Вы находитесь на странице: 1из 4

KIMIA DASAR

NAMA :HARDIANSYAH
NIM

:41614110057

Apa itu Pemanasan Global ( Global Warming )?


Mungkin anda pernah membayangkan berada di dalam mobil yang tertutup rapat pada
siang hari. Sinar matahari dengan leluasa dapat memasuki ruangan mobil melalui kaca mobil,
sehingga menyebabkan udara di dalam mobil menjadi lebih panas. Udara di dalam mobil
menghangat, karena panas sinar matahari yang masuk tidak dapat leluasa keluar. Sehingga
panas tersebut terperangkap di dalam mobil.
Demikian halnya dengan pemanasan global. Matahari memancarkan radiasinya ke
bumi menembus lapisan atmosfer bumi. Radiasi tersebut akan dipantulkan kembali ke
angkasa, namun sebagian gelombang tersebut diserap oleh gas rumah kaca, yaitu CO2, CH4,
N2O, HFCs dan SF4 yang berada di atmosfer. Sebagai akibatnya gelombang tersebut
terperangkap di dalam atmosfer bumi. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang, sehingga
menyebabkan suhu rata-rata di permukaan bumi meningkat. Peristiwa inilah yang sering
disebut dengan pemanasan global.
Apakah Penyebab Pemanasan Global?
Pemanasan global merupakan fenomena global yang disebabkan oleh aktivitas manusia di
seluruh dunia, pertambahan populasi penduduk, serta pertumbuhan teknologi dan industri.
Oleh karena itu peristiwa ini berdampak global. Beberapa aktivitas manusia yang
menyebabkan terjadinya pemanasan global terdiri dari:
Konsumsi energi bahan bakar fosil. Sektor industri merupakan penyumbang emisi
karbon terbesar, sedangkan sektor transportasi menempati posisi kedua. Menurut Departemen
Energi dan Sumberdaya Mineral (2003), konsumsi energi bahan bakar fosil memakan
sebanyak 70% dari total konsumsi energi, sedangkan listrik menempati posisi kedua dengan
memakan 10% dari total konsumsi energi. Dari sektor ini, Indonesia mengemisikan gas
rumah kaca sebesar 24,84% dari total emisi gas rumah kaca.
Indonesia termasuk negara pengkonsumsi energi terbesar di Asia setelah Cina,
Jepang, India dan Korea Selatan. Konsumsi energi yang besar ini diperoleh karena banyaknya
penduduk yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya, walaupun dalam
perhitungan penggunaan energi per orang di negara berkembang, tidak sebesar penggunaan
energi per orang di negara maju. Menurut Prof. Emil Salim, USA mengemisikan 20 ton
CO2/orang per tahun dengan jumlah penduduk 1,1 milyar penduduk, Cina mengemisikan 3
ton CO2/orang per tahun dengan jumlah 1,3 milyar penduduk, sementara India
mengemisikan 1,2 ton CO2/orang dengan jumlah 1 milyar penduduk.
Dengan demikian, banyaknya gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfer dari sektor
ini berkaitan dengan gaya hidup dan jumlah penduduk. USA merupakan negara dengan
penduduk yang mempunyai gaya hidup sangat boros, dalam mengkonsumsi energi yang
berasal dari bahan bakar fosil, berbeda dengan negara berkembang yang mengemisikan
sejumlah gas rumah kaca, karena akumulasi banyaknya penduduk.
Sampah menghasilkan gas metana (CH4). Diperkirakan 1 ton sampah padat
menghasilkan 50 kg gas metana. Sampah merupakan masalah besar yang dihadapi kota-kota

di Indonesia. Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 1995 rata-rata
orang di perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kg/hari dan pada tahun
2000 terus meningkat menjadi 1 kg/hari. Dilain pihak jumlah penduduk terus meningkat
sehingga, diperkirakan, pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan mencapai 500 juta kg/hari
atau 190 ribu ton/tahun. Dengan jumlah ini maka sampah akan mengemisikan gas metana
sebesar 9500 ton/tahun. Dengan demikian, sampah di perkotaan merupakan sektor yang
sangat potensial, mempercepat proses terjadinya pemanasan global.
Kerusakan hutan. Salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap karbondioksida (CO2),
yang merupakan salah satu dari gas rumah kaca, dan mengubahnya menjadi oksigen
(O2). Saat ini di Indonesia diketahui telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah. Laju
kerusakan hutan di Indonesia, menurut data dari Forest Watch Indonesia (2001), sekitar 2,2
juta/tahun. Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata guna
lahan, antara lain perubahan hutan menjadi perkebunan dengan tanaman tunggal secara besarbesaran, misalnya perkebunan kelapa sawit, serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan
oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan
kerusakan seperti tersebut diatas, tentu saja proses penyerapan karbondioksida tidak dapat
optimal. Hal ini akan mempercepat terjadinya pemanasan global.
Menurut data dari Yayasan Pelangi, pada tahun 1990, emisi gas CO2 yang dilepaskan
oleh sektor kehutanan, termasuk perubahan tata guna lahan, mencapai 64 % dari total emisi
CO2 Indonesia yang mencapai 748,61 kiloTon. Pada tahun 1994 terjadi peningkatan emisi
karbon menjadi 74%
Pertanian dan peternakan. Sektor ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan
emisi gas rumah kaca melalui sawah-sawah yang tergenang yang menghasilkan gas metana,
pemanfaatan pupuk serta praktek pertanian, pembakaran sisa-sisa tanaman, dan pembusukan
sisa-sisa pertanian, serta pembusukan kotoran ternak. Dari sektor ini gas rumah kaca yang
dihasilkan yaitu gas metana (CH4) dan gas dinitro oksida (N20). Di Indonesia, sektor
pertanian dan peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca sebesar 8.05 % dari total gas
rumah kaca yang diemisikan ke atmosfer.
Dampak Pemanasan Global
Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh seluruh umat
manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan,
menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan menghadapi terjadinya pemanasan
global. Sebagai akibat terjadinya pemanasan global, Indonesia akan menghadapi peristiwa :
Pertama, Kenaikan temperatur global, menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan
selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air laut, dan kenaikan
permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang, serta
terjadinya pemutihan terumbu karang (coral bleaching), dan punahnya berbagai jenis ikan.
Selain itu, naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan pulau-pulau kecil dan daerah
landai di Indonesia akan hilang. Ancaman lain yang dihadapi masyarakat yaitu
memburuknya kualitas air tanah, sebagai akibat dari masuknya atau merembesnya air laut,
serta infrastruktur perkotaan yang mengalami kerusakan, sebagai akibat tergenang oleh air
laut.
Kedua peristiwa tersebut akan menimbulkan dampak pada beberapa sektor, yaitu :
Kehutanan. Terjadinya pergantian beberapa spesies flora dan fauna. Kenaikan suhu akan
menjadi faktor penyeleksi alam, dimana spesies yang mampu beradaptasi akan bertahan dan,
bahkan kemungkinan akan berkembang biak dengan pesat. Sedangkan spesies yang tidak
mampu beradaptasi, akan mengalami kepunahan. Adanya kebakaran hutan yang terjadi
merupakan akibat dari peningkatan suhu di sekitar hutan, sehingga menyebabkan rumput-

rumput dan ranting yang mengering mudah terbakar. Selain itu, kebakaran hutan
menyebabkan punahnya berbagai keanekaragaman hayati.
Perikanan. Peningkatan suhu air laut mengakibatkan terjadinya pemutihan terumbu karang,
dan selanjutnya matinya terumbu karang, sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan. Suhu air
laut yang meningkat juga memicu terjadinya migrasi ikan yang sensitif terhadap perubahan
suhu secara besar-besaran menuju ke daerah yang lebih dingin. Peristiwa matinya terumbu
karang dan migrasi ikan, secara ekonomis, merugikan nelayan karena menurunkan hasil
tangkapan mereka.
Pertanian. Pada umumnya, semua bentuk sistem pertanian sensitif terhadap perubahan iklim.
Perubahan iklim berakibat pada pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Hal
tersebut berdampak pada pola pertanian, misalnya keterlambatan musim tanam atau panen,
kegagalan penanaman, atau panen karena banjir, tanah longsor dan kekeringan. Sehingga
akan terjadi penurunan produksi pangan di Indonesia. Singkatnya, perubahan iklim akan
mempengaruhi ketahanan pangan nasional.
Kesehatan. Dampak pemanasan global pada sektor ini yaitu meningkatkan frekuensi
penyakit tropis, misalnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (malaria dan demam
berdarah), mewabahnya diare, penyakit kencing tikus atau leptospirasis dan penyakit
kulit. Kenaikan suhu udara akan menyebabkan masa inkubasi nyamuk semakin pendek
sehingga nyamuk makin cepat untuk berkembangbiak. Bencana banjir yang melanda akan
menyebabkan terkontaminasinya persediaan air bersih sehingga menimbulkan wabah
penyakit diare dan penyakit leptospirosis pada masa pasca banjir. Sementara itu, kemarau
panjang akan mengakibatkan krisis air bersih sehingga berdampak timbulnya penyakit diare
dan penyakit kulit. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) juga menjadi ancaman
seiring dengan terjadinya kebakaran hutan.
Selain dampak diatas, tercatat beberapa kejadian luar biasa yang mengindikasikan terjadinya
pemanasan global, yaitu :
1. Tahun 2005 merupakan tahun terpanas. NASA melaporkan bahwa temperatur ratarata global telah meningkat 0,060 C.
2. Pencairan Artik terbesar terjadi di tahun 2005. Hasil foto salah satu
satelit menunjukkan area yang tertutup es permanen merupakan area tersempit pada
akhir musim panas tahun 2005.
3. Tahun 2005 merupakan tahun dengan air di Karibia terpanas, lebih lama dari yang
pernah terjadi dan menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) besarbesaran di sepanjang wilayah mulai dari Karibia hingga Florida Keys, Amerika
Serikat.
4. Tahun 2005 tercatat sebagai tahun dengan nama badai terbanyak. Terdapat 26 nama
badai yang melampaui daftar nama resmi. Pada tahun ini juga terdapat sekitar 14
badai, yang disebut sebagai badai hebat (hurricane), karena memiliki kecepatan angin
melebihi 119 km/jam. Rekor tahun sebelumnya hanya 12 badai dalam
setahun. Tahun 2005 juga merupakan tahun dengan kategori 5 badai terbanyak
dengan kecepatan angin 249 km/jam. Tahun 2005 merupakan tahun yang mengalami
kerugian termahal akibat badai.
5. Tahun 2005 merupakan tahun terkering yang pernah terjadi sejak beberapa dekade
lalu di Amazon, Amerika Selatan. Dan Amerika bagian barat menderita akibat
kekeringan yang panjang.

Sumber informasi :
Bumi Makin Panas (booklet). 2004. Diterbitkan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup, JICA dan Yayasan Pelangi.
Indonesia dan Perubahan Iklim (booklet). Program Iklim dan Energi, WWF-Indonesia.
www.wwf.or.id/climate
Climate Change Scenarios for Indonesia (leaflet). 1999. Diterbitkan oleh Climatic Research
Unit (CRU), UEA, UK dan WWF.
Perilaku Ramah Lingkungan. 2007. Website WWF Indonesia : www.wwf.or.id
http://www.alpensteel.com/article/133-230-pemanasan-global/1582--penyebab-pemanasanglobal-pada-bumi
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
https://www.google.com/

Вам также может понравиться