Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
12
oksitosin yaitu ibu yang sednag bingung atau pikirannya sedang kacau, ibu
yang khawatir atau yakut ASInya tidak cukup, ibu yang merasa kesakitan
terutama saat menyusui, apabila ibu merasa sedih, cemas, marah, atau
kesal, ibu malu untuk menyusui (Roesli, 2005).
Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau
dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-down
adalah tetesan pada payudara lain yang dihisap oleh bayi (Soetjiningsih,
2003). Tanda dan sensasi refleks oksitosin yang lainnya antara lain sensasi
diperah didalam payudara, saat sebelum menyusui atau pada waktu proses
menyusui berlangsung, ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan
bayinya, atau mendengar bayinya menangis, ASI menetes dari payudara
sebelah bila bayi menyusu pada payudara yang lainnya, ASI memancar
halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusui, adanya nyeri
yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah dari
vagina selama menyusui di minggu pertama. Hisapan yang lambat, dalam
dan tegukan bayi menunjukan bahwa ASI mengalir kedalam mulut bayi
(Kristiyanasari, 2009).
4. Mekanisme Menyusui
Tiga refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi, yaitu refleks
menangkap(rooting refleks), refleks menghisap (sucking refleks), dan refleks
menelan (swallowing refleks).
14
15
Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi diberi susus botol dimana
rahang mempunyai peranan sedikit didalam menelan dot botol, sebab susu
dengan mudah mengalir dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat yang
disebabkan oleh posisi botol yang dipegang kearah bawah dan selanjutnya
dengan adanya isapan pipi (tekanan negatif) kesemuanya ini akan
membantu aliran susu. Sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk
mengisap susu menjadi minimal (Depkes RI, 2005).
5. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
5.1. Persiapan menyusui
Sebagai persiapan menyongsong kelahiran sang bayi, perawatan
payudara yang dimulai dari kehamilan bulak ke tujuh sampai ke delapan
memegang peranan penting dalam
bayi. Payudara yang terawat akan meproduksi ASI cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik, ibu
tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga
kurang menarik. Juga perawatan payudara yang baik, puting tidak akan
lecet sewaktu diisap bayi (Soetjiningsih, 2003).
5.2. Cara menyusui
Yang penting dalam cara menyusui adalah ibu merasa senang dan
enak. Bayi dapat disusukan sambil duduk atau tidur. Bayi dapat disusukan
pada kedua payudara 10-15 menit (Soetjiningsiah, 2003).
16
17
18
persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat timbul pula karena keadaan khusus.
(Depkes RI, 2005).
7.1. Masalah menyusui masa antenatal
Pada masa antenatal, masalah
19
payudara
menghasilkan
berukuran
kecil
padahal
ukuran
ASI
dianggap
kurang
payudara
tidak
yang
perlu
diberikan
kepada
ibu
20
menyusui
dapat
membantu
bila
terdapat
21
bendungan dapat terjadi setiap saat jika jarak menyusui terlalu lama,
sehingga produksi ASI tidak dikeluarkan dengan teratur. Bendungan
payudara yang hebat tidak akan terjadi bila bayi disusui pada saatnya
(Neilson,1991).
7.2.2.1. Penyebab payudara bengkak (Ambarwati, 2010)
a. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah
b. Produksi ASI berlebihan
c. Terlambat menyusui
d. Pengeluaran ASI yang jarang
e. Waktu menyusui yang terbatas
7.2.2.2. Pencegahan payudara bengkak
Untuk mencegah maka diperlukan menyusui dini,
perlekatan yang baik, menyusui on demand/ bayi harus lebih
sering disusui. Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat
menyussui
sebaiknya
ASI
dikeluarkan
dahulu,
agar
ketegangan menurun.
Dan untuk merangsang refleks oksitosin, maka
dilakukan:
a. Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit
b. Ibu harus rileks
c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah
payudara)
24
hampir
umum
26
flucloxacilin
atau
Erithromycin
kecil,
padahal
ukuran
payudara
tidak
Ukuran
payudara
ada
hubungannya
dengan
produksi
ASI
dan
mengurangi
bayi
lebih
29
cepat
menyusu.
Disangka
30
sendok
atau
pipet,
jangan
sekali
kali
31
32
faktor yang berpengaruh pada proses laktasi antara lain posisi dan fiksasi bayi
yang benar pada payudara serta frekuensi dan durasi menyusui (Joeliani, 2005).
Selain itu, nutrisi, keadaan kesehatan ibu baik fisik maupun psikis serta keadaan
payudara ibu yang nantinya akan berpengaruh pada produksi dan pengeluaran
ASI (Chumbley, 2006).
1. Tekhnik Menyusui
1.1. Pengertian
Tekhnik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi &
Hesti, 2004).
1.2. Cara menyusui yang benar
1.2.1. Posisi badan ibu dan badan bayi (Depkes RI, 2005)
1.2.1.1.Ibu duduk atau berbaring dengan santai
1.2.1.2.Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar
kepala
1.2.1.3.Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara
1.2.1.4.Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
1.2.1.5.Dengan posisi ini telinga bayi akan berada dalam satu garis
dengan leher dan lengan bayi
1.2.1.6.Jauhkan hidung bayi dari payudara dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu
33
1.2.2. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu (Depkes RI, 2005:)
1.2.2.1. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang dibawah (bentuk huruf C) atau dengan
menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah
(bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara)
1.2.2.2. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting
reflek) dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh
sisi mulut dengan puting susu
1.2.2.3. Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya
lebar dan lidah kebawah
1.2.2.4. Dengan cepat dekatkan bayi kepayudara ibu dengan cara
menekan bahu belakang bayi bukan bagian kepala
1.2.2.5. Posisiskan puting susu diatas bibir atas bayi dan
berhadapan dengan hidung bayi
1.2.2.6. Kemudian masukan puting susu ibu menelususri langitlangit mulut bayi
1.2.2.7. Usahakan bagian areola )kalang payudara) masuk
kemulut bayi, sehingga puting susu berada diantara
pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan
langit-langit lunak (palatum molle).
34
bayi
menempel
dibadan
ibu,
kepala
bayi
menghadap kepayudara
1.2.4.8. Telinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus
1.2.4.9. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
1.2.4.10. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang
lain menopang dibawah, jangan menekan puting susu
atau areolanya saja.
36
37
1.2.6. Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut:
1.2.6.1.Leher bayi berputar dan cenderung kedepan
1.2.6.2.Badan bayi menjauhi badan ibu
1.2.6.3.Badan bayi tidak menghadap kebadan ibu
1.2.6.4.Hanya leher dan kepala yang tersanggah
1.2.6.5.Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi
1.2.6.6.C-hold tetap dipertahankan.
1.2.7. Tanda bahwa bayi mendapatkan ASI dalam jumlah cukup
(Rahmawati & proverawati, 2010)
1.2.7.1.Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
1.2.7.2.Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2
minggu pertama (100-200 gr setiap minggu)
1.2.7.3.Puting dan payudara tidak luka atau nyeri
1.2.7.4.Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil
6-8 kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali
sehari
1.2.7.5.Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka
sebaiknya bayi dibangunkan dan dirangsang untuk
menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya
2. Perawatan Payudara
Perawatan payudara ada 2 macam yaitu perawatan payudara masa
hamil dan masa nifas (post partum). Perawatan payudara post partum
39
darah
dan
mencegah
tersumbatnya
aliran
susu
sehingga
40
42
43
Proverawati, 2010).
Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8 dan 12 kali
sehari. Meskipun mudah membagi waktu 24 jam hingga 12 kali menyusui,
dan menghasilkan perkiraan jadwal, namun cara ini bukan cara makan
sebagian besar bayi,
beberapa kali, tidur untuk beberapa jam dan bangun untuk menyusu lagi. Ibu
sebaiknya dianjurkan menyusui sebagai respon terhadap isyarat bayi, dan
berhenti menyusui jika bayi tampak kenyang. Isyarat kenyang meliputi
relaksasi seluruh tubuh, tidur saat menyusu, melepaskan puting susu, dll)
(Varley, 2008).
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama
bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi
prematur
belum
dapat
menyusu
(Hopkinson
44
et
al,
1988
dalam
ACC/SCN,1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup
bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 3 kali perhari selama 2
minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang
cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini
direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal
setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan
stimulasi hormon dalam kelenjar payudara. Semakin sering menyusui maka
semakin banyak pula ASInyang diproduksi, base on demand. Proses produksi
ASI itu seberapa kosong gudang ASI (payudara). Semakin sering gudangnya
dikosongkan, maka akan semakin sering isi ulangnya. Sehingga semakin
banyak produksi ASI (Rahmawati & Proverawati, 2010).
Semakin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang
(IDAI, 2008). Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu
sebentar. Pada minggu pertama kelahiran seringkali bayi mudah tertidur saat
menyusu. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusu dengan cara
menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menangis (IDAI, 2008).
Lama menyusui bayi berbeda-beda sesuai dengan pola hisap bayi.
Bayi sebaiknya menyusu 10 menit pada payudara yang pertama, karena daya
isap masih kuat. Dan 20 menit pada payudara yang lain karena daya isap bayi
mulai melemah (Arif, 2009).
45
4. Asupan Makanan
Nutrisi atau zat gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan , metabolismenya kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila
menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan
karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi ASI yang cukup untuk
menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai
ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan (Ambarwati, 2010).
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa
menyusui tidak secara langsung dapat mempengaruhi mutu ataupun jumlah
air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi
yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika
makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang
diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam
buah dada ibu tidak dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap produksi ASI (Roesli,2005).
Menurut Ambarwati (2010), menu makanan seimbang yang harus
dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur. Disamping itu harus
mengandung:
46
pembakaran
tubuh,
pembentukan
jaringan
baru,
47
pelindung biasanya diperoleh dari semua jenis sayuran dan buahbuahan. (Ambarwati, 2010).
Apabila ibu yang sedang menyusui tidak mendapat tambahan
makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI.
Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi.
Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui
anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tak jelas pengaruh jumlah air
minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan
makanan sumber protein seperti ikan, telur, dan kacang-kacangan, bahan
makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar
berbagai vitamin dalam ASI.
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori diatas, maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai
berikut:
Independen
Dependen
Teknik Menyusui
menyusui
Proses Laktasi
Perawatan Payudara
Asupan makanan
Gambar 2.1. kerangka konsep penelitian
48
D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesisi Nol (H0), maka:
1.1.Tidak ada hubungan antara tekhnik menyusui dengan proses laktasi ibu
dengan bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton tahun
2013
1.2.Tidak ada hubungan antara frekuensi dan durasi menyusui dengan proses
laktasi ibu dengan bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten
Buton tahun 2013
1.3.Tidak ada hubungan antara perawatan payudara dengan proses laktasi ibu
dengan bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton tahun
2013
1.4.Tidak ada hubungan antara asupan makanan dengan proses laktasi ibu
dengan bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton tahun
2013
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
2.1.Ada hubungan antara tekhnik menyusui dengan proses laktasi ibu dengan
bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton tahun 2013
2.2.Ada hubungan antara frekuensi dan durasi menyusui dengan proses laktasi
ibu dengan bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton
tahun 2013
49
2.3.Ada hubungan antara perawatan payudara ibu dengan proses laktasi ibu
dengan bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton tahun
2013
2.4.Ada hubungan antara asupan makanan dengan proses laktasi ibu dengan
bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton tahun 2013
50