Вы находитесь на странице: 1из 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

1. DEFINISI
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemi kronis disertai berbagai kelainan
metabolik yang mengakibatkan gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronis pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh darah (Mansjoer Arief,
2000). Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth,
2002). Diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (Suyono, 2003)

Absolut terjadi apabila sel beta pankreas tidak dapat menghasilkan insulin
dalam

jumlah

yang

sesuai

dengan

kebutuhan

sehingga

penderita

membutuhkan suntikan insulin.

Relatif apabila sel beta pankreas masih mampu memproduksi insulin yang
dibutuhkan tetapi hormon yang dihasilkan tersebut tidak dapat bekerja secara
optimal.

Klasifikasi diabetes melitus:


a. Diabetes Melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin, pada
awalnya diagnosa biasa dilakukan pada anak-anak, remaja atau dewasa muda.
Pada diabetes ini, sel beta pankreas tidak dapat membuat insulin. Diabetes tipe 1
biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk, berusia kurang dari 30 tahun.

b. Diabetes Melitus tipe 2


Diabetes melitus ini tipe yang tidak bergantung pada insulin. Diabetes melitus ini
disebabkan insulin yang tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat
normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme
glukosa tidak ada atau kurang.

c. Diabetes Gestasional
Diabetes ini terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.
Sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke status non-diabetes
setelah kehamilan berakhir. Namun, risiko mengalami diabetes tipe 2 pada waktu
mendatang lebih besar daripada normal. Wanita yang mengidap diabetes

gestasional mungkin sudah memiliki gangguan subklinis pengontrolan glukosa


bahkan sebelum diabetesnya muncul.

d. Diabetes Melitus tipe lain


-

Diabetes genetik fungsi sel beta


Beberapa bentuk diabetes dihubungkan dengan defek monogen pada fungsi
sel beta

Defek genetik kerja insulin


Terdapat mutasi pada reseptor insulin yang mengakibatkan hiperinsulinemia,
hiperglikemia, dan diabetes.

Penyakit eksokrin pankreas


Meliputi pankreatitis, trauma, pankreatektomi dan carcinoma pankreas.

Endokrinopati
Beberapa hormon seperti GH, kortisol, glukagon, dan epinefrin bekerja
mengantagonis aktivitas insulin. Kelebihan hormon-hormon ini, seperti pada
sindroma cushing, Glukagonoma, feokromositoma dapat menyebabkan
diabetes.

Karena obat/zat kimia


Beberapa obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin. Vocor (racun
tikus) dan pentamidin dapat merusak sel beta. Asam nikotinat dan
glukortikoid mengganggu kerja insulin.

Infeksi
Virus tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti rubella,
coxsackie virus B, CMW, adenovirus dan mumps.

Imunologi
Ada 2 kelainan imunologi yang diketahui yaitu sindrom stiffmon dan antibodi
antiinsulin reseptor.

Sindroma genetik lain


Downs syndrome, Kimefeller syndrome, Turner syndrome dll.

2. ETIOLOGI
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin (disertai penurunan reaksi
intrasel, dengan demikian menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan sehingga mengganggu ikatan dengan reseptor khusus di
permukaan).

Etiologi DM tipe 2 merupakan multifaktor yang belum punya/sepenuhnya


terungkap dengan jelas. DM tipe 2 tidak memiliki hubungan dengan aktivitas
HLA, virus atau autoimunitas dan biasanya pasien mempunyai sel beta yang
masih berfungsi (walau terkadang memerlukan insulin eksogen tetapi tidak
bergantung seumur hidup)

DM tipe 2 ini bervariasi mulai dari yang predominan gangguan sekresi insulin
bersama resistensi insulin. Pada DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot,
lemak dan hati serta terdapat respons yang inadekuat pada sel beta pankreas.

Terjadi peningkatan kada asam lemak bebas di plasma, penurunan transport


glukosa di oto, peningkatan produksi glukosa hati dan peningkatan produksi
glukosa hati dan peningkatan lipolisis.

Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang diabetonik
(asupan kalori yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas) ditambah
kecenderungan secara genetik.

3. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang dapat mempengaruhi DM tipe 2 dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
-

Umur
Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40 tahun. Diabetes
melitus sering muncul setelah manusia memasuki umur rawan tersebut.
Semakin bertambahnya umur, maka resiko menderita DM akan meningkat
terutama 45 tahun.

Jenis kelamin
Distribusi penderita DM menurut jenis kelamin sangat bervariasi. Di Amerika
Serikat penderita DM lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
Namun mekanisme yang menghubungkan jenis kelamin dengan kejadian DM
belum jelas.

Bangsa dan etnik


Berdasarkan penelitian terakhir di 10 negara menunjukkan bahwa Asia lebih
beresiko terserang DM dibandingkan bangsa barat. Disebabkan penduduk
Asia kurang berolahraga dibandingkan bangsa-bangsa di benua barat.

Faktor keturunan
Adanya riwayat DM dalam keluarga terutama orang tua dan saudara kandung
memiliki resiko yang lebih besar terkena penyakit ini dibandingkan anggota
keluarga yang tidak menderita diabetes. Ahli menyebutkan bahwa diabetes
melitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin.

Umumnya pada laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan


perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada
anak-anaknya.
-

Riwayat penderita diabetes gestasional


Diabetes gestasional dapat terjadi sekitar 2-5% pada ibu hamil. Biasanya
diabetes akan hilang setelah anak lahir. Namun, dapat pula terjadi diabetes di
kemudian hari. Ibu hamil yang menderita diabetes akan melahirkan bayi
besar dengan BB lebih dari 4000 gram. Apabila hal ini terjadi, maka
kemungkinan besar si ibu akan mengidap DM tipe 2 kelak.

Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir lebih dari 4000 gram.

b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi


-

Obesitas
Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten
terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan
terkumpul di daerah sentral atau perut (central obesity). Lemak dapat
memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel
dan menumpuk dalam pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan kadar
glukosa darah. Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya DM tipe 2 sekitar
80-90% penderita obesitas.

Aktifitas fisik yang kurang


Prevalensi DM mencapai 2-4 kali lipat terjadi pada individu yang kurang aktif
dibandingkan dengan individu yang aktif. Semakin kurang aktifitas fisik, maka
semakin mudah seseorang terkena diabetes. Olahraga atau aktifitas fisik
dapat membantu mengontrol berat badan. Glukosa dalam darah akan dibakar
menjadi energi, sehingga sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin.

Hipertensi
Hipertensi juga dapat menimbulkan resisten insulin dan menjadi salah satu
faktor resiko DM. Resistensi insulin merupakan penyebab utama peningkatan
kadar glukosa darah.

Stress
Kondisi stress kronik cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin pada
otak. Serotonin mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan
stress. Tetapi efek konsumsi makanan yang manis dan berlemak tinggi terlalu
banyak berbahaya bagi orang DM.

Pola makan

Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi atau kelebihan BB.
Kurang

gizi

(malnutrisi)

dapat

mengganggu

fungsi

pankreas

dan

mengakibatkan gangguan sekresi insulin. Sedangkan kelebihan BB dapat


mengakibatkan gangguan kerja insulin.
-

Penyakit pada pankreas: pankreatitis, neoplasma, fibrostik kistik

Alkohol
Dapat menyebabkan terjadinya inflamasi kronis pada pankreas (pankreatitis).
Penyakit tersebut dapat menimbulkan gangguan produksi insulin dan
akhirnya dapat menjadi DM.

Dislipidemia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin
dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien diabetes.

4. PATOFISIOLOGI

Penuaan, infeksi, gaya hidup: Diit, kehamilan, obesitas


Sel pankreas rusak/terganggu

Defisiensi insulin
Katabolisme protein
BUN

Glukagon

As. Amino

Hiperglikemia

Hiperosmolalitas

As. Laktat

Glukosuri

Koma

Glukoneogenesis

Hilang protein

Prod. Energi

tubuh

metabolisme

As. Lemak teroksidasi

Kalori keluar

Ketonemia

Poliuri

Rasa lapar

Ketonuri

Dehidrasi

Polifagi

Kelelahan

peredaran
darah lambat

As. Lemak bebas

Diuretik osmotik

Sel kelaparan

Respon

Lipolisis

Ketoasidosis

< Volume cairan

Defisiensi

Asidosis

dan elektrolit

pengetahuan

metabolik

Penyembuhan luka
melambat

Resiko infeksi

Ganggren

Resiko Syok

Kerusakan

Ketidakseimbangan nutrisi:
lebih dari keb. Tubuh

integritas kulit

5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klini diabetes melitus:
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran dalam sel
menyebabkan cairan intrasel berdifusi ke dalam

sirkulasi atau cairan

intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti


dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotik (poliuria).
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus)
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel ke dalam vaskuler menyebabkan
penurunan volume inttrasel sehingga efeknya dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi
sel, mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang
haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia (peningkatan rasa lapar)
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari penurunannya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar.
Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan
(poliphagia).
d. Penurunan berat badan
Akibat glukosa tidak dapat ditransport ke dalam sel maka sel kekurangan cairan
dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari sel itu maka sel akan
menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofi dan
penurunan secara otomatis.
e. Rasa lelah dan kelemahan otot
Akibat aliran darah pada pasien DM lambat, katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai
energi.
f.

Kesemutan/rasa baal akibat neuropathy


Pada penderita DM regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya
banyak sel persarafan terutama perifer mengalami kerusakan.

g. Peningkatan angka infeksi


Akibat penurunan protein sebagai bahan dasar pembentuk antibodi, peningkatan
konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan imun dan penurunan aliran
darah pada penderita DM kronis.
h. Mata kabur
Disebabkan oleh katarak/gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
karena hiperglikemia, mungkin juga disebabkan kelainan pada corpus vitreum.
i.

Luka sukar sembuh


Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama protein dan unsur
makanan lain. Pada penderita DM bahan protein banyak diformulasikan untuk
kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian

jaringan yang rusak tergganggu. Selain itu luka yang sulit sembuh dapat
diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada orang DM.
j.

Kelainan kulit: gatal/bisul


Biasanya terjadi di daerah kemaluan/ daerah lipatan kulit seperti ketiak dan
dibawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama
sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet
karena sepatu atau tertusuk peniti atau akibat timbulnya jamur.

k. Impotensi
Mengalami penurunan produki hormon seksual akibat kerusakan testoteron dan
sistem yang berperan.
l.

Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan
dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS)
b. Pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP)
Bukan DM

Belum pasti DM

Pasti DM

Kadar glukosa darah sewaktu:


-

Plasma vena

< 110

110 199

> 200

Darah kapiler

< 90

90 199

> 200

Kadar glukosa darah puasa:


-

Plasma vena

< 110

110 125

> 126

Darah kapiler

< 90

90 109

> 110

c. Pemeriksaan glukosa darah 2 jam setelah makan (GDPP)


d. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Cara pemeriksaan TTGO menurut WHO adalah:
1. 3 hari sebelum pemeriksaan, pasien makan seperti biasa
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak
3. Pasien puasa semalam selama 10 12 jam
4. Periksa glukosa darah puasa
5. Berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam
waktu 5 menit
6. Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa

7. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
e. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/l
f.

Gas darah arteri: biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

g. Pemeriksaan

fungsi

tiroid:

peningkatan

aktivitas

hormon

tiroid

dapat

meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.


h. Insulin darah: mungkin menurun/bahkan tidak ada (pada tipe 1) atau normal
sampai tinggi (pada tipe 2)
i.

Urine: gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.

j.

Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pasa luka.

k. Tes HbA1c: dianggap DM jika kadar HbA1c 6,5 % pada 2 pemeriksaan yang
terpisah.
7. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan
rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga
meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia
secara fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada
tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu
menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang,
dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik
untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara
langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa
darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan
sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan. Penderita diabetes harus
diajarkan untuk selalu melakukan latihan pada saat yang sama (sebaiknya ketika

kadar glukosa darah mencapai puncaknya) dan intesitas yang sama setiap
harinya. Olahraga yang dianjurkan adalah aerobik low impact dan rhitmis,
misalnya berenang, jogging, naik sepeda, sedangkan latihan resisten statis tidak
dianjurkan (misalnya olahraga beban angkat besi dll). Olahraga yang disarankan
adalah olahraga yang bersifat CRIPE.
-

Continous: latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus


tanpa henti. Contoh: bila dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit
pasien melakukan jogging tanpa istirahat.

Rhytmical: latihan olahraga yang dipilih yang berirama, yaitu otot-otot


berkontraksi dan relaksasi secara teratur. Contoh: jalan kaki, jogging,
berenang, bersepeda.

Interval: latihan dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat.


Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat.

Progressive: latihan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan


dari intensitas ringan sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit.

Endurance:

latihan

daya

tahan

untuk

meningkatkan

kemampuan

kardiorespirasi, seperti jalan (jalan santai atau cepat, sesuai umur), jogging,
berenang, dan bersepeda.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara
rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk
mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan
untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
Pada diabetes tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang
untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral
tidak berhasil mengontrolnya.
Terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Untuk sediaan obat hipoglikemik oral terbagi menjadi 3 golongan:
-

Obat-obatan yang meningkatkan sekresi insulin atau merangsang sekresi


insulin di kelenjar pankreas meliputi golongan Sulfonilurea dan Glinida.
Contoh senyawa dari golongan ini adalah Gliburida/Glibenklamid, Glipizida,
Glikazida, Glimepirida, Glikaidon, Repaglinide, Nateglinide.

Sensitiser Insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel


terhadap insulin), meliputi obat golongan Biguanida dan Tiazolodindion, yang
dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara efektif. Contohcontoh senyawa dari golongan ini adalah Metformin, Rosiglitazone,
Troglitazone, Proglitazone.

Inhibitor Katabolisme Karbohidrat, antara lain inhibitor -glukosidase yang


bekerja menghambat absorbsi glukosa dan umum digunakan untuk
mengendalikan hiperglikemia post pandrial. Contoh dari senyawa golongan
ini adalah Acarbase dan Miglitol.

e. Pendidikan
Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi aktif
pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus
mendampingi pasien dalam perubahan perilaku tersebut, yang berlangsung
seumur hidup. Keberhasilan dalan mencapai perubahan perilaku membutuhkan
edukasi, pengembangan keterampilan dan motivasi yang berkenaan dengan:

f.

Diet yang harus dikomsumsi

Latihan

Penggunaan insulin

Diet diabetes: diet diabetic untuk menormalkan kadar glukosa dan lipid darah
agar memperoleh berat badan optimal dan tercapai keseimbangan asupan kalori
dengan pemakaian kalori, menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Rekomendasi diet:
a) Karbohidrat harus dalam bentuk kompleks, kaya serat dan penyusun 55-60%
total asupan energy.
b) Lemak total harus dikurangi menjadi 30%-35% dari asupan energy total ;
lemak binatang harus diganti dengan lemak tak jenuh.
c) Protein harus dikurangi menjadi 10% dari asupan kalori total.
d) Asupan kolesterol dibatasi hanya 300mg per hari.
e) Konsumsi alcohol dibatasi sampai setara dengan 4 ons anggur per hari.
Sedangkan syarat-syarat untuk menjalankan diet diabetes adalah:
a) Syarat diet Diabetes Mellitus hendaknya dapat :
-

memperbaiki kesehatan umum penderita

mengarahkan pada berat badan normal

menormalkan pertumbuhan Diabetes Mellitus anak dan


dewasa muda

mempertahankan kadar gula darah normal

menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita

menarik dan mudah diberikan

b) Prinsip diet Diabetes Mellitus, 3J yaitu :


-

Jumlah sesuai kebutuhan

Jadwal diet ketat (harus sesuai dengan intervalnya)

Jenis : boleh dimakan atau tidak

c) Diet Diabetes Mellitus sesuai paket-paket yang telah disesuaikan


dengan kandungan kalorinya
-

Diet DM I

1100 kalori

Diet DM II

1300 kalori

Diet DM III

1500 kalori

Diet DM IV

1700 kalori

Diet DM V

1900 kalori

Diet DM VI

2100 kalori

Diet DM VII

2300 kalori

Diet DMVIII

2500 kalori

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status


gizi, umur, stres akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan dapat
mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki sel-sel terhadap
stimulasi glukosa. Penurunan 5% berat badan dapat menurunkan
kadar

HbA1c sebanyak

0,6%

dan setiap (kg)

berat

badan

dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup.


d) Sebelum menentukan komponen diet maka harus ditentukan BB ideal
terlebih dahulu yaitu: BB Ideal = ( TB dalam cm - 100 ) x 10%

Pasien Kurus : 2.300 - 2.500 kkal, Pasien Normal : 1.700 - 2.100


kkal, Pasien gemuk : 1.300 - 1.500 kkal.

g. Insulin eksogen menggantikan defek sel beta dengan menurunkan kadar


glukosa, menekan produksi glukosa hepar, dan meningkatkan ambilan glukosa
ke dalam sel.
a. Indikasi:
Semua penderita DM tipe 1 perlu insulin eksogen karena produksi insulin
endogen oleh sel-sel beta kelenjar pancreas tidak ada atau hampir tidak
ada.
Penderita DM tipe 2 diberikan insulin, jika terapi lain tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah.
Keadaan sters berat, seperti infeksi berat, tindakan pembedahan IMA atau
Stroke.
DM gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan terapi insulin
jika diet tidak dapat mengendalikan glukosa darah.
Ketoasidosis diabetic.
b. Efek sampingnya, dapat terjadi peningkatan berat badan, hipoglikemia dan
hiperinsulinemia
c. Insulin ini sangat berguna selama masa medis atau bedah akut saat
diperlukan penatalaksanaan glukosa darah yang lebih cermat.
d. Cara pemberian: Disuntikkan secara subcutan (dibawah kulit) yaitu diarea:
Abdomen (penyerapan paling cepat)
Lengan atas (medium speed)
Paha atas dan bokong (slower speed)
Jika disuntikkan secara IM dalam, maka penyerapan lebih cepat dan masa
kerja lebih singkat. Kegiatan fisik yang dilakukan segera setelah
penyuntikkan akan mempercepat waktu mula kerja dan mempersingkat
masa kerja. Selain bentuk insulin berupa insulin pump atau jet injector
(menyemprotkan larutan insulin ke dalam mulut).
e. Macam-macam insulin:
Jenis kerja
Kerja cepat

Kerja sedang

Kerja panjang

Nama obat
- Regular insulin
- Actrapid MC
- Actrapid HM
- NPH
- Monotard MC
- Monotard HM
- P2I (jarang digunakan)

Pemberian /24 jam


3-4x

1-2x

1x

8. KOMPLIKASI
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi apabila kadar
glukosa darah turun dibawah 50 mg/ dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi
setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini dapat terjadi sebeum
makan, khususnya jika makan yang tertunda atau bila pasien lupa makan
camilan.
b. Diabetes Ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukup
jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinik yang penting pada
diabetes ketoasidosis : Dehidrasi, kehilangan elektrolit, asidosis. Apabila jumlah
insulin berkurang, maka jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula.
Selain itu prroduksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua faktor
tersebut akan mengakibatkan hiperglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa dalam tubuh, ginjal akan mensekresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (Na&K). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan
(poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.
c. Syndrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hipergklikemia
yang disertai perubahan tingkat kesadaran (Sense of Awareness). Keadaan
hiperglikemia

persisten

menyebabkan

diuresis

osmotik

sehingga

terjadi

kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk mempertahankan keseimbangan osmotik,


cairan akan berpindah dari intrasel keruang ekstrasel. Dengan adanya glukosuria
dan dehidrasi, maka akan dijumpai keadaan hipernatremia dan peningkatan
osmolaritas.
d. Mikroangiopati Diabetik
Merupakan lesi spesifik Diabetes Melitus yang menyerang kapiler dan arteriola
retina (retinopati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik), otot-otot
dan kulit.
-

Neuropatik Diabetik: pada neuropati diabetik keluhan yang sering muncul


adalah kesemutan, rasa lemah dan baal.

Retinopati Diabetik: pasien dengan retinopati diabetik akan mengalami gejala


penglihatan kabur sampai dengan kebutaan.

e. Makroangiopati Diabetik

Mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis. Gabungan dari


gangguan biokimia yang disebabkan karena insufisiensi insulin yang menjadi
penyebab jenis penyakit vaskuler. Gangguangangguan ini berupa penimbunan
sorbitol dalam intima vaskuler, hiperproteinemia dan kelainan pembekuan darah.
Pada akhirnya makroangiopati diabetik ini akan mengakibatkan penyumbatan
vaskuler. Jika yang terkena adalah arteri koronaria

dan aorta, maka dapat

mengakibatkan angina dan infark miokardium


f.

Nefropati Diabetik
Pasien dengan nefrotik diabetik dapat menunjukkan gambaran gagal ginjal
menahun seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak nafas akibat
penimbunan cairan.

g. Kaki Diabetik
Empat faktor utama pada kejadian kaki DM:
-

Kelainan vaskuler: angiopati, contoh: aterosklerosis

Kelainan saraf: neuropati otonom dan perifer

Infeksi

Perubahan biomekanika

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. Vol 2. Jakarta: EGC
Guyton, AC. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Doctermen. 2005. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi 5. USA: Mosby
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aescupius
Nanda Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan. jakarta: EGC
Perkeni. 2011. Revisi Final Konsesus DM tipe 2. Diunduh dari www.scribd.com pada hari
selasa, 6 November 2012
Price, SA. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis, Prose-proses penyakit edisi 4. Jakarta: EGC
Soegondo, Sidartawan. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai
penerbitan FKUI
Sudoyo, Aris. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Tjokroanegoro, Arjatmo. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu cet. 2. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Waspadji, S. 2002. Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan
Strategi Pengelolaan. Jakarta: FKUI

Вам также может понравиться