Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. PENGERTIAN
Endokarditis merupakan peradangan pada katub dan permukaan jantung. Endokarditis bisa bersifat
endokarditis rematik dan endokarditis infeksi. Terjadinya endokarditis rematik disebabkan langsung oleh
demam rematik yang merupakan penyakit sistemik karena infeksi streptokokus.endokarditis infeksi
(endokarditis bakterial) adalah infeksi yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme lain,
sehingga menyebabkan deformitas bilah katup.
( Muttaqin. 2009 )
B. PATOFISIOLOGI
Terjadinya endokarditis rematik disebabkan langsung oleh demam rematik, suatu penyakit sistemik yag
disebabkan oleh infeksi streptokukus grup A. Demam rematik memengaruhi semua persediaan sehingga
menyebabkan poliartritis. Jantung juga merupakan organ sasaran dan merupakan bagian yang
kerusakannya paling serius. Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi, artinya jaringan
tersebut tidak mengalami infeksi atau secarra langsung dirusak oleh organisme tersebut, namun hal ini
merupakan fenomena sensitivitas atau reaksi yang terjadi sebagai respons tehadap streptokokus
hemolitikus. Leukosit darah akan tertimbun pada jaringan yang terkena dan membentuk nodull dan
kemudian akan diganti dengan jaringan parut.
Endokarditis rematik secara anatomisdimanifestasikan dengan adanya tumbuhan kedil yang transparan,
yang menyerupai manik dengan ukuran sebesar kepala jarum pentul, dan tersusun dalam deretan
sepanjang tepi bilah katup. Manik-manik kecil tadi tidak tampak berbahaya dan dapat menghilang tanpa
merusak bilah katup, namun pada kenyataannyamereka lebih sering menimbulkan efek serius. Mereka
menjadi awal terjadinya suatu proses yyang secara bertahap menebalkan bilah-bilah katup,
menyebabkannya menjadi memendek dan menebal dibanding yang normal, sehingga tak dapat menutup
dengan sempurna. Setelah itu, terjadilah kebocoran, yaitu suatu keadaan yang disebut regurgitasi katup.
Tenpat yang paling sering mengalami regurgitasi katup adalah katup mitral.
Pada klien lain, tepi bilah katup yang meradang menjadi lengket satu sama lain mengakibatkan stenosis
katup, yaitu penyempitan lumen katup. Sebagian kecil kien denga demam rematik menjadi sakit berat
yang diiringi oleh gagal jantung yang berat, disaritmia serius, dan pneumonia rematik. Klien dengan
kondisi seperti ini harus dirawat di ruang perawatan intensif.
C. ETIOLOGI
Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus viridans yaitu mikroorganisme yang hidup
dalam saluran napas bagian atas. Sebelum ditemuklan antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi
disebabkan oleh strptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans 50 % penyebab
infeksi endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi. Penyebab lain dari infeksi endokarditis
yang lebih patogen yaitu stapilokokus aureusyang menyebabkan infeksi endokarditis subakut. Penyebab
lainnya adalah stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob, jamur, virus, ragi,
dan kandida.
D. MANIFESTASI KLINIS
Infeksi akut lebih sering timbul pada jantung yang normal, berbeda dengan infeksi sub akut, penyakitnya
timbul mendadak, tanda-tanda infeksi lebih menonjol, panas tinggi dan menggigil, jarang ditemukan
pembesaran limfa, jari tabuh, anemia dan ptekia . Emboli biasanya sering terjadi pada arteri yang besar
sehingga menimbulkan infark atau abses pada organ bersangkutan. Timbulnya murmur menunjukkan
kerusakan katub yang sering terkena adalah katub trikuspid berupa kebocoran, tampak jelas pada saat
inspirasi yang menunjukkan gagal jantung kanan, vena jugularis meningkat, hati membesar, nyeri tekan,
dan berpulsasi serta udema. Bila infeksi mengenai aorta akan terdengar murmur diastolik yang panjang
dan lemah. Infeksi pada aorta dapat menjalar ke septum inter ventricular dan menimbulkan abses. Abses
pada septum dapat pecah dan menimbulkan blok AV . Oleh karena itu bila terjadi blok AV penderita
panas tinggi, kemungkinan ruptur katub aorta merupakan komplikasi yang serius yang menyebabkan
gagal jantung progresif. Infeksi katub mitral dapat menjalar ke otot papilaris dan menyebabkan ruptur
hingga terjadi flail katub mitral.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah
Peningkatan leukosit, sedimen eritrosit, anemia, normositic normomocrom.
2. Echocardiografi
Indentifikasi kerusakan katup.
3. EKG
AF dan aritmia
F. PENATALAKSANAAN
1. Bed rest
2. Pertahankan intake cairan
3. Pengobatan : antibiotik
4. Persiapan oprasii pembedahan katup
murmur yang progresif sesuai perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukkan adanya kerusakan
katup akibat vegetasi atau chordae tendinae. Pembesaran jantung atau adanya bukti (tanda dan gejala)
gagal jantung kongesti juga bisa terjadi.
B3 (brain)
Kesadaran biasanya compos mentis (CM), sakit tenggorokan, kemerahan pada tenggorokan disertai
eksudat (awitan mendadak) dan nyeri sendi dan punggung. Sinusitis akut dan otitis media akut
(mungkin karena streptokokus) dapat pula terjadi. Manifestasi sistem saraf pusat mencakup sakit
kepala, iskemia serebral transien atau sementara, dan stroke, yang mungkin diakibatkan oleh emboli
pada arteri serebral.
B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya
oliguria pada klien dengan infark miokardium akut (IMA) kerena merupakan tanda awal syok
kardiogenik.
B5 (bowel)
Klien biasanya mengeluh mual dan muntah, tidak nafsu makan, berat badan turun. Pembesaran dan
nyeri tekan kelenjar limfe dan nyeri abdomen (lebih sering pada anak)
B6 (bone)
Rah pola hidup menetap, dan jadwal olahraga tak teratur. Tanda yang dapat dikenali adalah takikardia
dan dispnea pada saat istirahat/aktivitas. Higiene : kesulitan melekukan tugas perawatan diri.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Aktual/resiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan supplai darah ke area miokardium
akibat sekunder dari penurunan perfusi.
2. Aktual/resiko tinggi tidak efektif perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan
tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-katup pada endokarditis.
C. INTERVENSI
1. Aktual/resiko nyeri yang berhubungan dengan penurunan supplai darah ke area miokardium
akibat sekunder dari penurunan perfusi.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam terdapat penurunan respon nyeri dada
Kriteria evaluasi : secara subyektif klien menyatakan penuruna rasa nyeri dada, secara objektif
didapatkan tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer,
urine >600 ml/hari.
Intevensi,
Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lamanya
dan penyebaran nyeri
Rasional
Variasi penampilan dan perilaku klien karena
nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian
Lakukan manjemen nyeri keperwatan :
Istirahat akan menurunkan kebutuhan oksigen
1. Istirahatkan klien
jaringan perifer sehingga akan menurunkan
kebutuhan
miokardium
dan
akan
meningkatkan suplai darah dan oksigen ke
jaringan nyeri.
2. manajemen lingkungan : lingkungan tenang Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus
dan batasi pengunjung
nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung
Aktual/resiko tinggi tidak efektif perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan
tromboemboli atau kerusakan sekunder katup-katup pada endokarditis.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi gangguan perfusi perifer.
Kriteria evaluasi : perfusi jaringan yang adekuat dapat dipertahankan sesuai dengan kebiasaan
makan, tanda vital yang pasti, kehangatan, tekanan nadi perifer, keseimbangan intake dan output.
intervensi
Mandiri :
Evaluasi status mental. Catat adanya muntah,
peningkatan tekanan darah
Kaji nyeri dada, dispnea yang tiba-tiba ditandai
dengan takipnea, nyeri pleuuritis, sianosi
Rasional
Indikasi adanya emboli sistemik ke otak
Kolaborasi :
Gunakan stocking antiemboli sesuai indikasi
Berikan antikoagulan seperti heparin, warfarin Heparin dapat digunakan secara profilaksis
(coumanidin)
pada klien dengan tirah baring yang lama
seperti sepsis atau ggagal jantung kongesti
dan sebelum atau sesudah operasi penggantian
katup.
PERIKARDITIS
A. PENGERTIAN
1. Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis dan parietalis dengan atau tanpa disertai
timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat transudat atau eksudat maupun
seraosanguinis atau purulen dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab. (IKA FKUI, 2007)
2. Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium visceral, atau keduanya.
Perikarditis dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan kronik. Perikarditis subakut dan kronik
mempunyai etiologi, manifestasi klinis, pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama.
(Arif, 2009)
B. PATOFISIOLOGI
Adanya proses inflamasi dan sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis akan memberikan
respon. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong perikardium.
Hal ini akan mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas vaskuler, sehingga kandungan
protein, termasuk fibrinogen atau fibrin di dalam cairan akan meningkat. Peningkatan perpindahan
leukosit dapat terjadi pada perikarditis purulenta. Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan
penyebab yang mungkin. Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan
parut dan perlengketan disertai kalsifikasi dari lapisan perikardium viseral maupun parietal yang
menimbulkan perikarditis konstriktif yang apabila cukup berat akan menghambat pengembangan
volume jantung pada fase diastolik. Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium
dimana sekresi melebihi absorpsi menyebabkan suatu efusi perikardium. Pengumpulan cairan
intraperikardium dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya
darah ke kedua bilik jantung bisa menimbulkan tamponade jantung.
C. ETIOLOGI
1. Infeksi virus, bakteri, dan jamur
2. Uremia
3. Trauma
4. Sindrom pasca-infark miokard
5. Idiopatic
6. Sindrom pasca-pericardiotomi
7. Neoplasma atau penyakit kolagen
Klasifikasi Klinis
Perikarditis akut (<6minggu)
Fibrinosa
Klasifikasi Etiologis
Perikarditis Infeksiosa Virus, pirogenik,
tuberkulosis, mikotik,
infeksi lain (sifilis,
parasit)
Perikarditis
subakut
(<6minggu- 6
bulan)
Konstriktif
Efusi
konstriktif
Perikarditis noninfeksiosa
Infark miokardium
akut, uremia,
neoplasia: tumor
primer dan tumor
metastasis,
miksedema, kolesterol,
kiloperikardium,
trauma: luka tembus
dinding dada,
aneurisma aorta
(dengan kebocoran ke
dalam kantong
perikardium)
pascaradiasi, cacat
sekat atrium, anemia
kronis berat,
perikarditis familial:
mulberry aneurysm,
idiopatik akut.
Perikarditis b.d
hipersensitivitas atau
autoimun
Demam rematik,
penyakit vaskular
kolagen: SLE,
reumatik arthritis,
skleroderma, akibat
obat: prokalnamid,
hidralazin, pasca
cedera kardiak.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri dada seperti ditusuk terutama bila bergerak/napas dalam, berkurang bila duduk agak
membungkuk.
2. Friction rub: positif.
3. Nyeri dada substernal/parasternal, emnjalar ke bahu/leher dan lengan kiri.
4. Distensi vena jagularis.
5. Hepatomegali
6. Edema ekstremitas bawah.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
ST elevasi pada area yang rusak (strain) ttanpa diikuti perubahan di area resiprokal.
Atrium fibrilasi.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase akut. Terdapat pula leukositosis yang
sesuai dengan kuman penyebab. Cairan perikard yang ditemukan dapat bersifat transudat seperti
perikarditis rheumatoid, reumatik, uremik, eksudat serosanguinous dapat ditemukan pada
perikarditis tuberkulosa dan reumatika. Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal.
Terhadap cairan perikard ini, harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jenis sel yang
ditemukan, pemeriksaan kimia terhadap komposisi protein yang ada dan pemeriksaan
bakteriologis dengan sediaan langsung, pembiakan kuman atau dengan percobaan binatang yang
ditujukan terhadap pemeriksaan basil tahan asam maupun kuman-kuman lainnya.
2. Elektrokardiografi
Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan perubahan resiprokal, voltase QRS
yang rendah (low voltage) tapi EKG bisa juga normal atau hanya terdapat gangguan irama berupa
fibrilasi atrium. Pada fase akut, akan tampak elevasi segmen S-T yang berbentuk konkaf terutama
pada antar pericardium kiri. Mula-mula T masih normal, kemudian menjadi datar/ negative.
Kelainan T lebih lama menetap, yaitu sampai 2-3 minggu, bahkan kadang-kadang berbulan-bulan
seperti pada perikarditis tuberkulosa. Amplitude QRS dan T akan mengecil (low voltage) sesuai
dengan jumlah cairan yang ada.
3. Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi tetap tampak bayangan jantung
membesar sepertiwater bottle dengan vaskularisasi paru normal dan adanya efusi pericardium
yang banyak. Pada efusi pericardium, gambaran Rontgen toraks memperlihatkan suatu
konfigurasi bayangan jantung berbentuk buli-buli air tapi dapat juga normal atau hamper normal.
Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran jantung yang berbentuk segitiga
dan akan berubah bentuk menjadi globular pada posisi tiduran. Kadang-kadang tampak gambaran
bendungan pembuluh darah vena. Pada fluoroskopi tampak jantung yang membesar dengan
pulsasi yang minimal atau tidak tampak pulsasi sama sekali (silent heart). Jumlah cairan yang ada
dan besar jantung yang sebenarnya dapat diduga dengan angiokardiogram atau ekokardiogram.
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit dasar merupakan tujuan utama, tetapi beberapa kronis idiopatik dapat diobati
dengan menggunakan indometasin atau kortikosol. Bila efusi pericardium kronis tetap menimbulkan
gejala keluhan, maka perlu dipertimbangkan perikardiektomi. Bila diagnosis perikarditis konstriktif
C. INTERVENSI
1. Aktual/resiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan kontraktilitas
ventrikel kiri akibat sekunder dari penurunan kemampuan dilatasi jantung, penurunan volume
sekuncup
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi dan menunjukkan tanda
vital dalam batas yang dapat diterima ( disritmia terkontrol atau hilang)
Kriteria hasil :
Nadi 80 x/menit
Urine 30 ml/jam
Intervensi
Kaji dan laporakan penurunan curah jantung.
Palpasi nadi perifer
Berikan
istirahat
psikologis
lingkungan yang tenang
dengan
Rasional
Kejadian mortaliti dan morbiditi sehubungan
dengan MI yang lebih dari 24 jam pertama.
Penuruna curah jantung dapat diperlihatkan
dengan tanda menurunya nadi radial,
popliteal, dorsalis pedis, dan post tibial.
Ginjal berespon terhadap penurunan curah
jantung dengan menahan cairan dan natrium.
Tirah baring merupakan bagaian yangg
penting dari pengobatan gagal jantung
kongestif, khususnya pada tahap akut dan
sulit disembuhkan.
Manifestasi klinis pada tamponade jantung
yang mungkin terjadi pada perikarditis
ketika akumulasi cairan eksuudat an rongga
perikardial mengurang pengisian dan curah
jantung.
Penurunan
curah
jantung
dapat
mengakibatkan tidak efektifnya perfusi
serebral.
Stress,
emosi
dapat
menimbulkan
vasokontriksi
yang
terkait
serta
meningkatkan TD, frekuensi dan kerja
jantung.
Meningkatkan
kebutuhan
O2
untuk
kebutuhan miokardium utnuk melawan efek
hipoksia/iskemia.
Pembatasan natrium ditunjukkan untuk
mencegah, mengatur, atau mengurangi
edema seperti pada hipertensi atau gagal
jantung.
2.
Wajah rileks
Intervensi
Catata karakteristik
nyeri,lokasi ,intensitas,lamanya dan
penyebaran
Rasional
Variasi penampilan dan perilaku klien karena
nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
Lokasi : bagian substernal menjalar ke leher
dan punggung. Nyeri tersebut akan
bertambah pada saat inspirasi dalam,
perubahan posisi dan berkurang atau saat
bersandar ke depan.
Nyeri berat dapat menyebabkan syok
kardiogenik yang berdampak pada kematian
mendadak.
Posisi fisiologis akan meningkatkan supai
oksigen ke jaringan yang mengalami iskemia.
Istirahat akan menurunkan kebutuhan
oksigen jaringan perifer.
Manajemen lingkungan
Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
3.
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan kongesti paru akibat sekunder dari
perubahan membaran kapiler alveoli.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan sesak atau terdapat respon sesak nafas
Kriteria hasil :
RR : 16x/menit
intervensi
Berikan O2 6L/menit
Pantau saturasi(oksimetri)
pH,BE,HCO3,dengan analisa gas
darah(AGD) arteri
Koreksi keseimbangan asam basa
Cegah atelektasis dengan melatih batuk
efektif dan nafas dalam
Kolaborasi :
-RL 500cc/24 jam
-digokxin 1-0-0
Furosemide 2-1-0
rasional
Untuk meningktkan konsentrasi O2 prose
pertukaran gas
Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada
jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya
proses pertukaran gas
Mencegah asidosis yang dapat memperberat
fngsi pernapsan
Kongesti yang bert akan memperburuk proses
pertukaran gas shg berdampak pd timbulnya
hipoksia
Meningakatakan kontraktilitas otot jantung
shg dapt mngurangi tmbulnya edema shg
dapat mncegah gangguan pertukarn gas
Membantu mencgah terjadinya retensi cairan
dengan mengambat ADH
4.
Resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan pengebangan paru tidak
optimal .
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas
Kriteria hasil :
intervensi
Auskultasi(krakles)
Kaji adanya edema
Ukur intake dan outpute cairan
5.
rasional
Indikasi edema paru, sekunder
akibatdekompensasi jantung
Waspadai adanya gagal kongesti dan
kelebihan volume cairan
Penuruna curah jantung, mengakibatakan
tidak efektifnya perfusi ginajl, retensi Na atau
cairan ,dan penurunan output urine
Perubahan tiba-tiba dari berat badan
menunjukan gangguan keseimbangan cairan.
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
dewasa, tetapi memerlukann pembatasan
dengan adanya dekompensasi jantung.
Na meningkatkan retensi cairan dan , volume
plasma.
Diuretik berytujuan untuk menurunkan
volume plasma dan menurunkan retensi
cairan di jaringan sehingga menurunkan
resiko terjadi edema paru.
Hipokalemia dapat membatasi keefektifan
terapi.
Intervensi
Rasional
MYOCARDITIS
A. PENGERTIAN
1. Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokard.( Muttaqin. 2009 )
2. Mikokarditis adalah peradangan pada miokardium yang disebabkan oleh virus atau infeksi
bakteri, hipersensitifitas, atau terjadi dengan perikarditis dan endokarditis.( Ziliwu )
3. Miokarditis merupakan infeksi focal atau difus pada otot jantung (miokard) dapat akut atau
kronik
B. PATOFISIOLOGI
Kerusakan miokardium oleh kuman-kuman infeksius ini dapat melalui tiga mekanisme dasar,
meliputi :
1.
2.
3.
Proses miokarditis viral ada dua tahap, tahap pertama (akut) berlangsung kira-kira 1 minggu dimana
terjadi invasi virus ke miokard, replikasi virus, dan lisis sel. Setelah itu, terbentuk neutralizing
antibody dan virus akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan neutral
killer cell (sel NK)
Tahap kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radan dan sistem imun akan diaktifkan, antara
lain dengan terbentuknya antibodi terhadapa miokard, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan
oleh virus. Tahap ini berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulan dan diikuti dengan
kerusakan miokardium dari yang minimal sampai yang berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusak sel-sel endotel. Terbentuknya antibodi
endotel diduga sebagai penyebab spasme mikrovaskuler. Wlaupun etiologi kelainan mikrovaskuler
belum pasti, tetapi sangat mungkin berasal dari imun atau kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Jadi, pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro menyebabkan proses berulang antara obstruksi dan
reperfusi yang mengakibatkan larutnya matriks miokardium dan habisnya otot jantung secara fokal
menyebabkan rontoknya serabut otot, dilatasi jantung, dan hipertrofi miosit yang tersisa. Akhirnya
proses ini mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi yang berakhir dengan payah
jantung.
C. ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri : dipteria tuberculosis, thypoid, tetanus, staphylococcus, pneumococcus,
dan gonococcus.
2. Keracunan zat kimia : alkohol
3. Infeksi cacing : trichinosis
4. Hipersensitif reaksi imun : reumatik fever dan postcardiotomi sindrom
5. Infeksi parasit : trypanosomiasis, toxoplasmosis
6. Terapi radiasi dosis besar
7. Infeksi virus : coxsackvirus strain A & B
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Dada terasa berat dan sesak napas
2. Demam, mednyut jantung meningkat/ takikardi
3. Anoreksia
4. Gallops, bunyi jantung lemah
5. Tanda-tanda gagal jantung kanan
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Dijumpai leukosit dengan polimorfonuklear atau limfosit dominan, bergantung pada penyebabnya.
Pada infeksi parasit ditemukan eosinofilia. Laju endap darah biasanya meningkat, enzim jantung
dan kreatin kinase atau laktat dehidrogenase (LDH) dpaat juga meningkat tergantng pada luasnya
nekrosis miokard. Pemeriksaan berkelanjutan dapat juga menentukan progesivitas atau
penyembuhan miokarditis.
2. Elektrokardiografi (EKG)
Kelainan yang didapat bersifat sementara dan lebih sering ditemukan dibandingkan kelainan
klinis jantungnya. Temuan yang paling sering adalah sinus takikardia, perumbahan segmen ST
dan/ atau gelomabng T, serta low voltage. Kadang-kadang ditemukan aritmia atrial atau
ventrikular, AV block, infra ventricular conduction defect, dan QT memanjang. Pada penyakit
Chaga sring didapatkan right bundle brach block yang lengkap. AV block total sifatnya sementara
dan hilang tanpa bekas, tetapi kadang-kadang dapat sebagai penyebab kematian mendadak pada
miokarditis.
3. Foto Dada
Ukuran jantung sering membesar walaupun dapat juga normal. Kadang-kadang disertai kongesti
paru.
4. Ekokardiografi
Sering didapatkan hipokinesis kedua ventrikel walaupun kadang-kadang bersifat regional,
terutama di apeks. Dapat juga ditemukan penebalan dinding ventrikel, trombus ventrikel kiri,
pengisian diastolik yang abnormal, atau efusi perikardial.
F. PENATALAKSANAAN
1. Pasien diberi pengobatan khusus terhadap penyebab yang mendasar (penisilin untuk
streptokokus hemolitikus)
2. Pasien dibaringkan ditempat tidur untuk mengurangi beban jantung. Bernaring juga dapat
membantu mengurangi kerusakan miokardial residual dan komplikasi miokarditis.
3. Fungsi jantung dan suhu tubuh harus selalu dievaluasi.
4. Bila terjadi gagal jantung kongestiv harus diberikan obat untuk memperlambat frekuensi
jantung dan meningkatkan kekuatan kontraksi.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat miokarditis adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kardiomiopati
Payah jantung kongresif
Efusi pericardial
AV block total
Trobi kardiak
Gagal jantung
Kelelahan
kelemahan
2.
Data obyektif :
Takikardia
Penurunan tekanan darah
Dispnea dengan aktivitas
Sirkulasi
Data subyektif:
Riwayat demam rematik
Penyakit jantung conginetal
Bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan
Data obyektif :
Takikardia
Disaritmia
Perpindahan titik impuls maksimal
Kardiomegali
Frivtion rub
Murmur
Irama gallop (S3 dan S4)
Edema
DVJ
Petekie
Hemoragi splinter
Nodus osler
Lesi Janeway
3.
4.
5.
Eliminasi
Data subyektif :
Riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal
Penurunan frekuensi/jumlah urine
Data obyektif :
Warna urine pekat
Nyeri/ ketidaknyamanan
Data subyektif
Nyeri pada dada depan (sedang samapai berat) diperberat dengan inspirasi, batuk, gerakan
menelan, dan berbaring.
Data obyektif
Pasien nampak gelisah
Pernapasan
Data subyektif :
Pasien mengatakan napas pendek dan memburuk pada malam hari.
Data obyektif :
Dispnea
DNP ( Dispnea Nocturnal Paroximal )
Batuk
Inspirasi mengi
Takipnea
Krekels
Ronkhi, pernapasan dangkal
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
ke miokardium.
2. Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru
tidak optimal.
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake,
mual, dan anoreksia.
4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokardium dengan kebutuhan.
5. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi
kritis, ancaman, atau perubahan kesehatan.
C. INTERVENSI
1. Nyeri dada yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
ke miokardium.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan respon nyeri dada.
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan penurunan rasa nyeri dada
TTV dalam batas normal
Wajah rileks
Tidak terjadi penurunan fungsi perifer
Urine >600 ml/hari
Intervensi
Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama
dan penyebab.
Rasional
Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri
terjadi sebagai temuan pengkajian.
Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk
atau masker sesuai dengan indikasi.
pemakaian miokardium sekaligus mengurangi
ketiaknyamanan akibat iskemia.
Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan Lignkungan tenang akan menurunkan stimulus
membatasi pengunjung.
nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang
kan berkurang apabila banyak pengunjung yang
berada diruangan hanya sedikit.
2.
Aktual/ resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru
tidak optimal.
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.
Kriteria hasil :
Intervensi
Auskultasi bunyi napas (krakles)
Rasionalisasi
Indikasi edema paru sekunder akibat
dekompensasi jantung.
Curiga gagal kongesti/kelebihan volume cairan.
Penurunan
curah
jantung,
mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan
penurunan pengeluaran urine.
Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan
gangguan keseimbangan cairan.
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa,
jam dalam toleransi kardiovaskular.
tetapi perlu memerlukan pembatasan dengan
adanya dekompensasi jantung.
Kolaborasi
Berikan diet tanpa garam
Barikan
diuretik, contoh
sprinolakton, dan hidronolakton.
Alat dan sarana untuk memenuhi aktivitas tersedia dan mudah dijangkau klien
abdomen, Dengan
mengejan
dapat
mengakibatkan
bradikardi, menurunkan curah jantung dan
takikardi, serta peningkatan TD.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung,
aktivitas.
meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas
berlebihan.
Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada utnuk
pemakaian miokardium sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan karena iskemia.
4. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi
kritis, ancaman, atau perubahan kesehatan.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan berkurang
Kriteria hasil :
Wajah rileks
Intervensi
Bantu klien mengekspresikan perasaan marah,
kehilangan, dan takut.
Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan,
dampingi klien, dan lakukan tindakan bila
menunjukan perilaku merusak.
Hindari konfrontasi
Rasional
Cemas berkelanjutan dampak serangan jantung
selanjutnya.
Reaksi verbal/non verbal dapat enunjukkan rasa
agitasi, marah, dan gelisah.