Вы находитесь на странице: 1из 43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Laktasi


1. Payudara
1.1.Definisi payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan diatas otot
dada. Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya
lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar
mencapai 600 gram dan pada waktu menyusui mencapai 800 gram.
(DEPKES RI, 2008).
1.2.Anatomi payudara
Payudara terdidri dari bagian luar (eksternal) dan bagian dalam
(internal).
1.2.1. Bagian luar
1.2.1.1.Cauda axilaris
Sepasang buah dada yang terletak di dada yang merupakan
jaringan payudara yang meluas ke axila.
1.2.1.2.Puting susu (papila mamae)
Terletak dipusat areola mamae setinggi iga (costa) ke-4.
Papila mamae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kirakira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan

merupakan bangunan yang sangat peka. (Verals, 2003). Ujung


puting susu memiliki 15-25 lubang kecil yang merupakan
bagian akhir duktus yang menghubungkan kembali dengan
sistem lobulus-alveoli. Puting susu elastis terdiri dari serat otot
polos dan dipersarafi baik dengan ujung saraf sensori maupun
otonom, ini adalah sistem yang menyebabkan puting susu
menjadi lebih kecil dan lebih tegas terhadap dingin, sentuhan,
dan stimulasi seksual (Varney, 2008).
1.2.1.3. Daerah kecoklatan disekitar puting susu (areola mamae)
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang
longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing
payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna
merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada
wanita yang berkulit coklat, dan warna tersebut menjadi lebih
gelap pada waktu hamil. Didaerah aerola ini terletak kira-kira
20 glandula sebasea. Pada kehamilan areola ini membesar dan
disebut tuberculum montgomery (Veral, 2003).
1.2.2. Bagian dalam terdiri dari empat jaringan utama:
1.2.2.1.Kelenjar susu (mamary alveoli) merupakan pabrik susu
1.2.2.2.Gudang susu ( sinus lactiferous)yang berfungsi menampung
ASI, terletak dibawah darerah kecoklatan disekitar puting
susus.

1.2.2.3.Saluran susu (ductus lactiferous) yang mengalirkan susu dari


pabrik susu ke gudang susu, serta
1.2.2.4.Jaringan penunjang dan pelindung, seperti jaringan ikat dan sel
lemak yang melindungi.
Air susu ibu diproduksi/dibuat oleh jaringan kelenjar susu atau pabrik
susu. Kemudian disalurkan melalui saluran susu kedalam gudang susu yang
terdapat dibawah daerah yang berwarna gelap/cokelat tua disekitar puting
susu. Gudang susu ini sangat penting artinya, karena merupakan temp[at
penampung ASI. Puting susu banyak sekali saraf sensori sehingga sangat
peka. (Roesli, 2005).
Setiap individu memiliki ukuran payudara berbeda satu dengan yang
lainnya. Hal ini juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur.
Besarnya payudara, bentuk serta ukurannya dipengaruhi oleh nutrisi,
keturunan, dan hormon-hormon wanita yang dihasilkan. Bentuk payudara
juga tidak sama, salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari lainnya
(Veralls, 2003)
1.3.Fungsi payudara
1.3.1. Untuk mengeluarkan ASI pada masa laktasi
1.3.2. Simbol kewanitaan (sex speal) (Handerson, 2006)
2. Laktasi dan Menyusui
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana
keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada

10

bayi selama enam bulan (Sutter Health,2000). Sedangkan laktasi adalah


keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI.
Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI sampai
anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan
tubuh secara alami (Ambarwati, 2010). Setiap ibu menghasilkan air susu yang
kita sebut ASI sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian
ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar

merupakan sarana untuk

membangun SDM yang berkualitas. Seperti diketahui ASI adalah makanan


satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi
pada enam bulan pertama (IDAI, 2008).
3. Pembentukan Air Susu
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI
biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar osterogen yang
tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan
progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan lebih
dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah dua prolaktin oleh hipofisis,
sehingga sekresi ASI semakin lancar (Kristiyanasari, 2009).
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu
refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting
susu oleh hisapan bayi.

11

3.1. Refleks Prolaktin


Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting
susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut aferent dibawa ke
hipotalamus didasar otak, lalu memacu hipofisis anterior untuk
mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi,
prolaktin dialirkan kepabrik ASI dan merangsang sel-sel alveoli pembuat
ASI untuk meproduksi ASI. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah
yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi,
intensitas, dan lamanya bayi menghisap (Ambarwati, 2010).
Hormon prolaktin yang dihasilkan berada diperedaran darah selama
30 menit setelah penghisapan puting. Hormon prolaktin dapat merangsang
payudara menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan untuk
minum yang sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada. Makin
banyak ASI dikeluarkan dari sinus laktiferus, makin banyak produksi ASI.
Makin sering bayi menyusu makin banyak ASI yang diproduksi.
Sebaliknya makin jarang bayi menyusu, makin sedikit payudara
menghasilkan ASI. Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari ,
sehingga menyusui pada malam hari dapat mempertahankan produksi ASI
(IDAI, 2008).
3.2. Refleks Aliran ( Let Down Refleks)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofisis anterior agar mengeluarkan prolaktin juga

12

mempengaruhi hipofisis posterior agar mengeluarkan hormon oksitosin.


Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah, akan memacu otot-otot
polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga
memeras air susu dari alveoli, duktulus dan sinus menuju puting susu
(Ambarwati, 2010).
Oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan prolaktin. Keadaan ini
menyebabkan ASI dipayudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin
sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan untuk menyusui (sebelum bayi
menghisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi
mengalami kesulitan untukmendapatkan ASI padahal payudara tetap
menghasilkan ASI namun tidak keluar (IDAI, 2008).
Produksi hormon oksitosin bukan hanya dipengaruhi oleh rangsangan
dari payudara, namun oksitosin juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan
ibu. Ketika ibu mendengar suara bayi, meskipun mungkin bukan bayinya,
ASI dapat menetes keluar. Suara tangisan bayi,sentuhan bayi, atau ketika
ibu berpikir akan menyusui bayinya, atau bahkan ketika ibu memikirkan
betapa sayangnya kepada sang bayi, ASI dapat menetes keluar (Depkes RI,
2008).
Beberapa keadaan yang dapat meningkatkan pengeluaran ASI yaitu
bila melihat bayi, memikirkan bayi dengan perasaan penuh kasih sayang,
mendengar bayinya menangis, mencium bayi atau ibu dalam keadaan
tenang. Beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon
13

oksitosin yaitu ibu yang sednag bingung atau pikirannya sedang kacau, ibu
yang khawatir atau yakut ASInya tidak cukup, ibu yang merasa kesakitan
terutama saat menyusui, apabila ibu merasa sedih, cemas, marah, atau
kesal, ibu malu untuk menyusui (Roesli, 2005).
Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau
dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-down
adalah tetesan pada payudara lain yang dihisap oleh bayi (Soetjiningsih,
2003). Tanda dan sensasi refleks oksitosin yang lainnya antara lain sensasi
diperah didalam payudara, saat sebelum menyusui atau pada waktu proses
menyusui berlangsung, ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan
bayinya, atau mendengar bayinya menangis, ASI menetes dari payudara
sebelah bila bayi menyusu pada payudara yang lainnya, ASI memancar
halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusui, adanya nyeri
yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah dari
vagina selama menyusui di minggu pertama. Hisapan yang lambat, dalam
dan tegukan bayi menunjukan bahwa ASI mengalir kedalam mulut bayi
(Kristiyanasari, 2009).
4. Mekanisme Menyusui
Tiga refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi, yaitu refleks
menangkap(rooting refleks), refleks menghisap (sucking refleks), dan refleks
menelan (swallowing refleks).

14

4.1. Refleks menangkap


Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut,
merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini
menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel
tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik
kedalam mulut (Depkes RI, 2005).
4.2. Refleks menghisap ( Sucking refleks)
Puting susu yang masuk kedalam mulut dengan bantuan lidah,
dimana lidah dijulurkan keatas gusi bawah, puting susu ditarik lebih jauh
sampai orofaring dan rahang menekan areola mamae dibelakang puting
susu yang pada saat itu sudah terletak dilangit-langit keras (palatum
durum). Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama, maka
gusi akan menjepi areola mamae dan sinus laktiferus, sehingga air susu
akan mengalir keputing susu. Selanjutnya bagian belakang lidah menekan
puting susu pada langit-langit menyebabkan air susu keluar dari puting
susu. Cara yang dilakukan oleh bayi ini tidak akan menimbulkan cedera
pada puting susu (Depkes RI, 2005).
4.3. Refleks menelan
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan
gerakan mengisap(tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi,
sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan dirteruskan dengan
mekanisme menelan kelambung.

15

Keadaan akan terjadi berbeda bila bayi diberi susus botol dimana
rahang mempunyai peranan sedikit didalam menelan dot botol, sebab susu
dengan mudah mengalir dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat yang
disebabkan oleh posisi botol yang dipegang kearah bawah dan selanjutnya
dengan adanya isapan pipi (tekanan negatif) kesemuanya ini akan
membantu aliran susu. Sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk
mengisap susu menjadi minimal (Depkes RI, 2005).
5. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
5.1. Persiapan menyusui
Sebagai persiapan menyongsong kelahiran sang bayi, perawatan
payudara yang dimulai dari kehamilan bulak ke tujuh sampai ke delapan
memegang peranan penting dalam

menentukan berhasilnya menyusui

bayi. Payudara yang terawat akan meproduksi ASI cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik, ibu
tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga
kurang menarik. Juga perawatan payudara yang baik, puting tidak akan
lecet sewaktu diisap bayi (Soetjiningsih, 2003).
5.2. Cara menyusui
Yang penting dalam cara menyusui adalah ibu merasa senang dan
enak. Bayi dapat disusukan sambil duduk atau tidur. Bayi dapat disusukan
pada kedua payudara 10-15 menit (Soetjiningsiah, 2003).

16

5.3. Lama menyusui


Pada hari-hari pertama biasanya ASI belum keluar, bayi cukup
disusukan 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan
puting susu di isap oleh bayi. Setelah hari keempat sampai kelima, boleh
disusukan selama 15 menit (jangan lebih dari 20 menit). Menyusukan
selam 15 menit ini jika produksi ASI cukup dan ASI lancar keluarnya
sudah cukup untuk bayi. Dikatakan bahwa jumlah ASI yang terisap bayi
pada 5 menit pertama adalah 112 ml, 5 menit kedua 64 mlml dan 5
menit terakhir hanya 16 (Soetjiningsih, 2003).
6. ASI Menurut Stadium Laktasi
6.1. Kolostrum
Merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga
atau kelima setelah bayi lahir kolostrum merupakan cairan yang agak
kental berwarna kekuning kuningan disebabkkan oleh tingginya komposisi
protein dan sel-sel hidup. Kandungan protein pada kolostrum lebih tinggi
dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matang. Sedangkan
kandungan laktosanya lebih rendah dibandingkan ASI matang (Depkes RI,
2008).
Khasiat kolostrum adalah sebagai berikut:
6.1.1. Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir sehingga saluran
pencernaan siap untuk menerima makanan

17

6.1.2. Mengandung kadar protein yang tinggi terutam gama globulin


sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi
6.1.3. Mengandung zat anti bodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi
dari berbagai penyakit infeksi (Ambarwati, 2010).
6.2. Air Susu Masa Peralihan
Merupakan ASI yang diproduksi pada hari ke 3 atau 5 hingga hari ke
8 atau hari ke 11. ASI semakin meningkat tetapi komposis protein pada
ASI transisi semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin
tinggi. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktifitas bayi yang
mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada
masa ini pengeluaran ASI mulai stabil (Depkes RI, 2008).
6.3. ASI matur
Merupakan ASI yang dikeluarkan pada hari ke 8 atau hari ke 11
sampai seterusnya. ASI matang merupakan nutrisi yang terus berubah
disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. ASI matang
dibedakan menjadi dua yaitu susu awal atau susu primer, dan susu akhir
atau susu sekunder. Susu awal adalah ASI yang keluar pada setiap awal
menyusui, sedangkan susu akhir adalah ASI yang keluar pada setiap akhir
menyusui (Depkes RI, 2008).
7. Masalah-Masalah Dalam Menyusui
Masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum
persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini dan masa pasca

18

persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat timbul pula karena keadaan khusus.
(Depkes RI, 2005).
7.1. Masalah menyusui masa antenatal
Pada masa antenatal, masalah

yang sering timbul adalah:

kurang/salah informasi, puting susu terbenam (retraced) atau puting susu


datar.
7.1.1. Kurang/salah informasi (Ambarwati, 2010)
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya
atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu
formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan pun masih
banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan
kehamilan bayi. Sebagai contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang
tidak mengetahui bahwa:
7.1.1.1.Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan
sering, sehingga bayi dikatakan menderita diare dan sering
kali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui.
Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum
memang demikian karena kolostrum bersifat sebagai laksans.
7.1.1.2.ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap
perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang baru lahir
cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan
cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman

19

selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minum


sebelum ASI keluar akan memperlambat pengeluaran ASI
oleh bayi menjadi kurang karena bayi menjadi kenyang dan
malas menyusu.
7.1.1.3.Karena

payudara

menghasilkan

berukuran

kecil

padahal

ukuran

ASI

dianggap

kurang

payudara

tidak

menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena


ukurn ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara
sedangkan kelenjar penghasil ASI sama banyaknya walaupun
payudara kecil dan produksi ASI dapat mencukupi aapabila
manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar
Informasi

yang

perlu

diberikan

kepada

ibu

hamil/menyusui antara lain:


a. Fisiologi laktasi
b. Keuntungan pemberian ASI
c. Cara menyusui yang baik dn benar
d. Kerugian pemberian susu formula
e. Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang
setelah 6 bulan.

20

7.1.2. Puting susu datar atau terbenam (Ambarwati, 2010)


Sejak kehamilan trimester terakhir, ibu yang tidak mempunyai
resiko kelahiran prematur dapat diusahakan mengeluarkan puting
susu datar atau terbenam dengan cara:
7.1.2.1.Susui bayi secepatnya Teknik atau gerakan hofman yang
dikerjakan dua kali sehari
7.1.2.2.Dibantu dengan jarum suntik yang dipotong ujungnya atau
dengan pompa ASI. Setelah bayi lahir, puting susu datar atau
terbenam dapat dikeluarkan dengan cara:
a. segera setelah lahir saat bayi aktif dan ingin menyusu

b. Susui bayi sesering mungkin (misalnya tiap 2 -

jam), ini akan menghindarkan payudara terisi terlalu penuh


dan memudahkan bayi untuk menyusu.
c. Masage payudara dan mengeluarkan ASI secara manual
sebelum

menyusui

dapat

membantu

bila

terdapat

bendungan payudara dan puting susu tertarik kedalam.


d. Pompa ASI yang efektif bukan yang berbentu terompet
atau bentuk (squez dan bulb) dapat dipakai untuk
mengeluarkan puting susu pada waktu menyusui.

21

7.2. Masalah menyusui pada masa pasca persalinan dini


Pada masa ini, kelainan yang sering terjadi antara lain : puting susu
datar atau terbenam , puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu
tersumbat dan masitis atau abses. Puting susu datar atau terbenam sudah
diuraikan diatas, sedangkan masalah-masalah lain akan diuraikan dibawah
ini.
7.2.1. Puting susu lecet
Puting susu lecet termasuk trauma pada puting susu. Disamping
lecet, retak dan pembentukan celah-celah. Retak-retak pada puting
susu bisa sembuh dalam waktu 48 jam. Pada keadaan ini seringkali
seorang ibu menghentikan menyusui karena putingnya sakit. Yang
perlu dilakukan adalaah:
7.2.1.1.Cek bagaimana perlekatan ibu-bayi
7.2.1.2.Kalau rasa nyeri dan luka tidak terlalu berat, ibu bisa terus
menyusui bayi
7.2.1.3.Puting susu diolesi ASI dan biarkan mengering dengan
sendirinya, dan jangan menggunakan kutang yang terlalu
ketat
7.2.1.4.Apabila rasa nyeri hebat, atau luka makin berat, puting susu
diistirahatkan sampai memungkinkan kembali bayi menyusu
pada puting susu yang sakit. Biasanya masa istirahat ini tidak
lama, sekitar 24 jam
22

7.2.1.5.Selama puting susu yang bersangkutan diistirahatkan, ASI


dikeluarkan oleh ibu dengan tangan, sebaaiknya jangan
menggunakan pompa, karena menambah rasa nyeri dan
membuat luka bertambah parah.
Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perhatikan halhal berikut:
a. Setiap kali hendak menyusui dan sesudah menyusui puting susu
diolesi dengan ASI
b. Jangan membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim,
dan obat-obatan yang dapat merangsang kulit/puting susu
c. Lepaskan hisapan hisapan bayi dengan cara yang benar, yaitu
dengan menekan dagu bayi atau memasukan jari kelingking ibu
yang bersih ke mulut bayi.
7.2.2. Payudara bengkak
Pembesaran payudra adalah kondisi penuh yang berlebihan
pada payudara. Payudara yang mengalami pembesaran cenderung
panas, dan nyeri dengan kulit tegang dan mengkilat (Varney, 2008).
Masalah ini diakibatkan oleh gelombang air susu, suplai getah
bening, dan darah yang tiba-tiba muncul pada awal masa menyusui.
Bendungan (engorgement) ini normal. Hampir semua ibu baru
mengalaminya sampai tingkat tertentu dan apabila ditangani
secepaatnya, bendungan akan hilang dalam beberapa hari. Tetapi
23

bendungan dapat terjadi setiap saat jika jarak menyusui terlalu lama,
sehingga produksi ASI tidak dikeluarkan dengan teratur. Bendungan
payudara yang hebat tidak akan terjadi bila bayi disusui pada saatnya
(Neilson,1991).
7.2.2.1. Penyebab payudara bengkak (Ambarwati, 2010)
a. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu salah
b. Produksi ASI berlebihan
c. Terlambat menyusui
d. Pengeluaran ASI yang jarang
e. Waktu menyusui yang terbatas
7.2.2.2. Pencegahan payudara bengkak
Untuk mencegah maka diperlukan menyusui dini,
perlekatan yang baik, menyusui on demand/ bayi harus lebih
sering disusui. Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat
menyussui

sebaiknya

ASI

dikeluarkan

dahulu,

agar

ketegangan menurun.
Dan untuk merangsang refleks oksitosin, maka
dilakukan:
a. Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit
b. Ibu harus rileks
c. Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah
payudara)
24

d. Pijat ringan pada payudara bengkaak (pijat pelan-pelan


kearah tengah)
e. Stimulasi payudara dan puting
Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui untuk
mengurangi udem. Pakai BH yang sesuai. Bila terlalu sakit
dapat diberikan obat analgetik.
7.2.3. Saluran susu tersumbat
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) merupakan suatu
kejadian yang

hampir

umum

pada minggu-minggu pertaama

menyusui. (Varley, 2008). Saluran susu tersumbat adalah keadaan


dimana terjadi sumbatan pada salah satu atau lebih saluran susu
yang disebabkan oleh beberapa hal misalnya tekanan jari pada
payudara waktu menyusui, pemakaian BH yang terlalu ketat, dan
komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang menyebabkan
kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan dan
terjadilah sumbatan. Pada ibu yang kurus, sumbatan ini tampak
sebagai benjolan yang teraba lunak.
Sumbatan saluran susu dapat dicegah dengan mengerjakan:
7.2.3.1.Perawatan payudara pasca persalinan secara teratur
7.2.3.2.Memakai BH yang menopang dan tidak terlalu ketat
7.2.3.3.Mengeluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila setelah
menyusui payudara masih terasa penuh.
25

Bila ibu merasa nyeri, dapat dikompres dengan air hangat


dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui supaya bayi
lebih mudah mengisap puting susu, dan kompres dingin setelah
menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak. Sumbatan
saluran susu dapat berlangsung menjadi masitis, karena itu perlu
dirawat dengan baik.
7.2.4. Masitis dan abses payudara
Masitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang
terkena menjadi merah, bengkak, nyeri, dan panas. Temperatur ibu
meninggi kadang-kadang disertai menggigil. Didalam terasa ada
masa padat (lump), diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini
biasanya terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan akibat lanjutan dari
sumbatan saluran susu. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI
diisap/dikeluarkan atau pengisapan ASI yang tak efektif. Dapat juga
karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena
tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara
yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang
menggantung.
Ada dua jenis masitis: yaitu yang hanya karena milk statis
adalah non infective masitis dan yang telah terinfeksi bakteri yaitu
infective masitis. Lecet pada puting atau trauma pada kulit dapat

26

juga mengundang infektif bakteri. Beberapa tindkan yang dapat


dilakukan:
7.2.4.1.Kompres hangat /panas dan pemijatan
7.2.4.2.Rangsan Oxitocin, dimulai pada payu darah yang tidak sakit
yaitu stimulasi puting, pijat leher punggung , dan lain-lain.
7.2.4.3.Pemberian antibiotik,

flucloxacilin

atau

Erithromycin

selama 7-10 hari


7.2.4.4.Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk
penghilang rasa nyeri
7.2.4.5.Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit
tidak boleh disusukan ,sedangkan bayi terus menyusu pada
payudara yang sehat tanpa jadwal
7.3. Masalah Menyusui Pada Pasca Persalinan Lanjut
Termaksud masalah didalam menyusui pada masa pasca persalinan
lanjut adalah sindrom ASI kurang, bingung puting, dan Ibu bekerja
7.3.1. Sindrom ASI kurang
Istilah sindrom ASI kurang adalah istilah yang rancu atau tidak
cukup jelas yang dapat ditafsirkan menjadi 3 pengertian yang
berbeda. Yang pertama ibu merasa produksi ASInya kurang, ini
berkaitan dengan perasaan siibu. Yang kedua, dapat juga kategori
ASI kurang dimaksudkan sebagai produksi ASI ibu memang benarbenar kurang, yang terbukti memang hanya sedikit, sehingga tidak
27

mencukupi kebutuhan bayi. Sedangkan yang ketiga, jumlah ASI yang


diterima bayi memang kurang. Ini bisa terjadi seandainya perlekatan
bayi pada saat menyusu tidak tepat, atau karena sebab lainnya
(Depkes RI, 2006).
7.3.1.1. Alasan-alasan ibu merasa bahwa ASInya kurang
a. Payudara

kecil,

padahal

ukuran

payudara

tidak

menggambarkan kemampuan ibu untuk memproduksi


ASI.

Ukuran

payudara

ada

hubungannya

dengan

beberapa faktor, misalnya faktor hormonal (estrogen dan


progesteron), keadaan gizi, dan faktor keturunan. ASI
yang tampak berubah kekentalannya, misalnya lebih
encer disangka telah berkurang, padahal kekentalan ASI
bisa berubah-ubah
b. Payudara tampak mengecil, lembek, atau tidak merembes
lagi padahal ini suatu tanda bahwa produksi ASI telah
sesuai dengan keperluan bayi
c. Bayi sering menangis disangka kekurangan ASI, padahal
bayi menangis karena berbagai sebab
d. Bayi lebih sering minta disusui, kecuali karena ASI
memang mudah dicerna, juga bayi memang memerlukan
ASI yang cukup untuk tumbuh kembang, dan yang
penting menyusui bukan hanya memberi makan bayi,
28

tetapi karena bayi juga memerlukan belaian, kehangatan


dan kasih sayang
e. Bayi minta disusui pada malam hari, hal ini memang
penting karena bayi memerlukan dekapan dan ASI pada
malam hari. Disamping itu, menyusui malam hari
memperbanyak

produksi

ASI

dan

mengurangi

kemungkinan sumbatan payudara.


f. Bayi lebih cepat menyusu daripada sebelumnya, hal ini
karena bayi telah pandai menyusu.
7.3.1.2. Tanda-tanda yang meyakinkan bahwa jumlah ASI benarbenar kurang antara lain:
a. Berat badan bayi tidak naik, pertambahan berat badan
bayi kurang dari 500 gram/bulan, atau setelah dua
minggu, beratnya kurang dari berat lahirnya.
b. Bayi mengompol kurang dari 6 kali sehari, bau dan
berwarna kuning tua.
7.3.1.3. Tanda-tanda yang mungkin saja ASI benar-benar kurang
antara lain:
a. Bayi tidak puas setiap selesai menyusui, seringkali
menyusu dengan waktu yang sangat lama. Tapi juga
terkadang

bayi

lebih

29

cepat

menyusu.

Disangka

produksinya kurang padahal karena bayi telah pandai


menyusui,
b. Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu
c. Tinja bayi keras, kering dan berwarna hijau
d. Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaad
yang jarang), atau ASI tidak dating pasca lahir
7.3.1.4. Berikut faktor faktor yang mungkin mempengaruhi ASI
kurang :
a. Faktor menyusui, keadaan yang paling sering dijumpai
antara lain awal yang tertunda, menyusui terjadwal,
jarang menyusui, tidak menyusui pada waktu malam,
setiap kali menyusui hanya sebentar, perlekatan kurang
baik, penggunaaan botol/empeng,
b. Faktor psikologis juga sering terjadi, misalnya kurang
percaya diri, khawatir/stres, tidak senang menyusui,
penolakan terhadap bayi, kejenuhan
c. Kondisi fisik ibu (jarang terjadi), antara lain pil
kontrasepsi, kehamilan, merokok, kurang gizi
d. Sangat jarang adalah faktor kondisi bayi misalnya:
penyakit abnormalitas dan lain-lain (Depkes RI, 2006).

30

7.3.2. Bingung puting (Ambarwati, 2010)


Bingung puting (nipple confusion) adalah suatu keadaan yang
terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti
dengan menyusu ibu. Peristiwa ini terjadi karena proses menyusu
pada puting ibu berbeda dengan menyusu pada botol. Menyusu pada
puting memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah,
sebaliknya menyusu pada botol bayi secara pasif dapat memperoleh
air susu buatan, karena lubang yang terdapat pada dot.
7.3.2.1.Tanda-tanda bayi bingung puting ialah:
a. Bayi mengisap puting seperti mengisap dot
b. Mengisap secara terputus-putus dan sebentar-sebentar,
c. Bayi menolak menyusu
7.3.2.2.Cara untuk menghindar bayi bingung puting:
a. Jangan mudah menggunakan susu formula tanpa indikasi
yang kuat
b. Kalau terpaksa harus memberikan susu formula, berikan
dengan

sendok

atau

pipet,

jangan

sekali

kali

menggunakan botol, atau bahkan diberi kempengan.


7.3.3. Ibu bekerja (Depkes RI, 2006)
Sering kali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti
menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan
pada ibu menyusui yang bekerja:

31

7.3.3.1.Sebelum berangkat kerja susuilah bayi


7.3.3.2.ASI dikeluarkan untuk persediaan sebelum berangkat kerja,
dan berikan kepada pengasuh untuk diberikan kepada bayi
(jangan beri ASI dengan botol susu, gunakan cangkir).
7.3.3.3.Setelah ibu dirumah, perbanyaklah menyusui termasuk pada
malam hari
7.3.3.4.Ditempat kerja, perahlah ASI 2-3 kali (selang 3 jam sekali),
hal ini akan menjaga persediaan ASI tidak menurun.
8. Manfaat Menyusui
Menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi akan tetapi juga
memberikan keuntungan dan manfaat bagi ibu terutama dengan menyusui bayi
secara ekslusif. Manfaat untuk bayi adalah : menerima nutrisi terbaik, baik
kualitas maupun kuantitasnya, meningkatkan daya tahan tubuh , jalinan kasih
sayang (bonding), dan meningkatkan kecerdasan. Bagi ibu dapat mengurangi
pendarahan pos partum (paska melahirkan), terjadinya anemia, kemungkinan
penderita kanker payudara dan kanker indung telur, menjarangkan kelahiran,
dapat mengembalikan lebih cepat berat badan dan besarnya rahim ke ukuran
normal, ekonomis, hemat waktu, tidak merepotkan bahagia bagi ibu (Supriyadi,
2002).
B. Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Laktasi
Proses pemberian ASI dilakukan melalui kegiatan laktasi. Proses laktasi
merupakan keseluruhan proses produksi dan pengeluaran ASI, maka faktor-

32

faktor yang berpengaruh pada proses laktasi antara lain posisi dan fiksasi bayi
yang benar pada payudara serta frekuensi dan durasi menyusui (Joeliani, 2005).
Selain itu, nutrisi, keadaan kesehatan ibu baik fisik maupun psikis serta keadaan
payudara ibu yang nantinya akan berpengaruh pada produksi dan pengeluaran
ASI (Chumbley, 2006).
1. Tekhnik Menyusui
1.1. Pengertian
Tekhnik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi &
Hesti, 2004).
1.2. Cara menyusui yang benar
1.2.1. Posisi badan ibu dan badan bayi (Depkes RI, 2005)
1.2.1.1.Ibu duduk atau berbaring dengan santai
1.2.1.2.Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar
kepala
1.2.1.3.Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara
1.2.1.4.Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
1.2.1.5.Dengan posisi ini telinga bayi akan berada dalam satu garis
dengan leher dan lengan bayi
1.2.1.6.Jauhkan hidung bayi dari payudara dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu

33

1.2.2. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu (Depkes RI, 2005:)
1.2.2.1. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang dibawah (bentuk huruf C) atau dengan
menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah
(bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara)
1.2.2.2. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting
reflek) dengan cara menyentuh puting susu, menyentuh
sisi mulut dengan puting susu
1.2.2.3. Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya
lebar dan lidah kebawah
1.2.2.4. Dengan cepat dekatkan bayi kepayudara ibu dengan cara
menekan bahu belakang bayi bukan bagian kepala
1.2.2.5. Posisiskan puting susu diatas bibir atas bayi dan
berhadapan dengan hidung bayi
1.2.2.6. Kemudian masukan puting susu ibu menelususri langitlangit mulut bayi
1.2.2.7. Usahakan bagian areola )kalang payudara) masuk
kemulut bayi, sehingga puting susu berada diantara
pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan
langit-langit lunak (palatum molle).

34

1.2.2.8. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara


dengan gerakan memerah sehingga ASI akan keluar dari
sinus lactiferus yang terletak dikalang payudara
1.2.2.9. Setelah bayi menyusu, atau menghisap payudara dengan
baik, payudara tidak perlu dipegang atau disanggah lagi
1.2.2.10. Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara
dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan
bayi bernafas. Hal ini tidak perlu dilakukan karena
hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
1.2.2.11. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk
mengelus-elus bayi
1.2.3. Cara menyendawakan bayi
1.2.3.1. Letakan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan
perlahan lahan diusap punggung belakang sampai
bersendawa.
1.2.3.2. Kalau bayi tidur, baringkan miring kekanan atau
tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya.
1.2.4. Langkah langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)
1.2.4.1. Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya
1.2.4.2. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara
35

ini bermanfaat untuk menjaga wilayah areola dan puting


tetap steril, karena ASI juga mampu berfungsi sebagai
desinfektan (pencegah infeksi dari kuman penyakit).
Selain itu, dapat menjaga kelembaban areola dan puting
payudara.
1.2.4.3. Bayi diletakan menghadap perut ibu/payudar.
1.2.4.4. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih
baik menggunakan kursi yang rendah (kaki ibu tidak
tergantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaraan
kursi
1.2.4.5. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu
lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
1.2.4.6. Satu tangan bayi diletakaan dibelakang badan ibu dan
yang satu didepan.
1.2.4.7. Perut

bayi

menempel

dibadan

ibu,

kepala

bayi

menghadap kepayudara
1.2.4.8. Telinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus
1.2.4.9. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
1.2.4.10. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang
lain menopang dibawah, jangan menekan puting susu
atau areolanya saja.
36

1.2.4.11. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting


refleks) dengan cara:
a. Menyentuh pipi bayi dengan puting susu atau
b. Menyentuh sisi mulu bayi
1.2.4.12. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan kepayudara ibu dan puting serta areola
dimasukan ke mulut bayi:
a. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk
kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada
dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan
ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang
terletak dibawah areola
b. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu
lagi dipegang atau disangga.
1.2.4.13. Pasca menyusui
a. Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di
masukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi
atau dagu bayi ditekan ke bawah
b. Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan
sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan
aerola, biarkan kering dengan sendirinya

37

1.2.4.14. Menyendawakan bayi dengan :


a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu
ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan atau
b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian
punggungnya di tepuk perlahan-lahan.
1.2.4.15. Susui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan.
1.2.5. Tanda-tanda posis bayi menyusui dengan benar (DEPKES RI,
2005)
1.2.5.1. Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
1.2.5.2. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
1.2.5.3. Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada didasar
payudara (payudara bagian bawah)
1.2.5.4. Telinga bayi berada dalam satu garis lurus dengan leher
dan lengan bayi
1.2.5.5. Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang
terbuka
1.2.5.6. Sebagian besar areola tidak tampak
1.2.5.7. Bayi menghisap dalam dan perlahan
1.2.5.8. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
1.2.5.9. Terkadang terdengar suara bayi menelan
1.2.5.10. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
38

1.2.6. Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut:
1.2.6.1.Leher bayi berputar dan cenderung kedepan
1.2.6.2.Badan bayi menjauhi badan ibu
1.2.6.3.Badan bayi tidak menghadap kebadan ibu
1.2.6.4.Hanya leher dan kepala yang tersanggah
1.2.6.5.Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi
1.2.6.6.C-hold tetap dipertahankan.
1.2.7. Tanda bahwa bayi mendapatkan ASI dalam jumlah cukup
(Rahmawati & proverawati, 2010)
1.2.7.1.Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
1.2.7.2.Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2
minggu pertama (100-200 gr setiap minggu)
1.2.7.3.Puting dan payudara tidak luka atau nyeri
1.2.7.4.Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil
6-8 kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali
sehari
1.2.7.5.Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka
sebaiknya bayi dibangunkan dan dirangsang untuk
menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya
2. Perawatan Payudara
Perawatan payudara ada 2 macam yaitu perawatan payudara masa
hamil dan masa nifas (post partum). Perawatan payudara post partum

39

merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang dilaksanakan, baik oleh


pasien maupun dibantu orang lain yang dilaksanakn mulai hari pertama atau
kedua setelah melahirkan. Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan
sirkulasi

darah

dan

mencegah

tersumbatnya

aliran

susu

sehingga

memperlancar pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya pembekakan


dan kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara agar
tidak mudah terkena infeksi. Adapun langkah-langkah dalam perawatan
payudara (Anggraini, 2010):
2.1. Pengurutan Payudara
2.1.1. Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa / baby oil.
2.1.2. Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah putting susu
selama 2 menit (10 kali) untuk masing-masing payudara.
2.1.3. Handuk bersih 1-2 buah.
2.1.4. Air hangat dan air dingin dalam baskom.
2.1.5. Waslap atau sapu tangan dari handuk.
2.2. Langkah-langkah pengurutan payudara:
2.2.1. Pengurutan yang pertama
Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua telapak
tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari
arah atas lalu arah sisi samping kiri kemudian kearah kanan,
lakukan terus pengurutan kebawah atau melintang. Lalu kedua

40

tangan dilepas dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali untuk


setiap satu payudara.
2.2.2. Pengurutan yang ke dua
Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau
tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan berakhir
pada puting susu. Lakukan tahap mengurut payudara dengan sisi
kelingking dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan gerakan
20-30 kali.
2.2.3. Pengurutan yang ketiga
Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain
mengurut dan menggenggam dari pangkal menuju ke putting susu.
Langkah gerakan 20-30 kali.
2.2.4. Pengompresan
Alat-alat yang disiapkan:
2.2.4.1. 2 buah baskom sedang yang masing-masing diisi dengan
air hangat dan air dingin.
2.2.4.2. 2 buah waslap.
Caranya:
Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit,
kemudian ganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres
bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan kompres air hangat.
Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk menyusui.
41

2.3. Perawatan puting susu


Puting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air
susu ibu akan keluar dari lubang-lubang pada putting susu oleh karena
itu putting susu perlu dirawat agar dapat bekerja dengan baik, tidak
semua wanita mempunyai putting susu yang menonjol (normal). Ada
wanita yang mempunyai putting susu dengan bentuk yang mendatar atau
masuk kedalam, bentuk putting susu tersebut tetap dapat mengeluarkan
ASI jika dirawat dengan benar. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
untuk merawat putting susu:
2.3.1. Setiap pagi dan sore sebelum mandi putting susu (daerah areola
mamae), satu payudara diolesi dengan minyak kelapa sekurang
kurangnya 3-5 menit.
2.3.2. Jika putting susu normal, lakukan perawatan dengan oleskan
minyak pada ibu jari dan telunjuk lalu letakkan keduanya pada
putting susu dengan gerakan memutar dan ditarik-tarik selama 30
kali putaran untuk kedua putting susu.
2.3.3. Jika puting susu datar atau masuk kedalam lakukan tahapan
berikut:
2.3.3.1.Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan putting
susu, kemudian tekan dan hentakkan kearah luar menjahui
putting susu secara perlahan

42

2.3.3.2.Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah putting susu


lalu tekan serta hentakkan kearah putting susu secara
perlahan.
2.3.3.3.Kemudian untuk masing-masing putting digosok dengan
handuk kasar agar kotoran-kotoran yang melekat pada
putting susu dapat terlepas.
2.3.4. Payudara dipijat untuk mencoba mengeluarkan ASI.
Lakukan langkah-langkah perawatan diatas 4-5 kali pada pagi
dan sore hari, sebaiknya tidak menggunakan alkohol atau sabun
untuk membersihkan putting susu karena akan menyebabkan kulit
kering dan lecet. Pengguna pompa ASI atau bekas jarum suntik
yang dipotong
3. Frekuensi Dan Durasi Menyusui
Bayi aterm dan sehat lebih mengetahui seberapa sering dan seberapa
lama ia perlu menyusu dari siapapun juga. Hal ini digambarkan sebagai
menyusu dengan bayi sebagai pengarah, lebih dikenal sebagai menyusu
sesuai kebutuhan (Fraser & cooper, 2009: 735). Karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing, dan lain-lain) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam
waktu 2 jam. Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik karena

43

isapan sangat berpengaruh terhadap rangsangan produksi ASI selanjutnya.


Dengan menyusui tidak dijadwal sesuai kebutuhan bayi akan mencegah
banyak masalah yang mungkin timbul (Ambarwati, 2010).
Bayi baru lahir sebaiknya disusui setiap 2-3 jam sampai bayi merasa
puas. Menyusui minimal 5 menit pada masing-masing payudara pada hari
pertam setelah melahirkan dan semakin meningkat frekuensinya setiap hari
sehingga dapat meningkatkan produksi ASI optimal. Waktu menyusui 20
menit pada masing-masing

payudara cukup untuk bayi (Rahmawati &

Proverawati, 2010).
Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8 dan 12 kali
sehari. Meskipun mudah membagi waktu 24 jam hingga 12 kali menyusui,
dan menghasilkan perkiraan jadwal, namun cara ini bukan cara makan
sebagian besar bayi,

banyak bayi dalam rentang beberapa jam menyusu

beberapa kali, tidur untuk beberapa jam dan bangun untuk menyusu lagi. Ibu
sebaiknya dianjurkan menyusui sebagai respon terhadap isyarat bayi, dan
berhenti menyusui jika bayi tampak kenyang. Isyarat kenyang meliputi
relaksasi seluruh tubuh, tidur saat menyusu, melepaskan puting susu, dll)
(Varley, 2008).
Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi
ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama
bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi
prematur

belum

dapat

menyusu

(Hopkinson
44

et

al,

1988

dalam

ACC/SCN,1991). Studi lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup
bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 3 kali perhari selama 2
minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang
cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini
direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal
setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan
stimulasi hormon dalam kelenjar payudara. Semakin sering menyusui maka
semakin banyak pula ASInyang diproduksi, base on demand. Proses produksi
ASI itu seberapa kosong gudang ASI (payudara). Semakin sering gudangnya
dikosongkan, maka akan semakin sering isi ulangnya. Sehingga semakin
banyak produksi ASI (Rahmawati & Proverawati, 2010).
Semakin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang
(IDAI, 2008). Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu
sebentar. Pada minggu pertama kelahiran seringkali bayi mudah tertidur saat
menyusu. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusu dengan cara
menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menangis (IDAI, 2008).
Lama menyusui bayi berbeda-beda sesuai dengan pola hisap bayi.
Bayi sebaiknya menyusu 10 menit pada payudara yang pertama, karena daya
isap masih kuat. Dan 20 menit pada payudara yang lain karena daya isap bayi
mulai melemah (Arif, 2009).

45

4. Asupan Makanan
Nutrisi atau zat gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan , metabolismenya kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila
menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan
karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi ASI yang cukup untuk
menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai
ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan (Ambarwati, 2010).
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa
menyusui tidak secara langsung dapat mempengaruhi mutu ataupun jumlah
air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi
yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika
makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang
diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam
buah dada ibu tidak dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap produksi ASI (Roesli,2005).
Menurut Ambarwati (2010), menu makanan seimbang yang harus
dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur. Disamping itu harus
mengandung:

46

4.1. Sumber tenaga (energi)


Untuk

pembakaran

tubuh,

pembentukan

jaringan

baru,

penghematan protein (jika sumber tenaga kurang, protein dapat


digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat
gizi sebagai sunber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung
terigu, dan ubi. Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani
(lemak, mentega, keju) dan nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak
kelapa dan margarine).
4.2. Sumber pembangun (protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang
rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani
(ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susus, dan keju)
dan protein nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai,
tahu dan tempe), sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur
dan keju, ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi,
dan vitamin B.
4.3. Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air)
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi tubuh dari
serangna penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh.
Ibu menyusui minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu
untuk minum setiap kli haabis menyusui). Sumber zat pengatur dan

47

pelindung biasanya diperoleh dari semua jenis sayuran dan buahbuahan. (Ambarwati, 2010).
Apabila ibu yang sedang menyusui tidak mendapat tambahan
makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI.
Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi.
Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui
anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tak jelas pengaruh jumlah air
minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan
makanan sumber protein seperti ikan, telur, dan kacang-kacangan, bahan
makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar
berbagai vitamin dalam ASI.
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori diatas, maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai
berikut:
Independen
Dependen

Teknik Menyusui

Frekuensi dan durasi

menyusui
Proses Laktasi
Perawatan Payudara

Asupan makanan
Gambar 2.1. kerangka konsep penelitian

48

D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesisi Nol (H0), maka:
1.1.Tidak ada hubungan antara tekhnik menyusui dengan proses laktasi ibu
dengan bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton tahun
2013
1.2.Tidak ada hubungan antara frekuensi dan durasi menyusui dengan proses
laktasi ibu dengan bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten
Buton tahun 2013
1.3.Tidak ada hubungan antara perawatan payudara dengan proses laktasi ibu
dengan bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton tahun
2013
1.4.Tidak ada hubungan antara asupan makanan dengan proses laktasi ibu
dengan bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton tahun
2013
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
2.1.Ada hubungan antara tekhnik menyusui dengan proses laktasi ibu dengan
bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton tahun 2013
2.2.Ada hubungan antara frekuensi dan durasi menyusui dengan proses laktasi
ibu dengan bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton
tahun 2013

49

2.3.Ada hubungan antara perawatan payudara ibu dengan proses laktasi ibu
dengan bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton tahun
2013
2.4.Ada hubungan antara asupan makanan dengan proses laktasi ibu dengan
bayi 0-6 bulan di Puskesmas Pasarwajo Kabupaten Buton tahun 2013

50

Вам также может понравиться

  • Soal CPNS TIU TES Numerik4 PDF
    Soal CPNS TIU TES Numerik4 PDF
    Документ8 страниц
    Soal CPNS TIU TES Numerik4 PDF
    Rita Aprilia Putri
    Оценок пока нет
  • Hasil SKD Kota Kendari
    Hasil SKD Kota Kendari
    Документ283 страницы
    Hasil SKD Kota Kendari
    Carvahal James
    Оценок пока нет
  • Ujian Cpns 2018 Seri 4 Tes Wawasan Kebangsaan Pancasila
    Ujian Cpns 2018 Seri 4 Tes Wawasan Kebangsaan Pancasila
    Документ63 страницы
    Ujian Cpns 2018 Seri 4 Tes Wawasan Kebangsaan Pancasila
    fitri
    Оценок пока нет
  • Kebijakan Penyelenggaraan Imunisasi
    Kebijakan Penyelenggaraan Imunisasi
    Документ28 страниц
    Kebijakan Penyelenggaraan Imunisasi
    aliyya
    Оценок пока нет
  • Pengumuman Hasil Sanggah Dan Peserta SKD 2019 PDF
    Pengumuman Hasil Sanggah Dan Peserta SKD 2019 PDF
    Документ228 страниц
    Pengumuman Hasil Sanggah Dan Peserta SKD 2019 PDF
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Ujian Cpns 2018 Seri 4 Tes Wawasan Kebangsaan Pancasila
    Ujian Cpns 2018 Seri 4 Tes Wawasan Kebangsaan Pancasila
    Документ63 страницы
    Ujian Cpns 2018 Seri 4 Tes Wawasan Kebangsaan Pancasila
    fitri
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan BPH
    Laporan Pendahuluan BPH
    Документ26 страниц
    Laporan Pendahuluan BPH
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Wa0001 PDF
    Wa0001 PDF
    Документ1 страница
    Wa0001 PDF
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Paket Hafalan Ringkas Uud Dan Pasal Pasal PDF
    Paket Hafalan Ringkas Uud Dan Pasal Pasal PDF
    Документ6 страниц
    Paket Hafalan Ringkas Uud Dan Pasal Pasal PDF
    Adika Kurniawan
    Оценок пока нет
  • BAB II (Seminar Kasus)
    BAB II (Seminar Kasus)
    Документ38 страниц
    BAB II (Seminar Kasus)
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Waham Dan SP
    Laporan Pendahuluan Waham Dan SP
    Документ18 страниц
    Laporan Pendahuluan Waham Dan SP
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Документ49 страниц
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Rangkuman Wawasan Kebangsaan PDF
    Rangkuman Wawasan Kebangsaan PDF
    Документ24 страницы
    Rangkuman Wawasan Kebangsaan PDF
    Rahmadani Indah Rahayu
    Оценок пока нет
  • LP Demam Thypoid
    LP Demam Thypoid
    Документ43 страницы
    LP Demam Thypoid
    Irwan Hadi Wirawan
    0% (1)
  • Askep CKD
    Askep CKD
    Документ24 страницы
    Askep CKD
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ8 страниц
    Bab Iii
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Документ2 страницы
    Bab Iv
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Документ49 страниц
    Bab Ii Tinjauan Pustaka
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • BAB III Analisa Hasil Pengkajian & Perencanaan
    BAB III Analisa Hasil Pengkajian & Perencanaan
    Документ27 страниц
    BAB III Analisa Hasil Pengkajian & Perencanaan
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Terapi Modalitas Lansia
    Terapi Modalitas Lansia
    Документ24 страницы
    Terapi Modalitas Lansia
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Документ15 страниц
    Kelompok 1
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Документ5 страниц
    Bab Iv
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ6 страниц
    Bab Iii
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ21 страница
    Bab I
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Документ10 страниц
    Laporan Pendahuluan
    musaynab
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ26 страниц
    Bab Ii
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Документ13 страниц
    Laporan Pendahuluan
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • BAB II (Seminar Kasus)
    BAB II (Seminar Kasus)
    Документ38 страниц
    BAB II (Seminar Kasus)
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ10 страниц
    Bab Iii
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ26 страниц
    Bab Ii
    Muliana Musibo Ummu Afifah
    Оценок пока нет