Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DIABETES MELITUS
1. DEFINISI
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemi kronis disertai berbagai kelainan
metabolik yang mengakibatkan gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronis pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh darah (Mansjoer Arief,
2000). Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth,
2002). Diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (Suyono, 2003)
Absolut terjadi apabila sel beta pankreas tidak dapat menghasilkan insulin
dalam
jumlah
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
sehingga
penderita
Relatif apabila sel beta pankreas masih mampu memproduksi insulin yang
dibutuhkan tetapi hormon yang dihasilkan tersebut tidak dapat bekerja secara
optimal.
c. Diabetes Gestasional
Diabetes ini terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.
Sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke status non-diabetes
setelah kehamilan berakhir. Namun, risiko mengalami diabetes tipe 2 pada waktu
mendatang lebih besar daripada normal. Wanita yang mengidap diabetes
Endokrinopati
Beberapa hormon seperti GH, kortisol, glukagon, dan epinefrin bekerja
mengantagonis aktivitas insulin. Kelebihan hormon-hormon ini, seperti pada
sindroma cushing, Glukagonoma, feokromositoma dapat menyebabkan
diabetes.
Infeksi
Virus tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti rubella,
coxsackie virus B, CMW, adenovirus dan mumps.
Imunologi
Ada 2 kelainan imunologi yang diketahui yaitu sindrom stiffmon dan antibodi
antiinsulin reseptor.
2. ETIOLOGI
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin (disertai penurunan reaksi
intrasel, dengan demikian menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan sehingga mengganggu ikatan dengan reseptor khusus di
permukaan).
DM tipe 2 ini bervariasi mulai dari yang predominan gangguan sekresi insulin
bersama resistensi insulin. Pada DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot,
lemak dan hati serta terdapat respons yang inadekuat pada sel beta pankreas.
Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang diabetonik
(asupan kalori yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas) ditambah
kecenderungan secara genetik.
3. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang dapat mempengaruhi DM tipe 2 dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
-
Umur
Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah umur 40 tahun. Diabetes
melitus sering muncul setelah manusia memasuki umur rawan tersebut.
Semakin bertambahnya umur, maka resiko menderita DM akan meningkat
terutama 45 tahun.
Jenis kelamin
Distribusi penderita DM menurut jenis kelamin sangat bervariasi. Di Amerika
Serikat penderita DM lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
Namun mekanisme yang menghubungkan jenis kelamin dengan kejadian DM
belum jelas.
Faktor keturunan
Adanya riwayat DM dalam keluarga terutama orang tua dan saudara kandung
memiliki resiko yang lebih besar terkena penyakit ini dibandingkan anggota
keluarga yang tidak menderita diabetes. Ahli menyebutkan bahwa diabetes
melitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin.
Obesitas
Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten
terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan
terkumpul di daerah sentral atau perut (central obesity). Lemak dapat
memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel
dan menumpuk dalam pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan kadar
glukosa darah. Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya DM tipe 2 sekitar
80-90% penderita obesitas.
Hipertensi
Hipertensi juga dapat menimbulkan resisten insulin dan menjadi salah satu
faktor resiko DM. Resistensi insulin merupakan penyebab utama peningkatan
kadar glukosa darah.
Stress
Kondisi stress kronik cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin pada
otak. Serotonin mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan
stress. Tetapi efek konsumsi makanan yang manis dan berlemak tinggi terlalu
banyak berbahaya bagi orang DM.
Pola makan
Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi atau kelebihan BB.
Kurang
gizi
(malnutrisi)
dapat
mengganggu
fungsi
pankreas
dan
Alkohol
Dapat menyebabkan terjadinya inflamasi kronis pada pankreas (pankreatitis).
Penyakit tersebut dapat menimbulkan gangguan produksi insulin dan
akhirnya dapat menjadi DM.
Dislipidemia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin
dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien diabetes.
4. PATOFISIOLOGI
Defisiensi insulin
Katabolisme protein
BUN
Glukagon
As. Amino
Hiperglikemia
Hiperosmolalitas
As. Laktat
Glukosuri
Koma
Glukoneogenesis
Hilang protein
Prod. Energi
tubuh
metabolisme
Kalori keluar
Ketonemia
Poliuri
Rasa lapar
Ketonuri
Dehidrasi
Polifagi
Kelelahan
peredaran
darah lambat
Diuretik osmotik
Sel kelaparan
Respon
Lipolisis
Ketoasidosis
Defisiensi
Asidosis
dan elektrolit
pengetahuan
metabolik
Penyembuhan luka
melambat
Resiko infeksi
Ganggren
Resiko Syok
Kerusakan
Ketidakseimbangan nutrisi:
lebih dari keb. Tubuh
integritas kulit
5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klini diabetes melitus:
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran dalam sel
menyebabkan cairan intrasel berdifusi ke dalam
jaringan yang rusak tergganggu. Selain itu luka yang sulit sembuh dapat
diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada orang DM.
j.
k. Impotensi
Mengalami penurunan produki hormon seksual akibat kerusakan testoteron dan
sistem yang berperan.
l.
Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan
dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS)
b. Pemeriksaan glukosa darah puasa (GDP)
Bukan DM
Belum pasti DM
Pasti DM
Plasma vena
< 110
110 199
> 200
Darah kapiler
< 90
90 199
> 200
Plasma vena
< 110
110 125
> 126
Darah kapiler
< 90
90 109
> 110
7. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
e. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/l
f.
Gas darah arteri: biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
g. Pemeriksaan
fungsi
tiroid:
peningkatan
aktivitas
hormon
tiroid
dapat
Urine: gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
j.
Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pasa luka.
k. Tes HbA1c: dianggap DM jika kadar HbA1c 6,5 % pada 2 pemeriksaan yang
terpisah.
7. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan
rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga
meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia
secara fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada
tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu
menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang,
dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik
untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara
langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa
darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan
sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan. Penderita diabetes harus
diajarkan untuk selalu melakukan latihan pada saat yang sama (sebaiknya ketika
kadar glukosa darah mencapai puncaknya) dan intesitas yang sama setiap
harinya. Olahraga yang dianjurkan adalah aerobik low impact dan rhitmis,
misalnya berenang, jogging, naik sepeda, sedangkan latihan resisten statis tidak
dianjurkan (misalnya olahraga beban angkat besi dll). Olahraga yang disarankan
adalah olahraga yang bersifat CRIPE.
-
Endurance:
latihan
daya
tahan
untuk
meningkatkan
kemampuan
kardiorespirasi, seperti jalan (jalan santai atau cepat, sesuai umur), jogging,
berenang, dan bersepeda.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara
rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk
mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan
untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
Pada diabetes tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang
untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral
tidak berhasil mengontrolnya.
Terapi Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Untuk sediaan obat hipoglikemik oral terbagi menjadi 3 golongan:
-
e. Pendidikan
Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi aktif
pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus
mendampingi pasien dalam perubahan perilaku tersebut, yang berlangsung
seumur hidup. Keberhasilan dalan mencapai perubahan perilaku membutuhkan
edukasi, pengembangan keterampilan dan motivasi yang berkenaan dengan:
f.
Latihan
Penggunaan insulin
Diet diabetes: diet diabetic untuk menormalkan kadar glukosa dan lipid darah
agar memperoleh berat badan optimal dan tercapai keseimbangan asupan kalori
dengan pemakaian kalori, menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Rekomendasi diet:
a) Karbohidrat harus dalam bentuk kompleks, kaya serat dan penyusun 55-60%
total asupan energy.
b) Lemak total harus dikurangi menjadi 30%-35% dari asupan energy total ;
lemak binatang harus diganti dengan lemak tak jenuh.
c) Protein harus dikurangi menjadi 10% dari asupan kalori total.
d) Asupan kolesterol dibatasi hanya 300mg per hari.
e) Konsumsi alcohol dibatasi sampai setara dengan 4 ons anggur per hari.
Sedangkan syarat-syarat untuk menjalankan diet diabetes adalah:
a) Syarat diet Diabetes Mellitus hendaknya dapat :
-
Diet DM I
1100 kalori
Diet DM II
1300 kalori
Diet DM III
1500 kalori
Diet DM IV
1700 kalori
Diet DM V
1900 kalori
Diet DM VI
2100 kalori
Diet DM VII
2300 kalori
Diet DMVIII
2500 kalori
HbA1c sebanyak
0,6%
berat
badan
Kerja sedang
Kerja panjang
Nama obat
- Regular insulin
- Actrapid MC
- Actrapid HM
- NPH
- Monotard MC
- Monotard HM
- P2I (jarang digunakan)
1-2x
1x
8. KOMPLIKASI
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi apabila kadar
glukosa darah turun dibawah 50 mg/ dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi
setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini dapat terjadi sebeum
makan, khususnya jika makan yang tertunda atau bila pasien lupa makan
camilan.
b. Diabetes Ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukup
jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinik yang penting pada
diabetes ketoasidosis : Dehidrasi, kehilangan elektrolit, asidosis. Apabila jumlah
insulin berkurang, maka jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula.
Selain itu prroduksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua faktor
tersebut akan mengakibatkan hiperglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa dalam tubuh, ginjal akan mensekresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (Na&K). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan
(poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.
c. Syndrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hipergklikemia
yang disertai perubahan tingkat kesadaran (Sense of Awareness). Keadaan
hiperglikemia
persisten
menyebabkan
diuresis
osmotik
sehingga
terjadi
e. Makroangiopati Diabetik
Nefropati Diabetik
Pasien dengan nefrotik diabetik dapat menunjukkan gambaran gagal ginjal
menahun seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak nafas akibat
penimbunan cairan.
g. Kaki Diabetik
Empat faktor utama pada kejadian kaki DM:
-
Infeksi
Perubahan biomekanika
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. Vol 2. Jakarta: EGC
Guyton, AC. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Doctermen. 2005. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi 5. USA: Mosby
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aescupius
Nanda Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan. jakarta: EGC
Perkeni. 2011. Revisi Final Konsesus DM tipe 2. Diunduh dari www.scribd.com pada hari
selasa, 6 November 2012
Price, SA. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis, Prose-proses penyakit edisi 4. Jakarta: EGC
Soegondo, Sidartawan. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai
penerbitan FKUI
Sudoyo, Aris. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Tjokroanegoro, Arjatmo. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu cet. 2. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Waspadji, S. 2002. Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan
Strategi Pengelolaan. Jakarta: FKUI