Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
Aditya Herlambang Saputra (12.01.101)
Arif Hardiansyah (12.01.094)
Febrian Angga Saputra (12.01.136)
Nabila Mona Oktaviani (12.01.170)
Raditya Riefky Rahessa (12.01.084)
Sofyan Putra Hermawan (12.01.103)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME, karena rahmat dan hidayah-Nya
sehingga pada kesempatan ini kami dapat menyusun makalah ini sebagaimana mestinya.
Dalam upaya penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami alami, namun karena
kebesaran-Nya dan bantuan atau dorongan dari berbagai pihak sehingga hambatan-hambatan
tersebut dapat diatasi.
Dalam pembuatan makalah ini,
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 4
BAB 2 PEMBAHASAN ...............................................................................................5
2.1 Crude Oil Composition ......................................................................................5
2.2 Desalter ..............................................................................................................8
2.3 Feed dan Produk Crude Distillation Unit...........................................................9
2.4 Aliran Proses Crude Distillation Unit ..............................................................10
2.5 Variabel Proses Crude Distilation Unit............................................................10
BAB 3 PENUTUP ......................................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
Crude Distillation Unit (CDU) beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan
titik didih komponen penyusunnya. Kolom CDU memproduksi produk LPG, naphtha,
kerosene, dan diesel sebesar 50-60% volume feed, sedangkan produk lainnya sebesar 40-50%
volume feed berupa atmospheric residue.
Atmospheric residue pada kilang lama, yang tidak memiliki Vacuum Distillation Unit
atau VDU, biasanya hanya dijadikan fuel oil yang value-nya sangat rendah atau dijual ke
kilang lain untuk dioleh lebih lanjut di VDU. Sedangkan pada kilang modern, atmospheric
residue dikirim sebagai feed Vacuum Distillation Unit atau sebagai feed Residuel Catalytic
Cracking (setelah sebagiannya di-treating di Atmospheric Residue Hydro Demetalization unit
untuk menghilangkan kandungan metal atmospheric residue).
BAB 2
PEMBAHASAN
hydrocarbon.
Berdasarkan
struktur
molekuler
umum,
hydrocarbon
dengan n
adalah jumlah atom carbon. Penamaan senyawa parafin mempunyai keunikan, yaitu
diberi akhiran -ane.
2. Naphthene
Struktur hydrocarbon jenis ini lebih kompleks daripada struktur hydrocarbon
jenis paraffine karena atom carbon tersusun dalam suatu cincin. Contoh struktur
hydrocarbon jenis naphthene adalah sebagai berikut :
3. Aromatic
Senyawa aromatik yang paling sederhana dan yang memiliki boiling point
paling rendah adalah benzene (C6H6). Senyawa ini serupa dengan senyawa
naphthene dalam hal struktur ring namun berbeda dalam hal jumlah atom hydrogen
yang hanya satu yang terikat pada atom carbon (naphthene memiliki 2 atom
hydrogen yang terikat pada atom carbon).
4. Olefin
Olefin sangat jarang ditemukan dalam crude oil karena komponen ini
merupakan produk dekomposisi dari jenis hydrocarbon lainnya. Konsentrasi olefin
terbesar ditemukan dalam produk thermal cracking dan catalytic cracking.
5. Senyawa lain
Selain mengandung senyawa-senyawa hydrocarbon seperti tersebut di atas,
crude oil juga mengandung senyawa-senyawa lain dalam jumlah kecil yang
dikelompokkan sebagai impurities, seperti sebagai berikut :
A. Salts atau Garam
Senyawa garam yang paling banyak adalah senyawa chloride, seperti
sodium chloride, magnesium chloride, dan calcium chloride. Senyawa garam ini
dapat membentuk asam yang dapat menimbulkan korosi pada bagian atas kolom
CDU. Senyawa garam juga bisa menyebabkan plugging pada peralatan seperti
heat exchanger dan tray kolom fraksinasi.
B. Senyawa sulfur
Jika sulfur content suatu crude tinggi disebut sour crude. Senyawa sulfur
yang paling ringan adalah hydrogen sulfide (H2S) yang selain korosif juga
merupakan deadly gas. Senyawa lain adalah mercaptan yang merupakan nama
umum untuk paraffinic hydrocarbon yang satu atom hydrogennya diganti
dengan radikal SH. Senyawa sulfur lainnya mempunyai struktur ring olefin
dan biasanya diberi nama depan thio.
C. Metal
Jenis metal yang biasa ditemukan di crude oil adalah arsenic, lead (timbal),
vanadium, nikel, dan besi. Sebagian besar metal dalam umpan CDU akan keluar
bersama atmospheric residue. Arsenic dan lead merupakan racun paling
mematikan dari katalis unit catalytic reforming, sedangkan vanadium, nikel, dan
besi akan mendeaktivasi katalis catalytic cracking.
2.2. Desalter
Seperti telah dijelaskan di atas, crude oil mengandung salt water dan sediment. Salt
content crude oil biasanya dilaporkan sebagai pounds salt (diukur sebagai sodium
chloride) per thousand barrels minyak (ptb). Range salt content bervariasi antara 0 s/d
1000 ptb, biasanya antara 10 s/d 200 ptb.
Pada sebagian besar crude oil, sekitar 95% total salt content ditemukan dalam
BS&W crude oil. Salt terjadi dalam bentuk highly concentrated brine droplet yang
terdispersi dalam crude oil. Droplet ini sangat kecil dan sangat susah terpisah dari crude
oil. Proses desalting berfungsi untuk mengencerkan high salt content brine dengan
menambahkan fresh water pada crude oil untuk memproduksi low salt content water.
Agar fresh water dapat berkontak dengan efektif dengan concentrated brine atau
BS&W, suatu emulsi harus terbentuk untuk mendispersi air yang ada pada crude. Emulsi
diproduksi dengan melewatkan liquid pada kecepatan tinggi melalui orifice kecil yang
kemudian melalui mixing valve. Setelah demulsifikasi dan settling, BS&W yang tersisa
dalam crude adalah diluted water, bukan lagi concentrated brine.
: 10 oF (5,6 oC).
tergantung
jenis
umpan.
Pada
umumnya
temperature
thermal
decomposition atau cracking crude adalah sekitar 370 C (UOP menyebutkan 385
C). Flash zone temperature diatur secara tidak langsung, yaitu dengan mengatur
Combined Outlet Temperatur atau COT fired heater.
10
2.
3.
4.
Stripping Steam
Jumlah stripping steam (superheated) yang dimasukkan ke bottom tiap side cut
product stripper digunakan untuk menghilangkan uap ringan yang terlarut dalam
produk, yang akan menentukan flash point produk. Stripping steam dapat juga
dimasukkan ke bagian bawah/bottom kolom CDU sebagai pengganti reboiler dengan
fungsi sama, yaitu menghilangkan fraksi ringan yang ada dalam produk bottom
kolom CDU.
11
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Crude oil terdiri dari atom carbon dan hydrogen yang bergabung membentuk molekul
hydrocarbon. Berdasarkan struktur molekuler umum, hydrocarbon dikelompokkan
menjadi 4 macam, yaitu paraffin, naphthene, aromatic, dan olefin.
2.
Crude Distillation Unit (CDU) beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan
titik didih komponen penyusunnya. Kolom CDU memproduksi produk LPG, naphtha,
kerosene, dan diesel sebesar 50-60% volume feed, sedangkan produk lainnya sebesar 4050% volume feed berupa atmospheric residue.
3.
Jenis umpan CDU dapat berupa sour crude atau sweet crude tergantung dari
disainnya. Penggunaan crude non-disain tetap dimungkinkan namun terlebih dahulu
harus dilakukan uji coba pemakaian untuk mengetahui efeknya terhadap unit-unit
dowstream.
4.
Beberapa variabel proses yang berpengaruh pada operasi CDU yaitu flash zone
temperature, temperature top kolom CDU, tekanan top kolom CDU, dan sripping stream
12