis akut terkadang nyeri akan berkurang
tetapi pada torsio testis nyeri tetap ada (tanda dari Prehn). Pasien epididimitis akut
biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan sedimen urin didapatkan
adanya lekosituria atau bakteriuria (Purnomo, 2000).

Hernia scrotalis inkarserata


Didahului dengan anamnesis, biasanya didapatkan benjolan yang dapat keluar masuk
kedalam skrotum (Purnomo, 2000).

Hidrokel terinfeksi
Dengan anamnesis sebelumnya, sudah ada benjolan di dalam skrotum (Purnomo,

2000).
o

Tumor testis
Benjolan tidak dirasakan nyeri kecuali terjadi perdarahan di dalam testis (Purnomo,

2000).
o

Edema skrotum
Dapat disebabkan oleh hipoproteinemia, filariasis, adanya pembuntuan saluran limfe
inguinal, kelainan jantung, atau kelainan-kelainan yang tidak diketahui sebabnya
(idiopatik) (Purnomo, 2000).

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah :

Usia pasien.
Lebih banyak terjadi pada bayi dan anak laki-laki post pubertas..
Onset dan durasi nyeri.
Biasanya dimulai dengan nyeri yang mendadak seolah-olah ada
tombol yang terlempar dimana hal ini disebabkan oleh puntiran
pada funikulus spermatikus yang terjadi tiba-tiba sehingga
membuat testis terangkat mendadak, nyeri semakin memberat dan
pasien merasa sangat tidak nyaman. Bila terdapat nyeri yang tidak
terlalu berat dan tidak terlalu ringan (menengah) dan terjadi dalam
beberapa hari cenderung mengarahkan kepada epididimitis
ataupun torsio appendiks testis.
Riwayat trauma
Adanya riwayat trauma tidak mengesampingkan diagnosis torsio
testis. Terjadinya trauma pada skrotum saat berolahraga sering
menimbulkan nyeri dalam waktu singkat. Perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut bila didapatkan adanya nyeri menetap
setelah satu jam dari terjadinya trauma untuk mengesampingkan

Pemeriksaan Fisik:
Pada torsio testis didapatkan testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih
horizontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang pada torsio testis yang baru saja
terjadi dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini
biasanya tidak disertai dengan demam (Purnomo, 2000). Pada saat permulaan
epididimis masih teraba tapi tidak dalam posisi normal (Alif, 1994).
Testis yang mengalami torsio pada scrotum akan tampak hiperemis. Eritema dan
edema dapat meluas hingga scrotum sisi kontralateral. Testis yang mengalami torsio
juga akan terasa nyeri pada palpasi. Seluruh testis akan bengkak dan nyeri serta
tampak lebih besar bila dibandingkan dengan testis kontralateral, oleh karena adanya
kongesti vena. Testis juga tampak lebih tinggi di dalam scotum disebabkan karena
pemendekan dari spermatic cord. Hal tersebut merupakan pemeriksaan yang spesifik
dalam menegakkan dianosis. Biasanya nyeri juga tidak berkurang bila dilakukan
elevasi testis (Prehn sign) (Kusbiantoro, 2007).
Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya refleks
cremaster. Dalam satu literatur disebutkan bahwa pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas 99% pada torsio testis (Ringdahl & Teague, 2006).
Cek List Pemeriksaan fisik genitalia Pria
No
1
2
3
4
5

Aspek yang dinialai


Salam dulu , lalu menyapa pasien dengan ramah
Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan (inform consent)
Membantu pasien mengatur posisi dengan benar lalu menyuruh untuk
membuka celana full dengan posisi litotomi (terlentang lutut di tekuk)
Memakai handscoen steril (alat perlindungan diri)
Inspeksi sekitar penis, menilai adakah edema, kontusio/fraktur

Keterangan

6
7

8
9
10

korpus,ulkus. atau kelainan lain


Kita lihat bagian preputium, menilai adanya phimosis, paraphimosis,
hipospadia, dan epispadia.
Palpasi sepanjang korpus penis, pada bagian ventral, sepanjang corpus
spongiosum dari penoskrotal junction menuju meatus, pada bagian
middorsal, diatas septum interkorporeal, pada bagian lateral, diatas kedua
korpus kavernosum, rasakan adanya nodul dan plak.
Menekan glans penis anteroposterior menggunakan ibu jari dan telunjuk
untuk membuka dan memeriksa urethra terminal.

Menampung discharge yang keluar dari urethra untuk pemeriksaan


laboratorium
Meregangkan kulit skrotum diantara jari-jari untuk menilai dinding
skrotum

11

Inspeksi skrotum, menilai adanya edema, kista, hematoma, laserasi, dan


ulkus.

12

Melakukan transiluminasi untuk menyingkirkan kemungkinan


adanya hernia skrotalis, dan untuk menilai isi skrotum.
Torsio testis yang terjadi pada masa prenatal memiliki tanda berupa massa
di skrotum yang berbentuk bulat dan keras dan pemeriksaan transiluminasi
bernilai negatif.

13

Membandingkan kedua testis secara simultan dengan palpasi


keduanya menggunakan ibu jari dan telunjuk. Menilai ukuran,
bentuk, konsistensi dan sensitivitas terhadap tekanan.

14

Melokalisasi epididimis dengan palpasi testis secara perlahan,


temukan bagian bergerigi dan nodul lembut dimulai dari pole atas
testis
menerus ke pole bawah, membandingkan kedua epididimis
berdasarkan komponen kepala, badan dan ekornya. Menilai
apakah terdapat tumor dan nyeri tekan.

15

Penderita di suruh berdiri,lalu

Membandingkan kedua funiculus spermaticus secara simultan


dengan palpasi pada leher skrotum. Vas deferens normal teraba
seperti tali cambuk yang keras dan dapat dibedakan dengan
struktur lainnya seperti saraf, arteri, dan serat m.kremaster.
Menilai apakah funikulus positif, adakah massa dan nyeri tekan.

Melakukan Phren sign positif (pemeriksaan elevasi scrotum,nyeri tetap saat


scrotum di angkat).
Melakukan Refleks Kremaster
- Cara: gores bagian medial dinding paha
- Reaksi: skrotum kontraksi
- Refleks Negatif pada:
Lesi traktus piramidalis (patologis) atau pada Usia lanjut

Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita torsio
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita torsio
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita torsio
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita torsio
testis

Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita torsio
testis

16
17
18
19

Melakukan pemeriksaan limfonodi inguinal dan femoral untuk


menilai pembesaran
Pemeriksaan selesai, melepas handscoen dan membantu pasien
merapikan kembali posisinya
Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien
Dan mengucapkan terimakasih dan jangan lupa Alhamdulillahnya

Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan urinalisis biasanya normal, namun pada 30% kasus, ditemukan
adanya leukosit pada urin.
Pada pemeriksaan darah hasil yang normal, namun pada 60% kasus torsio terdapat
peningkatan leukosit yang menandakan telah terjadi proses infeksi
Pemeriksaan C-Reactive Protein (protein fase akut) untuk membantu membedakan
inflamasi yang disebabkan oleh epididimitis dan proses noninflamasi yang disebabkan
oleh torsio testis. Peningkatan nilai CRP menunjukkan adanya suatu proses
peradangan akut.
Pemeriksaan Radiologis
Color Doppler Ultrasonography
- Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah arteri yang menuju
testis sehingga dapat diketahu kelainan yang terjadi pada testis dan pembuluh
darahnya.
- Gambaran dari terganggunya aliran darah testis saat terjadi torsio testis tergantung
dari durasi terjadinya torsio.
- Pada torsio yang terjadi kurang dari 6 jam, testis yang terkena akan menunjukkan
gambaran berupa sedikit pembesaran testis dengan sedikit penurunan echogenicity.
Setelah 24 jam, gambaran echogenicity menjadi lebih heterogen, dan hilangnya tandatanda viabilitas dari testis.
- Kaput epididimis menjadi membesar karena terjadi kekusutan pada arteri yang
berbeda serta terdapat gambaran spiral yang berliku-liku pada funikulus spermatikus.
- Viabilitas dari testis dapat ditentukan dari echogenicity yang normal, tidak adanya
penebalan dinding skrotum dan ada atau tidaknya hidrokel.
- Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah sangat sulit dilakukan pada anak-anak
walaupun testis mereka dalam keadaan normal.
- Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 86%, spesifitas 100%, dan ketepatan 97%
dalam mendiagnosis torsio testis.

Nuclear Scintigraphy
- Pemeriksaan ini dilakukan bila terdapat keragu-raguan dalam melihat aliran darah
testis sehingga tidak salah dalam membedakan torsio testis dengan kondisi lainnya.
- Gambaran scan dapat dikatakan abnormal bila terdapat penurunan penangkapan
proton pada testis yang terkena. Gambaran ini menunjukkan tidak adanya aliran darah
pada daerah tersebut.
Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 90-100% dalam melihat aliran darah testis.
Penatalaksanaan
Detorsi manual
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, dengan jalan memutar
testis kearah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial
maka dianjurkan untuk memutar testis kearah lateral dahulu, kemudian jika tidak
terjadi perubahan, dicoba detorsi kearah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi
menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil, operasi harus tetap
dilaksanakan (Purnomo, 2000).
Operasi
Dilakukan untuk reposisi dan setelah itu dilakukan penilaian apakah testis yang
mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis. Jika testis
masih hidup, dilakukan orchidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian
disusul orchidopeksi pada testis kontralateral (Purnomo, 2000).
Edukasi Pasien

Langsung di rujuk untuk dilakukan tindakan operatif segera untuk mencagah sakit.
Melakukan koreksi secepatnya agar tidak menimbulkan penurunan fertilitas di
kemudian hari.
Jika sudah sembuh di ingatkan untuk menghindari hal-hal yang menjadi pemicu
terjadinya torsio testis seperti bergerak berlebihan, rangsangan seksual, perubahan
suhu mendadak, ketakutan, trauma skrotum, dll.

Trauma Testis

Definisi
Adalah trauma (dapat berupa tumpul dan tajam) yang menimbulkan pembengkakan pada
skrotum disertai hematom pada skrotum dan intratestikular dan berbagai macam derajat
ekimosis pada dinding skrotum.
Etiologi
1. Avulsi :
o Serangan binatang dan orang lain
o Kecelakaan kendaraan bermotor
o Mutilasi diri sendiri
2. Trauma tumpul:
o Aktivitas berolahraga
o Kecelakaan kendaraan bermotor
o Diserang oleh orang lain.
3. Trauma tajam (tembus):
o Diserang oleh orang lain dan binatang
o Kecelakaan kendaraan bermotor
o Memutilasi diri sendiri
Klasifikasi
Cedera testis dapat dibagi menjadi 3 kategori besar berdasarkan mekanisme cedera .
Kategori ini meliputi :
( 1 ) trauma tumpul ,
( 2 ) trauma tembus , dan
( 3 ) trauma degloving /kulit scrotum mengelupas.
Cedera tersebut biasanya terlihat pada laki-laki berusia 15-40 tahun .
Patogenesis dan Patofisiologi
Testis ini diselimuti oleh lapisan jaringan ikat fibrosa putih yang disebut tunika vaginalis dan
tunika albuginea . Tunika albuginea adalah lapisan visceral yang menutupi testis , dan tunika
vaginalis adalah lapisan parietal yang melapisi kantung hidrokel Meskipun testis relatif
dilindungi oleh mobilitas skrotum, cremasteric refleks kontraksi otot, dan tangguh tunika
fibrosa albuginea, cedera tumpul (biasanya akibat dari serangan, peristiwa-peristiwa yang
berhubungan dengan olahraga, dan kecelakaan kendaraan bermotor) dapat mengakibatkan
pecahnya tunika albuginea, memar, hematoma, dislokasi, atau torsi testis. Cedera testis hasil
dari trauma tumpul di sekitar 75% kasus (McAninch et al, 1984; Cass dan Luxenberg, 1991).
Luka tembus akibat senjata api, ledakan, dan luka-luka penyulaan mewakili sisanya.
Tanda dan Gejala
Tanda:
o Testis teraba lunak atau tidak teraba
o Edema testis
o Ekimosis pada perineum
o Hematoma testis
o Nyeri perut selalu ada, sebab berdasarkan perdarahan dan persarafannya, testis tetap
merupakan organ perut.
Gejala:
o Nyeri hebat pada daerah scrotum
o Disertai dengan keluhan mual muntah

Diagnosis
Contoh Skenario:
Agung Andre, 13 tahun, diantar ke IGD RSISA dengan keluhan nyeri pada buah pelirnya.
Sekitar setengah jam yang lalu kemaluan penderita nyeri hebat saat bermain Kasti. Nyeri
terasa terutama pada daerah scrotum dan meluas hingga perut dan terasa mulas. Nyeri
terasa terus menerus disertai mual mual dan muntah sebanyak 3 kali.
Agung menangis histeris dan merintih kesakitan sambi memegangi alat kelaminya. Agung
mengatakan saat bermain kasti alat kelaminya terkena bola kasti saat di pukul oleh lawan
dan mengenai persis pada alat kelaminya di bagian buah pelir.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak kesakitan hebat. Dan hampir
pingsan,Tanda vital dalam batas normal. Scrotum kiri tampak lebih besar dibanding
scrotum kanan, warna scrotum kanan lebih gelap. Scrotum kiri terlihat lebih kecil ukuranya
dari pada scrotum kanan.daerah perineum terlihat kebiruan, Scrotum kanan terasa nyeri
saat disentuh dan nyeri menetap saat scrotum diangkat/digerakkan ke proksimal. Pada
daerah inguinal kiri tak didapatkan pembengkakan.
Anamnesis :

Identitas:
o
o
o
o
Keluhan utama
o

Onset

Lokasi

Nama adik siapa? Agung Andre


Adik berusia berapa? 13 tahun
Sekarang tinggal dimana? Juwana kab.Pati
Di sini diantar siapa? Ayah dan ibu
Ada Yang bisa di bantu dik?Keluhanya kenapa? Nyer hebat pada buah pelir
dan meluas hingga perut dan terasa mulas

Sejak kapan adik merasakan keluhan tersebut? Setengah jam yang lalu

o
o

Lokasi nyeri di daerah mana? Buah pelir kanan


Menjalar atau tidak? Menjalar kemana? Nyeri menjalar sampe ke arah
selangka lalu ke perut bagian bawah

Faktor yang memperberat dan memperingan


o Pada saat adik merasakan nyeri itu,adek sudah mencoba berusaha mengurangi
keluhan itu? Iya buah pelir saya pegangin terus tetapi tidak ada
perubahan,tetap nyeri
Kualitas
o Apakah nyerinya semakin hebat? Apakah mengganggu kegiatan adik?
Kuantitas
o Apakah nyerinya hilang timbul? Menetap?
Kronologis
o Bagaimana kronologis sehingga bisa timbul nyeri ini dik?
Gejala penyerta

Ada keluahan lain yang di rasakan? Mual? Muntah? Demam? Nyeri saat
berkemih? Lemas? Berkeringat dingin?

o
o

Apakah pernah merasakan keluahan seperti ini sebelumnya?


Apakah sebelumnya pernah di rawat di rumah sakit?

Apakah dari keluarga adik pernah sakit seperti ini?

RPD

RPK
DD
o

Torsio Testis
Terpuntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran darah
pada testis. Funikulus spermatikus terdapat ductus epididymis dan pedikel vaskuler
yang berasal dari arteri renalis.
Epididimitis akut
Secara klinis sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri skrotum akut, biasanya
disertai dengan kenaikan suhu tubuh, keluarnya nanah dari uretra, ada riwayat coitus
suspectus (dugaan melakukan coitus dengan bukan istrinya), atau pernah menjalani
kateterisasi uretra sebelumnya (Purnomo, 2000).
Jika dilakukan elevasi testis, pada epididimitis akut terkadang nyeri akan berkurang
tetapi pada torsio testis nyeri tetap ada (tanda dari Prehn). Pasien epididimitis akut
biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan sedimen urin didapatkan
adanya lekosituria atau bakteriuria (Purnomo, 2000).
Hernia scrotalis inkarserata
Didahului dengan anamnesis, biasanya didapatkan benjolan yang dapat keluar masuk
kedalam skrotum (Purnomo, 2000).
Tumor testis
Benjolan tidak dirasakan nyeri kecuali terjadi perdarahan di dalam testis (Purnomo,

2000).
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah :

Usia pasien.
Bisa terjadi pada semua usia
Onset dan durasi nyeri.
Biasanya dimulai dengan nyeri yang mendadak saat setelah
terkena trauma dan pasien merasa sangat sakit. Nyeri menetap
dan tidak menghilang
Riwayat trauma
1. Avulsi (spasme berlebih dari otot)
2. Trauma tumpul
3. Trauma tajam (tembus)
Pemeriksaan Fisik :
Cek List Pemeriksaan fisik genitalia Pria
No
1
2
3

Aspek yang dinialai


Salam dulu , lalu menyapa pasien dengan ramah
Menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien tentang tindakan yang
akan dilakukan (inform consent)
Membantu pasien mengatur posisi dengan benar lalu menyuruh untuk
membuka celana full dengan posisi litotomi (terlentang lutut di tekuk)

Keterangan

4
5

Memakai handscoen steril (alat perlindungan diri)


Inspeksi sekitar penis, menilai adakah edema, kontusio/fraktur
korpus,ulkus,kulit yang sobek/degloving,jejas cidera tumpul maupun
tajam

Kita lihat bagian preputium, menilai adanya phimosis, paraphimosis,


hipospadia, dan epispadia.
Palpasi sepanjang korpus penis, pada bagian ventral, sepanjang corpus
spongiosum dari penoskrotal junction menuju meatus, pada bagian
middorsal, diatas septum interkorporeal, pada bagian lateral, diatas
kedua korpus kavernosum, rasakan adanya nodul dan plak.
Menekan glans penis anteroposterior menggunakan ibu jari dan
telunjuk untuk membuka dan memeriksa urethra terminal.
Untuk mengetahui apakah disertai dengan rupture uretra akibat trauma

Menampung discharge yang keluar dari urethra untuk


pemeriksaan laboratorium

10

Meregangkan kulit skrotum diantara jari-jari untuk menilai


dinding skrotum

11

Inspeksi skrotum, menilai adanya edema, kista, hematoma, laserasi, dan


ulkus.

12

Melakukan transiluminasi untuk menyingkirkan kemungkinan


adanya hernia skrotalis, dan untuk menilai isi skrotum.
Trauma testis memiliki tanda berupa pembengkakan di skrotum yang
berbentuk besar dan berwarna gelap akibat terisi darah dan menjadi biruy
saat sudah nekrosis pemeriksaan transiluminasi bernilai negatif.

13

Membandingkan kedua testis secara simultan dengan palpasi


keduanya menggunakan ibu jari dan telunjuk. Menilai ukuran,
bentuk, konsistensi dan sensitivitas terhadap tekanan.

14

Melokalisasi epididimis dengan palpasi testis secara perlahan,


temukan bagian bergerigi dan nodul lembut dimulai dari pole atas
testis
menerus ke pole bawah, membandingkan kedua epididimis
berdasarkan komponen kepala, badan dan ekornya. Menilai apakah
terdapat tumor dan nyeri tekan.
Membandingkan kedua funiculus spermaticus secara simultan
dengan palpasi pada leher skrotum. Vas deferens normal teraba
seperti tali cambuk yang keras dan dapat dibedakan dengan struktur
lainnya seperti saraf, arteri, dan serat m.kremaster. Menilai apakah
funikulus positif, adakah massa dan nyeri tekan.
Melakukan pemeriksaan limfonodi inguinal dan femoral untuk menilai
pembesaran
Pemeriksaan selesai, melepas handscoen dan membantu pasien
merapikan kembali posisinya

15

16
17
18

Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada pasien

Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis

Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis

Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis

19

Dan mengucapkan terimakasih dan jangan lupa Alhamdulillahnya

Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan urin membedakan dengan penyebab pembesaran intraskrotal lainnya,
dan membantu mengetahui ada atau tidaknya hematuria dapat diketahui adanya
trauma pada urethra dan traktus urinarius.
- Kultur urin dan cairan luka mengetahui ada atau tidaknya infeksi dan kuman
penyebab infeksi.
Pemeriksaan Radiologis
o

Color Doppler Ultrasonografi dengan atau tanpa kontras


o untuk mengetahui organ-organ yang terkena saat trauma tumpul terjadi, dilihat dari
anatomi organ intraskrotum yang abnormal dan aliran darah testis.
o Pemeriksaan ini sangat perlu dilakukan bila didapatkan adanya hematom
intratestikular dan ekstratestikular dengan tunika albuginea yang masih utuh.
o Tidak adanya aliran darah menuju testis mengindikasikan adanya torsio testis,
vascular avulsion, trombosis pada funiculus spermaticus sehingga perlu dilakukan
penanganan segera.

Retrograde urethrography
dilakukan bila dicurigai adanya suatu trauma pada urethra yang dari pemeriksaan fisik
didapatkan adanya tanda trauma pada urethra seperti hematuria dan prostat yang
melayang pada pemeriksaan colok dubur.

CT Scan abdominopelvik
dilakukan untuk melihat lokasi testis yang abnormal, struktur anatomi intratestikular, dan
perfusi pada tiap organ.

Penatalaksaan
Awal eksplorasi dan perbaikan cedera testis dikaitkan dengan penyelamatan, pemulihan dan
mengurangi kecacatan, lebih cepat kembali ke kegiatan normal, dan menjaga kesuburan dan
fungsi hormonal. Skrotum cedera ringan tanpa kerusakan testis dapat dikelola dengan es,
elevasi, analgesik, dan irigasi dan penutupan dalam beberapa keadaan.
Tindakan Operatif:
Pada testis yang sudah mengalami Rupture atau nekrosis, dilakukan pengangkatan testis
(orkidektomi). Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap berada di scrotum dapat
merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas di
kemudian hari.

Edukasi

Langsung di rujuk untuk dilakukan tindakan operatif segera untuk mencegah sakit.
Melakukan koreksi secepatnya agar tidak menimbulkan penurunan fertilitas di
kemudian hari.
Jika sudah sembuh di ingatkan untuk menghindari hal-hal yang menjadi pemicu
terjadinya trauma testis.

KARSINOMA MAMAE
A. Definisi dan Etiologi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam
terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang
bersifat eksogen.
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu :

Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel, chrom,

arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.


Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide.
Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus,

herpes virus), EB virus.


Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker.
Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya kanker.

B. Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor, kanker payudara
diklasifikasi dalam:
1.

Non-invasif

2.

Invasif

a.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

l.
3.

Pagets disease

Intra ductal
Lobular Carcinoma In situ
Karsinoma invasif duktal
Karsinoma invasif duktal dengan komponen intraduktal yang
predominant
Karsinoma invasif lobular
Karsinoma mucinous
Karsinoma medullary
Karsinoma papillary
Karsinoma tubular
Karsinoma adenoid cystic
Karsinoma sekretori (juvenile)
Karsinoma apocrine
Karsinoma dengan metaplasia
Tipe squamous
Tipe spindle-cell
Tipe cartilaginous dan osseous
Mixed type
Lain-Lain

of the nipple

Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :


T0

Tidak ada bukti adanya suatu tumor

Tis

Lobular carninoma in situ (LCIS), ductus carninoma in situ (DCIS), atau Pagets
disease

T1

Diameter tumor 2cm

T2

Diameter tumor 2-5 cm

T3

Diameter tumor 5 cm

T4

Bebepa pun diameternya, tumor telah melekat pada dinding dada dan mengenai
pectoral lymph node

N0

Kanker belum menyebar ke lymph node

N1

Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan dapat digerakkan

N2

Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan melekat antara satu
sama lain (konglumerasi) atau melekat pada struktur lengan

N3

Kanker telah menyebar ke mammary lymph node atau supraclavicular lymph node
ipsilateral

M0

Tidak ada metastase ke organ yang jauh

M1

Metastase ke organ jauh

Stadium numerik kanker payudara:


Stadium

Ukuran (T)

Nodus (N)

Metastasis (M)

Tis

N0

M0

T1

N0

M0

IIA

T1

N1

M0

T2

N0

M0

T2

N1

M0

T3

N0

M0

IIB

IIIA

T1, T2

N2

M0

T3

N1

M0

IIIB

T4

N3

M0

IV

Any T

Any N

M1

C. Tanda dan Gejala


Adapun tanda-tanda atau gejalanya antara lain :

Ada bejolan yang keras di payudara


Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu
mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
Puting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus),
mengeluarkan cairan atau darah
Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), bewarna merah
muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit kelihatan
seperti kulit jeruk, mengkerut. Ciri-ciri lainnya antara lain pendarahan pada
puting susu, rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor
sudah besar, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang, kemudian
timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada

lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh


Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk.
Adanya benjolan-benjolan kecil
Ada luka di payudara yang sulit sembuh
Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak
Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tetapi tetap harus

diwaspadai)
Terasa sangat gatal di daerah sekitar puting
Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal tidak

terasa sakit
Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.

Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali degan mengetahui kriteria operabilitas
Heagensen sebagai berikut :

Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
Adanya nodul satelit pada kulit payudara;
Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;

Terdapat nodul parasternal dan nodul supraklavikula;


Adanya edema lengan dan metastase jauh;
Serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema
kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter
lebih 2,5 cm dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Imaging Test (Mammography Diagnostic)

2.

Pemeriksaan Histopatologi
a. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB, menggunakan jarum kecil untuk
b.
c.

mengambil sampel jaringan).


Core Needle Biopsy
Surgical Biopsy (biopsi dengan cara operasi) mengambil sejumlah besar
jaringan. Biopsy ini biasa incisional (mengambil sebagain dari benjolan) atau

3.

4.

excisional (mengambil seluruh benjolan)


Tes Tumor Marker
Pada kanker payudara tumor marker yang biasanya dilakukan adalah CA 15.3
dengan mengambil sampel darah. Tumor marker tidak boleh melebihi angka 30.
Tes lain (Foto Thorax, Bonescan, CT Scan)

E. Penatalaksanaan
1. Pembedahaan
Menghilangkan sebagaian payudara yang mengandung sel kanker (lumpectomy)
atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy).

2.

Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh
sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.

3.

Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan
dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium
akhir. Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi
lanjutan setelah pembedahan.

4.

Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit
(tidak dapat lagi dilakukan pembedahan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari
Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker,
sehingga hanya menyerang sel kanker saja.

5.

Terapi Imunologi
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan
atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi
yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat
pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan terapi.

F. Skenario:
Wanita umur 38 tahun datang ke tempat praktek anda dengan keluhan benjolan yang
semakin membesar di payudara kanannya.

ANAMNESIS
ASPEK YANG DINILAI

2
ASPEK KOMUNIKASI

1
2
3
4
5
1
2
3

4
5
6
7
8
9
10
11

12

Salam
Memperkenalkan diri
Memelihara eye contact selama anamnesis
Menunjukkan empati kepada penderita akan penyakit dan
menenangkan penderita
Menjelaskan maksud anamnesis
ASPEK MEDIS
Menanyakan identitas : nama, umur, pekerjaan, tempat tinggal
dan pertanyaan lain untuk mengetahui tingkat social ekonomi,
juga adanya risiko tumor ganas payudara (>35 tahun)
Menanyakan keluhan utama dengan pertanyaan terbuka
Menanyakan RPS:
Lokasi (letaknya, di kuadran mana)
Onset (kapan mulai timbul benjolan)
Kronologis :
Bagaimana bisa diketahui (mungkin dari sadari)
Apakah bertambah besar atau tetap, kalau bertambah besar
apakah bertambahnya dengan cepat
Apakah terasa sakit saat menjelang menstruasi
Apakah putting susu masuk ke dalam (sebelumnya tidak)
Apakah ada keluar darah / cairan dari putting susu
Warna kulit berubah
Gejala penyerta : apakah disertai demam, badan cepat lelah,
stamina turun drastic, BB turun
Menanyakan factor resiko secara sistematis
- MENARCHE . menarche yang cepat (dibawah 11 tahun)
meningkatkan resiko
- MENOPAUSE. Menopause yang lambat (lebih dari 54
tahun) meningkatkan resiko TGPD
- Adanya penyakit pada payudara sebelumnya (atypical
hyperplasia)
- Tidak mempunyai anak / tidak menikah
- Mempunyai anak tetapi tidak menyusukan
- Hamil pertama sewaktu umur > 30 tahun (primipara tua)
- Dikeluarganya (terutama turunan langsung) ada yang
sakit TGPD/ ca mammae : ibu, nenek, bibi, kakak, adik
- Diit : banyak makanan berlemak, merokok, minum
alcohol
- Badan gemuk (BMI > 35) / Obesitas
- Ikut berencana berupa hormone : pil, suntik atau
pengobatan sulih hormone, susuk
Menanyakan dengan pertanyaan terarah mencari metastasis
- Kelenjar aksila : apakah ada benjolan pada aksila

13
14

- Paru- paru : sesak napas, nyeri dada


- Tulang belakang : nyeri punggung
- Tulang lain (femur) : nyeri paha, fraktur patologis
- Liver : cepat lelah, ikterus, lemas
Merangkum hasil anamnesis da menyampaikan pada penderita
secara sistematis
Menanyakan apakah ada pertanyaan yang ingin diketahui dari
penderita dan memberi penjelasan kepada penderita dengan baik
ASPEK PERILAKU
Melakukan anamnesis secara professional

PEMERIKSAAN FISIK

1
2
3

1
2

1
2
3

PEMERIKSAAN PAYUDARA
Meminta informed consent untuk dilakukan pemeriksaan
payudara
Meminta penderita melepaskan pakaian dan meminta untuk
didampingi saksi (perawat/ suami)
Melakukan pemeriksaan tanpa sarung tangan dan masker agar
tangan lebih sensitive dan memelihara kontak yang baik dengan
penderita
MELAKUKAN INSPEKSI
Posisi : dalam keadaan kedua lengan kebawah inspeksi dilakukan
mahasiswa yang berada di depan tengah penderita / manekin agar
bisa membandingkan kedua payudara dengan lebih baik
Simetri kedua Payudara
- Apakah besarnya payudara kanan dan kiri sama?
- Membandingkan kesegarisan putting susu (ada yang lebih
rendah/ lebih tinggi)
Perubahan Warna Kulit
- Warna kulit : sama dengan sekitar, kemerahan / inflamasi
- Adakah peau dorange
- Apakah ada ulkus
- Apakah ada nekrosis
Puting susu
- Apakah ada retraksi putting susu
- Discharge (tanpa manipulasi)
- Perubahan warna putting susu
Meminta penderita mengangkat kedua lengan ke atsa perlahan
lahan
Melihat apakah ada benjolan di bawah kulit yang terlihat
bersamaan dengan gerakan lengan ke atas penderita
MELAKUKAN PALPASI
Melakukan palpasi mempergunakan ujung jari 2, 3 dan 4
(menghangatkan tangan terlebih dahulu dengan menggosokgosokan kedua tangan)
Melakukan palpasi dengan palpasi ringan
Melakukan palpasi secara sistematis sehingga tidak ada bagian
yang tertinggal. Sistematis per kuadran, mulai dari kuadran atas

4
5

1
2

3
1
2
3

(lateral dan medial), kemudian kuadran bawah (lateral dan


medial)
Atau melingkar dari luar kedalam (seperti lingkaran obat
nyamuk)
dan diakhiri dengan pemeriksaan putting (memencet putting susu)
Jika terdapat benjolan (mendeskripsikan penemuan benjolan)
- Site : letak benjolan
- Shape : bundar/ lonjong, tepi teratur / tidak
- Size : ukuran
- Surface : teratur, licin
- Consistency : padat (jar.ikat), kistik (cairan/kapsul),
kenyal, keras
- Warmth : suhu (apakah sama dengan kulit sekitarnya /
tidak)
- Fixation / mobility : dapat digerakkan / tidak dari kulit
dan dasar (akar/ tidak)
- Pulsatility : berdenyut atau tidak
- Pain : nyeri / tidak
Meminta penderita menekan panggul dengan kedua lengan /
malangkerik
Dengan menekan kedua tangan akan menegangkan m.pectoralis
mayor mahasiswa memeriksa kembali apakah benjolan / tumor
melekat pada otot pectoralis atau tidak
Melakukan palpasi kelenjar aksilla kanan
Pemeriksa berdiri disamping kanan menghadap kearah penderita
Mahasiswa menopang lengan bawah penderita dengan lengan
kanan dan memeriksa kelenjar aksilla dengan lengan kiri
- Teraba kelenjar atau tidak
- Jumlah kelenjar
- Mobil / terfiksir / saling melekat
Lakukan juga yang sebelah kiri
Melakukan palpasi kelenjar supra dan infra clavicula kanan
Pemeriksaan palpasi kelenjar supraclavicula sebaiknya dari arah
belakang penderita (inspeksi dari depan)
Posisi penderita kepala sedikit menunduk agar rongga
supraclavicula kendor
Meraba supra dan infraclavicula secara sistematis dan
melaporkan:
- Apakah teraba kelenjar
- Jumlahnya
- Saling melekat / mobilitas
ASPEK PERILAKU
Melakukan pemeriksaan fisik secara profesional

Tambahan:
Pemeriksaan metastasis pada kelenjar limfe aksila, supra clavicula, infra clavicula, dan
mammaria interna

Pada pasien menopause ditanyakan apakah sebelum menopause mendapat terapi


hormonal
Berikan edukasi pada ibu muda dengan factor resiko
o KB hormonal: disarankan untuk mengganti dengan alat kontrasepsi lain
o Faktor genetic: memberikan sugesti dan nasehat yang tepat
Prinsip ditemukannya benjolan pada payudara adalah dilakukan operasi pembedahan
Operasi tumor yang sudah metastasis harus dikombinasikan dengan pengobatan lain.

ILEUS
Secara ada tidaknya obstruksi, Ileus dibedakan menjadi:
1. Ileus Obstrukstif
2. Ileus Paralitik
ILEUS OBSTRUKTIF
A. Definisi dan Etiologi
Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja
atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan
lumen usus
Atoni usus dan peregangan gas sering timbul menyertai berbagai kondisi traumatik
terutama setelah fraktur iga ,trauma medula spinalis dan fraktur tulang belakang
Penyebab obstruksi mekanis berkaitan dengan kelompok usia yang terserang dan letak
obstruksi.sekitar 50 %obstruksi terjadi paa kelompok usia pertengahan dan tua dan
terjadi akibat perlekatan yang disebabkan oleh pembedahan sebelumnya
Tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab tersering obstruksi usus besar pada
usia pertengahan dan orang tua.kanker kolon merupan penyebab 90% obstruksi yang
terjadi
Volvulus adalah usus terpelintir, paling sering terjadi pada pria usia tua dan biasanya
mengenai kolon sigmoid
Inkarserasi lengkung usus pada hernia inguinalis atau femoralis sangat ksering
menyebabkan terjadinya obstruksi usus halus
Intususepsi adalah invaginasi salah satu bagian usus ke bagian kberikutnya dan
merupakan penyebab obstruksi yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan balita.
Intususepsi sering terjadi pada ileum terminalis yang masuk pada caecum
Benda asing dan kelainan congenital merupakan penyebab lain obstruksi yang terjadi
pada anak dan bayi
B. Klasifikasi Ileus Obstruktifus
Kecepatan timbul (speed of onset)
Akut, kronik, kronik dengan serangan akut

Letak sumbatan
Obstruksi tinggi (SBO) bila mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum terminal)

Obstruksi rendah (LBO), bila mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai anus)

Sifat sumbatan
Simple obstruction : sumbatan tanpa disertai gangguan aliran darah
Strangulated obstruction : sumbatan disertai gangguan aliran darah sehingga timbul
nekrosis, gangren dan perforasi

Etiologi
Kelainan dalam lumen, di dalam dinding dan di luar dinding usus

C. Gejala Ileus Obstruktifus

Penimbunan cairan dan gas dalam lumen yang letaknya proksimal dari letak

obstruksi
Peregangan abdomen
Tekanan dalam lumen yang dipertahankan sehingga menyebabkan terjadinya

iskemia dinding usus


Hilangnya cairan dalam rongga peritoneum
Lepasnya bakteri dan toksin dari usus nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulsi

sistemik
Nyeri: menyerupai kejang dan di pertengahan abdomen ( terutama di daerah

paraumbilikalis ) dan memberat bila letak obstruksi makin tinggi


Muntah: frekuensi bervariasi bergantung pada letak obstruksi. Bila obstruksi terjadi
pada usus halus bagian atas, maka muntah akan lebih sering terjadi dibandingkan

dengan obstruksi yang terjadi pada ileum atau usus besar.


Konstipasi absolute

D. Tanda Ileus Obstruktifus


Pada inspeksi ditemukan distensi abdomen
Palpasi nyeri tekan di lapang abdomen
Perkusi distensi adalah timpani. Jika strangulasi akan terdapat nyeri ketok
Auskultasi ditemukan hyperperistaltik dan terdapat metalik sound

Pada rectal toucher tonus sfingter ani melemah dan ampula recti kolaps
E. Pemeriksaan Penunjang
Pada urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya

dehidrasi dan asidosis metabolik.


Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah

terjadi peritonitis.
Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.

Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosa ileus obstruksi.
Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi datar perlu
untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas udara dan
air serta letak obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas
tetapi pada usus halus biasanya tidak tampak.

Air in Rectum/
Sigmoid

Air in small bowel

Air in large bowel

SBO

Multiple dilated loop

LBO

None - unless

Dilated

Ileocecal valve
incompetent

Small Bowel Obstruction (SBO)

Large Bowel Obstruction (LBO)

Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan pemeriksaan barium


kontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis
neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukan biopsi.

F. Penatalaksanaan
Resusitasi cairan akibat dehidrasi (muntah, absorbsi terganggu) dan monitor urin
dengan pemasangan kateter uretra
Cairan kristaloid (Ringer laktat)
Pemasangan nasogastric tube mencegah dilatasi lambung dan mengurangi menelan
udara
Terapi komplikasi
ILEUS PARALITIK
A. Definisi dan Etiologi
Suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk sementara waktu
berhenti. Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga menghalangi jalannya isi usus,
tetapi ileus paralitik jarang menyebabkan perforasi.
Ileus paralitik dapat disebabkan oleh :

Suatu infeksi atau bekuan darah di dalam perut


Aterosklerosis yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke usus
Cedera pada pembuluh darah usus
Kelainan di luar usus, seperti gagal ginjal atau kadar elektrolit darah yang abnormal

(misalnya rendah kalium, tinggi kalsium)


Obat-obat tertentu
Kelenjar tiroid yang kurang aktif.

Sering terjadi setelah pembedahan abdomen karena adanya reflek penghambatan


peristaltik akibat visera abdomen yang tersentuh tangan. Refluk penghambatan
peristaltik ini sering disebut sebagai ileus peristaltik walaupun paralisis peristaltik ini
terjadi secara total

B. Gejala Ileus Paralitikus


kembung
muntah
sembelit yang berat
kram perut
C. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Pada pemeriksaan dengan stetoskop, suara bising usus berkurang atau hilang sama

sekali.
Foto rontgen perut menunjukkan lingkaran usus yang menggembung.
Kadang dilakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) Untuk
mengevaluasi keadaan.

Air in Rectum/

Air in small bowel

Air in large bowel

Sigmoid
Localized Ileus

2-3 distended loops

Air in rectum/ sigmoid

Generalized

Multiple distended

Distended

Ileus

loop

Ileus paralitik sebagian


(Localized Ileus)

Ileus paralitik total


(Generalized Ileus)

D. Penatalaksanaan
Pembentukan gas dan cairan karena ileus harus dihilangkan.
Kadang sebuah selang dimasukkan ke dalam usus besar melalui anus untuk
mengurangi tekanan. Selang lainnya yang dihubungkan dengan alat penghisap,
dimasukan melalui hidung menuju ke lambung atau usus halus, untuk mengurangi
tekanan dan peregangan. Penderita tidak boleh makan atau minum apapun sampai

krisisnya teratasi.
Cairan dan elektrolit diberikan melalui infus

E. Skenario
Seorang laki-laki 40 tahun mengeluh tidak buang air besar selama 5 hari. Pasien mengeluh
perutnya terasa membesar dan muntah-muntah.

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

RECTAL TOUCHER
NO
1.
2.

3.

4.
5.

6.
7.

ASPEK KETRAMPILAN DAN MEDIS YANG


KETERANGAN
YANG DILAKUKAN
Memberi salam dan memperkenalkan diri,
menanyakan identitas penderita
Informed consent
Menjelaskan kepada pasien mengenai pemeriksaan
colok dubur yang akan dilakukan, dan
tujuannya/indikasi. Mengatakan bila pemeriksaan
mungkin kurang nyaman, meminta persetujuan
lisan kepada pasien
Pasien dalam posisi litotomi, pemeriksa di sebelah
Posisi
litotomi
kanan penderita
memudahkan pemeriksaan
atapi tidak nyaman bagi
penderita. Dapat digunakan
posisi knee-elbow position
(sujud) atau telentang biasa
Pakai sarung tangan, lumuri dengan pelicin pada
jari telunjuk tangan kanan pemeriksa
Pemeriksaan Anoperineal
Eksternal opening : pintu
Inspeksi : massa / tumor, eksternal opening, fissure keluar dari fistula ani
pada anus, fistula, tanda2 peradangan, prolaps
Kelainan lain : misalnya
hermorrhoid, prolaps mukosa recti, condyloma
peradangan
akuminata.
Gunakan ibu jari dan jari
Penderita diminta mengejan/valsava untuk
tengah untuk memperjelas
area
mengetahui apakah ada hemoroid eksterna
Palpasi : nyeri tekan, massa konsistensi
lunak,massa yang masuk kembali dengan bantuan
jari
Jari Masuk Anus
Meminta penderita untuk

8.
9.

10.
11.

12.

Masukkan jari telunjuk tangan kanan yang telah


dilumuri pelicin ke dalam anus dengan cara
menekan di jam 6, masuk pelan-pelan
Nilai tonus spincter ani : Normalnya cukup kuat,
lemah jika ada tumor, peritonitis. Pada anak
gunakan jari kelingking.
Mukosa rectum : normalnya licin. Nilai apakah
ada benjolan? Jika yaletak (pd jam berapa), jarak
dari garis anokutan (cm), konsistensi, tangkai, nyeri
tekan, murah rapuh/berdarah?
hemorrhoid NT jam 3,7,11
Ampula recti : normalnya tidak kolaps. Melebar
(peritonitis, ileus paralitik) kolaps (ileus obstruktif)
adakah nyeri tekan?
(+) peradangan rongga abdomen, penderita tak
rileks, adnexitis, appendicitis (belum perforasi
arah jam 9) sudah perforasi (peritonitisseluruh
lapang abdomen).
Pada wanita nilai uterus, adnexa dan cavum
douglass
Prostat
Lobus laterolateral : normal lebarnya sekitar 2 cm
Sulkus medianus : normalnya cekung
Pole/kutub atas : N tercapai
Permukaan : N rata, tidak ada nodul

13.

14.

Konsistensi : N kenyal
Adakah nyeri tekan
Sarung tangan
Adakah feses?, darah (hitam: perdarahan sal.cerna
bag.atas ; segar:perdarahan sal.cerna bag.bawah),
lendir (kolitis), tumor yang rapuh?
Kesimpulan/hasil pemeriksaan, diagnosis, terima
kasih, hamdalah

bernafas panjang saat akan


memasukkan jari shg dalam
keadaan rileks

Pada apendisitis nyeri tekan


pada arah jam 9 - 11

Nilai kedua lobus,


Pada BPH ukurannya 4-5
cm
Pada BPH dapat tecapai /
tidak tercapai
Bila ada nodul nilai dimana,
jumlahnya, konsistensinya
Kenyal atau keras
Bila ada gangguan pasase
usus maka tidak ditemukan
feses

SIRKUMSISI

1. DEFINISI
Sirkumsisi yang berarti sayatan melingkar, yang diidentikkan pada pemotongan prepusium yang
melingkar terhadap batang penis. Dalam Journal of Mens studies disebutkan bahwa sirkumsisi
(circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup
depan dari penis atau kulup. Sirkumsisi disebut juga khitan atau sunat, dari bahasa arab khatn yang
artinya memotong.
2. HUKUM
Dalam hukum fikih islam, hukum khitan bagi laki-laki menurut jumhur (mayoritas ulama) adalah
wajib. adapun hadisnya yang diriwayatkan ileh Abu Hurairah disebutkan bahwa : Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda : Fitrah itu ada lima yaitu khitan, mencukur bulu di sekitar
kemaluan, memotong kumis, memoton kuku, dan mencabut bulu ketiak. (HR Bukhori-Muslim)
3. INDIKASI
Indikasi dibagi menjadi dua yaitu indikasi agama dan indikasi medis.Seringkali orangtua
menginginkan anaknya untuk dikhitan atas dasar keinginan untuk menjalankan syariat agama.
Namun

demikian

khitan

juga

diindikasikasikan

untuk

pencegahan

penyakit

ataupun

penanggulangan kelainan yang berkaitan dengan adanya prepusium, antara lain :


a. Fimosis
Fimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak dapat ditarik sampai belakang glans
penis. Pada anak laki-laki yang berusia kurang dari 4 tahun, keadaan ini normal; pada anak
laki-laki yang lebih tua dan dewasa, prepusium dapat dengan mudah ditarik sampai korona
(Ostler, 1968). Fimosis biasanya tidak terasa nyeri tetapi dapat mengakibatkan inflamasi
kronis.Prepusium yang tidak dapat ditarik ke belakang ini dapat mengakibatkan peradangan dan
fibrosis.Peradangan dan fibrosis yang berulang dapat mengakibatkan lubang prepusium yang
makin menyempit sehingga dapat menyebabkan obstruksi.Sekarang diketahui bahwa
peradangan kronis pada prepusium merupakan predisposisi karsinoma glans penis.
b. Parafimosis
Parafimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tertarik dan tertinggal di belakang glans
penis, menjepit glans dan menyebabkan pembengkakan pembuluh darah yang terasa nyeri dan
edema.Parafimosis seringkali iatrogenic dan seringkali terjadi setelah tenaga medis memeriksa
penis atau memasukkan kateter urethra dan lupa mengembalikan prepusium ke posisi semula.
Parafimosis dapat menyebabkan pembengkakan yang membekas pada glans penis sehingga
kulit bagian depan tidak dapat lagi ke depan, membutuhkan slit dorsal darurat atau sirkumsisi.
c. Pencegahan tumor ganas

Walaupun masih ada pertentangan akan manfaat khitan terhadap pencegahan tumor ganas tetapi
pada penelitian didapatkan bahwa khitan dapat mencegah terjadinya akumulasi smegma yang
mempunyai hubungan dengan terjadinya tumor ganas penis. Jenis tumor ganas terbanyakadalah
karsinoma sel skuamosa.Menurut hasil statistic didapatkan bahwa karsinoma penis lebih
banyak didapatkan pada penduduk yang tidak dikhitan dibandingkan dengan mereka yang
dikhitan.
d. Condyloma accuminata
Adalah suatu kelainan kulit berupa vegetasi oleh human papilloma virus (HPV).Khitan
diperlukan untuk membuang kelainan kulit prepusium tersebut.
e. Lichen sclerosus (Balinitis xerotica obliterans)
Liken sklerosus merupakan istilah yang digunakan pada yang sebelumnya dikenal sebagai
balanitis xerotika obliterans. Pada pemeriksaan histologi, penyakit ini ditandai dengan
hyperkeratosis, homogenisasi kolagen pada papilla dermis yang berhubungan dengan edema
stroma, dan infiltrasi limfotik.Jika hanya kulit bagian luar yang terkena, sirkumsisi mungkin
dapat menyembuhkan.
f. Zoons balanitis
Zoons balanitis juga disebut plasma sel balanitis terjadi pada laki-laki yang tidak disirkumsisi
yang berusia mulai dari decade ketiga (Pastar et al,2004). Plak yang halus, lembab, eritem,
berbatas tegas pada glans penis merupakan karakteristik penyakit ini. Erosi dangkal dapat juga
terjadi (Yoganathan et al,1994), dan lesinya dapat cukup besar (diameter lebih dari 2 cm)
(Margolis,2002). Karsinoma sel skuamosa dan penyakit paget ekstra mamae harus
disingkirkan, biasanya dengan biopsy. Sirkumsisi terbukti mencegah perkembangan penyakit
ini dan dapat menyembuhkan pada sebagian besar kasus (Sonnex et al, 1982;Ferrandiz dan
Ribera,1984).
Radiasi dapat dipertimbangkan setelah penggunaan krim 50fluorourasil tidak berhasil untuk
mengobati karsinoma in situ.Sebelum terjadi radiasi, sirkumsisi diperlukan untuk memaparkan
lesi, memungkinkan resoulis pada setiap permukaan infeksi, dan untuk mencegah maserasi dan
edema.
g. Kalkuli prepusium
Kalkuli prepusium terjadi kebanyakan pada negarayang belum berkembang.Insidensinya
berbanding terbalik dengan standar kehidupan, sehingga penyakit ini jarang di dunia barat.
Kalkuli prepusium terjadi terutama pada dewasa dan berhubungan dengan fimosis, hygiene
genital yang buruk, dan status social ekonomi yang rendah (Ellis et al,1986).
Jika tidak diobati, kalkuli prepusium dapat mengakibatkan angka kesakitan yang signifikan
dengan inflammasi kronis dan pembentukan fistula urinarius.Infeksi akut diatasi sementara
dengan pembuatan celah pada prepusium bagian dorsa untuk drainase.Pengobatan definitive
adalah dengan sirkumsisi.
4. KONTRAINDIKASI
a. Hipospadia
Adalah kelainan kongenital dimana meatus urethra eksterna tidak terletak di ujung glans penis
melainkan terletak di sepanjang sisi ventral penis atau pada skrotum atau pada perineum.

b. Epispadia
Adalah kelainan kongenital dimana meatus urethra eksterna terdapat pada bagian dorsal batang
penis.
c. Webbed penis
Webbed penis dimana kulit skrotum meluas sampai ke penis bagian ventral, biasanya hingga di
sulcus coronaries (Jack S. Elder, Curchill Livingstone 2002). Megalouretra terjadi karena
berkurangnya atau tiadanya jaringan spongy di corpus spongiosum penis, sehingga terjadi
dilatasi uretra pars penile. Kelainan ini ditandai dengan pembengkakak pada bagian ventral
penis, terutama saat kencing, dan pembengkokan penis ke dorsal (Jack S. Elder, Curchill
Livingstone 2002).
d. Chordae
Chordae dimana jringan iket congenital di sepanjang urethral plate pada bagian ventral penis
yang menyebabkan penis bengkok ke bawah saat ereksi karena tertarik oleh chordate.Chordae
dapat berdiri sendiri atau disertai dengan hipospadia.

e. Kelainan pembekuan darah


5. KOMPLIKASI
a. Perdarahan
b. Infeksi
c. Trauma glans penis
d. Hematom
e. Udem
f. Jepitan sikatriks
g. Meatal stenosis
h. Penyakit peyronie
i. Balanitis xerotica obliterans
j. Sin bridge
k. Fimosis paska sirkumsisi
l. Penis malposition
m. Meatal ulcer
n. Meatitis
o. Urethra cutaneous fistula
p. Syok anafilaktik
6. LANGKAH-LANGKAH
a) Persiapan
Pelajari kembali rekam meis pasien terutama riwayat penyakit alergi, riwayat kelainan
pembekuan darah, penyakit sistemik dan penyakit local pada penis. Periksa kembali apakah
informed consent telah dilakukan dengan lengkap dan dipahami oleh pasien (jika dewasa) dan
keluarganya (wali). Dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 45 ayat 3,
penjelasan yang disampaikan sekurang kurangnya mencakup
Diagnosis dan tata cara tindakan medis
Tujuan tindakan medis yang dilakukan
Alternative tindakan lain dan resikonya

Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi


Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
I. Persiapan pelaksana
i. Teknik mencuci tangan
Menyikat tangan dengan larutan antiseptic di bawah air mengalir selama 10 menit,
mulai dari kuku, jari, sela jari, dan telapak tangan.
Teteskan beberapa milliliter savlon, betadin atau triclosan
Gosok masing-masing tangan dan lengan selama 1,5 menit
Bilas dengan air mengalir sambil digosok
Posisi tangan selalu di atas sikut
Lap dengan handuk steril
ii. Teknik memakai sarung tangan
Bukalah kemasan dan lebarkan selain bagian dalam yang terlipat, bagian lain jangan
sampai tersentuh
Pakailah sarung tangan kanan terlebih dahulu
Pegang bagian dalam sarung tangan yang dilipat keluar dengan tangan kiri (bagian
luar tidak boleh disentuh)
Rapikan dengan cara jari-jari tangan kiri ikut masuk menyusuri jari-jari tangan kanan
dalam handschoen (skin to skin) sampai rapi
Ambil sarung tangan kiri dengan tangan kanan
Masukkan tangan kiri dengan dibantu oleh tangan kanan dari bagian luar handschoen
(glove to glove)
II. Persiapan pasien
i. Beri kesan bahwa di khitan bukan hal yang menakutkan. Dan alihkan perhatian pasien
dengan mengajak mengobrol, bercanda atau menyuruh anak membaca hafalan ayat al
quran.
ii. Sebaiknya daerah yang akan disunat dalam keadaan bersih. Mungkin di suruh mandi
terlebih dahulu, potong bulu kemaluan jika ada, atau dicuci dengan air sabun atau savlon.
b) Alat dan Bahan
I. Alat
i. Gunting diseksi
ii. Klem mosquito
iii. Klem pean lurus
iv. Pinset anatomis
v. Needle holder
vi. Jarum jahit
vii. Bisturi
viii. Klem koher
ix. Korentang
x. Kom kecil
xi. Tempat instrument
xii. bengkok
II. Bahan
i. Benang
ii. Kasa steril
iii. Duk bolong
iv. Tulle
v. Plester
vi. Obat anastesi

vii. Larutan antiseptic


viii. Sarung tangan
ix. Spuit
c) Teknik aseptic
Aseptic adalah keadaan bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit.Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya melalui teknik aseptic. Teknik aseptic/asepsis adalah segala upaya yang
dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan
besar akan mengakibatkan infeksi. Tindakan asepsis ini bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda hidup atau benda
mati.Tindakan ini meliputi antisepsis, desinfeksi, dan sterilisasi.
Antisepsis adalah upaya penccegahan infeksi dengan membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.Bahan yang digunakan
disebut antiseptic.Jenis antiseptic diantaranya adalah povidone iodine, chlorhexidine gluconate,
triklosan, dan alcohol.Sedangkan desinfektan itu digunakan untuk membunuh mikroorganisme
yang terdapat di benda mati.
Tindakan yang dilakukan untuk teknik tindakan aseptic adalah dengan mengusapkan cairan
antiseptic pada lapangan operasi dan sekitarnya.Untuk memperluas permukaan steril maka
dilakukakan drapping, yaitu pemakaian duk bolong steril. Teknik tindakan aseptic adalah
sebagai berikut :
I. Lipat dan jepit kasa dengan ring klem
II. Celupkan kasa tadi ke dalam larutan antiseptic yang telah dituangkan dalam kom
III. Usapkan mulai dari distal ke pangkal penis sampai seluruh batang penis terlumuri. Usapkan
kasa lainnya dari pangkal penis memutar ke bagian luar sampai daerah supra pubis, lipat
inguinal, skrotum dan terakhir di femoral media. Pengusapan secara melingkar mengarah ke
luar seperti pola obat nyamuk (sentrifugal).
IV. Ulangi tindakan di atas jika ada bagian yang tidak terusap
V. Tutuplah lapangan operasi dengan duk bolong steril
d) Anestesi
Anestesi dapat dilakukan dalam local ataupun general (narkose umum).Hal ini tergantung dari
berbagai kondisi setiap individu.Anak yang diperkirakan gelisah yang sulit untuk dilakukan
khitan pada local anestesi maka narkose umum menjadi pilihan, atau dapat juga dilakukan
anestesi local ditambah dengan pemberian sedative.Penggunaan obat anestesi yang dianjurkan
adalah lidokain 1%.
Ada dua teknik anestesi local yang memberikan hasil yang baik, yaitu ring block danpenile
nerve block.
I. Ring block
Dilakukan dengan menyuntikkan obat anestesi di sekitar atau di proksimal daerah insisi
dekat pangkal penis dengan maksud memblok impuls dari saraf-saraf yang mempersarafi
daerah di sekitar insisi.Daerah penyuntikkan disesuaikan dengan lokasi persarafan. Secara

anatomis, cabang-cabang saraf yang mempersarafi penis berada di sekitar jam 11 dan jam 1,
cabang-cabangnya juga terdapat di jam 5 dan jam 7, serta daerah frenulum. Dinamakan ring
block karena anestesi dilakukan melingkari seluruh lingkaran penis
Teknik :
i. Tarik ujung prepusium dan regangkan batang penis
ii. Identifikasi gambaran pembuluh darah superfisial (agar pembuluh darah tidak tertusuk
yang dapat mengakibatkan hematom)
iii. Suntikkan jarum di jam 12 miring terhadap batang penis. Setelah itu masukkan jarum
sambil sudut miring diperkecil (lebih datar) sampai hamper seluruh panjang jarum masuk
(tergantung besarnya penis). Lokasinya adalah sekitar 1/3 2/3 proksimal batang penis,
dan kedalamannya sampai sub kutis
iv. Aspirasi, jika tidak ada darah, masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut jarum
perlahan-lahan tetapi jarum tidak sampai tercabut dari kulit
v. Miringkan jarum ke arah jam 9. Kembali tusukkan jarum menelusuri jam 11, 10, 9 atau
sampai jam 8.
vi. Aspirasi. Jika tidak ada darah, masukkan obat anestesi sekitar 0,2 cc sambil perlahanlahan jarum dicabut. Dengan cara ini jam 8, 9, 10, 11 terpapar obat anestesi.
vii. Tanpa jarum keluar dari kulit, arahkan kembali jarum ke jam 1, 2, 3, 4. Tusukkan,
aspirasi, lalu keluarkan obat 0,2 cc sambil menarik jarum perlahan-lahan jarum dicabut.
viii. Tusukkan jarum di jam 6 sambil sudut miring diperkecil (lebih datar).
ix. Aspirasi
x. Jika tidak ada darah, masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut jarum perlahanxi.
xii.
xiii.
xiv.

lahan tetapi jarum tidak sampai tercabut dari kulit.


Miringkan jarum ke arah jam 9.
Kembali tusukkan jarum menulusuri jam 7, 8, 9.
Aspirasi
Jika tidak ada darah, masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut jarum perlahan-

xv.
xvi.
xvii.
xviii.

lahan tetapi jarum tidak sampai tercabut dari kulit


Miringkan jarum kea rah jam 3.
Kembali tusukkan jarum menulusuri jam 5 , 4, 3
Aspirasi
Jika tidak ada darah, masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut jarum perlahan-

lahan
xix. Lakukan masase
xx. Beberapa saat kemudian ujilah dengan cara menjepit kulit di jam 11, 9, 3, dan 6 dengan
pinset sirurgis.
xxi. Perhatikan respon pasien.
II. Penile nerve block
Bertujuan memblok semua impuls sensorik dari batang penis melalui pemblokkan nervus
pudendus yang terletak di bawah fasia Buchs dan ligamentum suspensorium.
Teknik :
i. Gunakan spuit 3 cc.
ii. Identifikasi pangkal penis,simfisis osis pubis.
iii. Suntikkan jarum tegak lurus sedikit di atas pangkal penis,di bawah simfisis osis pubis
sampai menembus fasia Bucks.

Tanda-tanda jarum telah menembus fasia Bucks:


a. Sensasi seperti menembus kertas.
b. Jika jarum ditarik ke atas,batang penis sedikit terangkat.
c. Bila obat disuntikkan tidak terjadi edema.
iv. Aspirasi, jika tidak ada darah masukkan obat anastesi sekitar 0,5 cc.
v. Jarum dicabut sedikit ,miringkan jarum sekitar 30 derajat kea rah kanan,tusukkan lagi
sedikit,aspirasi,masukkan obat sekitar 0,5 cc.
vi. Jarum dicabut sedikit,miringkan sekitar 30 derajat kearah kiri,tusukkan lagi
sedikit,aspirasi,masukkan obat sekitar 0,5 cc.
vii. Masase daerah pangkal penis.
viii. Ujilah dengan menjepit kulit prepusium sambil memperhatikan respon anak.
Jika pada aspirasi terdapat darah,jarum dapat dimasukkan lagi atau dicabut sedikit
sampai tidak ada darah.
Adakalanya kedua teknik di atas(infiltrasi dan blok) dikerjakan dua-duanya,dengan maksud
agar keberhasilan anestesi lebih besar. Hal ini sebenarnya berlebihan,sebab jika menggunakan
teknik yang benar,salah satu teknik saja sudah cukup untuk anastesi selama operasi khitan
berlangsung.
Perhatikan arah penusukan jarum.Identifikasi benar-benar pangkal penis.Jangan sampai jarum
menusuk corpus spongiosum.Jika belum yakin letakkan jari telunjuk untuk menidentifikasi
pangkal penis dengan jari tengah dan jempol Memfiksasi dan menekan pangkal penis.
Perhatikan anatomi pesyarafan yang akan dianatesi.
Sebelum penyuntikkan, daerah yang akan disuntik dapat disemprot dulu dengan khloretil atau
pengolesan anestesi topical untuk mengurang rasa nyeri ketika penyuntikkan, tetapi kadangkadang tidak memberikan hasil berbeda.

e) Membebaskan perlengketan
Perlengketan antara prepusium dan glans penis, tertuama di daerah corona glandis,
mengakibatkan penumpukan smegma.Smegma mengeras dan kadang sulit dibersihkan.
Sebelum kia melakukan pembersihan smegma maka perlengketan antara glans penis dan bagian
mukosa prepusium harus dilepaskan.
Ada beberapa macam teknik, antara lain :
I. Teknik klem
Caranya dengan menarik prepusium

seproksimal

mungkin

sehingga

tampak

perlengketannya. Kemudia klem dibuka sambil didorong dan ditekan kea rah perlengketan.
Cara ini dilakukan berulang-ulang kea rah proksimal dan ke lateral sampai terlihat sulkus
korona glandis.Dan terlihat pangkal mukosa prepusium di sekeliling sulkus corona glans
penis.
Keuntungan teknik ini adalah perlengketan dapat dilepaskan dengan cepat tetapi
kerugiannya dapat mengakibatkan lecet di daerah glans penis dan mukosa.Pelepasan

perlengketan dengan klem ini harus diyakini benar bahwa ujung klem yang digunakan
benar-benar tumpul.
II. Teknik kasa
Teknik ini menggunakan kasa steril. Caranya hampir sama, yaitu menarik prepusium dengan
tangan kiri seproksimal mungkin sampai teregang sehingga terlihat daerah perlengketan,
tangan kanan memegang kasa untuk membebaskan perlengketan. Kemudian daerah
perlengketan ditekan dengan kasa dan di dorong ke arah proksimal sehingga perlengketan
lepas sedikit demi sedikit.Hal ini dilakukan berulang-ulang ke sekeliling perlengketan pada
glans penis.Keuntungan teknik ini adalah sangat kecil resiko terjadinya trauma atau lecet
pada glans penis.Kerugian teknik ini relative lebih lama. Pada pelepasan perlengketan ini
perlu diperhatikan,apakah semua perlengketan sekeliling perbatasan mukrosa dan glans
penis sudah benar-benar lepas seluruhnya.
III. Teknik sonde
i. Tarik prepusium seproksimal mungkin dan fiksasi dengan tangan kiri sehingga tampak
batas perlengketan mukrosa dan glans.
ii. Dorongkan sonde tumpul ke batas mukosa dan glans.
iii. Dorong dan gerakkan sonde secara melingkar ke kiri dan ke kanan menyusuri
perlengketan.
iv. Identifikasi sulkus korona glandis.
v. Ulangi sampai seluruh sulkus korona glandis terlihat sempurna.

f) Metode sirkumsisi
I. Dorsumsisi
Dinamakan dorsumsisi karena insisi prepusium dimulai dengan insisi memanjang di dorsum
penis(jam 12).
Keuntungan:
Resiko terpotong/tersayat glans penis lebih kecil
Mudah melakukan insisi sesuai batas
Mudah mengatur panjang pendek pemotongan mukosa
Baik untuk fimosis/parafimosis
Baik untuk pemula

Kerugian :
Lama
Perdarahan lebih banyak
Sering tidak simetris, terutama jika tidak menggunakan tali kendali
Tahapan teknik ini adalah:
i. Pasang klem di jam 6,11 dan jam 1 tarik ke arah distal.
ii. Masukkan ujung tumpul gunting ke dalam dengan ujung mengarah ke atas(menjauhi
glans penis). Awas jangan sampai masuk ke urethra.
iii. Gunting memanjang di jam 12 sampai tanda batas insisi,mukosa harus tergunting.

iv. Pindahkan kedua klem(dari jam 11 dan jam 1) ke ujung distal sayatan(jam 12 dan jam
v.

12)
Dari ujung insisi di jam 6 guntinglah ke kanan dan ke kiri secara melingkar dengan arah

serong menuju jam 12.


vi. Menggunting dapat juga dimulai dari distal sayatan jam 12 mengarah jam 6 ke kiri dan
ke kanan.
vii. Gunting dan rapikan kelebihan mukosa.
viii. Pada teknik ini bisa juga memakai pinset anatomis sebagai landasan masuknya gunting.
Setelah klem dipasang di jam 11 dan jam 1, masukkan pinset dengan arah sedikit ke atas
meregang prepusium sampai ujung pinset berada di bawah tanda batas insisi yang telah
dibuat. Kemudian pinset dibuka sedikit agar gunting masuk dengan mudah dan terarah.
Variasi lain adalah setelah melakukan sayatan memanjang di jam 12 kemudian dilakukan
jahitan kendali,tepat di ujung sayatan tadi antara kulit dan mukosa. Tujuannya supaya kulit
tetap simetris ketika dilakukan sayatan melingkar ke samping.

II. Klasik (guillotine)


Disebut teknik klasik karena teknik inilah yang paling lama digunakan.Teknik ini juga yang
paling sering dipakai. Dalam bahasa Sunda,teknik ini disebut sop pak lodong.
Keuntungan :
Lebih cepat
Lebih rapi
Perdarahan lebih sedikit
Kerugian :
resiko terpotong/tersayatnya glans lebih besar, terutama bila sayatan di bawah koher
mukosa sering masih panjang dan kadang-kadang perlu dipotong ulang
bias terjadi nekrosis pada bagian yang dijepit koher jika insisi di atas koher dan jepitan
terlalu kuat dan lama
perlu sayatan memanjang di jam 12 untuk membebaskan prepusium pada
fimosis/parafimosis sebelum insisi. Bisa juga dengan melebarkannya/dilatasi dengan
klem
Tekniknya:
1.
Tandai batas insisi.
2.
Pasang klem di jam 6 dan jam 12 dan tarik ke distal sampai teregang(oleh asisten).
3.
Urutlah glans seproksimal mungkin,dan fiksasi glans dengan tangan kiri.
4.
Jepitkan koher pada batas insisi yang telah dibuat dengan arah melintang miring
sejajar dengan kemiringan korona glandis(sekitar 40 derajat) antara jam 12 dan jam
5.

6 dengan posisi di jam 6 lebih distal.


Yakinkan glans tidak terjepit dengan cara megurutnya ke proksimal dan coba

6.

digoyangkan(glans goyang tandanya tidak terjepit).


Sayat dengan bisturi,gunting atau elektrokauter cutting(tombol kuning) dibagian
atas koher.

7.
8.

Lepaskan koher dan munculkan kembali glans.


Rapikan sayatan dengan gunting,terutama jika sisa mukosa masih panjang.

g) Hemostasis
Jika perdarahan cukup besar atau untuk menghentikan perdarahan secara cepat diperlukan
berbagai cara.Hal ini dilakukan supaya tidak terlalu banyak kehilangan darah.
I. Penekanan/depper
Teknik ini digunakan untuk membantu system hemostatis dengan melakukan penekanan
pada daerah perdarahan beberapa saat. Dengan penekanan, diharapkan kapiler dapat tertutup
dan selanjutnya platelet plug yang terbentuk akan lebih mudah menutup kapiler yang
terpoton. Teknik ini hanya bias dilakukan pada perdarahan yang diakibatkan jejas pada
pembuluh darah kecil seperti kapiler, sedangkan untuk pembuluh darah yang lebih besar
digunakan penjepitan dengan klem atau bahkan ligase.
Segera setelah insisi selesai, lakukan penekanan/dep dengan melingkarkan kasa ke
sekeliling daerah insisi sambil ditekan, diputar dan dibiarkan beberapa saat kemudian
lepaskan dan lihat sumber-sumber perdarahan.Setelah terlihat baru di klem.
II. Pengkleman
Dilakukan pada pembuluh darah yang agak besar.Sebelum dijepit dengan klem, harus
dipastikan terlebih dahulu sumber perdarahan atau pembuluh darah yang terpotong.Setelah
diklem, didep kembali untuk melihat apakah masih terdapat perdarahan atay tidak. Jika
perdarahan masih ada, perlu dipikirkan apakah pengkleman sudah tepat pada sumber
perdarahan atau ada sumber perdarahan lain. Setelah diklem, dapat dilanjutkan dengan
ligase atau kauterisasi.
III. Ligasi hekting
Jika dilakukan hemostasis dengan ligase hekting, ada beberapa cara yang dapat dilakukan.
Dengan teknik ligase ini diharapkan pembuluh darah yang terpotong di kedua sisi yaitu sisi
sisa mukosa dekat frenulum dan sisi lainnya di bawah tepi kulit yang disayat diharapkan
akan terligasi.
i. Teknik matras
1) Pertama kali jarum ditusukkan dari arah luar kulit sebelah kanan dari frenulum
kemudian menyebrangi bagian dalam luka
2) Jarum masuk ke sisa mukosa dari bagian dalam dan keluar
3) Jahitan menyebrangi garis tengah untuk masuk kembali ke bawah luka dan masuk ke
kulit disebrangnya dari dalam keluar
4) Tarik kedua ujung benang sampai tepi sayatan kulit dan tepi sayatan mukosa bertemu.
Simpul secara reef knot
ii. Teknik figure of eight
Ikatan seperti matras, tetapi disilangkan menyerupai angka 8.
Tekniknya adalah

1) Tusukkan jarum pada kulit sedikit sebelah kiri rafe penis, lalu masuk menyilang dan
keluar di sisa mukosa disisi yang bersebrangan (sebelah kanan frenulum)
2) Tusukkan kembali jarum ke sisa mukosa sebelah kiri terus masuk menyilang keluar di
kulit bersebrangan (sebelah kanan rafe penis)
3) Simpulkan dengan reef knot

iii. Teknik double loop


Tekniknya adalah
1) Klem arteri di frenulum dengan klem mosquito, yakinkan bahwa arteri benar-benar
terjepit
2) Lakukan ligase hekting di bagian bawah tengah klem
3) Simpulkan dengan erat ke bagian depan (distal) minimal 2 kali
4) Lingkarkan benang tadi kea rah belakang (proksimal) dan disimpulkan dengan erat
sambil klem dibuka perlahan-lahan agar ikatan tidak menjadi longgar
5) Cek kembali apakah perdarahan teratasi atau tidak (benang tadi jangan dulu
digunting)
6) Jahitkan benang tersebut ke kulit di jam 6 seperti jahitan interrupted biasa, kemudian
benang digunting

h) Penjahitan
Penjahitan ini dimulai dari bagian luar sisa mukosa mengarah ke pangkal penis untuk
menembus tepi kulit dari dalam.Perlu diingat bahwa arah penjahitan selalu menjauhi glans
penis untuk menghindari trauma pada glans.Sebelum dilakukan penjahitan, pastikan tidak ada
lagi perdarahan aktif.Lakukan pengecekan dengan balut tekan yang dilingkarkan, kemudian
apakah masih ada perdarahan.Banyaknya penjahitan tergantung pada keperluan dan dikaitkan
dengan kebutuhan kosmetik. Penjahitan ini ada beberapa macam, yaitu :
I. Penjahitan satu-satu (interrupted suture)
Adalah menghubungkan mukosa dan kulit di satu tempat saja, kemudian pindah ke tempat
lain tanpa berhubungan dengan jahitan sebelumnya. Keuntungannya adalah lebih mudah dan
tidak menimbulkan pencekikkan atau penekanan pada batang penis bila terjadi edema.
Keuntungan lain adalah jika terjadi penyulit seperti perdarahan, hanya jahitan di daerah
perdarahan saja yang dibuka untuk mencari sumber perdarahan. Penjahitan jenis inilah yang
umumnya dilakukan. Penjahitan biasanya dilakukan di jam 3, 6, 9, dan 12.
II. Penjahitan jelujur (contonous suture/ door loven)
Adalah jahitan langsung mengikat mukosa dan kulit secara kontinyu sampai seluruh
lingkaran insisi terjahit.Jadi, dengan penjahitan ini seluruh potongan mukosa dan kulit
disatukan sepanjang lingkaran insisi.Cara ini lebih sulit terutama pada anak yang tidak

kooperatif. Kerugiannya adalah jika terdapat penyulit perdarahan di daerah tertentu bila
jahitan dibuka, jahitan lainnya akan longgar dan lepas. Kerugian lain adalah dapat
menimbulkan penekanan pada daerah di bawah jahitan bila terjadi edema sehingga penis
seakan-akan tercekik. Keuntungan penjahitan ini seluruh lingkaran insisi terjahit sehingga
lebih rapi/
Teknik penjahitan jelujur
i. Mulailah hekting di jam 12
ii. Gunting hanya satu sisa benang di satu sisi saja
iii. Jarum disukkan kembali ke mukosa di jam 12.30
iv. Setelah keluar dari kulit, jarum ditusukkan kembali dari mukosa jam 1
v. Sesampainya di jam 6 simpulkan 3 kali
vi. Mulai kembali di jam 12 ke arah jam 11

i) Balut
j) Perawatan
I. Luka operasi sebaiknya tetap kering, minimal selama tiga hari untuk menghindari
kontaminasi
II. Pelepasan pembalut ini dapat dilakukan pada hari ketiga saat control (boleh hari ke-3 atau
ke-4) karena pada saat tersebut luka umumnya sudah kering
III. Anak jangan terlalu aktif
IV. Jangan terkena debu atau kotoran lainnya
V. Segera control jika terjadi komplikasi, misalkan penis menjadi bengkak, berdarah, nyeri
yang hebat, sukar atau tidak bias kencing, ada nanah di sekitar luka khitan, atau anak
mengalami panas badan

NO
1.

ASPEK KETRAMPILAN MEDIS YANG


DILAKUKAN
Memberikan salam dan perkenalan,IC

2.

Sebutkan alat dan bahan (sarung tangan steril,


kasa steril, disinfektan, klem,doek lubang steril,
spuit 2,5 / 5 cc, lidokain non adrenalin, 2 / 3
klem lurus, klem arteri kecil, sonde, gunting
jaringan, gunting benang, benang bedah yang
dapat diserap (plain catgut 3/0), jarum jahit
lengkung atau jarum jahit atrumatic
cutting,needle holder, pinset )

3.

Disinfeksi penis dan sekitarnya dengan cairan


disinfeksi

KETERANGAN
TAMBAHAN
Operator di sebelah
kanan
Lidokain non
adrenalin karena
adrenalin dapat
menyebabkan
vasokontriksi ada
bagian yang tidak
mendapat
vaskularisasi
gangren
Dari glan penis,
batang penis,
simpisis
pubis,scrotum.
Secara sirkuler,bila
glan penis sudah di
disinfeksi boleh
dipegang untuk
membersihkan

bagian scrotum
4.
5.

Persempit lapangan tindakan dengan doek


lubang steril
Lakukan anestesi infiltrasi subkutan dimulai dari
pangkal penis melingkar. Bila perlu tambahkan
pada daerah preputium yang akan dipotong dan
daerah ventral

6.

Tunggu 3-5 menit dan yakinkan anastesi lokal


sudah bekerja dengan mencubitkan pinset

7.

Bila ada phimosis, lakukan dilatasi dengan klem


pada lubang preputium, lepaskan
perlengketannya dg glan memakai sonde atau
klem sampai seluruh glan bebas. Bila ada
smegma dibersihkan

8.

Jepit kulit preputium sebelah kanan dan kiri


( arah jam 11 dan jam 1) garis mediana bagian
dorsal dengan 2 klem lurus. Klem ketiga pasang
pada garis tengah ventral ( arah jam 12). Ketiga
klem digunakan sebagai patokan
Gunting preputium dorsal tepat di garis tengah
(diantara 2 klem) kira-kira -1 cm dari sulcus
coronarius (dorsumsisi). Jepit kulit dan mukosa
yang telah dipotong dengan klem

9.

10.

11.
12.
13.

14.

Lanjutkan memotong preputium melingkar ke


kanan dan kiri. Makin ke ventral kulit preputium
yang dibung makin sedikit dan kedua potongan
akan bertemu pada klem yang dipasang pada
ventral penis
Cari perdarahan dan klem, ikat dengan benang
plain cat gut yang telah disiapkan
Setelah yakin tidak ada perdarahan (biasanya
perdaraha yang banyak ada di frenulum) siap
untuk dijahit
Penjahitan dimulai dari dorsal (jam 12) dengan
patokan klem yang terpasangan dan jahitan
kedua pada bagian ventral (jam 6). Tergantung
banyaknya jahitan yang diperlukan selanjutnya
jahitan dibuat melingkar pada jam 3,9, dan
seterusnya
Luka ditutup dengan kasa atau penutup luka
lain dan diplester. Lubang uretra harus bebas
dan sedapat mungkin tidak terkena urin

Dilakukan pada
sebelah dorsal
batang penis. Pada
lateral batang penis
sblh kanan kemudian
sebelah kiri lalu
disusuri. Bila perlu
ditambahakan juga
disebelah ventral
Bila perlu tanyakan
juga apakah terasa
sakit dengan
menggunting atau
mencubit di udara
Pembersihan
smegma: preptium di
retraksi sampai
corona galandis, bila
ada perlekatan
dibersihkan terlebih
dahulu
Yang dijepit adalah
mukokutannya; batas
mukosa dan kutan
Gunting dengan
bagian yang tumpul
berada di bawah dan
yang tajam atau
lancip diatas
Jangan sampai
memotong
a.frenulum yang
terletak di bagian
ventral
Yang dijahit adalah
bagian mukosa dan
kulitnya
Bagian ventral (jam
6) dengan metode
figure of eight
(gambar angka 8),
sehingga a.frenulum
terjepit oleh benang

FRAKTUR
1. Definisi
Terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan dengan atau tanpa perubahan letak
daripada fragmen-fragmen tulang yang disebabkan oleh suatu trauma atau patologis yg
bersifat total atau parsial

2.

Etiologi

a.
Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar daripada daya
tahan tulang akibat trauma
b.
Fraktur terjadi karena penyakit tulang seperti tumor tulang, osteoporosis yang
disebut fraktur pathologis.
c.
Fraktur stress atau fatigue
fraktur yang fatigue biasanya sebagai akibat dari penggunaan tulang secara berlebihan yang
berulang-ulang.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

FAKTOR PREDISPOSISI
Adanya kelainan bawaan (kongenital).
Trauma (ruda paksa).
Penyakit Infeksi , missal TBC.
Gangguan Endokrin misal hyperparathyroid.
Gangguan metabolisme, missal kekurangan vitamin D.
Keganasan.
Gangguan Peredaran darah.

3. Klasifikasi
a. Klasifikasi etiologi
Fraktur traumatik, terjadi karena trauma tiba-tiba
Fraktur patologis, terjadi karena keleahan tulang sebelumnya akibat proses patologis didalam tulang
Fraktur stres, terjadi akibat trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu
b. Klasifikasi berdasar organ yg fraktur
Fraktur tulang wajah gangguan jalan napas
Fraktur tulang iga gangguan pernapasan (pnemo/hemothoraks, flail-chest)
Fraktur pelvis perdarahan hebat
Fraktur tulang belakang kelumpuhan otot, misalnya otot pernapasan
Fraktur tulang kepala epidural hematom
Fraktur Ulna fraktur Monteggia: adalah fraktur ulna sepertiga proksimal disertai
dislokasi ke anterior dari kapitulum radius. Terjadi karena trauma langsung.

Fraktur radius

A. FRAKTUR COLLES (fraktur metafisis distal radius): Deformitas pada


fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien
terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan
berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah
berputar keluar (eksorotasi/supinasi).

B. Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena


itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang
muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam
keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan
biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular.
C. Fraktur Galeazzi =

Fraktur distal radius disertai Dislokasi sendi Radio-Ulnar distal


Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan
bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.

c. Klasifikasi klinis
Fraktur tertutup (simple fracture) adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan
dunia luar.
Fraktur terbuka (compound fracture)

fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak,
terbagi atas :
a. Derajat I : Laserasi <2 cm, fraktur sederhana dengan dislokasi
fragmen minimal.
b. Derajat II : Laserasi >2cm dengan kontusi otot disekitamya, dislokasi
fragmen jelas.
c. Derajat III: Luka lebar, rusak hebat atau hilangnya jaringan di sekitamya, dengan fraktur
komunitif, segmental dan fragmen tulang ada yang hilang.
d. Fraktur dengan komplikasi
Fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, non union, infeksi
tulang.
e. Berdasarkan umur penderita
1. Patah tulang pada anak
Fraktur epifisis : pada anak-anak yang epifisisnya belum menutup mempengaruhi
pertumbuhan selanjutnya

Pembagian type fraktur epifisis menurut SHALTER HARRIS


2. Patah tulang pada dewasa
3. Patah tulang pada orang tua
f. Berdasarkan lokasi:
1)
Bagian Proksimal (Atas).
2)
Bagian Median (Tengah).
3)
Bagian Distal (Bawah).
Pembagian ini penting karena kedudukan fraktur ini sangat dipengaruhi oleh otot, origo, dan insertion.
Otot dapat mempengaruhi kedudukan fraktur dan peredaran darah pada tulang itu sendiri penting untuk
proses penyembuhan.
Lokasi : epifisis, diafisis, metafisis
Tulang kompak atau tulang spongious
Fraktur yang disebabkan oleh trauma:
1)
Trauma Langsung :
Misal: Dapat terjadi pada penderita yang jatuh dengan lengan dalam keadaan ruda paksa, missal
benturan/pukulan pada antebrachii yang mengakibatkan fraktur.
2)
Trauma Tidak Langsung :
Misal: Dapat terjadi pada penderita yang jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat terjadi
fraktur pada pergelangan tangan, collum cirurgicum humeri, dan clavicula.
3)
Trauma Ringan :
Trauma ringan pun dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh karena adanya
gangguan-gangguan tertentu.
Fraktur juga dapat dibagi :
1.
Fraktur congenital (bawaan)
patah tulang yang dialami sebelum / sewaktu seseorang dilahirkan.
2.
Fraktur aquisita (didapat)
patah tulang yang terjadi disini dapat disebabkan oleh karena suatu trauma (traumasic) atau oleh
karena adanya suatu penyakit / kelainan yang mendasarinya (patologi).
Dari kedua jenis fraktur ini dengan melihat bentuk / gambar daripada patah tulang maka
dibedakan menjadi :
1.
INCOMPLETE FRACTURE (patah tulang yang tidak lengkap)
Yaitu keadaan patah tulang dimana tidak sampai terjadi pemisahan tulang menjadi dua fragmen atau
lebih. Di sini tampak tulang kehilangan kontinuitas oleh karena adanya sobekan pada periosteum dan
adanya garis fraktur.
2.
COMPLETE FRACTURE (patah tulang lengkap)

Yaitu keadaan patah tulang di mana terjadi bagian-bagian daripada tulang mengalami pemisahan,
sehingga tampak menjadi dua fragmen atau lebih. Pada jenis ini dengan melihat gambaran
daripada patah (klasifikasi menurut garis fraktur) tulang maka dapat dibedakan menjadi :

fraktur segmental

fraktur transversal

FRACTURE OBLIQUE :
Garis fraktur tampak miring.

FRACTURE TRANSVERSAL :
Garis fraktur melintang atau tegak lurus dengan sumbu tulang.
FRACTURE COMMINUTED :
Tampak tulang-tulang yang pecah menjadi bagian-bagian yang kecil.

FRACTURE IMPECTED :
Salah satu fragmen tulang masuk ke dalam bagian fragmen tulang yang lain

Klasifikasi Radiologi
Menurut lokalisasi
a. Diafisial
b. Metafisial
c. Intra-artikuler
d. Fraktur dengan dislokasi

4. Patofisiologi
Ketika tulang patah, sel tulang mati. Pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan
ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak biasanya mengalami
kerusakan akibat cedera. Reaksi inflamasi yang intens terjadi setelah patah tulang. Sel darah
putih dan sel mast berakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke area
tersebut.fagositosis dan pemebersiahan debris sel mati dimulai. Bekuan fibrin (hematoma
fraktur) terebentuk di tempat patah dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru.

5. Manifestasi Klinis
o Nyeri

biasanya menyertai patah tulang traumatic dan cedera jaringan lunak. Spasme otot dapat terjadi
setelah patah tulang dan menimbulkan nyeri. Pada fraktur stress, nyeri biasanya menyertai aktivitas
dan berkurang dengan istirahat. Fraktur patologis mungkin disertai nyeri.
Posisi tulang atau ektremitas yang tidak alami mungkin tampak jelas
o Pembengkakan di sekitar tempat fraktur akan menyertaai proses inflamasi
o Gangguan sensasi atau kesemutan dapat terjadi yang menandakan kerusakan sayrag. Denyut nadi di
bagian distal fraktur harus utuh dan sama dengan bagian nonfraktur. Hilangnya denyut nadi di
sebelah distal dapat menandakan sindrom kompartemen.
o Krepitus (suara gemeretak) dapat terdengar saat tulang digerakkan karena ujung patahan tulang
bergeser satu sama lain.
CIRI FRAKTUR:

Riwayat trauma/ cedera.

Nyeri setempat (lokal) dan makin bertambah bila digerakkan dan nyeri tekan

Hilangnya fungsi anggota gerak sendi yang terdekat.

Terdapat perubahan bentuk (deformitas).

6. Diagnosis

A. ANAMNESIS
Mekanisme trauma / mechanism of injury = MOI
Anamnesis untuk mencari trauma lain selain tulang yg mengancam nyawa
Nyeri pada tulang setelah trauma
Sakit digerakkan

B. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : bengkak, bengkok, luka, ekimosis, fragmen tulang terlihat, pemendekan
Palpasi: nyeri tekan setempat, krepitasi
Gerakkan : gerakan aktif dan pasif terganggu / terbatas. Ekstremitas yang bisa digerakkan
BUKAN berarti tidak ada fraktur
CONTOH:
Diagnosis klinis: fraktur cruris dextra 1/3 tengah tertutup
Diagnosis klinis : fraktur femur sinistra 1/3 proksimal terbuka derajat 2
Diagnosis klinis : fraktur antebrachii sisnistra 1/3 distal tertutup

1.
2.
3.
4.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG (RADIOLOGI)


Sebagian besar : BUKAN diagnostik, tetapi untuk pengelolaan optimal
Syarat foto :
Meliputi 2 sendi : proksimal dan distal
2 foto saling tegak lurus (anteroposterior dan lateral)
Bila ragu : buat perbandingan 2 ekstremitas
Setelah foto dibuat, diketahui apakah segmental, kominutif, kedudukan antar fraktur
CONTOH
1. Diagnostik radiologis : fraktur femur dekstra 1/3 proksimal,
garis fraktur oblique,
dislokasi ad longitudinem cum contractinum

2. Diagnosis radiologis : fraktur tibia sinistra 1/3 tengah dengan garis


fraktur transversal dislokasi ad latitudinem

Pendekatan Diagnosis
1.
Look
Adanya luka (cedera).
Tampak tulang yang menonjol.
Tampak adanya deformitas (perubahan bentuk).
Warna ekstremitas (anggota gerak) pucat, biru.
2.

Feel

Raba dengan diberi sedikit penekanan pada tulang-tulang yang kemungkinan patah.
Raba permukaan kulit, rasakan dingin atau hangat.
Pulsasi nadi juga harus diperiksa (bandingkan kiri dan kanan, proksimal (dekat) dan
distal (jauh) bagian yang cedera.

Lakukan pemeriksaan pengisian kapiler dengan menekan kuku bagian distal dari
daerah yang cedera, waktu normal pengisian kapiler = < 2 detik.

Bila curiga adanya cedera syaraf, lakukan pemeriksaan syaraf dengan rabaan halus
atau dengan benda yang tajam pada daerah-daerah yang mencurigakan.
3.
Move
o Bila fraktur tampak tidak jelas, lakukan pemeriksaan stabilitas sendi dengan melakukan gerakan
yang secara normal dapat dilakukan. Bila fraktur sudah jelas jangan lakukan hal ini.
Bila diperlukan dapat dilakukan uji kekuatan otot dan refleks tendon.

7. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada fraktur adalah :
1. menghilangkan rasa sakit,
2. menghasilkan dan mempertahankan posisi yang baik dari fragmen fraktur,
3. merangsang terjadinya proses union dari tulang,
4. mengembalikan fungsi yang optimum pasien.
A - Gangguan jalan napas ? (kesadaran turun : fraktur tulang belakang, fraktur mandibulla)
B - Gangguan pernapasan? (fraktur iga, fraktur tl belakang)
C - syok perdarahan (fraktur femur)
Fraktur Terbuka
-Periksa ABC
-Menangani jaringan lunak amat penting!
-Luka dibersihkan (debridement) untuk mencegah infeksi osteomielitis
-Perdarahan dihentikan dengan perban tekan
-Periksa distal, bila ada gangguan : re-alignment dan pasang bidai
-Berikan infuse (Ringer Laktat, Normal Saline)
-Lindungi luka dari kontaminasi

-Analgetik
-Antibiotika yang sesuai
-Rujuk ke RS setelah penderita stabil dan bidai terpasang
Fraktur tertutup
-Periksa distal, bila ada gangguan : lakukan re-alignment

-Pasang bidai, nilai kembali bagian distal


-Pasang infus (RL atau NS)
-Nyeri dikurangi dengan analgetika
-Rujuk ke rumah sakit
Pasca tindakan
-Menunggu pembentukan kalus penyambungan klinis / clinical union penyambungan
radiologis
-Latihan sendi dan otot / fisioterapi
-Setelah penyambungan klinis latihan berjalan dg 1 tongkat dst.
-Gips / fiksasi interna dibuka bila kalus cukup kuat

FIKSASI INTERNA dg plate and screw

CALLUS
*Kuliah dr.Bambang Sugeng, Sp.B
PEMBIDAIAN
A. TUJUAN:
Mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut
Mengurangi edema dan perdarahan
Mencegah fraktur tertutup jadi terbuka
Mengurangi rasa nyeri
Mengurangi kemungkinan emboli lemak (pada fraktur tlg
panjang)
B. PRINSIP
1. 3 titik : tempat fraktur dan sendi proksimal serta distal
2. Cukup stabil dan rigid. Paling baik dg vacuum splint
3. Pada amputasi, ujung tulang ikut terbidai
4. Jangan terlalu ketat
5. Sebelum dan sesudah membidai, periksa nero-vaskuler bagian
distal
6. Lakukan dengan hati-hati (gentle)
7. Pada penderita tidak sadar dan dicurigai fraktur tulang belakang,
gunakan long spine board
8. Fraktur femur lebih baik juga dengan long spine board

PEMASANGAN BIDAI PADA FRAKTUR TERTUTUP


No.

2
3

Aspek ketrampilan medis yang dilakukan


INTRODUKSI
Memperkenalkan diri
Menjelaskan maksud menangani fraktur, melakukan informed consent
Menananyakan identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan)
(penanganan
Menanyakan mekanisme trauma dan keluhan-keluhan lain yang
menyertai
Proteksi diri sebelum memeriksa luka dan menentukan diagnosis :

Nilai
1

fraktur terbuka / fraktur tertutup


Melakukan pemeriksaan fisik fraktur :
- Apakah ada deformitas?
- Apakah terdapat krepitasi?
- Apakah fungsi anggota gerak sendi yang terdekat dari fraktur
menghilang?
- Apakah terdapat nyeri yang semakin bertambah bila
digerakkan?
- Bagaimana keadaan neovaskuler (nadi dan nyeri) di distal
dari fraktur?
o Pemeriksaan neovaskuler : cari arteri terdekat di
bagian distal fraktur dan lakukan pengukuran nadi
(frekuensi, isi, regular/ireguler)
Jika memungkinkan dilakukan REALIGNMENT lalu pengecekan
kembali neovaskuler terutama denyut nadi apakah membaik atau
memburuk. Jika denyut nadi membaik, pertahankan dengan bidai.
Jika memburuk, kembalikan ke posisi semula.
Melakukan pembidaian
- Memasang 3 bilah spalk (papan) di bawah dan lateral kanankiri
- Memasang tensokrip dimulai dari distal fraktur dan mencakup
3 titik persendian ATAU
- Memasang kasa pada sekurangnya 3 titik sendi dimulai dari
distal
Melakukan tindakan pasca prosedur
- Memeriksa kembali balutan agar tidak terlalu ketat
- Menilai neovaskuler di daerah distal fraktur
o Ujung jari atau daerah distal fraktur tidak dingin dan
kebiruan pembalutan terlalu ketat
o Menilai pulsasi nadi di arteri terdekat pada bagian
distal fraktur
Melakukan tindakan secara professional

PENYEMBUHAN PATAH TULANG/ FRAKTUR

Proses biologis alami, tidak peduli apa yg dilakukan dokter / dukun patah tulang

Karenanya prinsip pertolongan adalah MEMBANTU tulang menyembuhkan dirinya

Tidak boleh MENGHAMBAT penyembuhan yg akan dilakukan tubuh

1. Hematoma, terbentuk bekuan darah akibat perdarahan


2. Pembentukan kalus, jaringan fibrous kalus fibrosa
3. Penyatuan tulang, pembentukan tulang baru kalus tulang
4. Konsolidasi/remodelling mengatur bentuk sambungan tulang

GANGGUAN PENYEMBUHAN PATAH TULANG/FRAKTUR


Infeksi / osteomielitis
Imobilisasi kurang baik, fragmen selalu bergerak
Adanya interposisi antara fragmen, misalnya otot
Tarikan otot yang kuat, sehingga fragmen tidak bertemu
Nutrisi kurang
Mal-union, penyambungan tulang tidak sempurna
Non-union, sama sekali tidak menyambung
Delayed union, perlambatan penyambungan tulang

KOMPLIKASI FRAKTUR
1. Komplikasi segera : terjadi bersamaan / segera dengan fraktur

Umum : * trauma ditempat lain


* syok hemoragik

Lokal : * luka robek


* kerusakan jaringan lunak
* gangguan nero-vaskuler
* gangguan organ dalam

2. Komplikasi dini

Umum : * emboli lemak


* tetanus

Lokal : * nekrosis kulit, gangren


* sindrom kompartemen,
* trombosis vena
* osteomielitis

1.
2.
3.
4.
5.
6.

COMPARTMENT SYNDROME
Six Ps on MS assessment
Pain : on palpation, on movement, constant = nyeri konstan
Pallor : pale skin or poor cap. refill = pucat
Paresthesia = kesemutan, baal
Pulses : diminish or absent = nadi kecil
Paralysis = kelumpuhan
Pressure = penekanan

3. Komplikasi yg timbulnya lama

Umum : * infeksi paru


* batu ginjal

Lokal :

* osteomielitis kronis
* gangguan penyembuhan
* gangguan pertumbuhan

DISLOKASI
Dislokasi : bergesernya ujung tulang persendian
Fragmen tulang yg patah bergeser dislokasi (bukan dislokasi sendi!)
Penyebab :
1. Kongenital (panggul = congenital dislocation of the hip / CDH)
2. Trauma : mandibulla, humerus
3. Habitual : kelemahan jaringan lunak penyangga sendi

JENIS:
1. Dislokasi ad latitudinem dislokasi melintang
2. Dislokasi ad longitudinem dislokasi memanjang
3. Dislokasi ad axim membentuk sudut
4. Dislokasi ad peripheriam rotasi

Ujung fragmen bisa saling menjauhi atau mendekati


1. Cum contractionem saling mendekati karena tarikan otot / tendo,
misalnya fraktur femur
2. Cum distractionem saling menjauhi, misalnya fraktur patella

DIAGNOSIS
1. Anamnesis : trauma
2. Pemeriksaan fisik : bengkak, kontusio jaringan, pemendekan,
pergerakan terbatas
3. Pemeriksaan radiologis : bergesernya ujung tulang

Varikokel
1. Definisi
Varikokel merupakan suatu keadaan yang terjadi karena adanya aliran darah
secara retrograd akibat inkopeten atau tidak adanya katup vena spermatica interna
yang menimbulkan dilatasi pembuluh vena pleksus pampiniformis.
Anantomi :
Pleksus pampiniformis berjalan mulai dari permukaan ductus defferent sampai ke
annulus inguinalis internus. pleksus ini dibentuk oleh anyaman vena yang
mengelilingi ductus defferent, diantaranya vena scrotalis posterior, vena testicularis,

vena defferentialis, vena cremasterika, vena pudenda interna. dari kelompok vena
tersebut akan bersatu dan bermuara ke vena spermatika interna. vena spermatika
interna sinistra akan bermuara ke vena renalis sinistra (vena cava inferior sinistra),
sedangkan vena spermatika interna dextra akan bermuara ke vena cava inferior.

2. Etiologi
Varikokel menurut penyebabnya dibagi :
1. Idiopatik
Merupakan jenis yang paling banyak dijumpai karena:
kelainan katup, terutama pada v. spermatica interna sinistra
posisi vena lebih tegak
hubungan kolateral yang kurang
tekanan a. mesentterica pada a. renalis
2. Simptomatik
Pada umumnya disebabkan karena:
tumor ginjal
hidronefrosis
bendungan hepar
konstipasi kronik
kenaikan tekanan intra abdomen

3. Patofisiologi
Akibat inkopeten katup atau tidak adanya katup v. spermatika interna menyebabkan
aliran balik terpengaruh oleh gaya gravitasi pada posisi berdiri. pada saat berdiri
menyebabkan

tekanan

vena spermatica

interna

meningkat

sehingga

dapat

menimbulkan dilatasi vena.


Pada aspec lain adanya nut-cracer phenomena pada vena renalis sisnistra,
yaitut bendungan yang terjadi pada vena renalis sinistra akibat penekanan oleh aorta
di sebelah bawah dan a. mesenterica superior dibagian ventral sehingga akan terjadi
kenaikan tekanan intra veena dan berkelok-kelok nya v. spermatica interna sinistra
sehingga menyebabkan varikokel.
Mekanisme lain oleh Karena distal nut- cracker phenomena yaitu
penekanan pada vena iliaca comunis sinistra oleh

a. iliaca comunis sinistra.

Perubahan aliran retrogad dalam vena spermatica interna meyebabkan beberapa


perubahan didalam cavum scroti yang bersangkutan.
1. Temperatur. temperature abnormal yang

dapat

mengganggu

proes

spermatogenesis.
2. Hormonal. Diduga meningkatnya kadar hormone korteks adrenal dalam darah
vena spermatica interna menyebabkan kerusakan tubuli seminiferi testis.
3. Dengan dilatasi dan berkelok-kelokya vena spermatica interna menyebabkan
peredaran darah yang statis sehingga dapat menyebabkan hipoksia dan destruksi
jaringan.
Varikokel lebih sering ditemukan pada sebelah kiri karena beberapa alasan
berikut ini: (a) vena testikular kiri lebih panjang; (b) vena testikular sinistra memasuki

vena renal sinistra pada suatu right angle; (c) arteri testikular sinistra pada beberapa
pria melengkung diatas vena renal sinistra, dan menekan vena renal sinistra; dan (d)
distensi colon descendens karena feses dapat mengkompresi vena testikular sinistra.
Berdasarkan besarnya varikokel dibedakan menjadi:

Grade I

teraba
Grade II

tidurvarikokel hilang
Grade III :Penderita berdiri teraba (+), jika tidur hilang
Grade IV : Selalu teraba pada semua posisi.

: Penderita berdiri, melakukan valsava berkali kali varikokel


: Penderita berdiri , valsava 1 kali teraba, jika penderita

4. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : Pada penderita varikokel grade III dan IV dapat dilihat dengan
mudah

adanya

pelebaran,

pemanjangan

dan

berkelok-kelok

pleksus

pampiniformis di daerah scrotum.


2. Palpasi : Pada penderita grade I dan II akan dijumpai pelebaran pleksus
pampiniformis setelah dilakukan vlsava maneuver. Pada posisi berbaring maka
pelebaran tersebut akan menghilang.
b. Thermografi Scrotal

Terdapat perbedaan suhu scrotum antara penderita dengan orang normal, rata-rata
0,6 derajat lebih tinggi pada penderita varikokel.
c.
d.
e.
f.

Venografi retrograde
Ultrasonografi Scrotal
Ultrasonic Stetoskop
Analisa Sperma
OLIGO ASTHENO ZOO SPERMIA (65- 76%), Sebab :
1. Retrograd toxic metabolisme adrenal (Cathecolamine)
2. Hipoksia relatif
3. Suhu scrotum naik ( > 0,7 C)

g. Biopsi Testis
5. Terapi
1.
2.
3.
4.

Varicocelectomy
Hormonal
Suntikan scleroting agent
Ligasi v. spermatika internal dg metoda :
-. PALOMO
-. Ivanosevich

Checklist Pemeriksaan Fisik Varikokel


No

Tindakan

Penilaian

.
1.

0
Salam,

Memperkenalkan

diri,

Menanyakan

identitas Pasien
2.

Menjelaskan akan melakukan pemeriksaan fisik

untuk mengetahui adanya kelainan berupa varikokel


3.

Memakai Handscoen

4.

Mempersiapkan pasien berdiri atau terlentang dan


membuka pakaian seperlunya

5.

Inspeksi :
Pada penderita varikokel grade III dan IV dapat
dilihat

dengan

pemanjangan

mudah
dan

adanya

pelebaran,

berkelok-kelok

pleksus

pampiniformis di daerah scrotum.


Palpasi :

8.

Pada penderita grade I dan II akan dijumpai


pelebaran pleksus pampiniformis setelah dilakukan
vlsava maneuver. Pada posisi berbaring maka
9.

pelebaran tersebut akan menghilang.


Penyampaia hasil

10.

Mengucapkan hamdalah dan terimakasih

11.

Membuang sampah medis dan non medis pada


tempatnya

Hidrokel
1. Definisi
Hidrokel merupakan suatu penimbunan atau tertumpuknya cairan serous diantara
kedua lapisan tunica vaginalis yang jumlahnya melebihi normal (normal 1-2 tetes).
Terjadinya dapat secara spontan atau lambat.
Anatomi
SCROTUM
Merupakan suatu kantong kulit yang terdapat di dorsal penis dan caudal
simphisis pubis. Terdiri atas dua kantong yang masing-masing diisi oleh testis,
epididimis, bagian caudal funiculus spermaticus dan pembungkus bangunanbangunan tersebut diatas. Kantong yang berisi bangunan tadi disebut cavum scroti.

Dinding cavum ini dari luar ke dalam, dibentuk oleh :


-Kulit
Lebih hitam, berpigmen banyak, rambutnya jarang, banyak mengandung kelenjar
sebacea dan kelenjar sudorifera yang juga memberi bau spesifik. Pada linea mediana
cavum scroti kanan dan kiri terdapat raphe scroti (bagian externa) sedangkan di
bagian interna antara scrotum kanan dan kiri dibatasi oleh septum scroti. Septum
scroti terdiri dari tunica dartos scroti.
-Tunica dartos scroti
Homolog dengan subcutis.
-Fascia spermatica externa
Homolog dengan apponeurosis MOAE
-M. Cremaster
Homolog dengan apponeurosis MOAI
-Fascia cremasterica
Homolog dengan apponeurosis MTA
-Fascia spermatica interna (tunica vaginalis propia)
Homolog dengan fascia transversa abdominis
-Tunica vaginalis propia
Homolog dengan peritoneum parietal

TESTIS
Setelah pubertas, selain sebagai organ reproduksi (menghasilkan spermatozoa)
juga sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon androgen yang berguna
untuk mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder.
Dalam bahasa Yunani, testis = orchis. Oleh karena itu bila testis meradang,
disebut: orchitis. Testis bersama tunica vaginalis propianya terletak dalam cavum
scroti.
Yang kiri lebih rendah daripada yang kanan. Pada orang-orang dimana
terdapat situs inversus totalis, testis kanan lebih rendah daripada yang kiri; atau pada
orang-orang bila bekerja dengan tangan kiri, juga testis kanan lebih rendah daripada
yang kiri.
Morfologi :

Terdapat sepasang testis, bentuk bulat panjang (oval) dan mempunyai :


1. Extremitas superior, terdapat bangunan seperti pipa yang buntu dan pada ujung
bebasnya membesar disebut appendix testis.
2. Extremitas inferior
3. Facies lateralis
4. Facies medialis
5. Margo anterior (convex)
6. Margo posterior (datar)
Struktur :
Bila testis diiris dari margo anterior ke margo posterior maka akan terlihat :
-

Dinding testis terdiri dari tunica albuginea.

Tunica albugenia terletak profunda tunica vaginalis propia lamina visceralis.

Tunica albuginea ini memberi lanjutan-lanjutan ke dalam parenkim testis, disebut


septula testis.

Septula membagi testis dalam 250-400 buah lobuli testis yang berbentuk baji, dan di
dalam satu lobulus testis terdapat 1-3 tubuli seminiferi contorti.

Basis baji

menghadap tunica albugenia, sedang apexnya convergen mendekati margo posterior


testis.
-

Daerah dekat margo posterior yang tidak dicapai oleh septula testis; dibentuk oleh
massa jaringan ikat fibrosa yang memadat, disebut : Mediastinum testis.

Parenkim testis terletak dalam lobuli testis dan terdiri atas tubuli seminiferi contorti,
ini merupakan benang-benang halus yang berkelok-kelok.

Tubuli ini waktu mendekati mediastinum testis bergabung membentuk tubuli


seminiferi recti.

Beberapa tubuli seminiferi recti memasuki mediastinum dan berhubungan satu sama
lain, sehingga berbentuk anyaman disebut : rete testis. Dari rete testis dibentuk
saluran-saluran yang memasuki caput epididimis disebut ductuli efferentes testis.
Terdapat 10-15 buah. Dimulai dari rete testis dan bermuara kedalam ductus
epididimis.

Gambar 2.2-Testis potongan medial (kiri) (Grays


Anatomy) dan Testis setelah scrotum dibuka lapis demi
lapis (kiri)-(Sobotta,1997)

EPIDIDIMIS
Berbentuk huruf C menempati margo posterior dan sedikit facies lateralis
testis.Epididimis ini berfungsi menyimpan spermatozoa sebelum dikeluarkan ke
ductus deferens.Epididimis terbagi atas tiga bagian, yaitu : caput, corpus, dan
cauda.Ductuli efferentes testis yang mula-mula lurus kemudian berkelok-kelok waktu
memasuki caput epididimis. Ductuli ini juga membentuk bangunan seperti baji
dimana apexnya menghadap testis sedang basisnya menghadap caput epididimis.
Bangunan baji tadi disebut lobuli epididimis.Beberapa tubuli efferentes testis
membentuk satu saluran disebut ductus epididimis. Ductus ini sangat berkelok-kelok
dan membentuk sebagian besar epididimis.Caput epididimis adalah bagian terbesar
dari epididimis dan menggantung atau melekat pada extremitas superior testis.Corpus
epididimis melekat pada margo posterior testis dan dipisahkan dari facies lateralis
testis oleh celah yang dibentuk oleh invaginasi lamina visceralis tunica vaginalis
propia disebut sinus epididimis.Cauda epididimis, terkecil dibandingkan corpus dan
caput. Ductus epididimis yang ada didalamnya diameternya bertambah besar selain
juga bertambah tebal. Bagian ini setelah keluar dari cauda epididimis disebut ductus

deferens.Pada extremitas superior testis terdapat sisa ujung cranial ductus muller
disebut appendix testis. Pada wanita homolog dengan fimbriae tubae.

2. Etiologi dan Patofisiologi


a. Kongenital :
Prosesus vaginalis tidak menutup ada hubungan dengan cavum peritoneum
- 6% dari anak laki-laki > 1 thn.
- DD/ Hernia kongenital
b. Dapatan :
- Idiopatik
- Trauma
Perdarahan di tunika vaginalis (Hematokel)
Diresorbsi tinggal cairan serous (kuning)
-

infeksi akut dan kronik


Epididimoorchitis sekresi cairan
Biasanya karena STD

keganasan
Di Inguinal obstruksi saluran limfe hidrokel
Di Testis sekresi cairan serohaemorhagis
parasit
Filariasis
Jenis : Wucheria Bancrofti
Brugia Malayi
Sebabkan reaksi alergi di LNn Inguinal aliran limfe terhambat

sumbatan sistem vena dan limfe


Causa : sikatriks akibat operasi/infeksi
Terutama di LNn. Inguinal profunda
3. - Gejala :
Skrotum membesar
Rasa berat waktu berdiri
Mengganggu waktu jalan
Mengganggu waktu hubungan seksual
- Tanda :
Skrotum membesar
Kulit sering mengkilat
Teraba lunak, fluktuasi (+)
Testis biasanya tidak teraba
Bising usus (-)
4. Pemeriksaan
a. Diafanoskopi atau Transiluminasi
(+) : Tembus cahaya isi cairan
(-) : Tak tembus cahaya
isi benda padat

misalnya usus, tumor testis


Cara pemeriksaan :

Pengam
at

Scrotu
m

Corong
Kertas
Hitam

LAMP
U
SENTE

b. Deteksi Filariasis
Darah malam (jam 12 malam + 2 jam)
Cari mikrofilaria
Preparat darah tebal
5. Pengobatan
Filaria (+) :
- pasien dipulangkan
- obati dgn dietilkarbamasin
- 2 minggu cek ulang
- bila sudah (-) rawat lagi operasi
Operasi
- hidrokelektomi
- prinsip operasi : buat sekresi dan resorbsi cairan seimbang
FUNIKULOKEL
funikulokel adalah hidrokel funikuli seperti kista di dlm funikulus.
Etiologi
- Adalah hidrokel kongenital yang obliterasi di bagian proksimal dan distal
Pemeriksaan

Berupa kista di funikulus


Letak terpisah dari testis
Diafanoskopi (+)
Terapi : Ekstirpasi
SPERMATOKEL
Spermatokel : kista di epididimis biasanya di caput epididimis
Kista di epididimis
Menempel pada testis
Diafanoskopi (+)
Komplikasi : infertilitas
Terapi : ekstirpasi

CHECKLIST PF UG: HIDROCHELE


No

Tindakan

Penilaian

.
1.

0
Salam,

Memperkenalkan

diri,

Menanyakan

identitas Pasien
2.

Menjelaskan akan melakukan pemeriksaan fisik


untuk mengetahui adanya kelainan berupa hidrokel

3.

Memakai Handscoen

4.

Mempersiapkan pasien berdiri atau terlentang dan


membuka pakaian seperlunya

5.

Inspeksi :

6.

Tampak benjolan di scrotum


Warna mengkilat

7.

Bentuk seperti buah pir

8.

Palpasi :

9.

Teraba massa di scrotum


Perabaan lunak sampai dengan kemyal

10.

Massa teraba kistik

11.

Teraba massa ,tidak teraba testis


Pole atas teraba

12.

Auskultasi :
Tidak terdengar bising usus
Diafanoskopi: hasil positif

13.

Penyampaia hasil

14.

Mengucapkan hamdalah dan terimakasih

15.

Membuang sampah medis dan non medis pada


tempatnya

Вам также может понравиться

  • Teknik Jahit Kulit
    Teknik Jahit Kulit
    Документ22 страницы
    Teknik Jahit Kulit
    Vani Meliani
    Оценок пока нет
  • Keterampilan Dasar Tehnik Bedah Dengan Pengetahuan Material
    Keterampilan Dasar Tehnik Bedah Dengan Pengetahuan Material
    Документ33 страницы
    Keterampilan Dasar Tehnik Bedah Dengan Pengetahuan Material
    Veronika 'osin' Nerisa
    0% (1)
  • Instrumen Bedah
    Instrumen Bedah
    Документ14 страниц
    Instrumen Bedah
    Riski Rahmadani
    Оценок пока нет
  • Needle Holder
    Needle Holder
    Документ11 страниц
    Needle Holder
    Zahirah Budiman
    Оценок пока нет
  • Alat Bedah Minor
    Alat Bedah Minor
    Документ10 страниц
    Alat Bedah Minor
    Farah Diba
    100% (1)
  • Alat Bedah Perut
    Alat Bedah Perut
    Документ7 страниц
    Alat Bedah Perut
    Halo Renovi
    Оценок пока нет
  • Prosedur Penjahitan Luka
    Prosedur Penjahitan Luka
    Документ17 страниц
    Prosedur Penjahitan Luka
    fitrykorina
    Оценок пока нет
  • Suture
    Suture
    Документ24 страницы
    Suture
    bang_gunduls
    Оценок пока нет
  • Bahan Tutor Modul 5 Blok 16
    Bahan Tutor Modul 5 Blok 16
    Документ10 страниц
    Bahan Tutor Modul 5 Blok 16
    Suci Eka Rahmadini
    Оценок пока нет
  • Instrumen Bedah Dasar
    Instrumen Bedah Dasar
    Документ22 страницы
    Instrumen Bedah Dasar
    etylien
    Оценок пока нет
  • BENANG DAN JARUM BEDAH
    BENANG DAN JARUM BEDAH
    Документ13 страниц
    BENANG DAN JARUM BEDAH
    liliyunita48
    Оценок пока нет
  • Hecting
    Hecting
    Документ100 страниц
    Hecting
    Ailal Perwira
    Оценок пока нет
  • Syifa Rizki Azzahra - Resume Alkes 2
    Syifa Rizki Azzahra - Resume Alkes 2
    Документ9 страниц
    Syifa Rizki Azzahra - Resume Alkes 2
    Maulana Muhammad
    Оценок пока нет
  • MINOR SURGICAL INSTRUMENTS
    MINOR SURGICAL INSTRUMENTS
    Документ55 страниц
    MINOR SURGICAL INSTRUMENTS
    Febrian Putra
    Оценок пока нет
  • BEDAH MINOR Revisi Zahra
    BEDAH MINOR Revisi Zahra
    Документ10 страниц
    BEDAH MINOR Revisi Zahra
    Siti Zahra Ni'mah
    100% (3)
  • ALAT BEDAH DAN MEDIS
    ALAT BEDAH DAN MEDIS
    Документ2 страницы
    ALAT BEDAH DAN MEDIS
    Neli Mushafiyah
    Оценок пока нет
  • Penjelasan Fungsi Alat Bedah
    Penjelasan Fungsi Alat Bedah
    Документ2 страницы
    Penjelasan Fungsi Alat Bedah
    Neli Mushafiyah
    Оценок пока нет
  • EKSTRAKSI KUKU
    EKSTRAKSI KUKU
    Документ22 страницы
    EKSTRAKSI KUKU
    kheluwis
    Оценок пока нет
  • Makalah Instrumen Operasi
    Makalah Instrumen Operasi
    Документ15 страниц
    Makalah Instrumen Operasi
    Roni Renggi
    Оценок пока нет
  • Hecting 1
    Hecting 1
    Документ30 страниц
    Hecting 1
    Soraya Alfina
    Оценок пока нет
  • Sop Hecting Dan Up Hecting
    Sop Hecting Dan Up Hecting
    Документ29 страниц
    Sop Hecting Dan Up Hecting
    Triya
    Оценок пока нет
  • Bedah Minor
    Bedah Minor
    Документ14 страниц
    Bedah Minor
    marianymelati
    Оценок пока нет
  • Teknik Jahitan Luka
    Teknik Jahitan Luka
    Документ14 страниц
    Teknik Jahitan Luka
    Intan Nurcahya
    Оценок пока нет
  • Teknik Penjahitan Luka
    Teknik Penjahitan Luka
    Документ24 страницы
    Teknik Penjahitan Luka
    Annisa Prabaningrum
    Оценок пока нет
  • Penjahitan Luka
    Penjahitan Luka
    Документ22 страницы
    Penjahitan Luka
    Meike Winata
    Оценок пока нет
  • HEACTING
    HEACTING
    Документ11 страниц
    HEACTING
    Tri Yuniarti
    Оценок пока нет
  • Heacting Atau Penjahitan Luka
    Heacting Atau Penjahitan Luka
    Документ24 страницы
    Heacting Atau Penjahitan Luka
    Ahmad Farouk
    Оценок пока нет
  • JENIS BENANG UNTUK PENJAHITAN BEDAH
    JENIS BENANG UNTUK PENJAHITAN BEDAH
    Документ24 страницы
    JENIS BENANG UNTUK PENJAHITAN BEDAH
    Sonny Aditya
    100% (6)
  • LP Hecting Epril
    LP Hecting Epril
    Документ20 страниц
    LP Hecting Epril
    NathayaNeilaVarnelia
    Оценок пока нет
  • Lapkas Hecting
    Lapkas Hecting
    Документ34 страницы
    Lapkas Hecting
    Harris Hakim Dilhan
    Оценок пока нет
  • Pengenalan Alat Bedah
    Pengenalan Alat Bedah
    Документ14 страниц
    Pengenalan Alat Bedah
    apriliakiandra
    Оценок пока нет
  • Hecting - Penjahitan
    Hecting - Penjahitan
    Документ43 страницы
    Hecting - Penjahitan
    Senja Tsamrotul
    Оценок пока нет
  • Makalah Hecting
    Makalah Hecting
    Документ12 страниц
    Makalah Hecting
    Dicky Aris Setiawan
    100% (1)
  • Penjahitan Luka
    Penjahitan Luka
    Документ11 страниц
    Penjahitan Luka
    Rani Ran Hadrianti
    Оценок пока нет
  • Referat Suturing Material 2015
    Referat Suturing Material 2015
    Документ35 страниц
    Referat Suturing Material 2015
    sherlly yunita
    Оценок пока нет
  • Penjahitan Luka
    Penjahitan Luka
    Документ12 страниц
    Penjahitan Luka
    Agung Santoso
    Оценок пока нет
  • Prinsip-Prinsip Dasar Bedah Minor
    Prinsip-Prinsip Dasar Bedah Minor
    Документ66 страниц
    Prinsip-Prinsip Dasar Bedah Minor
    nyoman gede prayudi
    80% (5)
  • Assalamualaikum WR
    Assalamualaikum WR
    Документ23 страницы
    Assalamualaikum WR
    SandhiIndrayana
    Оценок пока нет
  • ALAT JAHIT GIGI
    ALAT JAHIT GIGI
    Документ21 страница
    ALAT JAHIT GIGI
    Pebi Dwi Ayu Rahmani
    100% (1)
  • 2
    2
    Документ17 страниц
    2
    dianarbk otu
    Оценок пока нет
  • Basic Surgical Skil
    Basic Surgical Skil
    Документ61 страница
    Basic Surgical Skil
    ap
    Оценок пока нет
  • Alat Kesehatan Untuk Tindakan Bedah
    Alat Kesehatan Untuk Tindakan Bedah
    Документ23 страницы
    Alat Kesehatan Untuk Tindakan Bedah
    Isna
    Оценок пока нет
  • Penjahitan Luka
    Penjahitan Luka
    Документ5 страниц
    Penjahitan Luka
    Ryn Bachtiar
    Оценок пока нет
  • Perawatan Luka Operasi
    Perawatan Luka Operasi
    Документ5 страниц
    Perawatan Luka Operasi
    yehezgianka
    Оценок пока нет
  • Penjahitan Luka Fix
    Penjahitan Luka Fix
    Документ14 страниц
    Penjahitan Luka Fix
    Sunita Tria
    Оценок пока нет
  • Pengenalan Alat Bedah
    Pengenalan Alat Bedah
    Документ11 страниц
    Pengenalan Alat Bedah
    oliviaanggita
    50% (2)
  • HECTING LUKA
    HECTING LUKA
    Документ13 страниц
    HECTING LUKA
    meylitha budyandani
    100% (1)
  • Menjahit Luka
    Menjahit Luka
    Документ47 страниц
    Menjahit Luka
    Inayah Rahma
    Оценок пока нет
  • Exo Os
    Exo Os
    Документ18 страниц
    Exo Os
    Ananda Shop
    Оценок пока нет
  • OPTIMALISASI PEMBALUT
    OPTIMALISASI PEMBALUT
    Документ9 страниц
    OPTIMALISASI PEMBALUT
    Afrizal Julia Christie
    100% (1)
  • Prosedur Tindakan Menjahit Luka Atau Hecting
    Prosedur Tindakan Menjahit Luka Atau Hecting
    Документ5 страниц
    Prosedur Tindakan Menjahit Luka Atau Hecting
    rahmiyadispama
    Оценок пока нет
  • Revisi Cover Muhlis. Fix.....
    Revisi Cover Muhlis. Fix.....
    Документ2 страницы
    Revisi Cover Muhlis. Fix.....
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • Rhinitis Alergi dan Diagnosis Banding
    Rhinitis Alergi dan Diagnosis Banding
    Документ153 страницы
    Rhinitis Alergi dan Diagnosis Banding
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • Panduan Compre Jiwa Fixed
    Panduan Compre Jiwa Fixed
    Документ54 страницы
    Panduan Compre Jiwa Fixed
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • SOSIOLINGUISTIK
    SOSIOLINGUISTIK
    Документ29 страниц
    SOSIOLINGUISTIK
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    100% (1)
  • App Fix 1
    App Fix 1
    Документ1 страница
    App Fix 1
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • Klasifikasi Massa Batuan
    Klasifikasi Massa Batuan
    Документ25 страниц
    Klasifikasi Massa Batuan
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • Soal Ujian Compre SARAF-KEN
    Soal Ujian Compre SARAF-KEN
    Документ3 страницы
    Soal Ujian Compre SARAF-KEN
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • 1 Ikm
    1 Ikm
    Документ17 страниц
    1 Ikm
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN
    KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN
    Документ257 страниц
    KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERTAMBANGAN
    ThieFeezae
    100% (4)
  • Gambar
    Gambar
    Документ3 страницы
    Gambar
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • 9-Penyanggan Di Lubang Produksi
    9-Penyanggan Di Lubang Produksi
    Документ9 страниц
    9-Penyanggan Di Lubang Produksi
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • Indikasi Sesar
    Indikasi Sesar
    Документ31 страница
    Indikasi Sesar
    Penjual Muslimin
    Оценок пока нет
  • Sosialisasi Uu No 23 Tahun 2014
    Sosialisasi Uu No 23 Tahun 2014
    Документ53 страницы
    Sosialisasi Uu No 23 Tahun 2014
    Ray Napitupulu
    100% (12)
  • Parameter Kualitas Batubara
    Parameter Kualitas Batubara
    Документ7 страниц
    Parameter Kualitas Batubara
    Wesley Jones
    Оценок пока нет
  • Lembar Pengesahan Nurul Akbar
    Lembar Pengesahan Nurul Akbar
    Документ2 страницы
    Lembar Pengesahan Nurul Akbar
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • CV-Tri Hartono
    CV-Tri Hartono
    Документ2 страницы
    CV-Tri Hartono
    Arya Ragil
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • Kamus Istilah Pertambangan PDF
    Kamus Istilah Pertambangan PDF
    Документ64 страницы
    Kamus Istilah Pertambangan PDF
    Andri Prima Sitepu
    50% (4)
  • Dampak Intn
    Dampak Intn
    Документ12 страниц
    Dampak Intn
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • Amdal Sektor Pertambangan 2014 Diktat
    Amdal Sektor Pertambangan 2014 Diktat
    Документ14 страниц
    Amdal Sektor Pertambangan 2014 Diktat
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • Makalah Tembaga
    Makalah Tembaga
    Документ21 страница
    Makalah Tembaga
    Astrid Herawati
    100% (7)
  • Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
    Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
    Документ44 страницы
    Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
    gettherock
    100% (27)
  • Analisis Material Beton Bertulang Pasca Kebakaran
    Analisis Material Beton Bertulang Pasca Kebakaran
    Документ9 страниц
    Analisis Material Beton Bertulang Pasca Kebakaran
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • Undang2 Kerja
    Undang2 Kerja
    Документ3 страницы
    Undang2 Kerja
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • S2 2013 324510 Chapter1
    S2 2013 324510 Chapter1
    Документ6 страниц
    S2 2013 324510 Chapter1
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • GG
    GG
    Документ226 страниц
    GG
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет
  • Buletin Zulfialdi 2
    Buletin Zulfialdi 2
    Документ11 страниц
    Buletin Zulfialdi 2
    Junaida Wally
    Оценок пока нет
  • Coal STTNAS Supandi 2012 01-Coal Picture
    Coal STTNAS Supandi 2012 01-Coal Picture
    Документ15 страниц
    Coal STTNAS Supandi 2012 01-Coal Picture
    Aldion Afif
    Оценок пока нет
  • 2013-05!29!40 2 Pengelolaan PNBP SDA Pertambangan Umum-Sosialisasi Surabaya (Pak Dedi)
    2013-05!29!40 2 Pengelolaan PNBP SDA Pertambangan Umum-Sosialisasi Surabaya (Pak Dedi)
    Документ29 страниц
    2013-05!29!40 2 Pengelolaan PNBP SDA Pertambangan Umum-Sosialisasi Surabaya (Pak Dedi)
    Kadek Angga Yudhi Adithya
    Оценок пока нет