Вы находитесь на странице: 1из 81

BAGIAN

TAUSHIYAH

HIDUPKAN DA’WAH BANGUN


NEGERI

Pemimpin Pulang
Tasyakur Nikmat
Bai’atul Qurba
Membina ummat dari bawah, Jangan berhenti tangan mendayung
Gali dari ajaran Islam
Kita tidak boleh pasif
Hidupkan kembali ukhuwah Islamiyah
Layarkan terus perahu ini
Makmurkan masjid kembali, Tegakkan jama’ah dari sana
Tafsir At Thushiyatul Kha
konservasi pemeliharaan
berurat ke risalah Tauhid
integrasi selektif
kader
konsolidasi dan polarisasi
Pemulihan tenaga terpelanting
Hidupkan dakwah bangun negeri
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

2
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

"PEMIMPIN PULANG" .....,

14 JUNI 1968, udara pagi yang cerah di Lapangan Udara


Tabing Padang, pintu gerbang ranah Minang, kembali hidup, setelah
hampir satu dasawarsa berada dalam cengkeraman "Orde Lama"
merasa terbebas dari rasa tertekan dan hilangnya harga diri.
Hari itu, baru 2 tahun setelah "Orde Baru" dicanangkan
dibawah kepemimpinan Soeharto, yang didukung oleh massa rakyat
yang lahir dari TRITURA sangat mendambakan suasana baru, nafas
baru, terbebas dari segala macam tekanan yang selama ini terasa
berat menghimpit di bawah sistem komunis PKI, untuk kembali
membangun kampung halaman.
Jam menunjukkan jarum waktu 08.15 WIB pagi, disaat
pesawat Electra GIA mencecah landasan dengan mulus, membawa
di dalamnya Pemimpin Pulang, Bapak Mohammad Natsir dan Umi
yang berkunjung ke Sumatera Barat atas undangan Gubernur
Sumbar Prof. Harun Zain dan Wali kota Padang Kol. Maritim
Akhirul Yahya.
Pemimpin Pulang Bapak Mohammad Natsir dengan
kepada tegak melanjutkan perjuangan dalam rangka merangsang
semangat yang tadinya telah hampir padam untuk membangun

3
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

kampung halaman. Beliau disambut dengan panggilan "orang tua


kita".
Hampir seluruh daerah Tingkat II dalam daerah Sumatera
Barat sempat didatangi Bapak Mohammad Natsir, mendorong
umat kembali memulai membangun negeri yang bermuara dari
lubuk hati.

Pemimpin Pulang

Empat cara pulang bagi Pemimpin dari Perjuangan.


• Dia pulang dengan kepala tegak, membawa hasil perjuangan.
• Dia pulang dengan kepala tegak, tapi tangan di belenggu
musuh untuk calon penghuni terungku, atau lebih dari itu,
riwayatnya akan menjadi pupuk penyubur tanah Perjuangan
bagi para Mujahidin seterusnya.
• Dia pulang. Tapi yang pulang hanya namanya. Jasadnya
sudah tinggal di Medan Jihad. Sebenarnya, di samping
namanya, juga turut pulang ruh-nya yang hidup dan
menghidupkan ruh umat sampai tahun berganti musim, serta
mengilhami para pemimpin yang akan tinggal di belakangnya.
• Dia pulang dengan tangan ke atas, kepalanya terkulai, hatinya
menyerah kecut kepada musuh yang memusuhi Allah dan
Rasul. Yang pulang itu jasadnya, yang satu kali juga akan
hancur. Nyawanya mematikan ruh umat buat zaman yang
panjang. Entah pabila umat itu akan bangkit kembali, mungkin
akan diatur oleh Ilahi dengan umat yang lain, yang lebih baik,
nanti.

4
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Ia "Pemimpin" dengan tanda kutip.


Adakalanya ada nakhoda berpirau melawan arus.
Tapi berpantang ia bertukar haluan, berbalik arah.
Ia belum pulang.

Medan Djihad, 24 Agustus 1961


Maulid 1381

5
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

TASYAKUR NIKMAT

Saat itu, kita sedang berada dalam suasana tasyakur nikmat


bersyukur bahwa genaplah usianya 5 tahun Yayasan Kesejahteraan
di Sumatera Barat. Kalaulah tidak lantaran Karunia Ilahi tadinya,
tidaklah terbayang sama sekali, bahwa kita akan dapat mencapai
apa yang tercapai sampai sekarang ini, apabila kita ingat betapa
besarnya kesulitan yang harus kita lalui.
Alhamdulillahi Rabbil 'Alamien ....,
Inilah bukti yang nyata dari kebenaran Firman Ilahi itu:

Kalau hari itu kita memperingati 5 tahun usianya Yayasan


Kesejahteraan, pada hakekatnya amalnya sudah lebih tua dari
usianya sendiri, yaitu beberapa tahun sebelum amal itu bernama
Yayasan Kesejahteraan.
Titik tolak dari usaha ini berasal dari pertemuan pemimpin
kita di Padang Sidempuan yang telah menggariskan suatu langkah

6
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

untuk membangun kembali Sumatera Barat, yang baru saja keluar


dari situasi pergolakan daerah dari luka-luka terkoyaknya perang
saudara semasa rezim Soekarno, selam 3½ tahun lamanya,
banyak luka yang harus ditambal, banyak sakit yang harus diobati,
banyak keruntuhan yang harus dibangun.
Langkah-langkah yang digariskan itu, adalah tersimpul
kepada bagaimana menghadapi:
• penyaluran tenaga-tenaga terpelanting, baik ia rakyat pengungsi
yang kehilangan sumber hidup, maupun mahasiswa pelajar
yang terputus pelajarannya.
• perumahan rakyat yang hangus terbakar
• sumber ekonomi rakyat desa yang tertutup jalan
• luka hati rakyat yang merasa kehilangan tempat mengadu
• kehancuran pendidikan agama.
Nopember 1961, terjadi lagi satu pertemuan di Medan, yang
dipelopori oleh Bapak Mohammad Natsir, Brigjen A.Thalib, Dr.
Darwis, Mawardi Noor; dan dari pertemuan itu keluarlah satu
pandangan yang sama, bahwa untuk membangun kembali
Sumatera Barat waktu itu haruslah dengan menggerakkan anak
kemenakan putera-putera Minang dan daerah yang bertebaran
diperantauan dan sebagai wadahnya diambilah kebijaksanaan
membentuk yayasan yang bernama Yayasan Tunas Harapan,
kemudian berubah menjadi Yayasan Harapan Umat, yang diketuai
oleh Mr. Ezziddin.
Dalam pada itu, sebagian di antara keluarga Qurba yang
sudah bertekad pula untuk tinggal di daerah Sumatera Barat dengan
segala akibat yang harus dilalui, berusaha dengan sepenuh hati
menurut kemampuan yang ada, sesuai dengan kondisi dan situasi
yang sedang dialami pada waktu itu.
Dengan bantuan dari keluarga Bulan Bintang dan
perantauan Pekanbaru, Medan, Padang Sidempuan dan Jakarta,
Saudara Syarifah Dinar dan Asma Malim telah berhasil

7
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

menghimpun bingkisan-bingkisan mawaddah fil qurba berupa kain,


pakaian dan uang, bingkisan mana langsung diantarkan kepada
para keluarga korban perjuangan dibeberapa tempat yang dapat
dicapai di Sumatera Barat, terjalinlah kembali ta'ziyah fil qurba
dengan surat pengantar Bapak Mohammad Natsir.
Dengan pedoman yang telah digariskan secara terperinci
oleh Bapak Mohammad Natsir untuk memulihkan tenaga-tenaga
terpelanting dan menumpahkan perhatian terhadap puluhan ribu
rumah yang terbakar hangus akibat pergolakan, maka amal-amal
nyata yang telah mulai digerakkan itu, dilanjutkan ke arah
mencarikan lapangan pekerjaan bagi tenaga-tenaga terpelanting
tersebut, menurut bakat dan kemampuan mereka masing-masing.
Pada umumnya usaha ini menemui berbagai kesulitan,
karena psikologis masih diliputi oleh rasa takut dan alasan untuk
menjaga keamanan yang bersangkutan. Namun demikian, dalam
jumlah yang sangat sedikit, dapat juga berhasil. Hasil ini pada
umumnya adalah karena "faktor hubungan" keluarga dan famili
antara yang "menerima" dan menampung dengan yang "memberi"
kan tenaganya (yang ditampung).
Didorong oleh rasa tanggung jawab terhadap kampung
halaman yang baru saja keluar dari kancah pergolakkan, PRRI
maka seluruh putera-putera yang benar-benar cinta kepada
kampung halaman negerinya, pastilah ingin turun tangan untuk
membangun kembali kampung halamannya (negerinya) itu.
Usaha-usaha ke arah itu dengan menumbuhkan perhatian
dan menggerakkan perantau-perantau guna menyalurkan
bantuannya untuk mendorong kembali kehidupan rakyat,
menghubungi mereka serta memanggil hati mereka, dalam
berusaha membangun kampung dan negeri dari tanah perantauan.
Lebih jauh yang diniatkan adalah timbulnya “percaya diri” (self
confidence) dalam arti strategi yang menyatu yaitu “strategi harga
diri” yang lebih sering disebut oleh Pak Natsir dengan izzatun nafsi
sebagai buah nyata dari pandangan hidup tauhid (Tauhidic
Weltanschaung).

8
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Dalam melanjutkan usaha itu, Bapak Mohammad Natsir


terus menerus membekali dengan pedoman dan petunjuk-petunjuk
yang digoreskan walau dari dalam karantina politik dari rezim "orde
lama", bersama pemimpin-pemimpin lainnya seperti Bapak
Syafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap, Duski
Samad, dan lain-lainnya.
Ide membangun dari rantau yang diketengahkan Bapak
Mohammad Natsir disambut baik, tidak hanya oleh para
dermawan, dengan menyanggupi untuk membantu melapangkan
jalan dalam usaha-usaha yang tengah dilakukan, bahwa “mencapai
kemakmuran rakyat banyak ditentukan kepada kerajinan tangan dan
usaha rumah tangga”, memulai dengan program sederhana seperti
perindustrian tikar mendong ataupun persuteraan melalui beberapa
program latihan dan pengenalan, waktu itu tahun 1962.
Di awal tahun 1963, selesai masa pelajaran-pelajaran
beberapa tenaga pulang ke kampung masing-masing, dengan
dibekali amanat supaya kepandaian praktis yang telah diperdapat
itu, hendaklah dimanfaatkan untuk diri dan untuk masyarakat kala itu
Bapak Mohammad Natsir sudah pindah ke Batu, Malang.
Merencana sambil tasyakur nikmat atas bebasnya Ibu
Hajjah Rahmah El Yunusiyah di Padang Panjang dari karantina
politik orde lama, telah mempertemukan teman, guru dan bekas
murid dan membuahkan kesepakatan bahwa ilmu pengetahuan
praktis yang telah didapat di Jawa Barat yakni sutera alam dan tikar
mendong harus diperkembangkan pula di Sumatera Barat melalui
kursus dan latihan. Latihan pertama dilakukan pada tanggal 15 April
sampai dengan 15 Mei 1963 di Balingka, dengan diikuti oleh 20
orang ibu-ibu Muslimah.
Bayangan masa depan yang menyeruak penuh harapan di
antara tekanan diktator yang dikendalikan oleh PKI telah merayap
dari sudut ke sudut hati setiap peserta, walaupun juga barangkali
dirasakan, bahwa di antara hal-hal itu ada yang demikian barunya
sehingga sukar, malah rasa-rasa tak mungkin dapat mencapainya.
Semboyan kita ialah :

9
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

♦ Yang mudah sudah dikerjakan orang


♦ Yang sukar kita kerjakan sekarang
♦ Yang tak mungkin kita kerjakan besok
♦ Dengan mengharapkan hidayat Ilahi

"Katakanlah: Wahai kaumku, berbuatlah kamu sehabis-habis


kemampuan-mu, akupun berbuat" !

Itulah bunyi semboyan yang menjadi pesan Bapak


Mohammad Natsir dalam pedoman pemulihan tenaga terpelanting,
sedari dulu di pertengahan November 1961.
Usaha-usaha mempelajari pengetahuan praktis itu, tidaklah
hanya dicukupkan dengan apa yang telah dilakukan oleh
rombongan pria, akan tetapi merasakan pula pentingnya dipelajari
oleh wanita-wanita dalam mempertinggi kesejahteraan hidup di
rumah tangga.
Pemeliharaan hubungan kerjasama sesama keluarga seperti
telah dilakukan oleh Djanamar Adjam dengan H.M. Miftah
sekeluarga di Pasar Minggu pada November 1963, dalam
memperkenalkan cara usaha pembibitan dan penanaman Tanaman
Holtikultura, dan juga pengetahuan penganyaman topi bambu di
desa Cangkok Tangerang, umpamanya pula mempelajari
penanaman padi dan jagung ke Lembaga Padi dan Jagung di Bogor
terutama dikalangan "bundo kandung" kaum ibu penting pula
dikembangkan melalui latihan-latihan praktis.
Pengenalan bibit harapan, penggunaan pupuk yang tepat,
percobaan penanaman pertama, sampai kepada praktik pembibitan
sayur mayur dimulai dari penanaman bibit "bayam hikmat" (bapinas
astunensis) yang dikirimkan dari wisma peristirahatan Ashhabul
qafash, di tengah mana Bapak Mohammad Natsir ditahan di

10
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Rumah Tahanan Militer di Jakarta, disemai dan ditanamkan pula


dilingkungan keluarga.
Maka tidaklah salah, mungkin berkat kemurahan Ilahi, "bibit
yang halus" yang disemaikan dengan baik, dipelihara dengan tekun
dan sabar disertai pesan secarik kertas kecil dari balik dinding
tahanan pada Desember 1963, "sesudah dipotong makin
bercabang", dirasakan nikmat oleh setiap keluarga yang menerima,
sebagai amanat yang harus dipelihara dalam kerangka " bai'atul
qurba' itu. Dan seorang, keluarga Buya Haji Bakri Suleman di
Pekanbaru mengungkapkan dengan penuh pengertian "kuunuu
..bayaaman..", merupakan buhul yang kian saat makin erat untuk
mengangkat amal-amal nyata yang lebih berat.

11
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

BAI’ATUL QURBA

Bai'atul Qurba, bai'at kekeluargaan terus berkelanjutan


sebagai pesan dari "pemimpin",
1). Memang inilah bukti yang nyata dari kebenaran Firman Allah
Subhanahu wa ta'ala :
"Dan orang-orang yang bekerja sungguh-sungguh pada
(jalan) kami, sesungguhnya kami akan pimpin mereka di
jalan-jalan kami: dan sesunggunya Allah beserta orang-
orang yang berbuat kebaikan" (Al-Ankabut 69).
2). Kepandaian-kepandaian yang sudah kita peroleh ini, bukan
kepintaran-kepintaran baru, tidak pula rahasia yang pakai
patent, tak boleh dicontoh ditiru-tiru. Tetapi memang
kepandaian-kepandaian yang sudah lama ada, terbuka bagi
siapapun untuk mempelajarinya. Asal saja orang dapat
merasakan nilai dan kepentingannya, mempunyai daya inisiatif
dan imagination (daya cipta), tentu akan dapat
mempergunakannya.
Kepandaian-kepandaian ini sederhana sekali. Di zaman jet
supersonic dan satelit-satelit yang mengitari bumi seperti
sekarang ini, apalah artinya kepadaian-kepandaian seperti

12
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

membuat tempe, tahu dan kecap, membibitkan buah-buahan,


menanam sayur mayur, merangkai dan mengatur bunga,
menganyam tikar dan yang semacam itu.
Dalam pada itu, secepat-cepat terbangnya pesawat jet dia
tidakkan bisa, tiba-tiba meraung saja di udara, kalau tidak ada
landasan tempat dia naik dan tempat dia hinggap kembali.
Begitu pulalah proses mempertinggi kesejahteraan hidup,
yang dinamakan proses pembangunan ekonomi itu. Procesnya
bisa dipercepat, tetapi dia mempunyai undang-undang bajanya
sendiri, yang tak dapat tidak, harus dijalani.
Ini seringkali pada umumnya, dilupakan orang, dengan
segala akibat-akibat yang mengecewakan.
3). Daerah tempat kita bekerja itu terkenal sebagai daerah yang
kaya dengan sumber alam. Tetapi kecenderungan
penduduknya, di bidang ekonomi ialah kepada mencahari
nafkah dengan memindah-mindahkan barang-barang dari satu
tempat ke tempat yang lain. Adapun menghasilkan barang
belum cukup mendapat perhatian mereka. Padahal sumber
kemakmuran yang azasi adalah produksi, yakni menghasilkan
barang.
Ini seringkali "dilupakan" pula.
Latar belakang dari usaha kita ini ialah merombak tradisi
pikiran tersebut dan membuka jalan baru, memulai dari urat
masyarakat itu sendiri, dengan cara-cara yang praktis,
(amaliyah) sepadan dengan kekuatan mereka serentak disertai
dengan membangun jiwa dan pribadi mereka sebagai satu (1)
umat yang mempunyai wijhah, falsafah dan tujuan hidup yang
nyata, yang mempunyai shibgah, corak kepribadian yang
terang.
Dalam rangka yang agak luas, dan dengan istilah yang
gagah yang semacam itu dinamakan orang; "satu aspek dari
Social Reform".

13
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Tidak perlu kita bicarakan gagah-gagahan seperti itu, tetapi


memang begitulah hakekatnya.
4). Kalau sekedar soal mencari kaya, rasanya orang Minang tak
usah payah-payah benar mengajarnya lagi. Pada umumnya,
mereka cukup mempunyai inteligensi dan daya gerak. Baru saja
Irian Barat menjadi Wilayah R.I. belum apa-apa di Kotabaru
sudah ada "Restoran Padang".
Juga kalau sekedar memperpesat kegiatan produksi yang
ekffektif di Minangkabau, dalam arti ekonomis semata-mata,
tidak usaha payah-payah benar.
Kita bicara saja dengan beberapa orang yang mempunyai
modal, kita terangkan saja umpamanya bahwa pertanian dan
peternakan yang menghasilkan barang-barang untuk keperluan
sandang dan pangan adalah mempunyai harapan baik bila
benar-benar dijadikan obyek usaha. Apalagi bila diiringi dengan
penyempurnaan cara pengolahannya.
Satu dan lainnya, mengingat keperluan penduduk yag terus
berkembang dan penghematan devisa. Mereka akan cepat
sekali memahamkan inti persoalannya, cepat pula
memperhitungkan rendemennya, dengan kalkulasi yang tepat
pula. Dengan kapital mereka yang sedang tidur, ditambah
dengan kredit bank yang mereka sudah mempunyai relasi
dengannya, mereka bisa membuka tanah secara besar-
besaran, memesan bibit tanam ribuan batang sekaligus,
memesan mesin listrik untuk pengolahannya dan lain-lain.
Perkara mencari pasaran tak usah bicara lagi. Itu adalah
bidang mereka selama ini.
Nanti orang kampung sekitarnya bisa pula menerima upah
dalam perusahaan secara besar-besaran itu.
Malah tidak mustahil pula, awak yang menjadi pemberi idea
pertama pun akan dapat dipekerjakan dalamnya sebagai
penasehat.

14
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

"Penasehat" dengan honorarium yang lumayan. Tak usah turut


bekeja payah-payah. Nama awak saja yang dimasukkan dalam
formasi management. Dengan itu dapatlah pula dikurangi
anslah pajak C.V ataupun perseroan. Upayanya begitu, ini
kalau ditilik dari sudut efisiensi dan rendemen ekonomis
semata-mata.
5). Tetapi andai kata kita pergunakan kepandaian-kepandaian kita
ini dengan cara demikian maka nasib kita tak ubah dari nasib
induk ayam menetaskan telor itik.
Sebab pekerjaan kita mempunyai aspek lain, dan
menafaskan jiwa lain. Kita berusaha di urat masyarakat.
Menumbuhkan kekuatan yang terpendam dikalangan yang
lemah. Kita ingin berhubungan dengan para dhu'afa ini dalam
bentuk yang lain dari pada ; "meminta nasi bungkus".
Selain daripada itu pekerjaan kita ini adalah di dukung oleh
cita-cita hendak menjelmakan tata-cara hidup kemasyarakatan
yang berdasarkan :
a. hidup dan memberi hidup, (ta'awun) bukan falsafah
berebut hidup;
b. tanggung jawab tiap-tiap anggota masyarakat atas
kesejahteraan lahir batin dari masyarakat sebagai
keseluruhan dan sebaliknya (takaful dan tadhamun);
c. keragaman dan ketertiban yang bersumber kepada disiplin
jiwa dari alam, bukan lantaran penggembalaan dari luar;
d. ukhuwwah yang ikhlas, bersendikan Iman dan Taqwa ;
e. keseimbangan (tawazun) antara kecerdasan otak dan
kecakapan tangan, antara ketajaman akal dan ketinggian
akhlak, antara amal dan ibadah, antara ikhtiar dan do'a;
Ini wijhah yang hendak di tuju.
Ini shibgah yang hendak di pancangkan ;

15
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Tidak seorangpun yang berpikiran sehat di negeri kita ini


yang akan keberatan terhadap penjelmaan masyarakat yang
semacam itu. Suatu bentuk dan susunan hidup berjama'ah
yang diredhai Allah yang dituntut oleh "syari'at" Islam, sesuai
dengan Adat basandi Syara' dan Syara' nan basandi Kitabullah.
6). Kita sekarang merintis, merambah jalan guna menjelmakan
hidup berjama'ah sedemikian yang belum kunjung terjelma di
negeri kita ini, kecuali dalam khotbah alim-ulama, pepatah
petitih ahli adat, dan pidato para cerdik cendekia.
Kita rintiskan dengan cara dan alat-alat sederhana tetapi
dengan api cita-cita yang berkobar-kobar dalam dada kita
masing-masing.
Ini nawaitu kita dari semula. Kita jagalah agar api nawaitu
jangan padam atau berubah di tengah jalan.
Nilai amal kita, besar atau kecil, terletak dalam niat yang
menjadi motif untuk melakukannya. Tinggi atau rendahnya nilai
hasil yang dicapai sesuai pula dengan tinggi atau rendahnya
mutu niat orang yang mengejar hasil itu.
Amal kita yang sudah-sudah dan yang akan datang akan
kering dan hampa, sekiranya amal lahirnya kita lakukan, tetapi
tujuan nawaitu-nya kita anjak..
Semoga di jauhkan Allah jualah kita semua dan keluarga
kita dari kehilangan nawaitu di tengah jalan, Amin !
Dan andaikata ada kelihatan di antara keluarga-keluarga
kita tanda-tanda akan kehilangan nawaitu-nya, dan mulai
tampak gejala-gejala seperti yang kita bayangkan pada angka
(4) tadi itu, maka kewajiban kitalah lekas-lekas memanggilnya
kembali, agar jangan yang berserak sampai terseret hanyut oleh
arus pengejaran benda-benda yang berserak bertebaran
semata-mata, dengan mempergunakan jalan-jalan yang kita
rintiskan ini. Asal hal-hal yang semacam itu lekas-lekas dapat
dipintasi, Insya Allah mereka akan masuk shaf kembali ;
"kok io kito ka-badun sanak juo ..........!"

16
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

7). Keadaan masing-masing kita ini tidak banyak berbeda dari


keadaan umat yang hendak kita rintiskan jalannya itu. Sebab
masing-masing kita adalah sebahagian dari mereka juga. Maka
tidaklah salah, malah mungkin berkat kemurahan Ilahi dengan
usaha ini juga dapur masing-masing kita akan turut berasap.
Akan tetapi rasa bahagian kia yang tertinggi, ialah apabila kita
dapat melihat bahwa itu hanyalah salah satu dari ribuan dapur
yang berasap karenanya.
Sedikit sama di cacah, banyak sama di lapah.
Tak ada bahagia dalam kekenyangan sepanjang malam,
bila si-jiran setiap akan tidur diiringi lapar. Dalam rangka inilah
harus kita pahamkan apa yang terkandung dalam kalimat-
kalimat sederhana dari "bai'atul qurba", bai'at kekeluargaan
yang kita hendak ikrarkan ini.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Yang Maha


Mengetahui dan menyaksikan apa yang diucapkan oleh lidah dan
tergores dalam hati kita masing-masing, senantiasa akan
membimbing kita dalam menerjemahkan bai'atul qurba ini ke
dalam amal dan perbuatan, yang ditujukan kepada keridhaan Nya
jua, Amin!. Begitu Pak Natsir mulai merintiskan melalui rintisan
qalbu, sebagai landasan ibadah rohani.
Bismillah!
Dari sini kita mulai !
Semakin dipelajari, semakin nampak persoalan-persoalan
yang dihadapi, semakin terasa kesulitan yang harus dilalui.
Semuanya sudah dilalui dengan memperoleh berbagai
pengalaman-pengalaman berharga yang mahal, telah kita sirami
dengan keringat dan air mata, sehingga dengan demikian itu
tumbuhlah dalam hati ;
"rasa berpantang putus asa,
bertawakkal dalam melakukan kewajiban sepenuh hati,

17
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

dengan tekad tidak terhenti sebelum sampai,


yang ditujukan kepada keridhaan Allah jua".

18
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

MEMBINA UMMAT DARI BAWAH

JANGAN BERHENTI TANGAN MENDAYUNG ..., 1)

Sudah sama-sama kita sadari, bahwa YAYASAN


KESEJAHTERAAN telah memilih bidang "pembinaan" sebagai
lapangan usaha. Yakni pembinaan umat masyarakat desa, baik lahir
ataupun batin. Perumusan ini amat sederhana kedengarannya tetapi
pada hakekatnya, tidaklah begitu sederhana. Sebab ini berarti
bahwa kita berusaha memanggil dan membawa serta masyarakat
desa itu memperbaiki dan meningkatkan taraf hidupnya mencapai
kesejahteraan lahir dan batin. Semua itu dalam rangka "pembinaan
negara" dalam arti yang luas. Kalau kita sudah menyadari benar-
benar hakekat tugas kita itu, maka titik tolak dan cara-cara usaha
kita mempunyai suatu corak yang khas.
1. Satu dalil dalam ilmu ekonomi, mengatakan bahwa manusia
sebagai manusia ekonomis (homo-economicus) umum
melakukan kegiatan-kegiatan ekonomis dengan tujuan
1 )
Disampaikan dalam pidato Ulang Tahun Yayasan Kesejahteraan di Padang 15 Juni
1968, Gedung Bagindo Aziz Chan Padang

19
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

mencapai sebanyak-banyak hasil, guna memenuhi keperluan-


keperluannya dengan "korban" yang sekecil mungkin. Begitu
bunyi satu dalil atau stelling ekonomi yang terkenal.
Akan tetapi manusia bukan semata-mata homo
economicus saja. Tetapi ia juga seorang homo methaphisicus
atau homo religiousus. Ia mempunyai bermacam kepercayaan
menganut bermacam nilai hidup yang seringkali dipandangnya
lebih penting daripada memenuhi keperluan hidup materialnya
semata-mata.
Manusia juga adalah makhluk ijtimaa'ie social being yang tak
dapat tidak, hidup dalam suatu "rangka kemasyarakatan" social
order, di mana dia terikat oleh ikatan-ikatan kulturil, sosial politik,
adat-lembaga, atau cita-cita sosial yang tertentu.
Salah seorang Sarjana Ekonomi dalam satu ulasannya
mengatakan antara lain2); "... perkembangan ekonomi itu
bukanlah suatu proses yang semata-mata mekanis sifatnya.
Tidaklah semata-mata sekedar usaha menghimpunkan
beberapa unsur-unsur yang tertentu. Pada akhirnya suatu
perkembangan ekonomi itu, adalah merupakan satu usaha
manusia. Dan sebagaimana juga halnya dengan lain-lain usaha
manusia, hasilnya, pada akhirnya, tergantung kepada
kecakapan, mutu (kualitas) dan sikap jiwa dari manusia yang
menyelenggarakan usaha itu sendiri".
Sebagaimana kita ketahui, masyarakat yang hendak kita
panggil dan bawa serta untuk berusaha meningkatkan
kesejahteraannya lahir dan batin itu, adalah masyarakat-agraris,
masyarakat pertanian dengan segala sifat dan pembawaannya
sebagai "masyarakat tani".

2 )
Richard T. Gill, "Economic Development, Past and
Present".... the point of that economic development is not a
mechanical process; its not simple adding up of assorted factors.
Ultimately it is a human enterprises. And, like all human enterprises is
out-come will depend finally on the skill, quality and attitudes of the
men who undertake it".

20
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Taraf hidup dalam sebagian terbesar dari desa-desa kita,


lebih-lebih sebelum "pemulihan kemerdekaan" masih dekat
sekali kepada gambaran masyarakat desa seperti yang
dilukiskan oleh DR. MOHAMMAD HATTA dalam bukunya
"Beberapa Fasal Ekonomi", antara lain sebagai berikut ;
" ..... Tanah adalah pokok penghasilan yang terutama. Pada
tanah bergantung nasib manusia. Betul tak ada
penghasilan yang jadi, kalau tidak dengan usaha
manusia, tetapi pekerjaan manusia cuma sedikit
bagiannya. Kerja manusia hanya mencangkul sedikit,
menanam bibit dan mengatur banyak air yang perlu bagi
tanamannya. Selanjutnya diserahkan kepada alam
untuk membesarkanya bibit itu sampai menjadi buah.
Kalau bibit sudah ditanam, orang dapat mengetahui,
apabila waktu menuai, apabila buah dapat dimakan. Itu
diketahui berkat pengalaman. Kebiasaan menunggu
berbulan-bulan akan hasil usaha bertanam dan
kepastian bahwa saban tahun orang dapat
mengharapkan buah, keduanya itu menenangkan
pikiran, menyebarkan hati dan menetapkan buah,
keduanya itu menenangkan pikiran, menyabarkan hati
dan menetapkan perasaan. Oleh karena itu persekutuan
dusun tenang rupanya, bersifat menanti. Semuanya,
langkah dan waktu ditetapkan oleh alam. tidak ada
pekerjaan yang harus dan diburukan.
Penghidupan beredar menurut irama yang sudah tentu.
Dan tahun ketahun edaran ekonomi tetap, tidak
berubah-ubah.
Memang ada yang mengganggu ketetapan itu. Misalnya
musim kemarau, musim penyakit dan bahaya perang,
yang memusnahkan beberapa jiwa. Tetapi selainnya
menunggu, segala marabahaya itu menetapkan kembali
keadaan yang lama. Jiwa yang bertambah dari tahun ke
tahun disapunya kembali. Oleh karena itu neraca

21
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

penghidupan masyarakat serupa lagi dengan keadaan


semula sebelum bertambah umatnya.
Sebab itu pula segala marabahaya itu dirasai orang
sebagai satu fatum, “takdir" yang tak dapat dihindarkan.
Kepercayaan akan takdir seperti itu memperkuat
perasaan menyerahkan nasib yang sudah tertentu,
menimbulkan keyakinan bahwa yang ada itu, tidak dapat
diubah-ubah. Demikianlah keadaannya penghidupan
jiwa di dusun. Alam dan tempat, menjadi alat pengasuh
perasaan kuno, perasaan menyerah dan perasaan
sabar."
Demikian DR. MOHAMMAD HATTA. Beliau
memaparkan ini beberapa belas tahun yang lalu.

Tetapi pada umumnya apa yang digambarkan oleh Bung


Hatta itu masih merupakan satu gambaran yang karakteristik
atau ciri umum dari masyarakat pedesaan kita, boleh dikatakan
di seluruh tanah air.
Maka apabila sekarang kita hendak membangun
perikehidupan masyarakat desa kita yang demikian, tidaklah
dapat kita menutup mata dari keadaan yang nyata itu.
Agar atas pengetahuan kita tentang "kekayaan alam" yang
ada, pengetahuan kita tentang "tingkat kecerdasan" umat,
tentang "sikap jiwanya" yang ditentukan oleh bermacam-macam
unsur "non-ekonomis" itu, dapatlah kita menggariskan rencana
usaha dan cara-cara mendekati persoalan atau menentukan
"approach"nya kata orang sekarang.
Orang biasa membangun masyarakat desa yang pada
umumnya berada dalam alam "statis-tradisionil" itu dengan
bermacam-macam cara. Ada yang mau cepat menggunakan
regimentasi yakni dengan pengerahan dengan komando seperti
sistem komando di RRC. Ada yang dengan tak sabar, mendrop
ke dalam masyarakat desa yang tak punya modal itu, uang

22
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

ratusan juta rupiah atas dasar kredit. Ada yang mau lekas-lekas,
secara mendadak, supaya masyarakat desa menggunakan
hasil-hasil teknologi yang modern.
Tujuannya ialah ; "mempertinggi produksi sandang pangan".
Caranya; " modernisasi secepat mungkin, di segala bidang".
Kita sudah lihat bagaimana hasilnya :
• Dengan regimentasi, masyarakat desanya lumpuh
• Dengan menempakan kredit sebanyak mungkin,
masyarakat desa terlibat hutang yang tak terbayar.
• Dengan mekanisasi yang dipaksa-paksakan, alat-alatnya
jadi "besi tua".
Sebabnya ialah; seringkali orang lupa, dalam suasana
keranjingan cepat mencapai daya guna/efisiensi, dengan apa
yang disebut modernisasi, dan teknologi modern, orang lupa
kepada unsur manusianya.
Berilah modal kepada orang yang belum pernah melatih diri
membina modal sendiri dengan susah payah, modal itu akan
hancur.
Berilah secara mendadak hasil teknologi modern berupa
teori dan mesin-mesin modern, kepada orang yang masih hidup
dalam alam fatalisme dan segala macam tahayul yang
tradisionil, mereka akan bingung dan patah semangat.
Maka khittah kita dalam menghadapi pembangunan bertitik
tolak pada pembinaan manusianya, dalam arti mental dan fisik.
Membina daya pikir dan daya ciptanya, membersihkan
aqidah dan membangun hati nuraninya, membina kecakapan
dan dinamikanya. Sehingga seimbang pertumbuhan rohani dan
jasmaninya, seibang kesadaran akan hak dan kesadaran akan
kewajibannya, seimbang ikhtiar dan do'a nya.

23
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Sebab, kesudahannya, "perkembangan umur manusia" inilah


jua yang dapat mengarahkan perkembangan lahiriyah dibidang
apapun.

"Allah tidak merubah keadaan satu kaum, kecuali apabila


mereka merobah apa yang ada pada diri mereka sendiri".
Adapun modal dan teknologi adalah perlu, sebagai alat
pembantu dan pendorong mempercepat prosesnya.

2. Dalam usaha ini, kita akan menghadapi bermacam-macam


persoalan yang harus diatasi.
Antara lain ;
Bila berbicara tentang "pembinaan kesejahteraan" dalam arti
materiel kita tidak terlepas dari pada satu undang-undang baja
ekonomi bahwa kita harus meningkatkan produksi di bidang
apapun namanya entah di bidang sandang ataupun pangan.
Produksi tidak dapat tidak menghendaki modal.
Yang dimaksud dengan modal sebagai unsur produksi adalah
persediaan alat penghasil yang dihasilkan (stock of produced
means of production), misalnya gedung-gedung, pabrik-pabrik,
mesin-mesin, alat perkakas, dan persediaan barang yang
semuanya diperlukan untuk proses produksi.
Fungsi uang dalam rangka ini adalah sebagai alat penukar,
pembeli alat-alat penghasil itu.
Pembentukan modal dapat dilakukan, apabila dari hasil
produksi tidak semuanya dihabiskan tetapi disimpan, lalu
digunakan untuk produksi selanjutnya.

Dengan lain perkataan; apabila masyarakat dapat


membatasi "konsumsi sekarang", guna memperoleh hasil yang
lebih banyak pada masa yang akan datang. Di sini kita akan

24
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

menjumpai lingkaran yang tak berujung berpangkal. Yaitu :


apabila hasil produksi yang disimpan besar, maka
pembentukan modal akan bertambah besar pula.
Bagaimana pentingnya penumpukkan modal bagi suatu
masyarakat yang ingin memperkembangkan ekonominya, dapat
kita rasakan bila kita melihat lingkaran yang sebaliknya. Yaitu:
taraf penghidupan rendah, hanya sedikit, atau tidak sama
sekali, membukakan kemungkinan untuk menyimpan. Ini
mengakibatkan kita sedikit, atau tidak sama sekali dapat
memupuk modal ini, juga mengakibatkan hasil produksi kecil tak
mungkin mengadakan penyimpanan dan taraf hidup merosot,
dan ekonominya tak mungkin berkembang. Jadi ditinjau secara
ekonomis, di samping kesanggupan dan kesediaan untuk
bekerja keras, rajin dan cermat, ada dua hal yang tidak dapat
tidak harus dilakukan oleh suatu masyarakat yang ingin
memperkembangkan ekonominya dari taraf yang rendah, ialah :
a. memulai dengan kesanggupan dan kesediaan untuk hidup
dengan berhemat untuk dapat memupuk modal.
b. menghindarkan segala macam pemborosan, dan
memberantas segala bentuk pemborosan itu.
Sering persoalan yang tumbuh ialah, bagaimana kita
membawa umat dan masyarakat desa itu kepada kemampuan
dan kebiasaan untuk "menyimpan" sebagian dari hasil
produksinya guna "pembentukan modal", dan bagaimana
supaya mereka dapat menghindarkan pemborosan-
pemborosan (waste).

Alhamdulillah dalam masyarakat kita tidaklah ada unsur-


unsur non ekonomis yang mengakibatkan pemborosan secara
besar-besaran.
Tidak ada umpamanya masalah sacred cow dan sacred
monkey seperti di India umpamanya, di mana rakyat Hindu yang
merupakan mayoritas mempunyai kepercayaan yang mendalam
bahwa sapi adalah hewan yang suci tak boleh disembelih. Kira-kira

25
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

80 juta ekor sapi, atau kira-kira sepertiga dari seluruh jumlah sapi di
India itu, yang kekuatannya tidak dimanfaatkan lagi dalam proses
produksi seperti membajak, penghela pedati, atau sapi perahan
tidak boleh disembelih tetapi harus dipelihara dan diberi makan
selama hidupnya.
Demikian pula ada kepercayaan mayoritas rakyat India
bahwa "monyet" atau "kera" pun adalah binatang yang suci.
Dibeberapa daerah monyet demikian berkembang biaknya sehingga
menjadi gangguan besar bagi tanam-tanaman dan menimbulkan
kerugian-kerugian yang tak kecil, bagi perkebunan-perkebunan.
Sungguhpun demkian monyet tersebut tidak boleh dibunuh.
Para sarjana Ekonomi India dan pemimpinnya sudah
menyadari betapa besarnya "economic waster" yang ditimbulkan
oleh itu semua. Akan tetapi mereka sampai sekarang tidak atau
belum mengatasinya. Dan Nehru semasa hidupnya pernah
menghadapi protes-protes yang pedas dari rakyat India, ketika ia
mengupas persoalan sacred monkey" itu secara rasionil, dan
mengemukakan idea untuk mengekspor monyet-monyet itu hidup-
hidup ke luar negeri, di mana monyet-monyet itu dapat dimanfaatkan
kulitnya sedangkan India mendapat devisa yang diperlukan untuk
pembentukan modal. Mengenai masalah sacred cow, Nehru
ataupun para pemimpin politik dan ekonomi India lainnya, tidak
pernah berani menyinggungnya. Malah memberi perlindungan atas
sacred cow ditempatkan dalam Undang-undang Dasar Negara India
sendiri.
Jelaslah sudah, bahwa kepercayaan yang hidup dalam
masyarakat seperti ini merugikan Gross National Produkct (GNP)
India, dan merintangi pemupukan modal. Akan tetapi dalam hal ini
pemimpin India yang bertanggung jawab berhadapan dengan suatu
kepercayaan agama yang sudah berurat berakar pada masyarakat
India, mengelakkan konfrontasi dengan mereka, berdasarkan
pertimbangan bahwa suatu percobaan untuk memberantasnya
secara radikal, niscaya akan berakibat negatif yang akan
mencetuskan kekacauan dan kerusakan-kerusakan terus menerus,
dan akan mengakibatkan macetnya pembangunan ekonomi.

26
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Di Indonesia kita tidak menjumpai masalah-masalah seperti


tersebut di atas. Di Pulau Bali, di mana mayoritas rakyatnya
beragama Hindu-Bali, tidak ada masalah sacred cow ataupun
sacred monkey. Malah sapi Bali terkenal sebagai sapi sembelihan,
dan di Bali sendiri ada Canning Industry, yang menghasilkan
Corned Beef.
Adapun di alam Minangkabau, kepercayaan atau adat
istiadat yang mengakibatkan pemborosan (waste) besar-besaran
boleh dikatakan tidak ada.
Syukur pula "Alam Minangkabau" masih terlindung dari
kebiasaan pemborosan besar-besaran yang terjadi bila ada
organisasi-organisasi yang merayakan Hari Ulang Tahunnya yang
kesekian, dengan pengeluaran besar tanpa alasan.
Namun masih ada kemungkinan dari wabah masyarakat,
yakni penyakit adu untung, atau perjudian massal dalam bermacam-
macam bentuknya, seperti hwa-hwe dan lain-lainnya, yang
meruntuhkan akhlak dan menghisap modal dari proses produksi dan
pasar dagang ke meja perjudian itu, dengan segala akibat-
akibatnya.
Inilah yang sangat perlu diawasi.
Selain dari pada itu, sikap jiwa (mental attitude) dari
masyarakat kita di sini pada umumnya masih tetap tertuntun oleh
akhlak, dan pandangan hidup Islam, tertuntun dan terbimbing oleh
"Adat basandi Syara' syara' mamutuih, Adat memakai !".
Kedua-duanya memberikan unsur-unsur pegangan hidup
yang positif, mengandung pendorong dan perangsang, force of
motivation, tenaga penggerak untuk mendinamisser satu
masyarakat yang statis atau "sedang mengantuk". Menumbuhkan
sifat-sifat kebiasaan-kebiasaan (human behaviour) yang diperlukan
untuk mengembangkan kegiatan ekonomis seperti menghindarkan
pemborosan, kebiasaan menyimpan, hidup berhemat, memelihara
modal supaya jangan hancur, melihat jauh kedepan, dan yang
semacam itu merupakan harta besar dari kekayaan masyarakat
yang tidak ternilai besarnya.

27
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

28
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

GALI DARI AJARAN ISLA M

Ajaran Islam sangat banyak memberikan dorongan kepada


sikap-sikap untuk maju, antara lain:

1. Keseimbangan
Hukum Islam menghendaki keseimbangan antara
perkembangan hidup rohani dan perkembangan jasmani ;
a) "Sesungguhnya jiwamu (rohani-mu) berhak atas (supaya
kamu pelihara) dan badanmu (jasmanimu) pun berhak
atasmu supaya kamu pelihara" (Hadist).
b) "Berbuatlah untuk hidup akhiratmu seolah-olah kamu akan
mati besok dan berbuatlah untuk hidup duniamu, seolah-
olah akan hidup selama-lamanya". (Hadist).

2. Self help

29
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Mencari nafkah dengan "usaha sendiri", dengan cara yang


amat sederhana sekalipun adalah "lebih terhormat", daripada
meminta-minta dan menjadi beban orang lain :
c) "Kamu ambil seutas tali, dan dengan itu kamu pergi
kehutan belukar mencari kayu bakar untuk dijual
pencukupan nafkah bagi keluargamu, itu adalah lebih baik
bagimu dari pada berkeliling meminta-minta". (Hadist).
Diperingatkan bahwa membiarkan diri hidup dalam kemiskinan
dengan tidak berusaha adalah salah :
d). "Kefakiran (kemiskinan) membawa orang kepada
kekufuran (keengkaran)" (Hadist).
3. Tawakkal
Tawakkal bukan berarti "hanya menyerahkan nasib" kepada
Tuhan, dengan tidak berbuat apa-apa;
e) Jangan kamu menadahkan tangan dan berkata : “Wahai
Tuhanku, berilah aku rezeki, berilah aku rezeki", sedang
kamu tidak berikhtiar apa-apa. Langit tidak menurunkan
hujan emas ataupun perak.
f) "Bertawakkal lah kamu, seperti burung itu bertawakkal".
(Atsar dari Shahabat).
Tak ada kebun tempat ia bertanam, tak ada pasar tempat ia
berdagang, tetapi tak kurang, setiap pagi dia terbang
meninggalkan sarangnya dalam keadaan lapar, dan setiap sore
dia kembali dalam keadaan "kenyang".
4. Kekayaan Alam
g) "Di arahkan perhatian kepada alam sekeliling yang
merupakan sumber kehidupan bagi manusia. 1)
Kepada alam tumbuh-tumbuh yang indah, berbagai warna
2)

menghasilkan buah bermacam rasa. 3)

30
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Kepada alam hewan dan ternak serba guna dapat dijadikan


kendaraan pengangkutan barang berat, dagingnya dapat
dimakan, kulitnya dapat dipakai sebagai sandang.4)
Kepada perbendaharaan bumi yang berisi logam yang
mempunyai kekuatan besar dan banyak manfaat.5)
Kepada lautan samudera yang terhampar luas, berisikan
ikan dan berdaging segar, dan perhiasan yang dapat
dipakai, permukaannya dapat diharungi dengan kapal-
kapal; supaya kamu dapat mencari karunia-Nya (karunia
Allah), dan supaya kamu pandai bersyukur".6)
Kepada bintang di langit, yang dapat digunakan sebagai
petunjuk-petunjuk jalan, penentuan arah bagi musafir".7)
5. Time - Space - Consciousness
h. "Dibangkitkan kesadaran kepada ruang dan waktu (space
and time consciousness) kepada peredaran bumi, bulan
dan matahari, yang menyebabkan pertukaran malam dan
siang dan pertukaran musim, yang memudahkan
perhitungan bulan dan tahun, antara lain juga saat untuk
menunaikan rukun Islam yang kelima kepada kepentingan
nya waktu yang kita pasti merugi bila tidak diisi dengan
amal perbuatan.10)
i. "Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk
beristirahat), dan kami jadikan siang untuk kamu mencari
nafkah hidup". 11)
j. "Dibandingkan kesadaran kepada bagaimana luasnya bumi
Allah ini" dianjurkan supaya jangan tetap tinggal terkurung
dalam lingkungan yang kecil, dan sempit"12) dan Dia lah
yang menjadikan bumi mudah untuk kamu gunakan.
Maka berjalanlah di atas permukaan bumi, dan makanlah
dari rezekiNya dan kepada Nya lah tempat kamu kembali.13)
Maka berpencarlah kamu diatas bumi, dan carilah karunia
Allah dan (di samping itu) banyaklah ingat akan Allah,
supaya kamu mencapai kejayaan". 14)

31
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

6. Jangan Boros
k. "Yang perlu dijaga ialah supaya dalam segala sesuatu
harus pandai mengendalikan diri,agar jangan melewati
batas, dan berlebihan ;16)
"Wahai Bani Adam, pakailah perhiasanmu, pada tiap-tiap
(kamu pergi) ke masjid (melakukan ibadah); dan makanlah
dan minumlah, dan jangan melampaui batas;
sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas".17).

Kalau disimpulkan ;
Alam ditengah-tengah mana manusia berada ini, tidak
diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan sia-sia, dalamnya
terkandung faedah-faedah kekuatan, dan khasiat-khasiat yang
diperlukan oleh manusia untuk memperkembang dan mempertinggi
mutu hidup jasmaninya.
Manusia diharuskan berusaha membanting tulang dan
memeras otak untuk mengambil sebanyak-banyak faedah dari alam
sekelilingnya itu, menikmatinya, sambil mensyukurinya, beribadah
kepada ilahi, serta menjaga dari pada melewati batas-batas yang
patut dan pantas, agar jangan terbawa hanyut oleh materi dan hawa
nafsu yang merusak. Dan ini semua adalah suatu bentuk
persembahan manusia kepada Maha Pencipta, yang menghendaki
keseimbangan antara kemajuan dibidang rohani dan jasmani.
Sikap hidup (attitude towards life) yang demikian, tak dapat
tidak merupakan sumber dorongan bagi kegiatan penganutnya, juga
di bidang ekonomi, yang bertujuan terutama untuk keperluan-
keperluan jasmani (material needs).
"Hasil yang nyata" dari dorongan-dorongan tersebut
tergantung kepada dalam atau dangkalnya sikap hidup tersebut
berurat dalam jiwa penganutnya itu sendiri, kepada tingkat
kecerdasan yang mereka capai dan kepada keadaan umum di mana
mereka berada.

32
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Sebagai masyarakat beradat dengan pegangan adat


bersendi syariat dan syariat yang bersendikan Kitabullah, maka
kaedah-kaedah adat itu memberikan pula pelajaran-pelajaran antara
lain:

1). Bekerja:
Ka lauik riak mahampeh
Ka karang rancam ma-aruih
Ka pantai ombak mamacah
Jiko mangauik kameh-kameh
Jiko mencancang, putuih - putuih
Lah salasai mangko-nyo sudah

2). Caranya:
Senteng ba-bilai,
Singkek ba-uleh
Ba-tuka ba-anjak
Barubah ba-sapo

Anggang jo kekek cari makan,


Tabang ka pantai kaduo nyo,
Panjang jo singkek pa uleh kan,
mako nyo sampai nan di cito,
Adat hiduik tolong manolong,
Adat mati janguak man janguak,
Adat isi bari mam-bari,

33
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Adat tidak salang ma-nyalang, (basalang tenggang.)

Karajo baiak ba-imbau-an,


Karajo buruak bahambau-an,
Panggiriak pisau sirauik,
Patungkek batang lintabuang,
Satitiak jadikan lauik,
Sakapa jadikan gunuang,
Alam takambang jadikan guru.
Jiko mangaji dari alif,
Jiko babilang dari aso,
Jiko naiak dari janjang,
Jiko turun dari tanggo.
Pawang biduak nan rang Tiku,
Tandai mandayuang manalungkuik,
Basilang kayu dalam tungku,
Disinan api mangko hiduik.
Handak kayo badikik-dikik,
Handak tuah batabua urai,
Handak mulia tapek-i janji,
Handak luruih rantangkan tali,
Handak buliah kuat mancari,
Handak namo tinggakan jaso,
Handak pandai rajin balaja.
Dek sakato mangkonyo ado,

34
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Dek sakutu mangkonyo maju,


Dek ameh mangkonyo kameh,
Dek padi mangkonyo manjadi.
Nan lorong tanami tabu,
Nan tunggang tanami bambu,
Nan gurun buek kaparak
Nan bancah jadikan sawah,
Nan munggu pandan pakuburan,
Nan gauang katabek ikan,
Nan padang kubangan kabau,
Nan rawang ranangan itiak.
Alah bakarih samporono,
Bingkisan rajo Majopahik,
Tuah basabab bakarano,
Pandai batenggang di nan rumik.

Latiak-latiak tabang ka Pinang


Hinggok di Pinang duo-duo,
Satitiak aie dalam piriang,
Sinan bamain ikan rayo.

3). Kemakmuran :
Rumah gadang gajah maharam,
Lumbuang baririk di halaman,
Rangkiang tujuah sajaja,

35
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Sabuah si bayau-bayau,
Panenggang anak dagang lalu,
Sabuah si Tinjau lauik,
Birawati lumbuang nan banyak,
Makanan anak kamanakan.
Manjilih ditapi aie,
Mardeso di paruik kanyang.

4). Perhatian :
Ingek sabalun kanai,
Kulimek balun abih,
Ingek-ingek nan ka-pai
Agak-agak nan ka-tingga

Teranglah sudah ...., bagi setiap orang yang secara serius


ingin berjuang di bidang pembangunan masyarakat lahir dan batin
material dan spiritual pasti dia akan menemui disini satu iklim
(mental climate) yang subur bila pandai menggunakannya dengan
tepat akan banyak sekali membantunya dalam usaha pembangunan
itu.

NUCLEAR:

Lah masak padi 'rang singkarak,


masaknyo batangkai-tangkai,
satangkai jarang nan mudo,

36
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Kabek sabalik buhus sontak,


Jaranglah urang nan ma-ungkai,
Tibo nan punyo rarak sajo.
Artinya diperlukan orang-orang yang ahli dibidangnya untuk
menatap setiap peradaban yang tengah berlaku.

Melupakan atau mengabaikan ini, mungkin lantaran


menganggapnya sebagai barang kuno yang harus dimasukkan
kedalam museum saja, di zaman modernisasi sekarang ini berarti
satu kerugian. Sebab berarti mengabaikan satu partner "yang amat
berguna" dalam pembangunan masyarakat dan negara.
Membangun kesejahteraan dengan bertitik tolak pada
pembinaan unsur manusia nya, sehingga menjadi homo
ekonomikus, sebagaimana yang kita lihat sekarang sedang
dilakukan oleh Yayasan Kesejahteraan dapat dimulai setiap waktu.
Tidak menunggu sampai datangnya kredit luar negeri, atau kapital
asing yang akan mendirikan pabrik-pabrik modern di negeri kita lebih
dulu. Tidak.
Sebab dia dimulai dengan apa yang ada.
Yang ada ialah kekayaan alam dan potensi yang terpendam
dalam unsur manusia.
Ibarat orang mengaji dia memulai dari alif. Sesudah itu baa,
kemudian taa, dan seterusnya. Selangkah demi selangkah - step by
step - thabaqan ‘an thabag.
Dia mulai dengan memanggil potensi yang ada dalam unsur
manusia, masyarakat pedesaan itu. Kepada kesadaran akan benih-
benih kekuatan yang ada dalam dirinya masing-masing.
Yakni : observasinya yang bisa dipertajam
daya pikirnya yang bisa ditingkatkan
daya gerak nya yang bisa didinamiskan,

37
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

daya ciptanya yang bisa diperhalus,


daya kemauannya yang bisa dibangkitkan.

Dia mulai dengan menumbuhkan atau mengembalikan


kepercayaan kepercayaan kepada diri sendiri. Dengan kemauan
untuk melaksanakan idea self help kata orang sekarang sesuai
dengan peringatan Ilahi.
"Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala tidak merobah
keadan sesuatu kaum, kecuali mereka mau merubah apa-
apa yang ada dalam dirinya masing-masing ...."
Cukupkan dari yang ada ...
Telapak tangan....
Di sini kita melihat peranan hakiki dari Sumber daya manusia
yang berkualitas yang mampu mengolah dan memelihara alam
kurnia Allah untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriyah, dimulai
dengan nilai-nilai rohani.

Dalam hubungan peringatan ulang tahun Yayasan


Kesejahteraan di Padang, Pak Natsir mengatakan:
“Tadi pagi, kita sudah melihat Pameran Yayasan Kesejahteraan
dari hasil usaha masyarakat pedesaan. Amat sederhana. Tidak
dapat dibandingkan dengan Pameran Jakarta Fair yang
sekarang juga di Jakarta itu. Bila kita melihat barang-barang
yang sederhana itu, marilah kita coba melihat dibelakang
barang-barang itu, pula perkembangan potensi pribadi, dari
manusia-manusia yang telah melalui process, harap cemas
kegagalan, dinamika-dinamika daya cipta yang berkembang
penuh dengan, suka-duka, dengan cucuran keringat, seringkali
tetesan air mata, dalam menghadapi kesulitan yang serasa tak
dapat diatasi, menghadapi kegagalan-kegagalan yang hampir
membawa hanyut kedalam putus asa silih berganti dengan

38
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

gertaman gigi, didorong oleh cita-cita dan kemauan untuk


berjalan terus sampai berhasil...
"Jangan berhenti tangan mendayung,
nanti arus membawa hanyut" .....
Begitu bunyi suara hati mereka. Itu yang ada dibelakang hasil
lahiriyah yang dipameran itu. Mereka masih mengaji alif-baa-
taa. Kemauan mereka akan melanjutkan kaji khatam

Memang pada permulaan, terasa lambat kaji beralih, dari


reka kereka berangsur-angsur. Disatu saat kaji self help (menolong
diri sendiri) beralih kepada kaji mutual help, tolong-menolong, bantu-
membantu, dalam rangka pembagian pekerjaan, ber-ta'awun kata
ahli agama. Sesuai dengan anjuran Ilahi :
"Bantu membantu, ta'awun, mutual help dalam rangka
pembagian pekerjaan (division of labour) menurut keahlian masing-
masing ini, akan mempercepat proses produksi, dan mempertinggi
mutu, yang dihasilkan.
Dari taraf ini berangsur-angsur kepada take-off kata orang
sekarang. Dimana ibarat mesin sudah hidup, baling-baling sudah
berputar pesawatnya mulai bergerak, meluncur di atas landasan,
naik berangsur-angsur semakin lama semakin tinggi.
Kalau sudah demikian maka akan sampailah ke taraf ketiga,
yaitu taraf yang biasa kita namakan selfless help yaitu dimana kita
sudah dapat memberikan bantuan kepada orang yang memerlukan
dengan tidak mengharapkan balasan apa-apa.
Itulah taraf ihsan yang hendak kita capai sesuai dengan
maqam yang tertinggi yang dapat dicapai dalam hidup duniawi ini
oleh seorang Muslim dan masyarakat Muslimah.
Yakni untuk melaksanakan Firman Ilahi;

39
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

"Berbuat baiklah kamu (kepada sesama makhluk)


sebagaimana Allah berbuat baik terhadapmu sendiri (yakni
berbuat baik tanpa harapkan balasan).
Satu kemajuan Insya Allah akan terwujud dengan semboyan:
"Mulai dengan melatih diri sendiri, mulai dengan alat yang
ada, mencukupkan dengan apa yang ada. Yang ada itu
adalah cukup untuk memulai.
Kita menuju kepada taraf yang memungkinkan kita untuk
melakukan selfless help, memberikan bantuan atau infaq fii
sabilillah dari rezeki yang telah diberikan kepada kita tanpa
mengharapkan balasan jasa.
"Pada hal tidak ada padanya budi seseorang yang patut
dibalas, tetapi karena hendak mencapai keredhaan Tuhan-
Nya Yang Maha Tinggi". (Q.S. Al Lail, 19 - 20).
Itu tujuan yang hendak kita capai
Begitu khittah yang hendak kita tempuh.
Yang sesuai dan munasabah dengan fithrah kejadian
manusia yang universil.
Dalam rangka satu konsepsi tata cara hidup, sistem sosial
dalam "iklim adat basandi syara' syara' basandi Kitabullah".
Dalam rangka pembinan negara dan bangsa kita keseluruhannya.

Pak Natsir memperingatkan pula tentang kekuatan moral


yang dimiliki.
Saudara telah menanamkan "nawaitu" dalam diri Saudara
masing-masing untuk membina umat dalam masyarakat desa
yang sudah Saudara-Saudara ketahui kekuatan, baik kekuatan
ataupun kelemahan di dalamnya.
Saudarapun telah bersama-sama dengan mereka
mengalami suka dan duka, manis dan pahitnya.”

40
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Pernah ditahun 1946, setahun sesudah proklamasi, rombongan


kami (kata Pak Natsir), disambut di Bukittinggi dengan pantun :
"Mandaki ka gunung Marapi,
Manurun ka Tabek Patah,
Nampak nan dari Koto Tuo,
Lah barapo kali musim baganti,
Lah urang awak bana nan mamarintah,
Nasib kami baitu juo". 3)
Maka jawablah pantun itu dengan "amal", dengan Syi'ir
posisie kucuran keringat dan perasan otak. Kalau kadang-
kadang hendak berpantun juga, pelepaskan lelah, jawabkan
saja ;
Ba-ririk bendi di Indarung
Mandaki taruih ke Tinjau Lauik
Jan baranti tangan mandayuang,
Nanti aruih mambao hanyuik".4)

Bismillah .....
Kembangkan layar bahtera kecil saudara-saudara menuju
pulau harapan. Kami do'akan bersama-sama ;

Tukang nan tidak mambuang kayu,


3 )
Ada keluhan sebahagian masyarakat yang putus asa, melihat
kondisi yang kurang enak, dilihat dari sudah sering kalinya
pergantian zaman (penjajahan) bahkan sudah bangsa kita sendiri
yang memegang pemerintahan, akan ttapi perubahan yang dinanti
belum juga terlihat. Pesimismee keadaaan ini tidaklah sejalan
dengan tuntutan aqidah agama (tauhid) dan kaedah-kaedah adat.
4 )
Jawaban yang tepat adalah “jangan berhenti tangan
mendayung agar arus tidak membawa hanyut”.

41
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Nan bungkuak kasingka bajak,


Nan luruih katangkai sapu,
Satangkok kapapan tuai,
Nan ketek pa pasak suntiang 5)

Anak urang Padang Mangateh,


Nak lalu ka Payokumbuah,
Namun nan singgah iko ka ateh,
Bijo barandang nan ka tumbuah. 6

Mamutiah cando riak danau,


Tampak nan dari muko-muko,
Batahun-tahun dalam lunau,
Namun nan intan bakilek juo. 7)
5 )
Artinya, tukang yang ahli tidak pernah membuang-buang kayu,
kalau bertemu yang bengkok bisa dimanfaatkan untuk bajak peluku
tanah, kalau ada yang lurus tapi kecil dimanfaatkan untuk tangkai
sapu, lebih kecil lagi bisa untuk alat penuai padi atau anai-anai,
yang lebih kecil lagi bisa untuk pasak sunting yang bermanfaat
sekali dikala perhelatan “anak daro”. Jadi, seorang yang arif lebih
menitik beratkan kepada manfaat sesuai dengan kondisi yang ada.
6 )
Artinya, masa depan itu akan ada perubahan yang cepat,
begitu cepat sehingga kadang-kadang yang terjadi di luar dugaan
sama sekali, sehingga tidak mustahil terjadi apa yang musykil
terlihat hari ini. Antara lain sebagai diungkapkan dalam kemajuan
teknologi “tampang” yang sudah direndang itulah yang akan
tumbuh”. Dalam bentuk negatif saja bisa bertemu yang selama ini
ditolak karena sudah menjadi kebiasaan orang banyak maka yang
salah sudah dianggap betul.
7 )
Artinya, dalam situasi sedemikian perlu adanya benteng-
benteng jiwa berbentuk sikap istiqamah sebagai suatu ciri-ciri
khusus (mumay yizaat) dari orang-orang yang beriman, yakni
Akhlaqul kharimah sebagai buah dari keyakinan agama yang hak.

42
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Bekerjalah ..... ,
Bismillah ...... -

Dimana, betapun yang bernuansa intan walau tersimpan di dalam


lumpur, cahayanya tetap cahaya intan juga.

43
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

TIDAK BOLEH KITA PASIF 8)

Pertanggungan jawab moral kita, tidak mengizinkan kita


pasif. Terutama semua kita yang oleh umum dianggap mempunyai
kedudukan pemimpin. Bencanalah yang akan menimpa kita
semua apabila golongan pemimpin disaat seperti sekarang ini,
asyik merawati, lalu mendandani kehidupan masing-masing, dan
kemudian tenggelam di dalamnya, sedangkan teman-teman
lainnya yang lebih lemah dibiarkan mencari nasib masing-masing.

Memang .....,
“Ada bedanya kita yang sudah dianggap orang pemimpin
dari orang awam.”
Makanya kita yang dianggap orang pemimpin itu, ialah
karena kita memiliki beberapa hal.
Kita memiliki dan seharusnya memiliki ;
• Ke-Iman-an kepada Tuhan Yang Maha Esa,

8 )
Kunjungan Bapak M.Natsir ke Balai Kesehatan A'isyyiyah Padang tanggal
15/6/1968 hanya 10 menit dan dari peringatan itu dikutip Taushiyah.

44
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

• Daya pikir dan daya cipta


• Cara hidup yang bersih
• Akhlaq dan budi pekerti yang baik,
• Rasa cinta kepada Agama, nusa dan bangsa umumnya,
• Rasa setia kawan dan rasa tanggung jawab moril terhadap
saudara mereka itu, yang telah pernah terhimpun dalam
hubungan persaudaraan, sebagai pembawaan sejaran dan
persamaan pandangan hidup, khususnya.
Yang kita miliki itu tidak dapat diukur dengan ukuran uang
atau kekuatan lahir.
Akan tetapi tidak syak lagi, semua itu adalah modal dan
tenaga pendorong..... 

45
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

"HIDUPKAN KEMBALI UKHUWWAH


ISLAMIYAH 9)

Sudah mulai agak janggal pula kedengarannya bila


menyebut kaji ini. Kaji yang sudah begitu lama kita kunyah. Tetapi,
yang masih sedikit sekali berjumpa pelaksanaannya dalam
kehidupan sehari-hari. Kehidupan modern dengan alat-alat
penghubungnya yang serba lengkap, automobil, kereta api, kapal
terbang, tilpon, pers, radio, televisi, semua itu ternyata gagal
dalam menghubungkan jiwa dan jiwa, dalam ikatan persaudaraan
yang ikhlas dan hakiki.
Rupanya soalnya bukan soal alat. Soalnya terletak pada
jiwa yang akan mempergunakan alat penghubung itu sendiri.
Sebaik-baik alat pemotret tidak bisa memprodusir gambar
seseorang yang tidak ada. Alat-alat komunikasi yang ultra modern
yang dapat menyampaikan pesan kepada satu satelit di luar bumi
dengan tekanan suatu knop saja, alat-alat semacam itu tidak
mampu menghubungkan rasa muhibbah itu sendiri yang tidak ada.
Alat-alat komunikasi sebagai hasil dari teknik modern ini
telah dapat memperpendek jarak sampai sependek-pendeknya.
9 )
Kuliah Umum, dihadapan Mahasiswa IKIP Padang, 15 Juni 1968.

46
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Akan tetapi jarak jiwa dan rasa manusia tidak bertambah pendek
lantarannya. Malah sebaliknya yang seringkali kita jumpai. Hidup
bernafsi-nafsi, siapa lu siapa gua, semakin merajalela.
Inilah problematik dunia umumnya sekarang ini, ditengah-
tengah kemajuan material dan teknik yang sudah dapat dicapai
manusia diabad XX ini.
Ini juga problematik yang dihadapi manusia Umat Islam
khususnya.

Persoalan uchuwwah Islamiyah ini wajib kita


memecahkannya dengan sungguh-sungguh, kalau benar-benar
kita hendak menegakkan Islam dengan segala kejumbangannya
kembali dinegara ini.

Bagi Umat Islam soal ini hanya dapat dipecahkan oleh


Umat Islam sendiri, tidak boleh oran lain.
Dan jika tidak dipecahkan, maka yang salah ialah Umat
Islam sendiri, terutama para pemimpinnya, bukan orang lain.

Menegakkan dan menyuburkan Ukhuwwah Islamiyagh


tidaklah sangat bergantung kepada alat-alat modern, tidak pula
kepada harta bertimbun-timbun.
Malah dikalangan kaum yang hidup sederhana itulah kita
banyak berjumpa "suasana ukhuwwah" lebih dari kalangan yang
serba cukup dan mewah.
Dan ....,
Sekiranya ukhuwwah itu dapat ditumbuhkan hanya dengan
mendirikan bermacam-macam organisasi, dengan anggaran dasar
dan kartu anggotanya, dengan semboyan-semboyan dan poster-
posternya, semestinya ukhuwwah sudah lama tegak merata
diseluruh negeri ini.

47
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Sekiranya ukhuwwah Islamiyah dapat diciptakan dengan


sekedar anjuran-anjuran lisan dan tulisan, semestinya sudah lama
ukhuwwah Islamiyah itu hidup subur dikalangan Umat Islam, dan
umat itu sudah lama kuat dan tegak.
Sebab sudah cukup banyak anjuran lisan dan tulisan yang
dituangkan kepada masyarakat selama ini.
Ayat dan hadist mengenai ukhuwwah, sudah berkodi-kodi kertas,
dilemparkan kedalam masyarakat dengan majalah-majalah, buku-
buku dan surat-surat kabar, sudah hafal, dikunyah-kunyah dan
dimamah orang banyak.

Kalau ukhuwwah Islamiyah belum kunjung tercipta juga, itu


tandanya pekerjaan kita belum selesai.
Dan kalau usaha-usaha selama ini belum berhasil dengan
memuaskan, itu tandanya masih ada yang ketinggalan, belum
dikerjakan.

Rupanya soal ukhuwwah ini soal hati yang hanya dapat


dipanggil dengan hati pula.
Sedangkan yang sudah terpanggil sampai saat sekarang
barulah telinga dan dengan kata. Oleh karena pihak pemanggil
yang bisa berbicara barulah lidah dan pena-nya belum hati dan
jiwanya.

Rupanya dan memang terbukti rahasianya menegakkan


ukhuwwah Islamiyag terletak dalam sikap langkah dan perbuatan
yang kecil-kecil dalam pergaulan sehari-hari, seperti yang
ditekankan benar oleh Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam dalam
membina jamaah dan umat Islam yang pertama-tama, tegur sapa,
memberi salam, dan menjawab salam, mengunjungi orang sakit
yang sedang menderita, mengantarkan jenazah ke kubur,

48
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

memperhatikan kehidupan sejawat, membujuk hati yang masygul,


membukakan pintu rezeki bagi mereka yang terpelanting,
membukakan pintu rumah dan pintu hati kepada para dhu'afa, dan
amal-amal kecil yang semacam itu, kecil-kecil tapi keluar dari hati
yang ikhlas dan penuh rasa persaudaraan.
Sedangkan kita selama ini lebih tertarik oleh cara-cara
borongan, demonstratif, dengan berteras keluar, asal kelihatan
oleh orang banyak.

Wal hasil,
membangun kembali ukhuwwah Islamiyah memerlukan
peninjauan dan penilaian kembali akan cara-cara yang sudah
ditempuh sekarang.
dia memerlukan daya cipta dari pada pemimpin yang dapat
berijtihad,
dan memerlukan para pekerja lapangan tanpa nama, tanpa
mau dikenal khalayak ramai,
bersedia meniadakan diri.

Memakmurkan masjid kembali, menyusun jamaah, melalui


itu, menegakkan ukhuwwah Islamiyah adalah kaji alf-baa-taa.
Bukan barang baru lagi ahli qiraat, tapi mungkin sekali
kelalaian kita ini adalah lantaran berlaku seperti ahli qiraat yang
asyik dengan nada dan irama suara, tapi lupa akan pokok-
pokokonya "tajwid alif-baa-taa".

Waktu belum kasip, asal mulai dari sekarang.


Sekarang;
Jangan habis masa dengan mengunyah dan memamah
apa-apa yang diperbuat dan tidak diperbuat orang lain.

49
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Tak usah kita terombang-ambing, o leh pertanyaan-


pertanyaan seperti : "Bila nanti orang membuka pasar, apakah kita
akan turut berjual beli ...?

Pertanyaan semacam ini baru pantas dipikirkan jawabnya


oleh orang yang sudah memiliki modal atau barang yang akan
diperdagangkan.
Adapun orang yang kantongya kosong, barang-barang pun
tak punya, apakah yag akan diperjual-belikannya nanti biar pun
orang membuka pasar ....,
Jangan-jangan dia seperti yang akan jadi barang dagangan
orang lain .........,

Semogalah tidak akan berlaku sebagai yang dikeluhkan


sya'ir ;

" Maka berserulah situkang seru ;


" Wahai manakah dia yang menyahuti seruan ini,
" Yang diseru,
" tak kunjung menyahut juga .....".

50
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

MOH. NATSIR

DALAM PELAYARAN YANG PANJANG, ADAKALANYA,


NAHKODA
HARUS BERPIRAU

I. Berpirau artinya maju. Maju menyongsong angin dan arus.


II. Waktu berpirau, perahu dikemudikan demikian rupa, sehingga
angin dan gulungan ombak tidak memukul tepat depan, tepi
menyerang.
III. Adapun haluan pelayaran tetap kearah tujuan yang telah
ditentukan, tidak berkisar.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang yang
sedang berpirau :
1. Angin dan gulungan ombak tidak di songsong tepat terpampan.
Akan tetapi arah perahu sekali-kali tidak boleh demikian rupa
sehingga mudah terbelok melintang sejajar dengan gulungan
ombak. Satu kali letak perahu begitu, dia akan terbalik digulung
gelombang.
Kalau ada satu ketika gelombang terlampau besar, arus
terlampau deras, angin badai berputar-putar, lebih baik sauh
dibongkar, layar diturunkan berhenti ditempat sebentar, menunggu
badai reda. Tidak ada badai yang tak pernah reda. Lebih
banyaklah sementara itu taqqarub kepada Ilahi Rabbi, kepada
Khaliq yang menjadikan segala sesuatu yang termasuk angin dan
arus itu.
Bagi seorang Muslim ikhtiar dan do'a memang selalu sejalan
berjalin, tidak boleh dipisahkan.
Ini lebih baik dari pada melepaskan kendali dari tangan,
dibiarkan perahu terombang ambing, menurutkan kemana angin
dan arus menderas.

51
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

2. Kemudi tidak boleh lepas dari tangan. Mata juru mudi dan
nahkoda tidak boleh lepas dari mengawasi pedoman untuk
menentukan arah, mengaasi kemana-kemana jurusan angin dan
arus, mengawasi bintang yang jauh dilangit, untuk menentukan
tempat agar jangan keliru memegang kemudi. Disangka awak
masih berpirau, kiranya haluan terlongsong berkisar sulit pula
membetulkannya kembali.
Awak perahu tidak boleh berhenti mendayug. Berhenti
mendayung, sauh tidak boleh dipasanng berarti hanyut. Sebab
angin dan arus tidak timbul suasana lesu, dan suasana masa
bodoh, atau paniek, akan sukar pula membangkitkan mereka
mendayung kembali. Mereka selalu asyik dan diasyikkan.
Jika dayung besar, sesuatu waktu dirasakan terlampau berat
tukar dengan dayung yang lebih ringan yang sesuai dengan
tangga mereka waktu itu. Namun berdayung terus berdayung.
Agar jiwa mereka tetap besar harapan mereka tidak patah. Hati
mereka harus terus dirawat.
Seorang nahkoda, bagaimanapun pintarnya, tidak bisa berlayar
sendiri. Kekuatannya terletak pada tenaga anak perahu. Diwaktu
badai tidak bolehlah dia mendandani dirinya sendiri. Bila perlu dia
juga harus bersedia dan bisa mennjadi juru bantu, turut
mendayung, menimba air, memanjat tiang memasang layar.
Nahkoda tidak boleh terlepas dari mata anak perahu. Mereka ini
tidak boleh mendapat atau mendapat kesan, bahwa tempat
kemudi kosong, tidak ada yang menunggui. Ini bisa menimbulkan
putus harapan dan suasana paniek. Dalam keadaan seperti itu
mudah sekali anak perahu yang sedang kehausan lantaran tidak
sabar atau lantaran kejahilan mengorek dinding perahu supaya
lekas-lekas mendapat air. Padahal airnya air bergaram, tidak
dapat diminum melepaskan haus; sedangkan perahu bisa
tenggelam lantaran berlobang dan membawa tenggelam semua
penghuni perahu bersama-sama; bukan karena arus dan badai,
tetapi karena nahkoda yang lalai.

52
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

3. Tenaga berpirau yang pokok ialah tenaga dayung.


Nakhoda yang mahir, di samping itu dapat mempergunakan angin
yang datang menyerang dari samping, penambah tenaga dayung;
kemahirannya terletak dalam memasang layar, dalam
menentukan, mana layar yang harus dipasang mana yang harus
diturunkan; kemana kemudi harus ditekankan, agar tenaga angin
seperti itu dapat diambil manfaatnya, dengan tidak dikuatiri akan
membelokkan arah.

4. Berlayar bukan asal sekedar berlayar. Harus tentu-tentu tempat


yang dituju. Harus tentu sifat muatan yang dibawa. Adapun
bendera dan panji-panji, besar pula manfaatnya sebagai lambang
dari tujuan yang hendak dicapai dan dari isi muatannya dibawa.
Tak layak lagi bahwa simbolik mengandung kekuatan yang tidak
boleh diabaikan.
Dalam pada itu, kadang-kadang dimusim darurat, mengibarkan
bendera lambang itu menimbulkan kesulitan. Dalam keadan yang
semacam itu ijtihad Nakhodalah yang menentukan, disuatu
keadaan, manfaat dan mudharatnya mengibarkan lambang ditiang
tinggi itu.
Yang perlu dijaga ialah :
a. Jangan lakukan "tasyabbuh".
Tasyabbuh yang barangkali tadinya dimaksudkan untuk
menyamar, akan tetapi kesudahannya membingungkan anak
perahu sendiri, dan menghancurkan kepribadian mereka.

b. Jangan ada "talbisul haq bil bathil" mencampur adukkan


muatan yang baik dengan yang buruk, nanti seluruh muatan jadi
rusak.

53
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

c. Anak perahu dan para penumpang semuanya harus dilatih


dan para Nakhoda melatih diri, sehingga mereka bisa bergerak
ibarat ikan berenang dilaut, terus menerus dikelilingi air asin, tetapi
dagingnya tetap tawar dan segar.
5. Tidak ada jalan yang selalu mudah dan licin untuk mencapai
sesuatu tujuan yang bernilai tinggi. Tidak ada pelayaran tanpa
resiko. Soalnya bukanlah ada resiko. Soalnya ialah mengambil
resiko yang dapat dipertanggung jawabkan, setelah dibandingkan
dengan tenaga yang ada, dan denga nilai yang hendak dicapai.
Bagaimana orang bermain di pantai kalau ikut kepercikan air.
Nakhoda selalu perlu ber-ijtihad, perlu mempergunakan daya
ciptanya teman seperahu, untuk menghadapi keadaan
sekelilingnya sewaktu-waktu.

Nakhoda harus menyadari harinya tidak berhenti. Harinya terus


menuju ke "laruik sanjo". Di samping itu, siapa yang tadinya
"Rijalul ghad" sedangkan berkembang menjadi "rijalul yaum".
Hutang nakhoda ialah membimbing mereka itu, melapangkan
jalan bagi mereka, melatih mereka sanggup bertanggung jawab
dan pengalaman pahit.

6. Beberapa rangkuman ayatdan hadist, yang dikemukakan


dibawah ini, semoga dapat menjadi pegangan, dalam meeruskan
"pelayaran" dan "berpirau" bila dipahamkan dan diambilkan api
yang terkandung di dalamnya.

54
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Dengan ini sebagai landasan berpikir, silahkan ;


Jangan gugup, Bismillah :
Layarkanlah terus perahu ini.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Maha Pengasih.

55
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

MOH. NATSIR

"A L I F"
" B A"
" T A A"

MASJID - JAMAAH - UKHUWWAH

Makmurkan Masjid kembali,


Tegakkan Jamaah dari sana ! 10

Seringkali bila kita berkata kepada orang yang sudah biasa


apa yang disebut berpolitik, berorganisasi dan berlambang
"Memakmurkan Masjid", mereka sambut denga sikap skeptis dan
dingin, sebab bunyinya kurang menarik, persoalannya tidak
diraskan aktuil, tidak vital bila dihubungkan denga apa yang
mereka namakan "perjuangan".
Sebenarnya maka mereka ini bersikap begitu oleh karena
sudah lama terkurung dengan tidak sadar barangkali dalam cara
berpikir yang konvensional dan statis.
Pada hal, sesungguhnya kepada Umat Islam, Rasulullah
Sallallahu 'alaihi wa sallam telah mewariskan justeru Masjid itu
sebagai lambang pembina potensi umatnya.
Masjid Quba di Madinah itu adalah pusat penyusuhan dan
pembangunan Umat Islam yang pertama; pembina kekuatan umat
dizaman pancaroba penuh derita.
Masjid bukanlah semata-mata tempat shalat, kalau sekedar
untuk shalat yang lima waktu dan sunnat bernafsi-nafsi seluruh
10 )
Kayutaman di Padang Panjang tanggal 18/6/1968

56
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

punggung bumi yang bundar ini adalah tempat Umat Islam


bershalat.

Masjid adalah untuk menegakkan ibadah dan menyusun


jamaah.
Islam tidak dapat tegak tanpa jamaah.
Ajaran-ajaran Islam adalah jalinan ibadah dan muamalah.
Yang satu "muamalah maal khalqi".
Ini kaji " alif - baa - taa".
Yang sudah terang perintah.
Bahwa perintah :

Adalah perintah wajib


Masyarakat Islam memikul jamaah yang dikenakan langsung
oleh jamaahnya/agamanya.
Maka Masjid adalah warisan Rasul, sebagai penangkalan bagi
Umat Islam untuk membina jamaahnya. Menambah pngertian,
mempertinggi kecerdasan, dan akhlaq budi pekerti, mendinamikan
jiwa, memberikan pegangan hidup bagi para anggota jamaahnya,
dalam menghadapi pokok-pokok persoalan hidup.
Malah dari Masjid dan Langgar yang berjiwa hidup dan
dinamis sebagai pusat, dapat diberikan bimbingan yang
menaikkan taraf kemakmuran hidup oleh para ahli yang mencintai
umat.
Soalnya penghidupan mereka, kebanyakannya, soal yang
sederhana dan elementer; soal ternak, tanaman dan pupuk, soal
mempertinggi hasil bumi, soal tambak, tebat ikan, dan kerajinan
masyarakat agraris, soal cangkul patah dan yang belum berganti,
soal sapi yang belum berobat, soal atap tiris yang belum disisip,

57
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

soal anak yang belum sekolah ..., Soal-soal yang tidak kunjung
dapat dipecahkan dengan sistem ekonomi yang hebat-hebat,
sistem pesawat udara jet-jet tanpa landasan tempat naik dan
turunnya.

Dengan masjid yang berjiwa hidup sebagai pusat pembinaan


umat, pusat pembinaan jamaah, akan dapatlah Umat Islam
memelihara "Izzah" kepribadian umat dalam berkecimpung dalam
masyarakat ramai yang berbagai corak, ibarat ikan dilaut
memelihara dagingnya tetap segar dan tawar walaupun terus
menerus berendam dalam air asin; dapat pula jamaah Islam itu
berlomba-lomba dengan jamaah lainnya menegakkan kebenaran
dan keadilan dan menyumbangkan kebajikan bagi masyarakat
umum.

Itu fungsi Masjid,


Itu kewajiban Umat Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam
dalam keadaan macam manapun.
Bina Jamaah melalui Masjid .....,
Hidupkan Masjid kembali, nanti, masjid akan memancarkan
hidup kepada umat.
Akan beberapa puluh ribu benar jumlah gedung-gedung
kebudayaan, markas-markas organisasi dengan mulanya, stadion-
stadion dengan lapangannya, dinegeri ini.
Bandingkan dengan milyunan banyaknya masjid besar kecil
langgar dan surau milik umat Islam yang bertabur-tabur dinegeri
ini.
Tinggal; mengisi dan menghidupkannya.
Bukan sekedar memperindahnya untuk diperagakan
dilagakkan, ibarat orang menghias kuburan cina dengan marme
berukir-ukir, menyimpan mayat tak bernyawa di dalamnya.

58
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Alangkah meruginya Umat Islam, bila mereka tidak kunjung


mengenal dan mempergunakan modal dan kekayaannya sumer
kekuatannya.
Bukanlah masjid yang hidup itu, kepada Umat Muhammad di
amanatkan untuk "mencetak" manusia yang hidup yang tidak
kenal gentar selain dari kepada Allah.

Sudah kita lupakan ;

" Hanya yang akan memakmurkan masjid-masjid Allah,


" orang-orang yang beriman kepada Allah dan kepada hari
" kemudian, serta menegakkan shalat dan mengeluarkan
" zakat, dan tidak takut melainkan (hanya) kepada Allah;
" maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang
terpimpin", (at- taubah 18).
Ini tuntutan yang diterima Umat Islam dari Syariat Islam yang
tidak disangkal wajib berlakunya atas pemeluknya di negeri ini.

59
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

TAFSIR AT-TAUSHIATUL KHAMSAH

1). Kalau kita memperhatikan risalah "At Taushiatul Khamsah",


oleh Al Ustadz ABU LIHJAH, teranglah yang pertama-tama
dimaksudkan olehnya ialah :

Konservasi - yakni menghimpunkan atau pemeliharan apa yang


ada
Maksud konversi itu untuk membukakan jalan bagi re-
integrasi yakni "menghimpun yang tadinya berserakan".
Re-integrasi hanya akan bermanfaat apabila disusuli oleh
konsolidasi, penyatuan bagi apa yang sudah dihimpun.
Bila konsolidasi sudah terjelma, segala langkah dapat
diajukan secara tertib, dalam konfrontasi terhadap pelbagai
peristiwa dan keadaan.
Begitu intisari dari "At Taushiatul Khamsah", ....

2). Sekarang sudah sekian masa yang lewat, sudah patut pula
dibuat sekedar balans
Alhamdulillah, konservasi itu sampai sekrang berhasil juga. Pada
umumnya tidak mengecewakan.
Terutama ialah berkat adanya "anti toxine" lama yang masih
mengalir pada jamaah-jamaah utuh.
Bisa timbul pertanyaan ;
"apakah "utuh" itu ?

Artinya bukan sekedar tidak masuk jamaah lain-lain?

60
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Jika pada umumnya demikian, ini barulah "taraf minimal"


sifatnya baru negatif. Sudah tentu proses konservasi tidak boleh
berhenti disitu.
Pisang juga kalau diperam lama-lama, walaupun tidak akan
berobah menjadi mangga, dia akan ranum, cair tidak bisa
dipergunakan lagi.
Kalau kita memperhatikan dengan tajam, tak dapat disangkal,
bahwa dikalangan jamaah, sudah juga ada mulai kelihatan gejala-
gejala "ranun" itu.
Ada yang "uzlah"pasif
Ada yang mungkin dengan tidak sudah kian lama kian hanyut,
atau mereka terlihat dalam arus makshiyat 100%.
Ada yang hanya mengeluh;
Yah, apa boleh buat, apa boleh di bikin dalam keadaan seperti
sekarang ini.
Lalu menunggu perkembangan keadaan. Kalau-kalau
keadaan akan berubah.
Seolah-olahnya nanti itu, akan kedengaran semacam gong
besar, menandakan "keadaan sudah berubah".
Sedangkan, andaikatapun akan ada kejadian semacam itu,
belum tentu pula olehnya apa yang seharusnya diperbuatnya
disaat itu selain dari pada terkejut.
Memang zaman itu akan berubah juga, dengan atau tanpa
kita.
Soalnya ialah apakah perubahan itu akan menguntungkan kita
atau akat merugikan kita.
Ini tentulah akan bergantung kepada :
- apakah kita memasukkan andil kedalam zaman itu dari
sekarang atau tidak.

61
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Oleh karena itu dari konservasi pasif, kita harus meningkat


kepada re-integrasi yang aktif.
Re-integrasi dalam tiga bidang :
(1) bidang umat,
(2) bidang pemimpin,
(3) bidang kader.

3). Bidang Umat


A. Risalah Alif-baa-taa, sudah mengemukakan sebahagian dari
usaha re-integrasi umat yang dipancarkan dari "lembaga risalah"
warisan Rasul.
Re-integrasi dalam bentuk ini, adalah hal yang primer, dan
tidak boleh tidak. Baik untuk jangka pendek maupun dalam
jangka panjang, dalam suasana keadaan bagaimana pun
coraknya, walaupun sudah ada juga di samping itu bentuk dan
saluran-saluran lain.
Dia merupakan generator yang memancarkan aliran listrik,
untuk penggerakkan lain-lain saluran itu.
Jangan kita lupakan bahwa yang paling menderita kerusakan
oleh keadaan yang sekarang ini, bukanlah kehidupan materi,
tetapi kehidupan rohani.
Sejarah cukup membuktikan bahwa kendatipun keadaan pada
suatu waktu pulih dalam bentuk lahirnya, tetapi masih panjang
sekali masa yang diperlukan lagi, untuk pemulihan kesehatan dan
kemantapan rohani itu.
Untuk merawat luka "kehidupan rohani" itu, kemanakan lagi
akan di cari obatnya, selain daripada kepada "lembaga risalah"
yang hidup dan dapat memancarkan ....?

62
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

B. Suatu hal yang menimbulkan rasa syukur, ialah bahwa berkat


latihan-latihan mental dan amal semenjak dahulu itu, dibeberapa
tempat masih ada anggota-anggota (jamaah) yang menerjunkan
diri dalam penyelenggaraan bermacam-macam amal, dibidang
pendidikan, dakwah dan lain-lain amal sosial. Kebanyakan bersifat
lokal.
Yang diperlukan bagi mereka ialah ;
(1). perhatian dari pada kepala keluarga (jamaah), dorongan
dan tempo-tempo juga tuntunan.
(2). hubungan antara satu kegiatan lokal dengan kegiatan
lokal lainnya walaupun berupa "hubungan moril".
(3). menduduk-kan "nawaitu"nya,
Yang tersebut belakangan ini, "menduduk-kan nawaitu-nya"
penting sekali artinya dalam rangka re-integrasi dan konsolidasi.
Sebab besar bedanya antara seseorang yang melakukan
sesuatu kegiatan dengan alam pikiran, bahwa dia sudah pindah
perahu, lantaran menganggap bahwa perahunya yang lama sudah
kandas, dengan seseorang yang melaksanakan kegiatannya,
walaupun sama jenisnya, tetapi dengan niat dan pengertian
bahwa dengan cara itu dia melaksanakan bidang kesatu da kedua
dari pasal tiga qanun asasinya.
Yang pertama merasa, dia sudah pindah ke alam lain sama
sekali, dimana juga dirasanya tidak ada resiko.
Yang kedua merasa, masih merasa dalam alam yang lama,
sedang melanjutkan amal usaha dalam rangka yang lama itu,
walaupun sebahagian seberapa yang mungkin menurut ruang dan
waktu.
Pada umumnya, mendudukkan niat-memperbaharui dan
menyegarkan aqidah dan qaidah suatu partai politik, dalam arti
yang lazim. Dia adalah lebih dari di-ikat oleh kesatuan idea
dibidang politik, akan tetapi juga dan terutama oleh tali ukhuwwah
yang berurat pada keimanan.

63
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Yang tidak boleh bergerak itu ialah dan hanyalah satu bentuk
atau forum dari sudut yang mengenai praktis politik.
Tapi bagaimana orang akan biasa akan meniadakan tubuh
jamaah sendiri, sedang dia ini berakar dalam kalbu masing-
masing anggota keluarganya.
Yang perlu terus kita usahakan ialah menghidup suburkan
rasa dan kesadaran ke jamaah-an ini di antara para keluarga.
C. Sesungguhnya kita masih banyak mempunyai saluran tenaga.
Saluran-saluran lama dan saluran-saluran baru...
Dan bisa pula ditambh dengan yang paling baru lagi.
Di antara saluran-saluran yang lama, ada yang sudah lumpuh.
Tapi masih ada kerangkanya, dan masih ada pusatnya, walaupun
sudah sama-sama lumpuh. Pesat jalannya dengan lambang lain.
Mengenai ini perlu diajari dan diusahakan bagaiaman
menggiatkan lagi yang sudah lumpuh.
Di samping itu dimana pertukaran lambang, yang bertukar
hanyalah lambangnya bukanlah jiwanya.

4. Untuk itu re-integrasi dikalangan para kepala keluarga tadinya


merupakan syarat muthlak.
Sudah dapat dimaklumi, bukan sebanyak itu para kepala
keluarga tadinya, tentu ada yang sudah lama lucutnya, atau
lumpuh atau mulai ranum. Ada pula yang baru sekarang banyak
kukunya yang sebenarnya.
Kalau dia dahulu menjadi kepala keluarga dengan "tanda
kutip", dia sebetulnya benar-benar menjadi kepala keluarga, yang
bernafas keluar badan. Kalaupun sekarang dia tidak terang-terang
menentan, tetapi dari langkah lakunya dan ucapannya dia bukan
keluarga lagi.
Berada dalam keadaan semacam ini, maka usaha re-integrasi
dibidang ini, kita harus mulai dari alif-baa-taa.

64
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Mulailah dari teras yang tetap segar tandanya mereka sudah


lulus ujian, sudah berjalan dengan tertib, berangsur-angsur, yang
dengan izin Allah lebih baik dari yang tidak ada lagi itu.
Dan jika mereka yang sudah lemah-lemah lutut itu sekarang
ini, sudah melihat perkembangan menuju kearah yang agak
menggembirakan dan memberi harapan, nanti akan kembali.
Kita boleh coba mengobati lutut mereka yang lemah itu, tapi
jangan kita paksa-paksakan. Nanti kita kecewa, dan mereka
sendiripun kesal.
Adapun bekas golongan kepala keluarga dengan "tanda kutip"
itu, terbaik-baik saja kita dalam pergaulan sehari-hari,
sebagaimana juga kita berbaik-baik dalam pergaulan sehari-hari
dengan sesama manusia, walaupun berlainan jamaahnya.
Akan tetapi kalau sudah, mengenai hal-hal yang mengenai
risalah kita, disitu ada garis demokrasi yang tajam dan kita harus
mampu bersikap ;

" Jangan kawan-kawan turut keluar bersama kami sama


sekali" .....,
Mengenai hal yang semacam ini, akan berfaedah sekali bila
kita memperhatikan kembali, antara lain Surat At Taubah ayat 60 -
99 ....., dimana kita dapat berkenalan semacam corak manusia.
Silahkan ulangi mentelaahnya,
kemudian teruskan pada ayat 100 dan seterusnya ....,

Re-integrasi pada niveau kepala keluarga adalah integrasi


selectif. Sesungguhnya hikmah Allah menurunkan sesuatu ujian,
adalah guna seleksi.
Bukan untuk satu neveau golongan saja.
bukanlah keseluruhannya bisa diganti dengan umat yang lebih
baik,

65
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Maka perlulah sekali para kepala keluarga mengadakan


silaturahmi sewaktu-waktu.
Dalam silaturahmi itu terutama dapatlah diperbaharui ikatan
ukhuwwah yang menjasdi salah satu sumber kekuatan lahir dan
batin, dimana pula dapat dibuat inventarisasi dari tenaga-tenaga
yang ada, baik yang berupa faktor-faktor objektif ataupun faktor-
faktor subjektif.
Dapat saling lengkap melengkapi suatu fakta dan data yang
perlu sama diketahui.
Mungkin pula atas penilaian bersama itu dapat disusun satu
daftar usaha, untuk jangka pendek dan jangka panjang.

Satu da lainnya dengan semboyan dan tekad;


" yang sulit kita kerjakan sekarang,
" yang tak mungkin, kita kerjakan berseok ...
Insya Allah,
" yang mudah sudah banyak orang lain mengerjakannya
Jangan tinggalkan semuanya bila sebelum semua dapat
dilaksanakan.
Dalam silaturahmi, antara lain dapat dibuat balans dari usaha
yang sudah dilakukan dan yang belum dapat dilakukan.
Dan di coba lagi maju selangkah,
dan begitu seterusnya ......
Pendeknya satu dan lainnya, sudah sama kita fahami.

66
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Tak perlulah disini "orang tua diajar pula memakan bubur


lagi".
Pokoknya, Re-integrasi keluarga menghendaki re-integrasi
kepala keluarga yang selektif.
Re-integrasi aktif menghendaki aktiviteit.
Aktivited menghendaki bimbingan.
Rencana harus berdasarkan penilaian fakta dan data yang up
to date, dan tepat.
Bimbingan harus berdasarkan rencana,
Ini semuanya menghendaki adanya pengumpulan fakta dan
data yang dapat dipertanggung jawaban dalam silaturahmi lokal,
interlokal (dan sentral dimana bisa) .....

5). Kader
Zaman terus beredar dan tiap-tiap zaman dan rijalnya.
Babakan pentas bisa beralih, pemainnya bisa berganti. jalan
cerita sudah wajar pula menghendaki peralihan babak dan
penggantian pemain sesuatu waktu.
Memang itulah yang menjadi latar belakang pikiran kita, dalam
usaha pembinaan umat yang akan lebih panjang umurnya dari
pada usia seseorang pemimpin sesuatu waktu.
Maka yang tidak boleh tidak kita lakukan sebagai suatu
"conditiosine quanon", ialah meletakkan dasar bagi kontinuiteit
aqidah dan qaidah, diatas mana khittah harus didasarkan.
Satu-satunya jalan itu, ialah ;
Membimbing dan mempersiapkan tunas-tunas muda dari
generasi yang akan menyambung permainan di pentas sejarah.
Mempersiapkan jiwa mereka, melengkapkan pengetahuan
dan pengalaman mereka, mencetuskan api cita-cita mereka,

67
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

menggerakkan dinamik mereka, menghidupkan "zelf - disiplin"


mereka yang tumbuh dari Iman dan Taqwa.
Bukanlah itu suatu pekerjaan tersambil, sekedar pengisi-
pengisi waktu yang kebetulan berlebih.
Tempo-tempo ini adalah pekerjaan yang "masuk agenda",
yang untuknya harus disediakan waktu, harus dilakukan dengan
sadar dan pragmatis.
Dalam rangka ini ada dua hal yang perlu diperhatikan;

(A). Mereka dari generasi baru itu telah beruntung mendapat


kesempatan yang lebih luas dibidang menuntut ilmu, baik ilmu jiwa
duniawi ataupun ukhrawi, dari pada mereka dari angkatan 25
(duapuluh lima-an) dulu, syukur.
Tapi dasar Iman dan Taqwa yang merupakan sumber
kekuatan dan pedoman akhlaq dan karakter sebagai bekal yang
tidak boleh tidak harus mereka miliki untuk menjalankan tugas -
yang akan mereka jalankan itu.
Ini hanya dapat dicapai dengan r i a d a h dalam arti yang
luas.
(Disinilah terletaknya fungsi yang khusus dari Masjid sebagai
lembaga risalah yang hidup dan dinamis sebagai pusat
pembinaan umat dan pembentukan kader).
Apa yang kita lihat dan rasakn dalam "keadaan" sekarang ini,
cukuplah kiranya menjadi peringatan bagi kita, betapa pentingnya
meletakkan "dasar jiwa" bagi para calon pemimpin umat.
Banyak orang yang tadinya bertolak dari rumah dengan niat
dan semboyan hendak menegakkan panji-panji "kalimat ilahi",
akan tetapi lantaran dasar yang tidak kuat ditengah perjalanan,
tertempuh jalan yang disebut "tujuan menghalalkan semua cara".
Lupa mereka bahwa panji-panji Kalimat Allah itu tidak dapat
berkibar bila dalam perjalanan dia terus diinjak-injak oleh kaki
yang membawanya sendiri.

68
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

(B). Fakultas dari bermacam-macam jurusn sudah ada yang


mempersiapkan mereka untuk jadi "sarjana".
Kita menghajatkan teoritis yang tajam dan efektif.
Di samping itu yang dihajatkan dalam pembinaan umat ialah
"opsir lapangan" yang bersedia dan pandai berkecimpung di
tengah-tengah umat.
Kalaupun dihajatkan sarjana-sarjana, yang diperlukan bukan
semata-mata sarjana yang "melek buku" tetapi "buta masyarakat".
Sedangakn kemahiran membaca "kitag masyarakt" itu tidak
dapat diperoleh dalam ruang kuliah dan perpustakaan semata-
mata.
Oleh karena itu mereka perlu di-introdusir ke tengah-tengah
umat dan turut aktif bersama-sama menghadapi dan mencoba
mengatasi persoalan dari kehidupan umat dipelbagai bidang.
Sehingga mereka dapat merasakan denyutan jantung umat,
dan lambat laun berurat pada hati umat itu.
Makin pagi makin baik ......,

(Banyak dari antara gejala dari keadaan sekarang ini yang


dapat dielakkan tadinya, kalau tidaklah terlampau banyak kita
mempunyai "salon politik" yang menjadikan pemimpin amateur).
Maka ditengah-tengah masyarakat yang hidup itulah dapat
berlaku proses "timbang terima" secara berangsur-angsur, antara
yang akan pergi dan yang akan menyambung, patah tumbuh
hilang berganti.
Sebab kesudahannya, yang dapat mencetuskan "api" ialah
batu api juga.

69
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

6. Konsolidasi & Polarisasi


Tenaga-tenaga yang sudah dikumpulkan kembali secara
selektif, usaha-usaha lama yang tlah digiatkan lagi,
kegiatan-kegiatan baru dalam pelbagai bentuk yang sudah
tumbuh dengan spontan dimana-mana itu.
hanya akan dapat bertahan lama dan akan lebih efektif
apabila semua itu di konsolidir dengan menyatukan aqidah dan
qaidah, menyesuaikan langkah dalam suatu strategi yang sama.
Kalau tidak, kegiatan lokal dan regional itu bisa jadi "mangsa"
atau terdesak dalam kompetisi antara bermacam-macam
kekuatan dan aliran-aliran yang sama berkompetisi dengan kita,
sudah sama-sama kita ketahui masing-masingnya sudah
dipolarisasi dalam organisasi masing-masing yang utuh.
Teranglah bahwa usaha integrasi harus diiringi segera oleh
polarisasi melalui koordinasi kegiatan-kegiatan yang sejenis.
Ada lembaga-lembaga, yayasan-yayasan dibidang sosial,
dakwah dan kebudayaan yang diselenggarakan oleh para
keluarga.
Lembaga dan badan-badan itu perlu disatukan langkahnya,
diadakan di antaranya pembagian lapangan, kerja sama, saling
bantu membantu, dan yang utama disatukan faham mereka,
strategi yang akan ditempuh.
Di antara keluarga kita cukup banyak menulis, yang penanya
subur dan bermutu, mereka perlu diketemukan antara satu sama
lain.
Kalau belum bisa dalam bentuk organisasi yang formil,
dengan mengadakan diskusi (seminar), dan pertemuan se waktu-
waktu guna pembahas persoalan yang timbul dalam bidang
mereka, dan guna menyesuaikan langkah serta pedoman dalam
rangka tujuan dan mengisi "accu" umat.

70
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Banyak sekolah-sekolah menengah dan fakultas-fakultas


bertebaran dibeberapa tempat, dan diselenggarakan oleh keluarga
kita.
Cara bekerjanya taman-taman pendidikan itu perlu
disesuaikan dengan tujuan untuk membina kader dalam arti yang
sebenarnya, tidak sekedar penambah banyak orang yang bergelar
BA, Drs dan sebagainya.
Ini perlu peninjauan dan penjelajahan bersama antara
pemimpin-pemimpin instelling-instelling tersebut.
Perlu kontak, perlu mempool keahlian dan pengalaman.
Bagaimana sebenarnya agar menghidupkan masjid sebagai
pusat pembinaan umat yang efektif, agar jangan asal ramai orang
bershalat jamaah saja.
Ini perlu kepada koordinasi. Dan begitulah seterusnya.
Kalau re-integrasi dibidang kepala keluarga seperti dimaksud
dalam paal terdahlu bis dinamakan reintegrasi secara vertikal
(taushiyatul khamsah bab 1 dan 2), maka reintegrasi dari kegiatan
yang sejenis ini bisa dinamakan reintegrasi horizontal.
Kedua-duanya dilakukan sejalan, dan kedua-keduanya
menuju kepada konsolidasi dan polarisasi keseluruhannya, yakni
adanya potensi yang riil tersusun dan aktif dalam wijhah, khittah
dan strategi yang satu.
Formilnya tenaga-tenaga itu kalau perlu biar bersifat lokal atau
regional akan tetapi hakikatnya ;
Ini semua memerlukan tenaga yang khusus, dan pembagian
tugas menurut bidang masing-masing.
Segala sesuatu di selenggarakan tanpa gembar-gembor,
semuanya legal bersumber kepada hak-hak azasi yang juga
dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara.

Akhirul kalam

71
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Sekianlah beberapa pokok pikiran mengenai re-integrasi


dalam tiga bidang itu, sebagai landasan dari taraf-taraf selanjutnya
konsolidasi, polarisasi dalam rangka taushiyatul khamsah.
Adapun tafsri dari taushiyatul khamsah adalah tanfiznya.
Kata Saidina Umar bin Khatab R.A. tidak ada faedahnya suatu
pemikiran selama tidak ada pelaksanannya.
Maka tanfiz berkehendak kepada ; program, pembagian
tugas-tugas, pelaksanaan, balans, program lagi ....., dan begitu
seterusnya.
Tak usah ditegaskan lagi bahwa ini berkehendak kepada
pengkhidmatan dalam bermacam bentuk ; daya cipta, waktu,
keringat, harta (untuk tidak menyebutkan bentuk-bentuk yang lebih
dari pada itu dulu).
Ini sudah menjasdi sunnatullah,
laa tabdila likhalqillah .....,

Mudah-mudahan tidaklah kita akan masuk golongan yang


pernah disentil oleh seorang penyair ;
" kejayaan jua yang kau idamkan,
jalan mencapainya kau tempuh tidak,
Betapakah kapal akan berlayar ditanah kering.

Bismillah .....

72
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

RIDHA

TANYA DAN DO'A


ÄÄÄÄÄÄÄÄÄÄÄÄÄÄ

Tentang hidup di desa ini


Dari dahulu sampai kini
Banyak, cerita ku dengar
Dan pengalaman dan penderitaan dirasa
Hidup dilingkungan bahan bertimbun
Terlena dibuai nyanyian alam
Alpa menggali aneka guna
Meranalah hidup hampir tak punya,

Dini hari ................


Dalam upacara ini ............
Berdegup jantungku merangkum tanya
Munajat jiwaku memohon do'a.

Adakah ini mula masanya


-- Desauan air sungai ngalau dicelah celah batu ini
Bertukar derum mesin diruang pabrik
-- Lambaian bambu mendaduhkan daun-daun ini
Berganti cerobong tinggi mengepulkan asap,
-- Gerobak bemo, pedati kayu, ditarik insan mandi keringat

73
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Bertukar rupa truk, dan gerbong menyilang siur,


-- Punggung membungkuk meranting tulang mendukung derita
Menjelma manusia manusia baru
Makmur bahagia .......

74
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

MOHAMMAD NATSIR :

PEDOMAN PEMULIHAN TENAGA TERPELANTING

Ada ratusan ribu, kalau tidak milyunan, tenaga-tenaga yang


terpelanting sekarang ini. Ada puluhan ribu yang sudah gugur.
Banyak tenaga-tenaga yang invalid. Ada pula yang masih dalam
tahanan. Puluhan ribu rumah yang terbakar hangus.
Dengan tidak mengurangi penghargaan terhadap apa yang
sedang direncanakan oleh "yang berwajib" untuk menyalurkan
tenaga-tenaga yang terpelanting itu, dan lain-lainnya, timbul
pertanyaan, apakah kita boleh pasif saja sambil menunggu-
nunggu apa yang akan dilaksanakan oleh "pihak yang berwajib" ?
Jawabnya ; tidak !
Tidak boleh kita pasif. Pertanggung jawab moral kita tidak
mengizinkan kita pasif. Terutama semua kita yang oleh umum
dianggap mempunyai kedudukan pemimpin tadinya, baik dibidang
sipil atau dibidang militer tadinya.
Bencanalah yang akan menimpa kita semua apabila golongan
pemimpin disaat seperti sekarang ini, asyik merawati, lalu
mendandani kehidupan masing-masing, dan kemudian tenggelam
di dalamnya, sedang teman-teman lainnya yang lebih lemah
dibiarkan mencari nasib masing-masing.
Timbul pertanyaan; Apakah yang dapat kita lakukan dibidang
ini? Sedangkan kita tidak mempunyai apa-apa. Tidak mempunyai
kapital, tidak pula mempunyai wewenang apa-apa.
Memang. Tetapi ada bedanya kita yang sudah dianggap
orang pemimpim dari orang 'awam.
Makanya kita dianggap orang pemimpin itu, ialah karena kita
memiliki beberapa hal. Kita memiliki dan seharusnya memiliki;
a. Keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

75
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

b. Daya-pikir dan daya-cipta


c. Cara hidup yang bersih
d. Akhlak dan budi pekerti yang baik.
e. Rasa cinta kepada Agama, Nusa dan Bangsa umumnya
f. Ras setia kawan yang telah pernah terhimpun dalam hubungan
persaudaraan, sebagai pembawaan sejarah dan persamaan
pandangan hidup, khususnya.
Yang kita miliki itu tidak dapat diukur dengan ukuran uap atau
kekuatan lahir. Akan tetapi tidak syak lagi, semua itu adalah modal
dan tenaga pendorong. Di samping itu ada pula modal yang
terdapat di luar kita, yakni pada diri mereka yang bersangkutan
sendiri, berupa kemauan, kecakapan menurut bakat masing-
masing, dan ketabahan hati menghadapi kesukaran, yang sudah
tidak asing lagi bagi mereka selama ini.
Disekeliling kita terbentang bumi Allah yang kaya raya.
terkandung di dalamnya seribu satu macam sumber hidup bagi
tiap-tiap seseorang yang sungguh-sungguh berkemauan menggali
dan mempergunakannya. Semuanya merupakan modal yang
cukup besar dan effektif apabila dipergunakan dengan sebaik-
baiknya, dan akan diberkati oleh Allah Yang Maha Rahiem, bila
dipergunakan dengan mengharapkan keredhaan Nya.
Kalau ini sudah kita sadari, maka kita dapat membagi-bagi
tenaga-tenaga masyarakat yang sedang terpelanting menderita itu
dalam berbagai golongan yang kita harus dengan berbagai cara
pula.
Apa macam golongan itu ? Ada ;
A. Pelajar dan Mahasiswa
B. Bekas pegawai-pegawai Negeri Sipil dan Militer.
C. Bekas pegawai perusahaan-perusahaan swasta dan guru-
guru sekolah partikulir (Madrasah-Madrasah).
D. Tani, pedagang kecil dan buruh kecil

76
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

E. Mereka yang invalid


F. Keluarga yang ditinggalkan oleh mereka yang gugur.
G. Mereka yang masih dalam tahanan
H. Mereka yang kehilangan rumah
Bagaimana menghadapi masing-masing golongan tersebut ?

...................................................,

Tata - cara ;
Penyelenggaraan usaha-usaha tersebut diatas memerlukan
beberpa hal, baik yang bersifat psychologis ataupun technis;
1. Buka kan "pintu hati" dan "pintu rumah" kita bagi mereka yang
memerlukan bantuan dalam rangka pemulihan ini. Tunjukkan
minat kepada keadaan mereka dengan ikhlas dan sungguh-
sungguh.
Andaikata pun kita belum dapat memberikan bantuan kepada
mereka sewaktu itu juga, sekurang-kurangnya sokongan moril kita
harus berikan.
Hidupkan harapan mereka kepada kekuatan kerahiman Ilahi,
suburkan kepercayaan mereka kepada kekuatan yang ada pada
diri agar kita ketika itu, dengan hati yang lebih lega.
Hati yang lebih lega dan kembali berisi harapan niscaya akan
menambah himmah mereka untuk bekerja terus. Sekurang-
kurangnya, akan menambah daya tahan mereka dan
menghindarkan diri mereka pada perbuatan-perbuatan yang
menyalahi hukum Syar'iy atau duniawi. Sekali-kali jangan mereka
meninggalkan kita dengan bermacam-macam perasaan, yang
mematahkan hati mereka untuk menjumpai kita kembali.
2. Untuk kelancaran usaha pemulihan, diperlukan cara pencatatan
yang sederhana dari mereka yang bertebaran itu, mengenai

77
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

namany, alamatnya, kecakapannya dan lain-lainnya. Catatan-


catatan semacam itu diperlukan untuk memudahkan hubungan
menghubungkan mereka dengan bermacam-macam bidang
pekerjaan, sewaktu-waktu kita mengetahui terbukanya sesuatu
kesempatan bekerja atau sumber pencaharian, yang sesuai
dengan kecakapan dan kemampuan mereka.
3. Kumpulkan sebanyak-banyaknya bahan informasi dengan
mempertajam mata dan telinga dengan hubungan korespondensi
untuk mengetahui dimana ada, atau akan ada kesempatan
penyaluran tenaga-tenaga tersebut baik dalam ataupun di luar
daerah.
4. Ada seseorang telah terbuka kesempatan penyalurannya dalam
suatu bidang pekerjaannya, janga lupa ;
a. meamanatkan kepadanya, supaya dia benar-benar
membuktikan kesungguhannya dan senantiasa mempertinggi
mutu pekerrjaannya dibidang yang akan ditempuhnya itu. Dia
harus membuktikan bahwa dia adalah salah seorang dari
golongan yang menjunjung tinggi nilai-nilai hidup, seperti kejujuran
dan budi akhlak-akhlak pekerti yang baik.
b. Memesankan kepadanya, supaya bila apabila dia sudah
mendapat sumber pencahariannya, jangan dia sendiri tenggelam
di dalamnya. Akan tetapi di samping pekerjaannya, hendaklah dia
berusaha sedapat mungkin, merintiska jalan bagi teman-teman
yang masih bertebaran.
5. Tunjukkan minat kepada usaha-usaha yang telah atau sedang
dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok berupa
perusahaan sendiri, umpamanya dibidang pertanian, peternakan
atau perusahaan kecil dan sebagainya. Mereka ini termasuk
golongan yang berani merintis dan mempunyai inisiatif.
Gembirakan semangat bekerja mereka dan berilah dorongan
kepada perusahaan kecil yang diselenggarakan dengan tenaga
sendiri atau bersama itu. Kumpulkan bahan-bahan mengenai tata
kerja dan pengalaman mereka masing-masing yang dapat pula

78
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

dipergunakan sebagai pedoman bagi teman-teman mereka yang


ingin menempuh bidan itu pula.
6. Di dalam beberapa hal, dalam pekerjaan semacam ini mungkin
diperlukan menghubungi instansi-instansi resmi. Tidak usah ragu-
ragu atau khawatir bila untuk ini diperlukan menghubungi instansi-
insntansi itu. Hubungi mereka secara sopan, zakelijk dan correct,
dengan tidak menggadaikan martabat pribadi.
Ada dua cara yang dimanapun juga tidak akan mendapatkan
penghargaan, yakni ; cara sembrono yang tak tahu aturan, dan
cara pengemis yang mintak-mintak dikasihani.

...................................................,-

Penutup,
1. Barangkali timbul pertanyaan; Kalau begitu macamnya usaha-
usaha yang harus diselenggarakan mengingat teman-teman yang
banyak itu, lalau bagaimana kita sendiri ?
Jawabnya; Sudah tentu masing-masing kita perlu
mengusahakan agar dapur tetap berasap. Ini kewajiban kita
sebagai kepala keluarga. Tetapi dalam pada itu, sudah menjadi
pembawaan bagi seorang pemimpin bila ia hendak dianggap
sebagai pemimpin bahwa dia terus memikirkan dan
mengikhtiarkan kesejahteraan bagi umat yang dipimpinnya, di
samping itu berusaha memenuhi kewajiban terhadap diri dan
rumah tanggannya sendiri dengan sesatpun tidak memutuskan
harapan atau ma'unah dan kerahiman Ilahi dalam keadaan
bagaimanapun.
Amal dan ikhtiar kita dalam dua bidang kewajiban ini
senantiasa sejalan dan berjalin. Terkadang-kadang titik berat itu
mungkin berkisar-kisar di antara dua bidang itu, menurut tuntutan
keadaan disesuatu waktu. Tetapi kedua-duanya tetap terjalin,
dalam bagaimanapun juga.

79
Hidupkan Da’wah Bangun Negeri

Malah justeru di sa'at serba sulit itulah Umat menghajatkan benar


bahwa para pemimpin mereka dapat dirasakan berada ditengah-
tengah mereka dalam suka dan duka, dalam arti; tetap bersama-
sama menghadapi persoalan mereka walaupun mereka tahu
bahwa para pemimpin mereka itu tidak bisa, dengan serta merta,
mengatasi berbagai kesulitan-kesulitan yang mereka alami.

"KAMU HANYA AKAN DAPAT PERTOLONGAN (DARI ILAHI)


DENGAN, (MENOLONG KAUM YANG LEMAH DI ANTARA
KAMU",

Ini adalah Sunnatullah.

"TIAP-TIAP KAMU ADALAH PEMIMPIN, DAN TIAP-TIAP


PEMIMPIN AKAN DIMINTAK PERTANGGUNGAN JAWAB ATAS
PIMPINANNYA".

Bukanlah begitu peringatan Rasul ?

2. Pemikiran-pemikiran (idea) yang tersebut pada pasal-pasal


diatas itu belumlah komplet dan limitatif, yakni
tidaklah terbatas hingga itu saja. Satu dan lainnya
dikemukakan sebagai penggugah dan pengantar pemikiran. Kita
percaya kepada pengalaman-pengalaman daya pikir daya cipta
masing-masing kita yang sama-sama menghadapi kesempurnaan
lagi dalam praktiknya, sambil berjalan.
Mungkin pula dari apa yang tersebut diatas timbul pendapat
seolah-olah apa yang dikemukakan itu adalah barang lama, tidak
ada yang baru.

80
30 Tahun Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

Syukurlah kalau ternyata itu semua adalah hal-hal yang sudah


lama dikerjakan orang, dan lantaran itu tentu, kitapun dapat
mengerjakannya, asal mau.
Yang sudah terang ialah, bahwa barang yang lama itu tetap
bagi kita akan baru, selama kita tidak atau belum kerjakan.
Barangkali juga dirasakan, bahwa di antara hal-hal itu ada
yang demikian barunya sehingga sukar, malah rasa-rasa tak
mungkin dapat mencapainya. Semboyan kita ialah ;
- Yang mudah sudah dikerjakan orang
- Yang sukar kita kerjakan sekarang
- Yang "tak mungkin" kita kerjakan besok
- Dengan mengharapkan hidayat Ilahi.

"Katakanlah : Wahai kaumku, berbuatlah kamu sehabis-habis


kemampuan-mu, akupun berbuat"!

..................... Pertengahan November 1961,......

81

Вам также может понравиться