Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
b.
u
i
G
nt
n
g
i. Gunting diseksi (dissecting scissor). Gunting ini ada dua jenis yaitu, lurus dan bengkok.
Ujungnya biasanya runcing. Terdapat dua tipe yang sering digunakan, yaitu tipe Mayo dan tipe
Metzenbaum. Kegunaan gunting ini adalah untuk membuka jaringan, membebaskan tumor kecil
dari jaringan sekitarnya, untuk eksplorasi, merapikan luka. Penyediannya masing-masing 1
buah
Ada dua macam gunting benang yaitu gunting benang yang bengkok dan yang lurus.
Kegunaannya untuk memotong benang operasi, merapikan luka. Penyediannya masingmasing 1 buah.
d. Klem (clamp)
i.Klem arteri pean. Ada dua jenis yaitu yang lurus dan bengkok. Penggunaannya adalah untuk
hemostasis terutama untuk jaringan tipis dan lunak.
ii.Klem kocher
Ada dua jenis yaitu, klem yang lurus dan yang bengkok. Tidak ditujukan untuk hemostasis.
Sifat khasnya adalah mempunyai gigi pada ujungnya (mirip gigi pada pinset sirurgis).
Gunanya adalah untuk menjepit jaringan, terutama agar jaringan tidak meleset dari klem, dan
hal ini dimungkinkan dengan adanya gigi pada ujung klem.
iii.Klem mosquito
Mirip dengan klem arteri pean, tetapi ukurannya lebih kecil. Penggunaannya adalah untuk
hemostasis terutama untuk jaringan tipis dan lunak.
iv.Klem Allis
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan yang halus dan menjepit tumor kecil.
v.Klem Babcock
Penggunaannya adalah untuk menjepit tumor yang agak besar dan rapuh.
vi.Towel Clamp (Doek Klem)
Penggunaannya adalah untuk menjepit doek/kain operasi.
e. Retraktor (Wound Hook)
Penggunaannya adalah untuk menguakkan luka. Macam-macam retractor adalah sebagai
berikut.
i.Refraktor Langenbeck
ii.US Army Double Ended Refractor
iii.Refraktor Volkman
Ada yang mempunyai 2 gigi, 3 gigi dan 4 gigi. Dua gigi untuk luka kecil, 4 gigi untuk luka
besar. Terdapat pula refraktor bergigi tumpul
f. Pinset
i.Pinset sirurgis
Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan luka,
memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.
ii.Pinset anatomis
Penggunaannya adalah untuk menjepit kasa sewaktu menekan luka, menjepit jaringan yang
tipis dan lunak.
iii.Pinset splinter
Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka (mencegah overlapping).
g. Jarum jahit dan benang
Terdapat berbagai jenis jarum jahit yang berbeda ukuran, penampang kelengkungan jarum serta
kemasan (atraumatik atau tidak. Bagian tubuh berbeda membutuhkan jarum yang berbeda pula.
Jarum untuk otot misalnya, berpenampang bulat, sebab otot merupakan organ lunak. Jarum
untuk fasia berpenampang segitiga agar lebih mudah masuk ke dalam fasia yang alot. Jarum
kemasan atraumatik terutama untuk tujuan kosmetik, sebab menimbulkan bekas minimal. Pada
saat menusukkan jarum, jepita pemegang berada pada sepertiga bagian ujung tajam jarum.
Ujung tajam jarum tak boleh dijepit sebab dapat merusak ketajamannya, dan saat menjahit,
menusuk jarum tak boleh terlalu dipaksakan sebab dapat merusak kelengkungan jarum.
Adapun pilihan benang disesuaikan dengan jaringan. Seleksi berdasarkan kekuatan dan
kelenturan benang, kekuatan simpul benang, reaksi jaringan dan perhitungan ekonomis. Secara
umum benang jahitan terdapat 2 jenis yaitu yang dapat diserap (absorbable) dan yang tak dapat
diserap (non absorbable). Contoh yang absorbable adalah catgut dan vicryl. Sedangkan benang
jahitan yang nonabsorbable yaitu katun (cotton), sutera (silk,zyde) dan nylon (poliamida).
i. Plain catgut
Asal katanya adalah cat (kucing) dan gut (usus). Dahulu benang ini dibuat dari usus
kucing, tapi saat ini dibuat dari usus domba atau usus sapi. Bersifat dapat diserap tubuh.
Penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10 hari, dan warnanya putih dan kekuningan.
Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 00000 (5 nol merupakan ukuran yang paling
kecil) hingga nomer 3 (merupakan ukuran yang paling besar). Sering digunakan nomor 000
(3 nol), 00 (2 nol), 0 (1 nol), nomor 1 dan 2.
Kegunaannya adalah untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan
dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit terutama untuk daerah longgar (perut,wajah)
yang tak banyak bergerah dan luas lukanya kecil.
Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang,
bila disimpulkan 2 kali akan terbuka kembali. Plain catgut tak boleh terendam dalam lisol
karena akan mengembang dan menjadi lunak, sehingga tak dapat digunakan.
iii. Vicryl
Merupakan benang sinttis dalam kemasan atraumatis. Diserap oleh tubuh, dan tidak
menimbulkan reaksi pada jaringan tubuh. Dalam subkutis bertahan selama 3 minggu, dalam
otot bertahan selama 3 bulan. Benang ini sangat lembut, dan warnanya ungu.
Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Penggunaan pada bedah mata, ortopedi, urologi, dan
bedah plastik.
iv. Catoon
Dibuat dari serat kapas alam dengan jalan pemintalan. Bersifat lembut, cukup kuat,
mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum. Warnanya putih.
Tersedia dalam ukuran 4 nol hingga 1 nol. Digunakan untuk menjahit usus dan kulit,
terutama kulit wajah.
v. Silk
Terbuat dari serabut-serabut sutera, terdiri dari 70% serabut protein dan 30% bahan
tambahan berupa perekat. Warnanya hitam dan putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa
karena sudah dikombinasi dengan perekat, tidak diserap tubuh. Pada penggunaan di sebelah
luar, maka benang harus dibuka kembali.
Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari nomor 00000 (5 nol merupakan ukuran
paling kecil) hingga nomor 3 (yang merupakan ukuran terbesar). Yang paling sering dipakai
adalah nomor 00 (2 nol), dan 0 (1 nol) dan nomor 1.
Kegunaannya adalah untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (terutama arteri
besar), sebagai teugel (kendali).
Benang harus steril, sebab bila tidak akan menjadi sarang kuman (fokus infeksi), sebab
kuman terlindung di dalam jalinanan benang, sedang benangnya sendiri tidak dapat diserap
tubuh.
vi. Ethilon
Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan
jarum jahit), dan terbuat dari nilon, lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh,
dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
Warnanya biru dan hitam. Tersedia dalam ukuran 10 nol hingga 1 nol. Penggunaannya
pada bedah plastik, ukuran yang lebih besar sering digunakan pada kulit, nomor yang kecil
dipakai pada bedah mata.
bahan, alat ataupun ruangan terhadap bakteri/kuman patogen untuk mencegah sepsis. Sepsis
adalah suatu keadaan masuknya bakteri ke dalam aliran darah.
STERILISASI
Sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. Pemanasan
i. Tanpa tekanan
Pemanasan basah
Dilakukan dengan cara merebus dalam air mendidih, dengan temperature >100 oC,
selama 15-30 menit. Alat-alat yang direbus harus dalam keadaan bersih, dan seluruh alat
harus terendam dalam air.
Cara ini dipakai untuk mensterilkan : (1) instrument operasi, terutama yang terbuat dari
logam tahan karat, (2) kateter karet dan logam, (3) alat-alat dari plastic atau kaca tahan
panas, (4) kain kasa yang akan digunakan.
Pemanasan kering
Pemanasan kering dilakukan tanpa pengaturan tekanan urada secara khusus. Disini
digunakan oven, dengan temperature 170oC (160oC - 180oC) dalam waktu 1-2 jam.
Cara ini dipakai untuk mensterilkan : (1) alat bedah (pisau dan gunting dibungkus agar
tidak tumpul) (2) kaca tahan panas, (3) kasa, doek, laken, jas operasi
Flamber
Flamber (flame = nyala api) berarti membakar dengan spiritus atau alcohol 96%. Bahan
bakar harus cukup untuk memberi nyala api, minimum selama 5 menit. Alat yang dibakar
harus dalam keadaan bersih dan kering. Tempat membakar sebaiknya alumunium atau
wadah yang terbuat dari logam tahan karat (stainless steel). Cara ini jangan sering
digunakan pada alat dari logam karena alat akan berubah warna dan rusak; gunting dan
pisau mudah menjadi tumpul.
Flamber digunakan untuk mensterilkan : (1) tempat peralatan yang telah disterilkan, (2)
alat-alat operasi bila akan digunakan pada keadaan mendadak atau mendesak.
b. Kimiawi
i.Tablet formalin
Yaitu dengan memanfaatkan uap tablet formalin. Tablet formalin dibungkus kain kasa.
Alat dan tablet formalin yang telah dibungkus tadi dimasukkan ke dalam wadah yang
tertutup rapat minimum selama 24 jam.
Cara ini dapat dipakai untuk mensterilkan sarung tangan operasi, kateter balon (Foley)
dan kasa pembalut luka.
iii.Larutan antiseptic
Dilakukan dengan cara membilas atau merendam alat yang bersangkutan. Tiap
antiseptic berbeda-beda sifat, tujuan dan pemakaiannya. Larutan antiseptic dipakai untuk
mensterilkan instrument bedah, alat-alat yang tajam, kateter dan korentang.
c. Radiasi
Sterilisasi dengan cara radiasi dilakukan dengan sinar X atau sinar ultraviolet. Digunakan
untuk mensterilkan tabung suntik plastik, sarung tangan, kateter foley, infus set, selang sonde
dan kamar operasi.
HECTING
NO
Introduksi
Memperkenalkan diri
Menanyakan identitas penderita ( nama, umur, tempat tinggal )
Menjelaskan maksud menangani luka dan meminta kerja sama / informed
consent
Nilai
1
2
Dengan air / NaCl mengalir, sabun dan sikat hingga benda asing dan
jaringan mati hilang
Melakukan penjahitan luka
- Disenfeksi, menutup de4ngan doek lubang steril
- Anastesi infiltrasi
- Memegang instrumen dengan benar
- Memilih material penjahitan dengan benar
- Melakukan penjahitan dengan benar ( satu satu )
- Menutup luka dengan benar
Melakukan tindakan pasca prosedur
- Memberikan obat
- Luka tidak kotor
- Dipesankan untuk kembali kontrol 2 hari lagi
- Bila sakit, merah, keluar nanah segera kembali
Melakukan tindakan penanganan luka secara profesional
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
NOTE
**)Poin 5, 6 dan 12 akan lebih jelas dipahami dengan melihat video cuci tangan.
*)Sabun yang digunakan adalah sabun cair, sehingga yang dimaksud di poin 3 adalah
mengambil sabun dengan cara menekan kepala tempat sabun cair.
Waktu masing-masing station OSCA adalah 4 menit, termasuk station cuci tangan.
Pada saat OSCA, gerakan yang sedang dilakukan harus diucapkan dengan jelas, namun
dengan kalimat yang efektif dan efisien sehingga tidak akan banyak memakan waktu yang
tersedia.
Dalalm waktu 4 menit tersebut, pembagiannya adalah sebagai berikut:
Max. 2 menit untuk pencucian/penyikatan bagian tangan dan lengan kanan dan kiri
Max. 30 detik untuk pengeringan
Max. 30 detik untuk pemakaian sarung tangan
1 menit yang tersisa untuk cadangan waktu
No
1
2
3
4
5
HERNIA
A. Definisi
Protrusi atau penonjolan suatu organ ke organ sebelahnya melaluai daerah yang lemah
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Pathways
Proximal prosesus
vaginalis
Gagal menutup
Pindah lokasi
terbuka
Membentang
dalam kantung
testis
Testis turun
ke skrotum
Tidak menutupnya
processus vaginalis
peritonei
Peningkatan
tekanana intra
abdomen &
kelemahan trigonum
hasselBach
Menonjol kebelakang
canalis inguinalis
Turun ke inguinal
Organ viscera
masuk dalam
canalis inguinalis
H.
Lateralis
E. Manifestasi klinis
F. Klasifikasi
Menurut sifatnya
a. Hernia reponibilis : bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar bila berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri
b. Hernia irponibilis : bila kanting hernia tidak dapat di kembalikan ke dalam
rongga biasanya di sebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia, tidak ada keluhan nyeri
c. Hernia inkarserata atau strangulata : bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia,
tidak dapat kembali ke dalam rongga perut di sertai akibatnya berupa gangguan
pasase atau vaskuler.
Menurut letaknya
a. Hernia inguinalis
Hernia inguinalis terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang di
dapat. Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria. Pada oramg sehat ada tiga
mekanismi yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis
inguinalis yang berjalan mirirng, adanya struktur m. Oblikus internus abdominis
yang menutup anulus inguinalis internus berkontraksi, dab adanya fascia
trnsversa yang kuat menutupi trigonum hasselbach. Faktor yang menyebabkan
hernia inguinalis adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggiann
tekanan intra abdomen, kelemahan otot abdomenn
G. Diagnosis
Anamnesis
a. Berupa penonjolan di lipat paha yang muncul sewaktu berdiri, batuk, bersin atau
mengedan dan menghilang setelah berbaring
b. Dapat di jumpai adanya nyeri, biasanya di rasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikalis berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu
satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri yang di sertai mual
muntahh baru timbul jika terjadi inkarserasi.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
- Perhatikan adanya asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia
dalam posisi berdiri dan berbaring
- Saat pasien mengedan dapat di lihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penoonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari kraniolateral ke
kaudomedial. Pada hernia insipen hanya dapar di rasakan dg menyentuh
jarii di dalam kanalis ingunalis dan tidak menonjol keluar
b. Palpasi
- Kantong hernia yang kosong dapat di raba pada funiculus spermatikus
sebagai gesekan dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera, di sebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia
berisi organ saat palpasi dapat di raba usus, omentum atau ovarium.
- Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada hernia pada anak dapat di
coba mendorong isi hernia dengan menojolkan kulit scrotum melalui
annulus externus sehingga dapat di tentukan apakah isi hernia dapat di
reposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat di reposisi, pada waktu jari
masih berada di annulus externus, pasien di minta mengedan. Kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping
jari menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
H. Check list
no
tindakan
Informed consent
Penderita di posisikan berdiri
Manilai daerah inguinoscrotal ada benjolan atau
tidak
Memakai sarung tangan
Bila tidak tampak benjolan, pasien di suruh
melakukan manuver valsava sambil jari
telunjuk pada canalis inguinalis
Apabila terasa benjolan pada ujunjg jari
hernia inguinalis lateralis
Apabila terasa benjolan pada samping jari
hernia inguinalis medialis
Menyebutkan hasil pemerikasaan dan
mengucapkan termakasih
Total score
HEMOROID
a. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan
kelainan patologik. Hanya apabila hemoroid menyebabkan keluhan atau penyulit, diperlukan
tindakan ( 4 )
b. Anatomi
Rektum panjangnya 15 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula mula mengikuti cembungan
tulang kelangkang,fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada ketinggian tulang
ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis. Akhirnya rektum
menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Rektum mempunyai sebuah proyeksi ke sisi
kiri yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis terletak di belakang peritoneum
dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum. Fleksura perinealis berjalan ektraperitoneal.
Haustra ( kantong ) dan tenia ( pita ) tidak terdapat pada rektum, dan lapisan otot
longitudinalnya berkesinambungan. Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang
dapat cukup banyak meluas yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin
buang air besar. Di bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap sayap ke dalam
lumen rektum, dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu
lipatan yang lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 8 cm dari
anus. Melalui kontraksi serabut serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan
pada kontraksi serabut otot longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit
bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar,
kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis berpigmen
yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat. Mukosa kolon
mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada daerah ini, 6 10 lipatan longitudinal
berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung kedalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas
oleh simpul pembuluh dan tertutup beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak bertanduk.
Pada ujung bawahnya, kolumna analis saling bergabung dengan perantaraan lipatan
transversal. Alur alur diantara lipatan longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada
akhiran analnya dan tertutup selapis epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang panjangnya
kira kira 1 cm, di sebut daerah hemoroidal, cabang arteri rectalis superior turun ke kolumna
analis terletak di bawah mukosa dan membentuk dasar hemorhoid interna.( 5 )
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena
hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum
sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ),
kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di
antara ketiga letak primer tesebut.( 4,5 )
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior
terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel
anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan merupakan
awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus
hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena
porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah
perineum dan lipat paha ke vena iliaka.( 4,5 )
c. Faktor resiko
Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis
kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
U m u r : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.
Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang
berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada
sekresi hormone relaksin.
Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis
hepatis.
d. Manifestasi Klinis
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya dengan
gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya
dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami
trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh
faeces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan
faeces, dapat hanya berupa garis pada faeces atau kertas pembersih sampai pada perdarahan
yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Hemoroid yang membesar
secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap
awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah
defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah
defekasi agar masuk kembali ke dalam anus.
Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap
dan tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya faeces pada pakaian
dalam merupakn ciri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat
menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh
kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat
trombosis yang luas dengan udem dan radang.( 4 )
e. Klasifikasi
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma,
walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena
ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik atau skin
tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan
sedikit pembuluh darah.
Hemoroid interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :
Derajat I : Tonjolan masih di lumen rektum, biasanya keluhan penderita adalah perdarahan
Derajat II : Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi dan masuk sendiri setelah selesai
defekasi.
Derajat III : Tonjolan keluar waktu defekasi, harus didorong masuk setelah defekasi selesai
karena tidak dapat masuk sendiri.
Derajat IV : Tonjolan tidak dapat didorong masuk/inkarserasi
f. Pemeriksaan
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg membutuhkan
tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk berjam-jam di WC, dan
dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan
karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal.
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila
hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin
akan dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan.( 4,5 )
6. 1. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan
colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.( 5 )
6. 2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop
dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,
derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor
ganas harus diperhatikan.( 4,5 )
6. 3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah
samar. ( 5 )
g. Diagnosis Banding
Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi pada :
1. Karsinoma kolorektum
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu
dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum juga
harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna. ( 5 )
h. Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan
anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar.
Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita
walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi
infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.( 3 )
I. Penatalaksanaan
- Terapi non bedah
A. Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat ditolong dengan
tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas
makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi
usus besar, namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengejan berlebihan.
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek
anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena udem
umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan
kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan dengan cairan
hangat juga dapat meringankan nyeri. ( 5 )
B. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam
minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di
bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan
pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan reaksi
hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.Terapi suntikan bahan sklerotik bersama
nasehat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan
II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah atau prolaps.( 4,5 )
C. Ligasi dengan gelang karet
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang
karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator
dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu
kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan
dalam jarak waktu 2 4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis mukokutan.
Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan.
Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid
mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 10 hari.( 3,5 )
D. Krioterapi / bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika digunakan dengan
cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan anus rektum, maka
krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet
dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi
proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik. Terapi
ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya.
Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel.( 3 )
E. Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )
Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid tidak mendapat aliran
darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan hemoroid mengempis dan akhirnya
nekrosis.( 3 )
F. Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan photocuagulation,
tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada jaringan dan akhirnya fibrosis.
Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.( 3 )
G. Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari baterai kimia. Cara ini
paling efektif digunakan pada hemoroid interna.
H. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan nekrosis
jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai penghancur jaringan yaitu
radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Pada terapi dengan diatermi bipolar, selaput
mukosa sekitar hemoroid dipanasi dengan radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai
akhirnya timbul kerusakan jaringan. Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami
perdarahan.( 3 )
- Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita
hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang
dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana.
Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong
segera dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan
pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm
dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus
digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis
akibat prolapsus mukosa.( 4,6 )
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional ( menggunakan
pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler
( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini dikembangkan
di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa hemoroid tepat diatas
linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang
jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah
pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat
dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan
eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara
keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah
kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura
rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak.
Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.( 6 )
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas
seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi
sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan
jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem.
Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering
digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut
sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.( 5 )
A. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga
tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal.
Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus,
terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali
karena pada saat memotong jaringan, serabut syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak
mengerut sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel jadi satu, seperti
terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser
12 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam
waktu 4 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat
jalan ( 7 ).
B. Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau
Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter
berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik
Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan
sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di
depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya
adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m. sfinter ani
untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur.
Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis
mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena
jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu
dibuang semua.
pada saat tindakan dan luka akan sembuh dalam waktu singkat sebab luka berada di daerah
yang kaya akan darah.
Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam hal ini terapi konservatif
merupakan pilihan. Usaha untuk melakukan reposisi hemoroid ekstern yang mengalami
trombus tidak boleh dilakukan karena kelainan ini terjadi pada struktur luar anus yang tidak
dapat direposisi( 4 )
Dilatasi anus merupakan salah satu pengobatan pada hemoroid interna yang besar, prolaps,
berwarna biru dan sering berdarah atau yang biasa disebut hemoroid strangulasi. Pada pasien
hemoroid hampir selalu terjadi karena kenaikan tonus sfingter dan cincin otot sehingga
menutup di belakang massa hemoroid menyebabkan strangulasi. Dilatasi dapat mengatasi
sebagian besar pasien hemoroid strangulasi, akan terjadi regresi sehingga setidak-tidaknya
akan terjadi penyembuhan sementara. Dilatasi tidak boleh dilakukan jika sfingter relaksasi
( jarang pada strangulasi), karena bisa menyebabkan inkontinensia flatus atau tinja atau
kedua-duanya yang mungkin menetap.
Anestesi umum dilakukan dan pasien diletakkan pada posisi lateral kiri atau posisi litotomi.
Dengan hati-hati anus diregangkan cukup luas sehingga dapat dilalui 68 jari. Sangat penting
sekali bahwa untuk prosedur ini diperlukan waktu yang cukup agar tidak merobekkan
jaringan. Satu menit untuk sebesar satu jari sudah cukup ( berarti dibutuhkan waktu 6-8
menit), terutama jika kanalis agak kaku. Selama prosedur tersebut, sfingter anus dapat terasa
memberikan jalan. Namun karena metode dilatasi menurut Lord ini kadang disertai penyulit
inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
II.1. Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi asimptomatis.
Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus.
Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus
diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah
timbulnya kembali gejala hemoroid.( 4 )
KESIMPULAN
1. Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik. Diperlukan tindakan apabila hemoroid menimbulkan keluhan.
2. Faktor resiko terjadinya hemoroid yaitu keturunan, anatomi, pekerjaan, umur, endokrin,
mekanis, fisiologis dan radang.
3. Hemoroid terdiri dari 2 jenis yaitu hemoroid interna yang terletak di atas garis mukokutan
dan hemoroid eksterna yang terletak di bawah garis mukokutan.
4. Manifestasi klinis hemoroid yaitu perdarahan per anum berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan faeces.
5. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesa, inspeksi, colok dubur dan penilaian anoskop. Bila
perlu dilakukan pemeriksaan proktosigmoidoskopi untuk menyingkirkan kemungkinan
radang dan keganasan.
6. Diagnosis banding dari hemoroid yaitu Ca kolorektum, penyakit divertikel, polip,
kolitis ulserosa dan fissura ani.
7. Komplikasi dari hemoroid yaitu perdarahan hebat, inkarserasi dan sepsis.
8. Penatalaksanaan hemoroid yaitu dengan konservatif, membuat nekrosis jaringan dan
bedah.
9. Prognosis hemoroid baik bila diberikan terapi yang sesuai.
Torsio Testis
Definisi:
Terpuntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran darah pada
testis. Funikulus spermatikus terdapat ductus epididymis dan pedikel vaskuler yang berasal
dari arteri renalis.
Etiologi :
1. Anomali kongenital
2. Undesensus Testis
3. Aktivitas seksual dan aktivitas yang berlebihan
4. Trauma tumpul yang mengenai skrotum
5. Perubahan suhu yang mendadak
6. Ketakutan, batuk
7. Celana yang terlalu ketat
Torsio bisa timbul ketika seseorang sedang tidur karena spasme otot kremaster. Kontraksi otot
ini karena testis kiri berputar berlawanan dengan arah jarum jam dan testis kanan berputar
searah dengan jarum jam. Aliran darah terhenti, dan terbentuk edema. Kedua keadaan tersebut
menyebabkan iskemia testis .Pada akhirnya, testis akan mengalami nekrosis .
Klasifikasi:
Berdasarkan anatomi:
Ekstravaginalis, tipe ini terjadi pada masa neonatus, umumnya karena terjadi sebelum testis
terfiksasi sempurna pada masa prenatal sehingga terjadi puntiran testis pada fiksasi testis di
bagian proksimal tunika vaginalis di masa perkembangannya. Angka kejadiannya adalah 5%
dari semua kejadian torsio tertis dan berhubungan dengan berat badan lahir yang lebih.Torsio
tipe ini dapat pula disebabkan oleh undesensus testis.
Intravaginalis, tipe ini terjadi puntiran di dalam tunika vaginalis yang lebih dikenal dengan
fenomena lonceng dan bandulnya (bell and clapper deformity), biasanya terjadi pada anak-anak
yang lebih tua. Tipe ini timbul akibat ketegangan yang berlebihan pada testis. Angka
kejadiannya adalah 16% dari semua kejadian torsio testis.
Patogenesis & Patofisiologi :
Testis merupakan organ yang ditutupi oleh tunika vaginalis pada permukaan posterolateralnya
sehingga testis memiliki sedikit kebebasan bergerak di dalam skrotum.Secara fisiologis m.
cremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati dan menjauhi rongga abdomen untuk
mempertahankan suhu ideal untuk testis.
Adanya kelainan penyangga testis yang berupa insersi tunika vaginalis yang tinggi di funikulus
spermatikus menyebabkan testis dan funikulus spermatikus dapat mengalami torsi di dalam
tunika vaginalis jika bergerak secara berlebihan (intravaginal torsi), biasanya digambarkan
sebagai lonceng dengan bandulnya (bell clapper deformity).
Terjadinya puntiran pada funikulus spermatikus dan testis di dalam tunika vaginalis
mengakibatkan timbulnya gangguan perdarahan testis mulai dari bendungan vena yang
menimbulkan oklusi arteri sampai iskemia yang dapat menyebabkan nekrosis dan gangrene.
Putaran torsi berkisar antara 180o-720o, namun derajat yang menimbulkan oklusi pembuluh
darah dimulai dari 450o-720ohingga terjadinya iskemia pada arteri.
Timbul nyeri testis yang hebat dan tiba-tiba yang sering disertai nyeri perut dalam, mual dan
muntah, serta demam, Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah
Gejala yg jarang di temukan adalah rasa panas dan rasa terbakar saat berkemih
Nyeri perut selalu ada, sebab berdasarkan perdarahan dan persarafannya, testis tetap
merupakan organ perut.
Pada 50% pasien, memiliki riwayat nyeri skrotum yang berulang yang menghilang spontan
Tanda Klinis
DIAGNOSIS:
Contoh Skenario:
Aris Maulana, 16 tahun, diantar ke IGD RS dengan keluhan nyeri pada buah pelirnya.
Sekitar setengah jam yang lalu kemaluan penderita tiba-tiba terasa nyeri sekali saat sedang
nonton TV. Nyeri terasa terutama pada buah pelir kiri dan meluas hingga perut dan terasa
mulas. Nyeri terasa terus menerus disertai muntah satu kali.
Aris mengatakan tak ada gangguan BAK dan masih bisa kentut. Aris maulana adalah
seorang yang banyak aktivitas bahkan 3 jam sebelumnya masih bermain sepak bola.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak kesakitan. Tanda vital dalam batas
normal. Scrotum kiri tampak lebih besar dibanding scrotum kanan, warna scrotum kanan
dan kiri sama. Scrotum kiri terlihat lebih tinggi dan dengan posisi testis yang melintang.
Scrotum kiri terasa nyeri saat disentuh dan nyeri menetap saat scrotum
diangkat/digerakkan ke proksimal. Pada daerah inguinal kiri tak didapatkan
pembengkakan.
Anamnesis :
Identitas:
o
o
o
o
Keluhan utama
o
Onset
o
Sejak kapan adik merasakan keluhan tersebut? Setengah jam yang lalu
o
o
Lokasi
Ada keluahan lain yang di rasakan? Mual? Muntah? Demam? Nyeri saat
berkemih? Lemas? Berkeringat dingin?
o
o
RPD
RPK
DD
o
Epididimitis akut
Secara klinis sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri skrotum akut, biasanya
disertai dengan kenaikan suhu tubuh, keluarnya nanah dari uretra, ada riwayat coitus
suspectus (dugaan melakukan coitus dengan bukan istrinya), atau pernah menjalani
kateterisasi uretra sebelumnya (Purnomo, 2000).
Jika dilakukan elevasi testis, pada epididimitis akut terkadang nyeri akan berkurang
tetapi pada torsio testis nyeri tetap ada (tanda dari Prehn). Pasien epididimitis akut
biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan sedimen urin didapatkan
adanya lekosituria atau bakteriuria (Purnomo, 2000).
Hidrokel terinfeksi
Dengan anamnesis sebelumnya, sudah ada benjolan di dalam skrotum (Purnomo,
2000).
o
Tumor testis
Benjolan tidak dirasakan nyeri kecuali terjadi perdarahan di dalam testis (Purnomo,
2000).
o
Edema skrotum
Dapat disebabkan oleh hipoproteinemia, filariasis, adanya pembuntuan saluran limfe
inguinal, kelainan jantung, atau kelainan-kelainan yang tidak diketahui sebabnya
(idiopatik) (Purnomo, 2000).
Usia pasien.
Lebih banyak terjadi pada bayi dan anak laki-laki post pubertas..
Onset dan durasi nyeri.
Biasanya dimulai dengan nyeri yang mendadak seolah-olah ada
tombol yang terlempar dimana hal ini disebabkan oleh puntiran
pada funikulus spermatikus yang terjadi tiba-tiba sehingga
membuat testis terangkat mendadak, nyeri semakin memberat dan
pasien merasa sangat tidak nyaman. Bila terdapat nyeri yang tidak
terlalu berat dan tidak terlalu ringan (menengah) dan terjadi dalam
beberapa hari cenderung mengarahkan kepada epididimitis
ataupun torsio appendiks testis.
Riwayat trauma
Adanya riwayat trauma tidak mengesampingkan diagnosis torsio
testis. Terjadinya trauma pada skrotum saat berolahraga sering
menimbulkan nyeri dalam waktu singkat. Perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut bila didapatkan adanya nyeri menetap
setelah satu jam dari terjadinya trauma untuk mengesampingkan
Pemeriksaan Fisik:
Pada torsio testis didapatkan testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih
horizontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang pada torsio testis yang baru saja
terjadi dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini
biasanya tidak disertai dengan demam (Purnomo, 2000). Pada saat permulaan
epididimis masih teraba tapi tidak dalam posisi normal (Alif, 1994).
Testis yang mengalami torsio pada scrotum akan tampak hiperemis. Eritema dan
edema dapat meluas hingga scrotum sisi kontralateral. Testis yang mengalami torsio
juga akan terasa nyeri pada palpasi. Seluruh testis akan bengkak dan nyeri serta
tampak lebih besar bila dibandingkan dengan testis kontralateral, oleh karena adanya
kongesti vena. Testis juga tampak lebih tinggi di dalam scotum disebabkan karena
pemendekan dari spermatic cord. Hal tersebut merupakan pemeriksaan yang spesifik
dalam menegakkan dianosis. Biasanya nyeri juga tidak berkurang bila dilakukan
elevasi testis (Prehn sign) (Kusbiantoro, 2007).
Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya refleks
cremaster. Dalam satu literatur disebutkan bahwa pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas 99% pada torsio testis (Ringdahl & Teague, 2006).
Cek List Pemeriksaan fisik genitalia Pria
No
1
2
3
4
5
Keterangan
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita torsio
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita torsio
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita torsio
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita torsio
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita torsio
testis
16
17
18
19
Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan urinalisis biasanya normal, namun pada 30% kasus, ditemukan
adanya leukosit pada urin.
Pada pemeriksaan darah hasil yang normal, namun pada 60% kasus torsio terdapat
peningkatan leukosit yang menandakan telah terjadi proses infeksi
Pemeriksaan C-Reactive Protein (protein fase akut) untuk membantu membedakan
inflamasi yang disebabkan oleh epididimitis dan proses noninflamasi yang disebabkan
oleh torsio testis. Peningkatan nilai CRP menunjukkan adanya suatu proses
peradangan akut.
Pemeriksaan Radiologis
Color Doppler Ultrasonography
- Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah arteri yang menuju
testis sehingga dapat diketahu kelainan yang terjadi pada testis dan pembuluh
darahnya.
- Gambaran dari terganggunya aliran darah testis saat terjadi torsio testis tergantung
dari durasi terjadinya torsio.
- Pada torsio yang terjadi kurang dari 6 jam, testis yang terkena akan menunjukkan
gambaran berupa sedikit pembesaran testis dengan sedikit penurunan echogenicity.
Setelah 24 jam, gambaran echogenicity menjadi lebih heterogen, dan hilangnya tandatanda viabilitas dari testis.
- Kaput epididimis menjadi membesar karena terjadi kekusutan pada arteri yang
berbeda serta terdapat gambaran spiral yang berliku-liku pada funikulus spermatikus.
- Viabilitas dari testis dapat ditentukan dari echogenicity yang normal, tidak adanya
penebalan dinding skrotum dan ada atau tidaknya hidrokel.
- Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah sangat sulit dilakukan pada anak-anak
walaupun testis mereka dalam keadaan normal.
- Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 86%, spesifitas 100%, dan ketepatan 97%
dalam mendiagnosis torsio testis.
Nuclear Scintigraphy
- Pemeriksaan ini dilakukan bila terdapat keragu-raguan dalam melihat aliran darah
testis sehingga tidak salah dalam membedakan torsio testis dengan kondisi lainnya.
- Gambaran scan dapat dikatakan abnormal bila terdapat penurunan penangkapan
proton pada testis yang terkena. Gambaran ini menunjukkan tidak adanya aliran darah
pada daerah tersebut.
Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 90-100% dalam melihat aliran darah testis.
Penatalaksanaan
Detorsi manual
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, dengan jalan memutar
testis kearah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial
maka dianjurkan untuk memutar testis kearah lateral dahulu, kemudian jika tidak
terjadi perubahan, dicoba detorsi kearah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi
menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil, operasi harus tetap
dilaksanakan (Purnomo, 2000).
Operasi
Dilakukan untuk reposisi dan setelah itu dilakukan penilaian apakah testis yang
mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis. Jika testis
masih hidup, dilakukan orchidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian
disusul orchidopeksi pada testis kontralateral (Purnomo, 2000).
Edukasi Pasien
Langsung di rujuk untuk dilakukan tindakan operatif segera untuk mencagah sakit.
Melakukan koreksi secepatnya agar tidak menimbulkan penurunan fertilitas di
kemudian hari.
Jika sudah sembuh di ingatkan untuk menghindari hal-hal yang menjadi pemicu
terjadinya torsio testis seperti bergerak berlebihan, rangsangan seksual, perubahan
suhu mendadak, ketakutan, trauma skrotum, dll.
Trauma Testis
Definisi
Adalah trauma (dapat berupa tumpul dan tajam) yang menimbulkan pembengkakan pada
skrotum disertai hematom pada skrotum dan intratestikular dan berbagai macam derajat
ekimosis pada dinding skrotum.
Etiologi
1. Avulsi :
o Serangan binatang dan orang lain
o Kecelakaan kendaraan bermotor
o Mutilasi diri sendiri
2. Trauma tumpul:
o Aktivitas berolahraga
o Kecelakaan kendaraan bermotor
o Diserang oleh orang lain.
3. Trauma tajam (tembus):
o Diserang oleh orang lain dan binatang
o Kecelakaan kendaraan bermotor
o Memutilasi diri sendiri
Klasifikasi
Cedera testis dapat dibagi menjadi 3 kategori besar berdasarkan mekanisme cedera .
Kategori ini meliputi :
( 1 ) trauma tumpul ,
( 2 ) trauma tembus , dan
( 3 ) trauma degloving /kulit scrotum mengelupas.
Cedera tersebut biasanya terlihat pada laki-laki berusia 15-40 tahun .
Patogenesis dan Patofisiologi
Testis ini diselimuti oleh lapisan jaringan ikat fibrosa putih yang disebut tunika vaginalis dan
tunika albuginea . Tunika albuginea adalah lapisan visceral yang menutupi testis , dan tunika
vaginalis adalah lapisan parietal yang melapisi kantung hidrokel Meskipun testis relatif
dilindungi oleh mobilitas skrotum, cremasteric refleks kontraksi otot, dan tangguh tunika
fibrosa albuginea, cedera tumpul (biasanya akibat dari serangan, peristiwa-peristiwa yang
berhubungan dengan olahraga, dan kecelakaan kendaraan bermotor) dapat mengakibatkan
pecahnya tunika albuginea, memar, hematoma, dislokasi, atau torsi testis. Cedera testis hasil
dari trauma tumpul di sekitar 75% kasus (McAninch et al, 1984; Cass dan Luxenberg, 1991).
Luka tembus akibat senjata api, ledakan, dan luka-luka penyulaan mewakili sisanya.
Tanda dan Gejala
Tanda:
o Testis teraba lunak atau tidak teraba
o Edema testis
o Ekimosis pada perineum
o Hematoma testis
o Nyeri perut selalu ada, sebab berdasarkan perdarahan dan persarafannya, testis tetap
merupakan organ perut.
Gejala:
o Nyeri hebat pada daerah scrotum
o Disertai dengan keluhan mual muntah
Diagnosis
Contoh Skenario:
Agung Andre, 13 tahun, diantar ke IGD RSISA dengan keluhan nyeri pada buah pelirnya.
Sekitar setengah jam yang lalu kemaluan penderita nyeri hebat saat bermain Kasti. Nyeri
terasa terutama pada daerah scrotum dan meluas hingga perut dan terasa mulas. Nyeri
terasa terus menerus disertai mual mual dan muntah sebanyak 3 kali.
Agung menangis histeris dan merintih kesakitan sambi memegangi alat kelaminya. Agung
mengatakan saat bermain kasti alat kelaminya terkena bola kasti saat di pukul oleh lawan
dan mengenai persis pada alat kelaminya di bagian buah pelir.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak kesakitan hebat. Dan hampir
pingsan,Tanda vital dalam batas normal. Scrotum kiri tampak lebih besar dibanding
scrotum kanan, warna scrotum kanan lebih gelap. Scrotum kiri terlihat lebih kecil ukuranya
dari pada scrotum kanan.daerah perineum terlihat kebiruan, Scrotum kanan terasa nyeri
saat disentuh dan nyeri menetap saat scrotum diangkat/digerakkan ke proksimal. Pada
daerah inguinal kiri tak didapatkan pembengkakan.
Anamnesis :
Identitas:
o
o
o
o
Keluhan utama
o
Onset
Lokasi
Sejak kapan adik merasakan keluhan tersebut? Setengah jam yang lalu
o
o
Ada keluahan lain yang di rasakan? Mual? Muntah? Demam? Nyeri saat
berkemih? Lemas? Berkeringat dingin?
o
o
RPD
RPK
DD
o
Torsio Testis
Terpuntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran darah
pada testis. Funikulus spermatikus terdapat ductus epididymis dan pedikel vaskuler
yang berasal dari arteri renalis.
Epididimitis akut
Secara klinis sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri skrotum akut, biasanya
disertai dengan kenaikan suhu tubuh, keluarnya nanah dari uretra, ada riwayat coitus
suspectus (dugaan melakukan coitus dengan bukan istrinya), atau pernah menjalani
kateterisasi uretra sebelumnya (Purnomo, 2000).
Jika dilakukan elevasi testis, pada epididimitis akut terkadang nyeri akan berkurang
tetapi pada torsio testis nyeri tetap ada (tanda dari Prehn). Pasien epididimitis akut
biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan sedimen urin didapatkan
adanya lekosituria atau bakteriuria (Purnomo, 2000).
Hernia scrotalis inkarserata
Didahului dengan anamnesis, biasanya didapatkan benjolan yang dapat keluar masuk
kedalam skrotum (Purnomo, 2000).
Tumor testis
Benjolan tidak dirasakan nyeri kecuali terjadi perdarahan di dalam testis (Purnomo,
2000).
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah :
Usia pasien.
Bisa terjadi pada semua usia
Onset dan durasi nyeri.
Biasanya dimulai dengan nyeri yang mendadak saat setelah
terkena trauma dan pasien merasa sangat sakit. Nyeri menetap
dan tidak menghilang
Riwayat trauma
1. Avulsi (spasme berlebih dari otot)
2. Trauma tumpul
3. Trauma tajam (tembus)
Pemeriksaan Fisik :
Cek List Pemeriksaan fisik genitalia Pria
No
1
2
3
Keterangan
4
5
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
Pemeriksaan Tetis
Utama pada
penderita trauma
testis
19
Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan urin membedakan dengan penyebab pembesaran intraskrotal lainnya,
dan membantu mengetahui ada atau tidaknya hematuria dapat diketahui adanya
trauma pada urethra dan traktus urinarius.
- Kultur urin dan cairan luka mengetahui ada atau tidaknya infeksi dan kuman
penyebab infeksi.
Pemeriksaan Radiologis
o
Retrograde urethrography
dilakukan bila dicurigai adanya suatu trauma pada urethra yang dari pemeriksaan fisik
didapatkan adanya tanda trauma pada urethra seperti hematuria dan prostat yang
melayang pada pemeriksaan colok dubur.
CT Scan abdominopelvik
dilakukan untuk melihat lokasi testis yang abnormal, struktur anatomi intratestikular, dan
perfusi pada tiap organ.
Penatalaksaan
Awal eksplorasi dan perbaikan cedera testis dikaitkan dengan penyelamatan, pemulihan dan
mengurangi kecacatan, lebih cepat kembali ke kegiatan normal, dan menjaga kesuburan dan
fungsi hormonal. Skrotum cedera ringan tanpa kerusakan testis dapat dikelola dengan es,
elevasi, analgesik, dan irigasi dan penutupan dalam beberapa keadaan.
Tindakan Operatif:
Pada testis yang sudah mengalami Rupture atau nekrosis, dilakukan pengangkatan testis
(orkidektomi). Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap berada di scrotum dapat
merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas di
kemudian hari.
Edukasi
Langsung di rujuk untuk dilakukan tindakan operatif segera untuk mencegah sakit.
Melakukan koreksi secepatnya agar tidak menimbulkan penurunan fertilitas di
kemudian hari.
Jika sudah sembuh di ingatkan untuk menghindari hal-hal yang menjadi pemicu
terjadinya trauma testis.
KARSINOMA MAMAE
A. Definisi dan Etiologi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam
terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang
bersifat eksogen.
Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu :
Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel, chrom,
B. Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor, kanker payudara
diklasifikasi dalam:
1.
Non-invasif
2.
Invasif
a.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
3.
Pagets disease
Intra ductal
Lobular Carcinoma In situ
Karsinoma invasif duktal
Karsinoma invasif duktal dengan komponen intraduktal yang
predominant
Karsinoma invasif lobular
Karsinoma mucinous
Karsinoma medullary
Karsinoma papillary
Karsinoma tubular
Karsinoma adenoid cystic
Karsinoma sekretori (juvenile)
Karsinoma apocrine
Karsinoma dengan metaplasia
Tipe squamous
Tipe spindle-cell
Tipe cartilaginous dan osseous
Mixed type
Lain-Lain
of the nipple
Tis
Lobular carninoma in situ (LCIS), ductus carninoma in situ (DCIS), atau Pagets
disease
T1
T2
T3
Diameter tumor 5 cm
T4
Bebepa pun diameternya, tumor telah melekat pada dinding dada dan mengenai
pectoral lymph node
N0
N1
Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan dapat digerakkan
N2
Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan melekat antara satu
sama lain (konglumerasi) atau melekat pada struktur lengan
N3
Kanker telah menyebar ke mammary lymph node atau supraclavicular lymph node
ipsilateral
M0
M1
Ukuran (T)
Nodus (N)
Metastasis (M)
Tis
N0
M0
T1
N0
M0
IIA
T1
N1
M0
T2
N0
M0
T2
N1
M0
T3
N0
M0
IIB
IIIA
T1, T2
N2
M0
T3
N1
M0
IIIB
T4
N3
M0
IV
Any T
Any N
M1
diwaspadai)
Terasa sangat gatal di daerah sekitar puting
Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal tidak
terasa sakit
Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali degan mengetahui kriteria operabilitas
Heagensen sebagai berikut :
Terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
Adanya nodul satelit pada kulit payudara;
Kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Imaging Test (Mammography Diagnostic)
2.
Pemeriksaan Histopatologi
a. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB, menggunakan jarum kecil untuk
b.
c.
3.
4.
E. Penatalaksanaan
1. Pembedahaan
Menghilangkan sebagaian payudara yang mengandung sel kanker (lumpectomy)
atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy).
2.
Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh
sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
3.
Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan
dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium
akhir. Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai terapi
lanjutan setelah pembedahan.
4.
Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit
(tidak dapat lagi dilakukan pembedahan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari
Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker,
sehingga hanya menyerang sel kanker saja.
5.
Terapi Imunologi
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan
atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi
yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat
pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan terapi.
F. Skenario:
Wanita umur 38 tahun datang ke tempat praktek anda dengan keluhan benjolan yang
semakin membesar di payudara kanannya.
ANAMNESIS
ASPEK YANG DINILAI
2
ASPEK KOMUNIKASI
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Salam
Memperkenalkan diri
Memelihara eye contact selama anamnesis
Menunjukkan empati kepada penderita akan penyakit dan
menenangkan penderita
Menjelaskan maksud anamnesis
ASPEK MEDIS
Menanyakan identitas : nama, umur, pekerjaan, tempat tinggal
dan pertanyaan lain untuk mengetahui tingkat social ekonomi,
juga adanya risiko tumor ganas payudara (>35 tahun)
Menanyakan keluhan utama dengan pertanyaan terbuka
Menanyakan RPS:
Lokasi (letaknya, di kuadran mana)
Onset (kapan mulai timbul benjolan)
Kronologis :
Bagaimana bisa diketahui (mungkin dari sadari)
Apakah bertambah besar atau tetap, kalau bertambah besar
apakah bertambahnya dengan cepat
Apakah terasa sakit saat menjelang menstruasi
Apakah putting susu masuk ke dalam (sebelumnya tidak)
Apakah ada keluar darah / cairan dari putting susu
Warna kulit berubah
Gejala penyerta : apakah disertai demam, badan cepat lelah,
stamina turun drastic, BB turun
Menanyakan factor resiko secara sistematis
- MENARCHE . menarche yang cepat (dibawah 11 tahun)
meningkatkan resiko
- MENOPAUSE. Menopause yang lambat (lebih dari 54
tahun) meningkatkan resiko TGPD
- Adanya penyakit pada payudara sebelumnya (atypical
hyperplasia)
- Tidak mempunyai anak / tidak menikah
- Mempunyai anak tetapi tidak menyusukan
- Hamil pertama sewaktu umur > 30 tahun (primipara tua)
- Dikeluarganya (terutama turunan langsung) ada yang
sakit TGPD/ ca mammae : ibu, nenek, bibi, kakak, adik
- Diit : banyak makanan berlemak, merokok, minum
alcohol
- Badan gemuk (BMI > 35) / Obesitas
- Ikut berencana berupa hormone : pil, suntik atau
pengobatan sulih hormone, susuk
Menanyakan dengan pertanyaan terarah mencari metastasis
- Kelenjar aksila : apakah ada benjolan pada aksila
13
14
PEMERIKSAAN FISIK
1
2
3
1
2
1
2
3
PEMERIKSAAN PAYUDARA
Meminta informed consent untuk dilakukan pemeriksaan
payudara
Meminta penderita melepaskan pakaian dan meminta untuk
didampingi saksi (perawat/ suami)
Melakukan pemeriksaan tanpa sarung tangan dan masker agar
tangan lebih sensitive dan memelihara kontak yang baik dengan
penderita
MELAKUKAN INSPEKSI
Posisi : dalam keadaan kedua lengan kebawah inspeksi dilakukan
mahasiswa yang berada di depan tengah penderita / manekin agar
bisa membandingkan kedua payudara dengan lebih baik
Simetri kedua Payudara
- Apakah besarnya payudara kanan dan kiri sama?
- Membandingkan kesegarisan putting susu (ada yang lebih
rendah/ lebih tinggi)
Perubahan Warna Kulit
- Warna kulit : sama dengan sekitar, kemerahan / inflamasi
- Adakah peau dorange
- Apakah ada ulkus
- Apakah ada nekrosis
Puting susu
- Apakah ada retraksi putting susu
- Discharge (tanpa manipulasi)
- Perubahan warna putting susu
Meminta penderita mengangkat kedua lengan ke atsa perlahan
lahan
Melihat apakah ada benjolan di bawah kulit yang terlihat
bersamaan dengan gerakan lengan ke atas penderita
MELAKUKAN PALPASI
Melakukan palpasi mempergunakan ujung jari 2, 3 dan 4
(menghangatkan tangan terlebih dahulu dengan menggosokgosokan kedua tangan)
Melakukan palpasi dengan palpasi ringan
Melakukan palpasi secara sistematis sehingga tidak ada bagian
yang tertinggal. Sistematis per kuadran, mulai dari kuadran atas
4
5
1
2
3
1
2
3
Tambahan:
Pemeriksaan metastasis pada kelenjar limfe aksila, supra clavicula, infra clavicula, dan
mammaria interna
ILEUS
Secara ada tidaknya obstruksi, Ileus dibedakan menjadi:
1. Ileus Obstrukstif
2. Ileus Paralitik
ILEUS OBSTRUKTIF
A. Definisi dan Etiologi
Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja
atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan
lumen usus
Atoni usus dan peregangan gas sering timbul menyertai berbagai kondisi traumatik
terutama setelah fraktur iga ,trauma medula spinalis dan fraktur tulang belakang
Penyebab obstruksi mekanis berkaitan dengan kelompok usia yang terserang dan letak
obstruksi.sekitar 50 %obstruksi terjadi paa kelompok usia pertengahan dan tua dan
terjadi akibat perlekatan yang disebabkan oleh pembedahan sebelumnya
Tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab tersering obstruksi usus besar pada
usia pertengahan dan orang tua.kanker kolon merupan penyebab 90% obstruksi yang
terjadi
Volvulus adalah usus terpelintir, paling sering terjadi pada pria usia tua dan biasanya
mengenai kolon sigmoid
Inkarserasi lengkung usus pada hernia inguinalis atau femoralis sangat ksering
menyebabkan terjadinya obstruksi usus halus
Intususepsi adalah invaginasi salah satu bagian usus ke bagian kberikutnya dan
merupakan penyebab obstruksi yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan balita.
Intususepsi sering terjadi pada ileum terminalis yang masuk pada caecum
Benda asing dan kelainan congenital merupakan penyebab lain obstruksi yang terjadi
pada anak dan bayi
B. Klasifikasi Ileus Obstruktifus
Kecepatan timbul (speed of onset)
Akut, kronik, kronik dengan serangan akut
Letak sumbatan
Obstruksi tinggi (SBO) bila mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum terminal)
Obstruksi rendah (LBO), bila mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai anus)
Sifat sumbatan
Simple obstruction : sumbatan tanpa disertai gangguan aliran darah
Strangulated obstruction : sumbatan disertai gangguan aliran darah sehingga timbul
nekrosis, gangren dan perforasi
Etiologi
Kelainan dalam lumen, di dalam dinding dan di luar dinding usus
Penimbunan cairan dan gas dalam lumen yang letaknya proksimal dari letak
obstruksi
Peregangan abdomen
Tekanan dalam lumen yang dipertahankan sehingga menyebabkan terjadinya
sistemik
Nyeri: menyerupai kejang dan di pertengahan abdomen ( terutama di daerah
Pada rectal toucher tonus sfingter ani melemah dan ampula recti kolaps
E. Pemeriksaan Penunjang
Pada urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya
terjadi peritonitis.
Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.
Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosa ileus obstruksi.
Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi datar perlu
untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas udara dan
air serta letak obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas
tetapi pada usus halus biasanya tidak tampak.
Air in Rectum/
Sigmoid
SBO
LBO
None - unless
Dilated
Ileocecal valve
incompetent
F. Penatalaksanaan
Resusitasi cairan akibat dehidrasi (muntah, absorbsi terganggu) dan monitor urin
dengan pemasangan kateter uretra
Cairan kristaloid (Ringer laktat)
Pemasangan nasogastric tube mencegah dilatasi lambung dan mengurangi menelan
udara
Terapi komplikasi
ILEUS PARALITIK
A. Definisi dan Etiologi
Suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk sementara waktu
berhenti. Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga menghalangi jalannya isi usus,
tetapi ileus paralitik jarang menyebabkan perforasi.
Ileus paralitik dapat disebabkan oleh :
Pada pemeriksaan dengan stetoskop, suara bising usus berkurang atau hilang sama
sekali.
Foto rontgen perut menunjukkan lingkaran usus yang menggembung.
Kadang dilakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) Untuk
mengevaluasi keadaan.
Air in Rectum/
Sigmoid
Localized Ileus
Generalized
Multiple distended
Distended
Ileus
loop
D. Penatalaksanaan
Pembentukan gas dan cairan karena ileus harus dihilangkan.
Kadang sebuah selang dimasukkan ke dalam usus besar melalui anus untuk
mengurangi tekanan. Selang lainnya yang dihubungkan dengan alat penghisap,
dimasukan melalui hidung menuju ke lambung atau usus halus, untuk mengurangi
tekanan dan peregangan. Penderita tidak boleh makan atau minum apapun sampai
krisisnya teratasi.
Cairan dan elektrolit diberikan melalui infus
E. Skenario
Seorang laki-laki 40 tahun mengeluh tidak buang air besar selama 5 hari. Pasien mengeluh
perutnya terasa membesar dan muntah-muntah.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
RECTAL TOUCHER
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Konsistensi : N kenyal
Adakah nyeri tekan
Sarung tangan
Adakah feses?, darah (hitam: perdarahan sal.cerna
bag.atas ; segar:perdarahan sal.cerna bag.bawah),
lendir (kolitis), tumor yang rapuh?
Kesimpulan/hasil pemeriksaan, diagnosis, terima
kasih, hamdalah
SIRKUMSISI
1. DEFINISI
Sirkumsisi yang berarti sayatan melingkar, yang diidentikkan pada pemotongan prepusium yang
melingkar terhadap batang penis. Dalam Journal of Mens studies disebutkan bahwa sirkumsisi
(circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup
depan dari penis atau kulup. Sirkumsisi disebut juga khitan atau sunat, dari bahasa arab khatn yang
artinya memotong.
2. HUKUM
Dalam hukum fikih islam, hukum khitan bagi laki-laki menurut jumhur (mayoritas ulama) adalah
wajib. adapun hadisnya yang diriwayatkan ileh Abu Hurairah disebutkan bahwa : Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda : Fitrah itu ada lima yaitu khitan, mencukur bulu di sekitar
kemaluan, memotong kumis, memoton kuku, dan mencabut bulu ketiak. (HR Bukhori-Muslim)
3. INDIKASI
Indikasi dibagi menjadi dua yaitu indikasi agama dan indikasi medis.Seringkali orangtua
menginginkan anaknya untuk dikhitan atas dasar keinginan untuk menjalankan syariat agama.
Namun
demikian
khitan
juga
diindikasikasikan
untuk
pencegahan
penyakit
ataupun
Walaupun masih ada pertentangan akan manfaat khitan terhadap pencegahan tumor ganas tetapi
pada penelitian didapatkan bahwa khitan dapat mencegah terjadinya akumulasi smegma yang
mempunyai hubungan dengan terjadinya tumor ganas penis. Jenis tumor ganas terbanyakadalah
karsinoma sel skuamosa.Menurut hasil statistic didapatkan bahwa karsinoma penis lebih
banyak didapatkan pada penduduk yang tidak dikhitan dibandingkan dengan mereka yang
dikhitan.
d. Condyloma accuminata
Adalah suatu kelainan kulit berupa vegetasi oleh human papilloma virus (HPV).Khitan
diperlukan untuk membuang kelainan kulit prepusium tersebut.
e. Lichen sclerosus (Balinitis xerotica obliterans)
Liken sklerosus merupakan istilah yang digunakan pada yang sebelumnya dikenal sebagai
balanitis xerotika obliterans. Pada pemeriksaan histologi, penyakit ini ditandai dengan
hyperkeratosis, homogenisasi kolagen pada papilla dermis yang berhubungan dengan edema
stroma, dan infiltrasi limfotik.Jika hanya kulit bagian luar yang terkena, sirkumsisi mungkin
dapat menyembuhkan.
f. Zoons balanitis
Zoons balanitis juga disebut plasma sel balanitis terjadi pada laki-laki yang tidak disirkumsisi
yang berusia mulai dari decade ketiga (Pastar et al,2004). Plak yang halus, lembab, eritem,
berbatas tegas pada glans penis merupakan karakteristik penyakit ini. Erosi dangkal dapat juga
terjadi (Yoganathan et al,1994), dan lesinya dapat cukup besar (diameter lebih dari 2 cm)
(Margolis,2002). Karsinoma sel skuamosa dan penyakit paget ekstra mamae harus
disingkirkan, biasanya dengan biopsy. Sirkumsisi terbukti mencegah perkembangan penyakit
ini dan dapat menyembuhkan pada sebagian besar kasus (Sonnex et al, 1982;Ferrandiz dan
Ribera,1984).
Radiasi dapat dipertimbangkan setelah penggunaan krim 50fluorourasil tidak berhasil untuk
mengobati karsinoma in situ.Sebelum terjadi radiasi, sirkumsisi diperlukan untuk memaparkan
lesi, memungkinkan resoulis pada setiap permukaan infeksi, dan untuk mencegah maserasi dan
edema.
g. Kalkuli prepusium
Kalkuli prepusium terjadi kebanyakan pada negarayang belum berkembang.Insidensinya
berbanding terbalik dengan standar kehidupan, sehingga penyakit ini jarang di dunia barat.
Kalkuli prepusium terjadi terutama pada dewasa dan berhubungan dengan fimosis, hygiene
genital yang buruk, dan status social ekonomi yang rendah (Ellis et al,1986).
Jika tidak diobati, kalkuli prepusium dapat mengakibatkan angka kesakitan yang signifikan
dengan inflammasi kronis dan pembentukan fistula urinarius.Infeksi akut diatasi sementara
dengan pembuatan celah pada prepusium bagian dorsa untuk drainase.Pengobatan definitive
adalah dengan sirkumsisi.
4. KONTRAINDIKASI
a. Hipospadia
Adalah kelainan kongenital dimana meatus urethra eksterna tidak terletak di ujung glans penis
melainkan terletak di sepanjang sisi ventral penis atau pada skrotum atau pada perineum.
b. Epispadia
Adalah kelainan kongenital dimana meatus urethra eksterna terdapat pada bagian dorsal batang
penis.
c. Webbed penis
Webbed penis dimana kulit skrotum meluas sampai ke penis bagian ventral, biasanya hingga di
sulcus coronaries (Jack S. Elder, Curchill Livingstone 2002). Megalouretra terjadi karena
berkurangnya atau tiadanya jaringan spongy di corpus spongiosum penis, sehingga terjadi
dilatasi uretra pars penile. Kelainan ini ditandai dengan pembengkakak pada bagian ventral
penis, terutama saat kencing, dan pembengkokan penis ke dorsal (Jack S. Elder, Curchill
Livingstone 2002).
d. Chordae
Chordae dimana jringan iket congenital di sepanjang urethral plate pada bagian ventral penis
yang menyebabkan penis bengkok ke bawah saat ereksi karena tertarik oleh chordate.Chordae
dapat berdiri sendiri atau disertai dengan hipospadia.
anatomis, cabang-cabang saraf yang mempersarafi penis berada di sekitar jam 11 dan jam 1,
cabang-cabangnya juga terdapat di jam 5 dan jam 7, serta daerah frenulum. Dinamakan ring
block karena anestesi dilakukan melingkari seluruh lingkaran penis
Teknik :
i. Tarik ujung prepusium dan regangkan batang penis
ii. Identifikasi gambaran pembuluh darah superfisial (agar pembuluh darah tidak tertusuk
yang dapat mengakibatkan hematom)
iii. Suntikkan jarum di jam 12 miring terhadap batang penis. Setelah itu masukkan jarum
sambil sudut miring diperkecil (lebih datar) sampai hamper seluruh panjang jarum masuk
(tergantung besarnya penis). Lokasinya adalah sekitar 1/3 2/3 proksimal batang penis,
dan kedalamannya sampai sub kutis
iv. Aspirasi, jika tidak ada darah, masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut jarum
perlahan-lahan tetapi jarum tidak sampai tercabut dari kulit
v. Miringkan jarum ke arah jam 9. Kembali tusukkan jarum menelusuri jam 11, 10, 9 atau
sampai jam 8.
vi. Aspirasi. Jika tidak ada darah, masukkan obat anestesi sekitar 0,2 cc sambil perlahanlahan jarum dicabut. Dengan cara ini jam 8, 9, 10, 11 terpapar obat anestesi.
vii. Tanpa jarum keluar dari kulit, arahkan kembali jarum ke jam 1, 2, 3, 4. Tusukkan,
aspirasi, lalu keluarkan obat 0,2 cc sambil menarik jarum perlahan-lahan jarum dicabut.
viii. Tusukkan jarum di jam 6 sambil sudut miring diperkecil (lebih datar).
ix. Aspirasi
x. Jika tidak ada darah, masukkan obat sekitar 0,2 cc sambil mencabut jarum perlahanxi.
xii.
xiii.
xiv.
xv.
xvi.
xvii.
xviii.
lahan
xix. Lakukan masase
xx. Beberapa saat kemudian ujilah dengan cara menjepit kulit di jam 11, 9, 3, dan 6 dengan
pinset sirurgis.
xxi. Perhatikan respon pasien.
II. Penile nerve block
Bertujuan memblok semua impuls sensorik dari batang penis melalui pemblokkan nervus
pudendus yang terletak di bawah fasia Buchs dan ligamentum suspensorium.
Teknik :
i. Gunakan spuit 3 cc.
ii. Identifikasi pangkal penis,simfisis osis pubis.
iii. Suntikkan jarum tegak lurus sedikit di atas pangkal penis,di bawah simfisis osis pubis
sampai menembus fasia Bucks.
e) Membebaskan perlengketan
Perlengketan antara prepusium dan glans penis, tertuama di daerah corona glandis,
mengakibatkan penumpukan smegma.Smegma mengeras dan kadang sulit dibersihkan.
Sebelum kia melakukan pembersihan smegma maka perlengketan antara glans penis dan bagian
mukosa prepusium harus dilepaskan.
Ada beberapa macam teknik, antara lain :
I. Teknik klem
Caranya dengan menarik prepusium
seproksimal
mungkin
sehingga
tampak
perlengketannya. Kemudia klem dibuka sambil didorong dan ditekan kea rah perlengketan.
Cara ini dilakukan berulang-ulang kea rah proksimal dan ke lateral sampai terlihat sulkus
korona glandis.Dan terlihat pangkal mukosa prepusium di sekeliling sulkus corona glans
penis.
Keuntungan teknik ini adalah perlengketan dapat dilepaskan dengan cepat tetapi
kerugiannya dapat mengakibatkan lecet di daerah glans penis dan mukosa.Pelepasan
perlengketan dengan klem ini harus diyakini benar bahwa ujung klem yang digunakan
benar-benar tumpul.
II. Teknik kasa
Teknik ini menggunakan kasa steril. Caranya hampir sama, yaitu menarik prepusium dengan
tangan kiri seproksimal mungkin sampai teregang sehingga terlihat daerah perlengketan,
tangan kanan memegang kasa untuk membebaskan perlengketan. Kemudian daerah
perlengketan ditekan dengan kasa dan di dorong ke arah proksimal sehingga perlengketan
lepas sedikit demi sedikit.Hal ini dilakukan berulang-ulang ke sekeliling perlengketan pada
glans penis.Keuntungan teknik ini adalah sangat kecil resiko terjadinya trauma atau lecet
pada glans penis.Kerugian teknik ini relative lebih lama. Pada pelepasan perlengketan ini
perlu diperhatikan,apakah semua perlengketan sekeliling perbatasan mukrosa dan glans
penis sudah benar-benar lepas seluruhnya.
III. Teknik sonde
i. Tarik prepusium seproksimal mungkin dan fiksasi dengan tangan kiri sehingga tampak
batas perlengketan mukrosa dan glans.
ii. Dorongkan sonde tumpul ke batas mukosa dan glans.
iii. Dorong dan gerakkan sonde secara melingkar ke kiri dan ke kanan menyusuri
perlengketan.
iv. Identifikasi sulkus korona glandis.
v. Ulangi sampai seluruh sulkus korona glandis terlihat sempurna.
f) Metode sirkumsisi
I. Dorsumsisi
Dinamakan dorsumsisi karena insisi prepusium dimulai dengan insisi memanjang di dorsum
penis(jam 12).
Keuntungan:
Resiko terpotong/tersayat glans penis lebih kecil
Mudah melakukan insisi sesuai batas
Mudah mengatur panjang pendek pemotongan mukosa
Baik untuk fimosis/parafimosis
Baik untuk pemula
Kerugian :
Lama
Perdarahan lebih banyak
Sering tidak simetris, terutama jika tidak menggunakan tali kendali
Tahapan teknik ini adalah:
i. Pasang klem di jam 6,11 dan jam 1 tarik ke arah distal.
ii. Masukkan ujung tumpul gunting ke dalam dengan ujung mengarah ke atas(menjauhi
glans penis). Awas jangan sampai masuk ke urethra.
iii. Gunting memanjang di jam 12 sampai tanda batas insisi,mukosa harus tergunting.
iv. Pindahkan kedua klem(dari jam 11 dan jam 1) ke ujung distal sayatan(jam 12 dan jam
v.
12)
Dari ujung insisi di jam 6 guntinglah ke kanan dan ke kiri secara melingkar dengan arah
6.
7.
8.
g) Hemostasis
Jika perdarahan cukup besar atau untuk menghentikan perdarahan secara cepat diperlukan
berbagai cara.Hal ini dilakukan supaya tidak terlalu banyak kehilangan darah.
I. Penekanan/depper
Teknik ini digunakan untuk membantu system hemostatis dengan melakukan penekanan
pada daerah perdarahan beberapa saat. Dengan penekanan, diharapkan kapiler dapat tertutup
dan selanjutnya platelet plug yang terbentuk akan lebih mudah menutup kapiler yang
terpoton. Teknik ini hanya bias dilakukan pada perdarahan yang diakibatkan jejas pada
pembuluh darah kecil seperti kapiler, sedangkan untuk pembuluh darah yang lebih besar
digunakan penjepitan dengan klem atau bahkan ligase.
Segera setelah insisi selesai, lakukan penekanan/dep dengan melingkarkan kasa ke
sekeliling daerah insisi sambil ditekan, diputar dan dibiarkan beberapa saat kemudian
lepaskan dan lihat sumber-sumber perdarahan.Setelah terlihat baru di klem.
II. Pengkleman
Dilakukan pada pembuluh darah yang agak besar.Sebelum dijepit dengan klem, harus
dipastikan terlebih dahulu sumber perdarahan atau pembuluh darah yang terpotong.Setelah
diklem, didep kembali untuk melihat apakah masih terdapat perdarahan atay tidak. Jika
perdarahan masih ada, perlu dipikirkan apakah pengkleman sudah tepat pada sumber
perdarahan atau ada sumber perdarahan lain. Setelah diklem, dapat dilanjutkan dengan
ligase atau kauterisasi.
III. Ligasi hekting
Jika dilakukan hemostasis dengan ligase hekting, ada beberapa cara yang dapat dilakukan.
Dengan teknik ligase ini diharapkan pembuluh darah yang terpotong di kedua sisi yaitu sisi
sisa mukosa dekat frenulum dan sisi lainnya di bawah tepi kulit yang disayat diharapkan
akan terligasi.
i. Teknik matras
1) Pertama kali jarum ditusukkan dari arah luar kulit sebelah kanan dari frenulum
kemudian menyebrangi bagian dalam luka
2) Jarum masuk ke sisa mukosa dari bagian dalam dan keluar
3) Jahitan menyebrangi garis tengah untuk masuk kembali ke bawah luka dan masuk ke
kulit disebrangnya dari dalam keluar
4) Tarik kedua ujung benang sampai tepi sayatan kulit dan tepi sayatan mukosa bertemu.
Simpul secara reef knot
ii. Teknik figure of eight
Ikatan seperti matras, tetapi disilangkan menyerupai angka 8.
Tekniknya adalah
1) Tusukkan jarum pada kulit sedikit sebelah kiri rafe penis, lalu masuk menyilang dan
keluar di sisa mukosa disisi yang bersebrangan (sebelah kanan frenulum)
2) Tusukkan kembali jarum ke sisa mukosa sebelah kiri terus masuk menyilang keluar di
kulit bersebrangan (sebelah kanan rafe penis)
3) Simpulkan dengan reef knot
h) Penjahitan
Penjahitan ini dimulai dari bagian luar sisa mukosa mengarah ke pangkal penis untuk
menembus tepi kulit dari dalam.Perlu diingat bahwa arah penjahitan selalu menjauhi glans
penis untuk menghindari trauma pada glans.Sebelum dilakukan penjahitan, pastikan tidak ada
lagi perdarahan aktif.Lakukan pengecekan dengan balut tekan yang dilingkarkan, kemudian
apakah masih ada perdarahan.Banyaknya penjahitan tergantung pada keperluan dan dikaitkan
dengan kebutuhan kosmetik. Penjahitan ini ada beberapa macam, yaitu :
I. Penjahitan satu-satu (interrupted suture)
Adalah menghubungkan mukosa dan kulit di satu tempat saja, kemudian pindah ke tempat
lain tanpa berhubungan dengan jahitan sebelumnya. Keuntungannya adalah lebih mudah dan
tidak menimbulkan pencekikkan atau penekanan pada batang penis bila terjadi edema.
Keuntungan lain adalah jika terjadi penyulit seperti perdarahan, hanya jahitan di daerah
perdarahan saja yang dibuka untuk mencari sumber perdarahan. Penjahitan jenis inilah yang
umumnya dilakukan. Penjahitan biasanya dilakukan di jam 3, 6, 9, dan 12.
II. Penjahitan jelujur (contonous suture/ door loven)
Adalah jahitan langsung mengikat mukosa dan kulit secara kontinyu sampai seluruh
lingkaran insisi terjahit.Jadi, dengan penjahitan ini seluruh potongan mukosa dan kulit
disatukan sepanjang lingkaran insisi.Cara ini lebih sulit terutama pada anak yang tidak
kooperatif. Kerugiannya adalah jika terdapat penyulit perdarahan di daerah tertentu bila
jahitan dibuka, jahitan lainnya akan longgar dan lepas. Kerugian lain adalah dapat
menimbulkan penekanan pada daerah di bawah jahitan bila terjadi edema sehingga penis
seakan-akan tercekik. Keuntungan penjahitan ini seluruh lingkaran insisi terjahit sehingga
lebih rapi/
Teknik penjahitan jelujur
i. Mulailah hekting di jam 12
ii. Gunting hanya satu sisa benang di satu sisi saja
iii. Jarum disukkan kembali ke mukosa di jam 12.30
iv. Setelah keluar dari kulit, jarum ditusukkan kembali dari mukosa jam 1
v. Sesampainya di jam 6 simpulkan 3 kali
vi. Mulai kembali di jam 12 ke arah jam 11
i) Balut
j) Perawatan
I. Luka operasi sebaiknya tetap kering, minimal selama tiga hari untuk menghindari
kontaminasi
II. Pelepasan pembalut ini dapat dilakukan pada hari ketiga saat control (boleh hari ke-3 atau
ke-4) karena pada saat tersebut luka umumnya sudah kering
III. Anak jangan terlalu aktif
IV. Jangan terkena debu atau kotoran lainnya
V. Segera control jika terjadi komplikasi, misalkan penis menjadi bengkak, berdarah, nyeri
yang hebat, sukar atau tidak bias kencing, ada nanah di sekitar luka khitan, atau anak
mengalami panas badan
NO
1.
2.
3.
KETERANGAN
TAMBAHAN
Operator di sebelah
kanan
Lidokain non
adrenalin karena
adrenalin dapat
menyebabkan
vasokontriksi ada
bagian yang tidak
mendapat
vaskularisasi
gangren
Dari glan penis,
batang penis,
simpisis
pubis,scrotum.
Secara sirkuler,bila
glan penis sudah di
disinfeksi boleh
dipegang untuk
membersihkan
bagian scrotum
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Dilakukan pada
sebelah dorsal
batang penis. Pada
lateral batang penis
sblh kanan kemudian
sebelah kiri lalu
disusuri. Bila perlu
ditambahakan juga
disebelah ventral
Bila perlu tanyakan
juga apakah terasa
sakit dengan
menggunting atau
mencubit di udara
Pembersihan
smegma: preptium di
retraksi sampai
corona galandis, bila
ada perlekatan
dibersihkan terlebih
dahulu
Yang dijepit adalah
mukokutannya; batas
mukosa dan kutan
Gunting dengan
bagian yang tumpul
berada di bawah dan
yang tajam atau
lancip diatas
Jangan sampai
memotong
a.frenulum yang
terletak di bagian
ventral
Yang dijahit adalah
bagian mukosa dan
kulitnya
Bagian ventral (jam
6) dengan metode
figure of eight
(gambar angka 8),
sehingga a.frenulum
terjepit oleh benang
FRAKTUR
1. Definisi
Terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan dengan atau tanpa perubahan letak
daripada fragmen-fragmen tulang yang disebabkan oleh suatu trauma atau patologis yg
bersifat total atau parsial
2.
Etiologi
a.
Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar daripada daya
tahan tulang akibat trauma
b.
Fraktur terjadi karena penyakit tulang seperti tumor tulang, osteoporosis yang
disebut fraktur pathologis.
c.
Fraktur stress atau fatigue
fraktur yang fatigue biasanya sebagai akibat dari penggunaan tulang secara berlebihan yang
berulang-ulang.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
FAKTOR PREDISPOSISI
Adanya kelainan bawaan (kongenital).
Trauma (ruda paksa).
Penyakit Infeksi , missal TBC.
Gangguan Endokrin misal hyperparathyroid.
Gangguan metabolisme, missal kekurangan vitamin D.
Keganasan.
Gangguan Peredaran darah.
3. Klasifikasi
a. Klasifikasi etiologi
Fraktur traumatik, terjadi karena trauma tiba-tiba
Fraktur patologis, terjadi karena keleahan tulang sebelumnya akibat proses patologis didalam tulang
Fraktur stres, terjadi akibat trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu
b. Klasifikasi berdasar organ yg fraktur
Fraktur tulang wajah gangguan jalan napas
Fraktur tulang iga gangguan pernapasan (pnemo/hemothoraks, flail-chest)
Fraktur pelvis perdarahan hebat
Fraktur tulang belakang kelumpuhan otot, misalnya otot pernapasan
Fraktur tulang kepala epidural hematom
Fraktur Ulna fraktur Monteggia: adalah fraktur ulna sepertiga proksimal disertai
dislokasi ke anterior dari kapitulum radius. Terjadi karena trauma langsung.
Fraktur radius
c. Klasifikasi klinis
Fraktur tertutup (simple fracture) adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan
dunia luar.
Fraktur terbuka (compound fracture)
fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak,
terbagi atas :
a. Derajat I : Laserasi <2 cm, fraktur sederhana dengan dislokasi
fragmen minimal.
b. Derajat II : Laserasi >2cm dengan kontusi otot disekitamya, dislokasi
fragmen jelas.
c. Derajat III: Luka lebar, rusak hebat atau hilangnya jaringan di sekitamya, dengan fraktur
komunitif, segmental dan fragmen tulang ada yang hilang.
d. Fraktur dengan komplikasi
Fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, non union, infeksi
tulang.
e. Berdasarkan umur penderita
1. Patah tulang pada anak
Fraktur epifisis : pada anak-anak yang epifisisnya belum menutup mempengaruhi
pertumbuhan selanjutnya
Yaitu keadaan patah tulang di mana terjadi bagian-bagian daripada tulang mengalami pemisahan,
sehingga tampak menjadi dua fragmen atau lebih. Pada jenis ini dengan melihat gambaran
daripada patah (klasifikasi menurut garis fraktur) tulang maka dapat dibedakan menjadi :
fraktur segmental
fraktur transversal
FRACTURE OBLIQUE :
Garis fraktur tampak miring.
FRACTURE TRANSVERSAL :
Garis fraktur melintang atau tegak lurus dengan sumbu tulang.
FRACTURE COMMINUTED :
Tampak tulang-tulang yang pecah menjadi bagian-bagian yang kecil.
FRACTURE IMPECTED :
Salah satu fragmen tulang masuk ke dalam bagian fragmen tulang yang lain
Klasifikasi Radiologi
Menurut lokalisasi
a. Diafisial
b. Metafisial
c. Intra-artikuler
d. Fraktur dengan dislokasi
4. Patofisiologi
Ketika tulang patah, sel tulang mati. Pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan
ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak biasanya mengalami
kerusakan akibat cedera. Reaksi inflamasi yang intens terjadi setelah patah tulang. Sel darah
putih dan sel mast berakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke area
tersebut.fagositosis dan pemebersiahan debris sel mati dimulai. Bekuan fibrin (hematoma
fraktur) terebentuk di tempat patah dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru.
5. Manifestasi Klinis
o Nyeri
biasanya menyertai patah tulang traumatic dan cedera jaringan lunak. Spasme otot dapat terjadi
setelah patah tulang dan menimbulkan nyeri. Pada fraktur stress, nyeri biasanya menyertai aktivitas
dan berkurang dengan istirahat. Fraktur patologis mungkin disertai nyeri.
Posisi tulang atau ektremitas yang tidak alami mungkin tampak jelas
o Pembengkakan di sekitar tempat fraktur akan menyertaai proses inflamasi
o Gangguan sensasi atau kesemutan dapat terjadi yang menandakan kerusakan sayrag. Denyut nadi di
bagian distal fraktur harus utuh dan sama dengan bagian nonfraktur. Hilangnya denyut nadi di
sebelah distal dapat menandakan sindrom kompartemen.
o Krepitus (suara gemeretak) dapat terdengar saat tulang digerakkan karena ujung patahan tulang
bergeser satu sama lain.
CIRI FRAKTUR:
Nyeri setempat (lokal) dan makin bertambah bila digerakkan dan nyeri tekan
6. Diagnosis
A. ANAMNESIS
Mekanisme trauma / mechanism of injury = MOI
Anamnesis untuk mencari trauma lain selain tulang yg mengancam nyawa
Nyeri pada tulang setelah trauma
Sakit digerakkan
B. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : bengkak, bengkok, luka, ekimosis, fragmen tulang terlihat, pemendekan
Palpasi: nyeri tekan setempat, krepitasi
Gerakkan : gerakan aktif dan pasif terganggu / terbatas. Ekstremitas yang bisa digerakkan
BUKAN berarti tidak ada fraktur
CONTOH:
Diagnosis klinis: fraktur cruris dextra 1/3 tengah tertutup
Diagnosis klinis : fraktur femur sinistra 1/3 proksimal terbuka derajat 2
Diagnosis klinis : fraktur antebrachii sisnistra 1/3 distal tertutup
1.
2.
3.
4.
Pendekatan Diagnosis
1.
Look
Adanya luka (cedera).
Tampak tulang yang menonjol.
Tampak adanya deformitas (perubahan bentuk).
Warna ekstremitas (anggota gerak) pucat, biru.
2.
Feel
Raba dengan diberi sedikit penekanan pada tulang-tulang yang kemungkinan patah.
Raba permukaan kulit, rasakan dingin atau hangat.
Pulsasi nadi juga harus diperiksa (bandingkan kiri dan kanan, proksimal (dekat) dan
distal (jauh) bagian yang cedera.
Lakukan pemeriksaan pengisian kapiler dengan menekan kuku bagian distal dari
daerah yang cedera, waktu normal pengisian kapiler = < 2 detik.
Bila curiga adanya cedera syaraf, lakukan pemeriksaan syaraf dengan rabaan halus
atau dengan benda yang tajam pada daerah-daerah yang mencurigakan.
3.
Move
o Bila fraktur tampak tidak jelas, lakukan pemeriksaan stabilitas sendi dengan melakukan gerakan
yang secara normal dapat dilakukan. Bila fraktur sudah jelas jangan lakukan hal ini.
Bila diperlukan dapat dilakukan uji kekuatan otot dan refleks tendon.
7. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada fraktur adalah :
1. menghilangkan rasa sakit,
2. menghasilkan dan mempertahankan posisi yang baik dari fragmen fraktur,
3. merangsang terjadinya proses union dari tulang,
4. mengembalikan fungsi yang optimum pasien.
A - Gangguan jalan napas ? (kesadaran turun : fraktur tulang belakang, fraktur mandibulla)
B - Gangguan pernapasan? (fraktur iga, fraktur tl belakang)
C - syok perdarahan (fraktur femur)
Fraktur Terbuka
-Periksa ABC
-Menangani jaringan lunak amat penting!
-Luka dibersihkan (debridement) untuk mencegah infeksi osteomielitis
-Perdarahan dihentikan dengan perban tekan
-Periksa distal, bila ada gangguan : re-alignment dan pasang bidai
-Berikan infuse (Ringer Laktat, Normal Saline)
-Lindungi luka dari kontaminasi
-Analgetik
-Antibiotika yang sesuai
-Rujuk ke RS setelah penderita stabil dan bidai terpasang
Fraktur tertutup
-Periksa distal, bila ada gangguan : lakukan re-alignment
CALLUS
*Kuliah dr.Bambang Sugeng, Sp.B
PEMBIDAIAN
A. TUJUAN:
Mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut
Mengurangi edema dan perdarahan
Mencegah fraktur tertutup jadi terbuka
Mengurangi rasa nyeri
Mengurangi kemungkinan emboli lemak (pada fraktur tlg
panjang)
B. PRINSIP
1. 3 titik : tempat fraktur dan sendi proksimal serta distal
2. Cukup stabil dan rigid. Paling baik dg vacuum splint
3. Pada amputasi, ujung tulang ikut terbidai
4. Jangan terlalu ketat
5. Sebelum dan sesudah membidai, periksa nero-vaskuler bagian
distal
6. Lakukan dengan hati-hati (gentle)
7. Pada penderita tidak sadar dan dicurigai fraktur tulang belakang,
gunakan long spine board
8. Fraktur femur lebih baik juga dengan long spine board
2
3
Nilai
1
Proses biologis alami, tidak peduli apa yg dilakukan dokter / dukun patah tulang
KOMPLIKASI FRAKTUR
1. Komplikasi segera : terjadi bersamaan / segera dengan fraktur
2. Komplikasi dini
1.
2.
3.
4.
5.
6.
COMPARTMENT SYNDROME
Six Ps on MS assessment
Pain : on palpation, on movement, constant = nyeri konstan
Pallor : pale skin or poor cap. refill = pucat
Paresthesia = kesemutan, baal
Pulses : diminish or absent = nadi kecil
Paralysis = kelumpuhan
Pressure = penekanan
Lokal :
* osteomielitis kronis
* gangguan penyembuhan
* gangguan pertumbuhan
DISLOKASI
Dislokasi : bergesernya ujung tulang persendian
Fragmen tulang yg patah bergeser dislokasi (bukan dislokasi sendi!)
Penyebab :
1. Kongenital (panggul = congenital dislocation of the hip / CDH)
2. Trauma : mandibulla, humerus
3. Habitual : kelemahan jaringan lunak penyangga sendi
JENIS:
1. Dislokasi ad latitudinem dislokasi melintang
2. Dislokasi ad longitudinem dislokasi memanjang
3. Dislokasi ad axim membentuk sudut
4. Dislokasi ad peripheriam rotasi
DIAGNOSIS
1. Anamnesis : trauma
2. Pemeriksaan fisik : bengkak, kontusio jaringan, pemendekan,
pergerakan terbatas
3. Pemeriksaan radiologis : bergesernya ujung tulang
Varikokel
1. Definisi
Varikokel merupakan suatu keadaan yang terjadi karena adanya aliran darah
secara retrograd akibat inkopeten atau tidak adanya katup vena spermatica interna
yang menimbulkan dilatasi pembuluh vena pleksus pampiniformis.
Anantomi :
Pleksus pampiniformis berjalan mulai dari permukaan ductus defferent sampai ke
annulus inguinalis internus. pleksus ini dibentuk oleh anyaman vena yang
mengelilingi ductus defferent, diantaranya vena scrotalis posterior, vena testicularis,
vena defferentialis, vena cremasterika, vena pudenda interna. dari kelompok vena
tersebut akan bersatu dan bermuara ke vena spermatika interna. vena spermatika
interna sinistra akan bermuara ke vena renalis sinistra (vena cava inferior sinistra),
sedangkan vena spermatika interna dextra akan bermuara ke vena cava inferior.
2. Etiologi
Varikokel menurut penyebabnya dibagi :
1. Idiopatik
Merupakan jenis yang paling banyak dijumpai karena:
kelainan katup, terutama pada v. spermatica interna sinistra
posisi vena lebih tegak
hubungan kolateral yang kurang
tekanan a. mesentterica pada a. renalis
2. Simptomatik
Pada umumnya disebabkan karena:
tumor ginjal
hidronefrosis
bendungan hepar
konstipasi kronik
kenaikan tekanan intra abdomen
3. Patofisiologi
Akibat inkopeten katup atau tidak adanya katup v. spermatika interna menyebabkan
aliran balik terpengaruh oleh gaya gravitasi pada posisi berdiri. pada saat berdiri
menyebabkan
tekanan
vena spermatica
interna
meningkat
sehingga
dapat
dapat
mengganggu
proes
spermatogenesis.
2. Hormonal. Diduga meningkatnya kadar hormone korteks adrenal dalam darah
vena spermatica interna menyebabkan kerusakan tubuli seminiferi testis.
3. Dengan dilatasi dan berkelok-kelokya vena spermatica interna menyebabkan
peredaran darah yang statis sehingga dapat menyebabkan hipoksia dan destruksi
jaringan.
Varikokel lebih sering ditemukan pada sebelah kiri karena beberapa alasan
berikut ini: (a) vena testikular kiri lebih panjang; (b) vena testikular sinistra memasuki
vena renal sinistra pada suatu right angle; (c) arteri testikular sinistra pada beberapa
pria melengkung diatas vena renal sinistra, dan menekan vena renal sinistra; dan (d)
distensi colon descendens karena feses dapat mengkompresi vena testikular sinistra.
Berdasarkan besarnya varikokel dibedakan menjadi:
Grade I
teraba
Grade II
tidurvarikokel hilang
Grade III :Penderita berdiri teraba (+), jika tidur hilang
Grade IV : Selalu teraba pada semua posisi.
4. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : Pada penderita varikokel grade III dan IV dapat dilihat dengan
mudah
adanya
pelebaran,
pemanjangan
dan
berkelok-kelok
pleksus
Terdapat perbedaan suhu scrotum antara penderita dengan orang normal, rata-rata
0,6 derajat lebih tinggi pada penderita varikokel.
c.
d.
e.
f.
Venografi retrograde
Ultrasonografi Scrotal
Ultrasonic Stetoskop
Analisa Sperma
OLIGO ASTHENO ZOO SPERMIA (65- 76%), Sebab :
1. Retrograd toxic metabolisme adrenal (Cathecolamine)
2. Hipoksia relatif
3. Suhu scrotum naik ( > 0,7 C)
g. Biopsi Testis
5. Terapi
1.
2.
3.
4.
Varicocelectomy
Hormonal
Suntikan scleroting agent
Ligasi v. spermatika internal dg metoda :
-. PALOMO
-. Ivanosevich
Tindakan
Penilaian
.
1.
0
Salam,
Memperkenalkan
diri,
Menanyakan
identitas Pasien
2.
Memakai Handscoen
4.
5.
Inspeksi :
Pada penderita varikokel grade III dan IV dapat
dilihat
dengan
pemanjangan
mudah
dan
adanya
pelebaran,
berkelok-kelok
pleksus
8.
10.
11.
Hidrokel
1. Definisi
Hidrokel merupakan suatu penimbunan atau tertumpuknya cairan serous diantara
kedua lapisan tunica vaginalis yang jumlahnya melebihi normal (normal 1-2 tetes).
Terjadinya dapat secara spontan atau lambat.
Anatomi
SCROTUM
Merupakan suatu kantong kulit yang terdapat di dorsal penis dan caudal
simphisis pubis. Terdiri atas dua kantong yang masing-masing diisi oleh testis,
epididimis, bagian caudal funiculus spermaticus dan pembungkus bangunanbangunan tersebut diatas. Kantong yang berisi bangunan tadi disebut cavum scroti.
TESTIS
Setelah pubertas, selain sebagai organ reproduksi (menghasilkan spermatozoa)
juga sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon androgen yang berguna
untuk mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder.
Dalam bahasa Yunani, testis = orchis. Oleh karena itu bila testis meradang,
disebut: orchitis. Testis bersama tunica vaginalis propianya terletak dalam cavum
scroti.
Yang kiri lebih rendah daripada yang kanan. Pada orang-orang dimana
terdapat situs inversus totalis, testis kanan lebih rendah daripada yang kiri; atau pada
orang-orang bila bekerja dengan tangan kiri, juga testis kanan lebih rendah daripada
yang kiri.
Morfologi :
Septula membagi testis dalam 250-400 buah lobuli testis yang berbentuk baji, dan di
dalam satu lobulus testis terdapat 1-3 tubuli seminiferi contorti.
Basis baji
Daerah dekat margo posterior yang tidak dicapai oleh septula testis; dibentuk oleh
massa jaringan ikat fibrosa yang memadat, disebut : Mediastinum testis.
Parenkim testis terletak dalam lobuli testis dan terdiri atas tubuli seminiferi contorti,
ini merupakan benang-benang halus yang berkelok-kelok.
Beberapa tubuli seminiferi recti memasuki mediastinum dan berhubungan satu sama
lain, sehingga berbentuk anyaman disebut : rete testis. Dari rete testis dibentuk
saluran-saluran yang memasuki caput epididimis disebut ductuli efferentes testis.
Terdapat 10-15 buah. Dimulai dari rete testis dan bermuara kedalam ductus
epididimis.
EPIDIDIMIS
Berbentuk huruf C menempati margo posterior dan sedikit facies lateralis
testis.Epididimis ini berfungsi menyimpan spermatozoa sebelum dikeluarkan ke
ductus deferens.Epididimis terbagi atas tiga bagian, yaitu : caput, corpus, dan
cauda.Ductuli efferentes testis yang mula-mula lurus kemudian berkelok-kelok waktu
memasuki caput epididimis. Ductuli ini juga membentuk bangunan seperti baji
dimana apexnya menghadap testis sedang basisnya menghadap caput epididimis.
Bangunan baji tadi disebut lobuli epididimis.Beberapa tubuli efferentes testis
membentuk satu saluran disebut ductus epididimis. Ductus ini sangat berkelok-kelok
dan membentuk sebagian besar epididimis.Caput epididimis adalah bagian terbesar
dari epididimis dan menggantung atau melekat pada extremitas superior testis.Corpus
epididimis melekat pada margo posterior testis dan dipisahkan dari facies lateralis
testis oleh celah yang dibentuk oleh invaginasi lamina visceralis tunica vaginalis
propia disebut sinus epididimis.Cauda epididimis, terkecil dibandingkan corpus dan
caput. Ductus epididimis yang ada didalamnya diameternya bertambah besar selain
juga bertambah tebal. Bagian ini setelah keluar dari cauda epididimis disebut ductus
deferens.Pada extremitas superior testis terdapat sisa ujung cranial ductus muller
disebut appendix testis. Pada wanita homolog dengan fimbriae tubae.
keganasan
Di Inguinal obstruksi saluran limfe hidrokel
Di Testis sekresi cairan serohaemorhagis
parasit
Filariasis
Jenis : Wucheria Bancrofti
Brugia Malayi
Sebabkan reaksi alergi di LNn Inguinal aliran limfe terhambat
Pengam
at
Scrotu
m
Corong
Kertas
Hitam
LAMP
U
SENTE
b. Deteksi Filariasis
Darah malam (jam 12 malam + 2 jam)
Cari mikrofilaria
Preparat darah tebal
5. Pengobatan
Filaria (+) :
- pasien dipulangkan
- obati dgn dietilkarbamasin
- 2 minggu cek ulang
- bila sudah (-) rawat lagi operasi
Operasi
- hidrokelektomi
- prinsip operasi : buat sekresi dan resorbsi cairan seimbang
FUNIKULOKEL
funikulokel adalah hidrokel funikuli seperti kista di dlm funikulus.
Etiologi
- Adalah hidrokel kongenital yang obliterasi di bagian proksimal dan distal
Pemeriksaan
Tindakan
Penilaian
.
1.
0
Salam,
Memperkenalkan
diri,
Menanyakan
identitas Pasien
2.
3.
Memakai Handscoen
4.
5.
Inspeksi :
6.
7.
8.
Palpasi :
9.
10.
11.
12.
Auskultasi :
Tidak terdengar bising usus
Diafanoskopi: hasil positif
13.
Penyampaia hasil
14.
15.