Вы находитесь на странице: 1из 10

halaman 1 dari 10

MENTORING BASED LEADERSHIP SYSTEM


DI UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
Oleh
Aal Lukmanul Hakim

A. Latar Belakang
John C. Maxwell seorang pakar leadership berpendapat bahwa : para
pemimpin hebat melahirkan pemimpin-pemimpin baru.1 Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa tidak ada seorang pemimpin siapapun dia dapat
disebut seorang pemimpin besar dan berhasil ketika dia tidak bisa
membuat orang yang dipimpinnya menjadi pemimpin besar yang akan
memegang tongkat estafet kepemimpinannya. akan tetapi dalam beberapa
keadaan tertentu, justeru terjadi hal yang kontradiktif, dimana seorang
pemimpin hanya berada dalam lingkaran nyamannya tanpa memperhatikan
dan memiliki visi jauh ke depan untuk mempersiapkan pemimpin masa
depan. Bagaimana pun, pemimpin itu tidak dilahirkan akan tetapi harus
dibentuk,

dan

ini

lah

tanggung

jawab

seorang

pemimpin

untuk

mempersiapan pempimpin-pemimpin di sekelilingnya.


Model pempimpin yang tidak peduli terhadap orang-orang di
sekitarnya ini seperti dikeluhkan oleh Jeremie Kubicek dalam bukunya yang
kontroversial, Leadership is Dead : How Influence is Riviving it
(kepemimpinan telah mati : bagaimana pengaruh yang merupakan inti
kepemimpinan bisa dihidupkan kembali). Dikatakan, pemimpin sekarang
lebih banyak menuntut (getting), bukan memberi (giving), menikmati
1

John C. Maxwell, Mengembangkan Para Pemimpin di Sekeliling Anda (Developing the


Leaders Around You) : Cara Membantu Orang Lain Meraih Potensi Tertinggi, Alih Bahasa :
Hestin Klaas, Cetakan Pertama, PT. Menuju Insan Cemerlang, Surabaya, 2013, hlm. 3.

alh_2014

halaman 2 dari 10

(senang-senang), bukan melayani (susah-payah), dan banyak mengumbar


janji, bukan memberi bukti.2 Hasil dari model pemimpin yang seperti ini
menyebabkan krisis kepemimpinan yang mengakibatkan kita susah kalau
tidak ingin kita mengucapkan tidak ada bibit-bibit pemimpin yang memiliki
integritas, moralitas, dan kapabilitas yang memadai. Mungkin keadaan
inilah yang sedang bangsa Indonesia saat ini alami, dimana kita ada pada
posisi di persimpangan jalan dan

kebingungan dan

seolah-olah

kehabisan stock pemimpin besar bangsa. Adalah tidak mungkin atau


setidak-tidaknya kecil harapan untuk kita sebagai bangsa mendapatkan
pemimpin-pemimpin

besar

sekaliber

Soekarno,

Mohammad

Hatta,

Mohammad Yamin, Soepomo, Boedi Oetomo, Jend. Besar Sudirman, KH.


Agus Salim dan model-model pemimpin-pemimpin Bangsa yang besar ini.
sehingga pada akhirnya kita memiliki pemimpin-pemimpin dengan label the
best among the worst. Memang sebuah keadaan yang memiriskan bagi
sebuah Bangsa yang besar, yang mendasarkan kehidupan berbangsa dan
bernegaranya pada prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sejatinya, sebagai sebuah Bangsa yang ber-Tuhan kondisi krisis
kepemimpinan ini tidak akan terjadi apabila bangsa Indonesia konsisten
dengan kesepakatan besar dan cita luhur para founding fathers-nya yang
menetapkan bahwa semua permasalahan bangsa dikembalikan kepada
dasarnya, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, yang dalam faham Islam tiada
lain bersumber dari Al Quran dan Hadits.
Apabila kita bertolak dari prinsip Islam tentang kepemimpinan, akan
ditemukan rumusan model kepemimpinan yang ideal akan tetapi bukan
sebuah utopi yang hanya sebuah idealisme yang tidak bisa dipraktikkan
sebagai jawaban dari sebuah krisis kepemimpinan. Model kepemimpinan
itu adalah model kepemimpinan Rasulullah SAW, yang telah membawa
perubahan pada peradaban dunia.
Dalam Al Quran surat At Taubah ayat 128, Allah berfirman :

A.
Ilyas
Ismail,
Inilah
Tiga
Moral
Kepemimpinan
Rasulullah
SAW,
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/03/15/m0wptb-inilah-tiga-moralkepemimpinan-rasulullah-saw, diakses pada 13 Februari 2014, Pkl. 17.04 WIB.

alh_2014

halaman 3 dari 10

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin.

Dari ayat di atas, ada prinsip-prinsip utama kepemimpinan Rasululllah


SAW sehingga kepemimpinan beliau, baik semasa beliau hidup maupun
setelah wafatnya beliau, melahirkan pemimpin-pemimpin besar yang
memiliki integritas, sebut saja Abu Bakar Asshidiq, Umar, Ustman bin Afan,
Ali bin Abi Tahlib, dan pemimpin-pemimpin lain dalam asuhan Rasullah
SAW. Prinsip yang dimaksud adalah : Pertama, prinsip


(berat terasa olehnya penderitaanmu), bisa kita bilang inilah sense of crisis
yang dipraktikkan oleh Rasulullah SAW, sebuah kepekaan emosional dan
sosial sehingga melahirkan sebuah kepekaan bersimpati dan berempati
kepada semua orang di bawah pimpinannya.
Kedua, prinsip

( sangat menginginkan keimanan dan
keselamatan bagimu). Dengan prinsip ini, Rasulullah SAW senantiasa
menginginkan

orang-orang

di

bawah

asuhannya

(ummat)

selalu

mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan. Disinilah nilai luhur seorang


pemimpin, dimana ia selalu memberikan peluang dan motivasi kepada yang
dipimpinnya untuk meraih prestasi, pemipmpin yang memiliki sense of
achievement bukan pemimpin yang hanya menuntut (getting) dari yang
dipimpinnya, akan tetapi sebaliknya, ia lah yang memberi (giving) kepada
yang dipimpinnya.
Menurut sebuah riwayat, Rasulullah SAW, ketika tidur, matanya
terpejam dan berada di tempat tidur, hatinya senantiasa terbuka, merasa
dan berkontemplasi. Pikirannya selalu bekerja, berpikir, mengevaluasi dan
merancang masa depan ummatnya. Di dalam kamus diri Muhammad
SAW, Ia senantiasa menjadikan malam dan siang, sebagai waktu yang tak
ada batasnya dalam memikirkan ummatnya.3 Inilah sosok pemimpin sejati
yang menjadi tanggung jawabnya adalah bagaimana membuat orang-orang
di sekelilingnya menjadi pemimpin.
3

Kang Munif dan Laode, Rasulullahs Business School, Penerbit Santri Ikhwah Corporation,
Yogyakarta, Cetakan 9, 2013, hlm. 140.

alh_2014

halaman 4 dari 10

Ketiga, prinsip
( belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin). Dengan prinsip kasih dan sayang inilah
Rasulullah SAW membangun peradaban yang tiada tandingan dalam
peradaban dunia. Prinsip ini adalah model pemimpin yang tidak hanya
berpangku tangan dengan masalah yang dihadapi orang-orang yang
dipimpinnya, bukan pemimpin yang hanya bersenang-senang di atas susah
payah orang lain, pempimpin yang hanya mengumbar janji manis tanpa
bukti, karena pemimpin dengan kasih sayang ini melakukan semua
kepemimpinannya

dengan

goal

kebahagiaan

ummat,

bukan

untuk

kesenangannya sendiri. Inilah potret pemimpin sejati yang dipraktikkan oleh


Baginda Rasulullah SAW. Maha Besar Allah yang telah menurunkan model
kepemimpinan besar di muka bumi yang membawa rahmat untuk setiap
penjuru alam.
Menyimak uraian di atas, menjadi pertanyaan besar saat ini adalah,
bagaimana peranan Universitas Djuanda Bogor sebagai sebuah entitas
pendidikan

tinggi

dengan

visi

luhurnya

MENJADI

UNIVERSITAS

BERKUALITAS UNTUK MENCERDASKAN BANGSA YANG MENYATU


DALAM TAUHID dalam melahirkan pempimpin-pemimpin besar masa
depan untuk Indonesia bahkan untuk dunia ??. Sebuah pertanyaan sebagai
konsekuensi logis dari sebuah visi mulia sebagai usaha dan upaya
pembangunan ummat dan bangsa, yang sangat mustahil visi tersebut akan
tercapai tanpa ada kontinuitas kepemimpinan di dalam tubuh Universitas
Djuanda itu sendiri.
Untuk itu, sebagai sebuah upaya kecil tetapi insyaAllah menjadi
sebuah realisasi yang membawa dampak besar, Universitas Djuanda Bogor
dalam

melahirkan

calon-calon

pemimpin

masa

depan

tersebut

melaksanakan program Mentoring Based Leadership System (MBLS).


MBLS ini merupakan sebuah model dalam upaya melahirkan calon-calon
pemimpin dengan menerapkan model multy level mentoring dan multy
level coaching dimana satu orang senior yang memiliki kapabilitas dan
integritas membina beberapa orang mentor untuk dibina dalam berbagai
aspek, baik aspek intelektual, emosional maupun spiritualnya untuk

alh_2014

halaman 5 dari 10

selanjutnya mentor tersebut membina beberapa orang mentee yang juga


dengan potensi yang dimiliki oleh mentor yang didapatnya dari mentor
senior ia membina mentee.
Kenapa MBLS menjadi pilihan ?. Kembali kepada rumus bahwa
pemimpin sukses adalah ketika dia bisa melahirkan pemimpin-pemimpin di
sekelilingnya, dengan MBLS inilah diharapkan calon-calon pemimpin akan
lahir di bawah asuhan dan arahan seniornya-nya. Karena, pemimpin yang
bertindak

sebagai

mentor

mendapatkan

keuntungan

karena

calon

pemimpin tersebut mampu bekerja dan memberi kontribusi. Organisasi


beruntung karena misinya terus dikerjakan. Calon pemimpin beruntung
karena dirinya dibina dan dikembangkan. Masa depannya pun cemerlang.4
Terlebih apabila belajar dari model kepemimpinan yang dipraktikkan
Rasulullah SAW dengan menerapkan prinsip-prinsip seperti dalam Surat At
Taubah ayat 128 di atas, dapat dipastikan Rasulullah SAW dalam
mengasuh dan mengarahkan para sahabat dilakukan dengan model
pendekatan

berjenjang

dengan

menerapkan

personal

approach

berlandaskan kasih sayang dan mengedepankan tauladan. Universitas


Djuanda Bogor sebagai KAMPUS BERTAUHID dengan pilihan Quran dan
Hadits sebagai fundamen utamanya tidak ada pilihan lain selain
meneladani model kepemimpinan Rasulullah SAW, dan MBLS insyaAllah
menjadi sebuah model tepat. an tetapi sebuah sistem tidak akan berjalan
dengan baik, tanpa ada sebuah konsep yang baik. Maka, konsep yang
diterapkan dalam MBLS ini adalah konsep transformasi kepemimpinan
yang menyatu dalam Tauhid, maknanya adalah bagaimana membekali
para

mentor

dan

coach

dengan

keterampilan

dan

kemampun

kepemimpinan dengan paradigma Tauhid.


Sistem mentoring ini diyakini akan menjadi sebuah transformasi
kepemimpinan yang efektif dan efesien karena dengan sistem mentoring
akan terjadi sinergi antara pribadi mentor dan mentee sehingga
memudahkan dalam penyampian visi, ide dan/atau gagasan yang
dikehendaki. Dalam konsep ini menjadi relevan sebuah pribahasa yang
4

John C. Maxwell, Op., Cit., hlm. 24.

alh_2014

halaman 6 dari 10

mengatakan : Tell me and Ill forget; show me and I may remember;


involve me and Ill understand.5 Dalam pepatah itu terlihat seseorang akan
lebih mudah menangkap sebuah ide dan gagasan ketika ide dan gagasan
tersebut disampaikan dengan metode penyampaian langsung dan interaksi
langsung serta melibatkan (to involve) orang yang kita coba berikan ide dan
gagasan

secara personal.

Sejalan dengan

itu,

John

C. Crosby6

memberikan pengertian tentang mentoring, dengan mengatakan bahwa :


mentoring adalah seperti tempat untuk bertanya, bahu tempat untuk
bersandar, dan sebuah pukulan di pantat agar tidak mengulangi kesalahan
yang sama. Dari pengertian itu terlihat gambaran bahwa transformasi
kepemimpinan dilakukan secara personal to personal dengan keakraban
dan mendalam, inilah yang menjadi kunci sukses seorang mentor dalam
membina mentee-nya.
Meminjam istilah Adrian Luis,7 ada empat tahapan dalam sistem
mentoring. Pertama, I Do You Watch. Dalam tahapan ini, seorang mentor
memberikan contoh untuk mentee. Tahapan ini memungkinkan mentee
mempelajari dengan melihat langsung bagaimana seorang mentor
melakukan sesuatu mulai dari tahap persiapan sampai tahap akhirnya yaitu
dimana seorang mentor melakukan sesuatu dan melakukan evaluasi.
Kedua, I Do You Help.Tahapan selanjutnya adalah mengajak mentee
untuk mulai membantu sang mentor. Disini mentee tersebut akan mulai
belajar dan merasakan prosesnya lebih mendalam. Proses ini adalah
tahapan yang penting, dimana setelah tahap ini, seorang mentee akan
mulai mencoba untuk praktik secara langsung.
Ketiga, You Do I Watch. Pada tahap ini ijinkan mentee untuk mulai
tampil dan melakukan tindakan. Disini peranan seorang mentor adalah
membantu untuk terus mengarahkan supaya mentee ini tetap berada di
jalur yang benar.

Baca, Semuil Tjiharjadi, et., al., to be a Great Effective Leader, Penerbit ANDI, Yogyakarta,
2012, hlm. 13.
6
Lihat, http://martianuswb.com/?p=311, Diakses pada 08 Februari 2014, Pkl 14.00 WIB.
7
Adrian Luis, 4 Tahapan Mentoring, http://www.adrianluis.com/2011/07/08/4-tahapan-mentoring,
diakses pada 08 Februari 2014, Pkl. 14:04 WIB.

alh_2014

halaman 7 dari 10

Keempat, You Do I Help. Pada tahap ini seorang mentor sudah


merasa yakin dengan kompetensi dan kapabilitas mentee. Sehingga di
tahapan ini, seorang mentor sudah bisa melepas dan mengamati saja serta
mementor calon pemimpin lainnya.
Sebuah ungkapan sederhana namun cukup lugas diungkapkan oleh
John C. Maxwell8 tentang sistem mentoring ini. Dia mengatakan bahwa :
Anda tidak harus menjadi orang yang hebat , atau memiliki bakat yang luar
biasa, untuk bisa menjadi Mentor bagi orang lain.....dibutuhkan keinginan
kuat dan komitmen untuk menjalani prosesnya, namun itu adalah bagian
yang paling berharga dari kesuksesan. Selanjutnya dia mengatakan :
Ajaklah orang lain bersama dengan anda dan bantulah mereka mengubah
kehidupan mereka menjadi lebih baik. Tidak ada yang lebih menyenangkan
di dalam hidup ini atau memberikan hasil yang lebih besar. Anda tidak
akan pernah menyesali waktu yang anda investasikan dalam orang lain.9
Di bawah ini adalah skema Mentor Mentee dalam Mentor Based
Leadership System yang dikembangkan Universitas Djuanda Bogor.

Mentor Senior
membawahi Mentor
yang merupakan
Dosen yang memiliki
integritas, minimal
Strata 2

Mentor
Mentor berasal dari
Karyawan, Alumni
Mahasiswa Kader
Dakwah dan Kader
Pertanian yang sudah
lulus dan membawahi
beberapa Asisten
Mentor

Asisten Mentor
Ass. Mentor berasal
dari mahasiswa kader
dakwah dan kader
pertanian yang
membawahi beberapa
mentee yang
merupakan siswa

MENTEE

Mentor Senior

Struktur tata pamong MBLS Unida melibatkan seluruh unsur yang


terintegrasi dalam sebuah organisasi yang dinamis dan terbuka, seperti
digambarkan dalam diagram di bawah ini.

John C. Maxwell, Mentoring 101 :Hal-hal yang Harus Diketahui oleh Para Pemimpin, Alih
Bahasa oleh Marlene T., PT. Menuju Insan Cemerlang, Surabaya, Cetakan Kedua, 2011,
hlm. 28.
9
Ibid., hlm 29.

alh_2014

halaman 8 dari 10

MAJELIS PERTIMBANGAN
MANAJEMEN
KOMITE
MENTOR SENIOR
MENTOR
ASSISTEN MENTOR
MENTEE

Melalui model MBLS ini, insya Allah percepatan perwujudan visi


Universitas Djuanda Bogor sebagai Kampus Bertauhid akan memperoleh
makna yang signifikan. Oleh karena itu, visi yang diusung dalam MBLS ini
adalah :
Menjadi model pendidikan berjenjang dan berkelanjutan untuk
menciptakan sinergi antara senior dan junior, guna mempercepat
pencapaian visi dan misi Universitas Djuanda Bogor untuk mencerdaskan
bangsa yang menyatu dalam Tauhid.
Misi MBLS :
1. Membangun

hubungan

emosional

yang

berkelanjutan

dalam

pengembangan potensi mahasiswa yag bermafaat bagi binaannya


yang berdasarkan nilai-nilai Tauhid.
2. Menggali dan mengembangankan potensi yang ada pada peserta
didik (mentee).
3. Melakukan pembinaan berjenjang dalam bentuk transformasi ilmu
pengetahuan,

keterampilan

dan

pengalaman

pengembangan networking Universitas.

alh_2014

dalam

rangka

halaman 9 dari 10

4. Meningkatkan peran universitas

dalam penerapan

tri dharma

perguruan tinggi bagi mahasiswa dan calon mahasiswa dalam rangka


membangun kepribadian yang berkualitas dan mandiri yang menyatu
dalam Tauhid.

Tujuan MBLS :
1. Memfasilitasi kegiatan mentoring antara mentor dan mentee untuk
membangun atmosfir kampus bertauhid.
2. Membantu mentee dalam upaya pengembangan potensi diri.
3. Transformasi ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman bagi
mentor dan mentee.
4. Mengembangkan jaringan/networking untuk menjabarkan nilai-nilai
Tauhid di kalangan mahasiswa maupun calon mahasiswa dengan
sistem mentoring.
5. Membangun kepribadian yang berkualitas dan mandiri.
6. Membina mentor yang terampil secara intelektual, emosional, spiritual
dan sosial secara berjenjang dan berkelanjutan sebagai perpanjangan
kebijakan pimpinan dalam rangka pembinaan mahasiswa.
7. Mempercepat pencapaikan visi Kampus Bertauhid.

Sebagai langkah awal dalam melaksanakan MBLS ini, Universitas


Djuanda Bogor bekerjasama dengan Perguruan YASPIDA SUKABUMI
akan menyelenggarakan pelatihan yang bertajuk Training for Mentor
(TFM) Level I, yang akan diikuti oleh seluruh unsur MBLS.

alh_2014

halaman 10 dari 10

REFERENSI
Buku
John C. Maxwell, Mengembangkan Para Pemimpin di Sekeliling Anda
(Developing the Leaders Arond You) : Cara Membantu Orang Lain
Meraih Potensi Tertinggi, Alih Bahasa : Hestin Klaas, Cetakan
Pertama, PT. Menuju Insan Cemerlang, Surabaya, 2013.
________, Mentoring 101 :Hal-hal yang Harus Diketahui oleh Para Pemimpin,
Alih Bahasa oleh Marlene T., PT. Menuju Insan Cemerlang,
Surabay, Cetakan Kedua, 2011.
Kang Munif dan Laode, Rasulullahs Business School, Penerbit Santri Ikhwah
Corporation, Yogyakarta, Cetakan 9, 2013.
Semuil Tjiharjadi, et., al., to be a Great Effective Leader, Penerbit ANDI,
Yogyakarta, 2012.

Sumber Elektronik
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/03/15/m0wptb-inilahtiga-moral-kepemimpinan-rasulullah-saw
http://martianuswb.com/?p=311
http://www.adrianluis.com/2011/07/08/4-tahapan-mentoring

alh_2014

Вам также может понравиться