Вы находитесь на странице: 1из 21

MAKALAH

SISTEM PERKEMIHAN
ASKEP PADA KLIEN DENGAN KISTA RENALIS

DISUSUN OLEH :

Erik Susanti

(1211031)

Fitriana Khusnul K

(12110)

Riskiana Andriani

(12110)

Waluyo Dwi Oktavianto

(12110)

PROGAM S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PATRIA HUSADA
BLITAR
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang Askep Pada
Klien dengan Kista Renalis ini dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Perkemihan. Saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Blitar, November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................2


DAFTAR ISI ......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG ..............................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH .........................................................................5
1.3 TUJUAN ..................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
2.1DEFINISI ..................................................................................................6
2.2 ETIOLOGI ...............................................................................................7
2.3 PATOFISIOLOGI ....................................................................................7
2.4 MANIFESTASI KLINIS .........................................................................10
2.5 KOMPLIKASI .........................................................................................11
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG .............................................................12
2.7 PENATALAKSANAAN .........................................................................13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................14
3.1 PENGKAJIAN ........................................................................................14
3.2 DIAGNOSA .............................................................................................16
3.3 RENCANA KEPERAWATAN ..............................................................16
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................20
4.1 KESIMPULAN ........................................................................................20
4.2 SARAN ....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Kista ginjal adalah lesi tumor jinak ginjal yang paling sering dijumpai

(70% dari tumor ginjal yang asimptomatik). Kista bisa tunggal / simple ataupun
multiple, dapat unilateral maupun bilateral. Angka insiden kista simpel pada usia
di bawah 18 tahun sekitar 0.1 0.45 % dengan insiden rata-rata 0.22 %. Pada
orang dewasa, frekwensi meningkat sejalan dengan usia. Pada usia di bawah 40
tahun, angka insiden 20 %, dan setelah 40 tahun meningkat menjadi 33 % .
Kebanyakan penelitian menunjukkan tidak ada predileksi khusus pada perbedaan
jenis kelamin. Tetapi pada 2 penelitian oleh Bearth-Steg (1977) dan Tada dkk
(1983), menunjukkan bahwa pada pria lebih sering daripada wanita.
Kista simple atau soliter merupakan kelainan non genetik. Karena kasus ini lebih
sering didapatkan pada orang dewasa, diduga kista soliter ginjal adalah kelainan
yang didapat. Biasanya kista ginjal asimptomatik dan tidak dijumpai tanda-tanda
klinis yang signifikan . Kista yang simple sering ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaaan ultrasonografi, CT-Scan atau urografi karena suatu problem lain
pada abdomen . Meskipun demikian, kadang-kadang kista menimbulkan keluhan.
Keluhan yang mungkin dirasakan pasien adalah adanya massa atau nyeri pada
abdomen. Mungkin juga muncul hematuri karena ruptur kista ke dalam collecting
system, hipertensi karena iskemi segmental atau adanya obstruksi .

1.2

RUMUSAN MASALAH

Apa definisi kista renalis ?

Bagaimana etiologi kista renalis ?

Bagaimana patofisiologi kista renalis?

Bagaimana manifestasi klinis kista renalis ?

Apa saja komplikasi yang muncul dari kista renalis ?

Apa saja pemeriksaan penunjang kista renalis ?

Bagaimana penatalaksanaan kista renalis ?

Bagaimana asuhan keperawatan dari fraktur klavikula ?

1.3

TUJUAN
Agar kita mengetahui dan memahami tentang kista renalis. Supaya kita

dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kista


renalis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

DEFINISI
Kista Ginjal adalah suatu penyakit dimana pada kedua ginjal ditemukan

suatu kantung tertutup yang dilapisi jaringan epitel dan berisi cairan atau bahan
setengah padat. Ginjal menjadi lebih besar tetapi memiliki sedikit jaringan ginjal
yang masih berfungsi .
Kista Ginjal adalah suatu penyakit ginjal yang akan ditandai dengan
tumbuhnya gelembung-gelembung balon berisi cairan yang dapat merusak ginjal
(M. Yusuf, 2009).
Kista Ginjal adalah adanya suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi
cairan atau material semisolid pada ginjal baik hanya pada satu ginjal maupun
pada kedua ginjal, baik korteks maupun pada medulla.
Gambar 2.1. Kista Ginjal

2.2

ETIOLOGI
Penyebab utama dari terjadinya Kista Ginjal sampai saat ini belum

diketahui namun terdapat beberapa faktor predisposisi yang menjadi penyebab


munculnya penyakit Kista Ginjal. Adapun beberapa faktor tersebut antara lain :
a.

Genetik
Penyakit ginjal bawaan ini bisa saja muncul karena faktor keturunan.

Kelainan genetik yang menyebabkan penyakit ini bisa bersifat dominan atau
resesif, artinya bisa memiliki 1 gen dominan dari salah satu orang tuanya
(autosomal dominant) atau 2 gen resesif dari kedua orang tuanya (autosomal
resessive). Penderita yang memiliki gen resesif biasanya baru menunjukkan gejala
pada masa dewasa. Penderita yang memiliki gen dominan biasanya menunjukkan
penyakit yang berat pada masa kanak-kanak.
b. Usia
Angka kejadian penyakit Kista Ginjal meningkat sesuai usia. Sekitar 20 %
pada usia di atas 40 tahun dan 30 % pada usia 60 tahun, namun secara umum
Kista Ginjal lebih banyak diderita pada usia 30-40 tahun.
c.

Jenis Kelamin
Penyakit Kista Ginjal ini sering ditemukan pada pria dibanding wanita.

2.3

PATOFISIOLOGI
Banyak teori menjelaskan tentang mekanisme terjadinya Kista Ginjal.

Diantara teori-teori tersebut adalah :


a.

Terjadi kegagalan proses penyatuan nefron dengan duktus kolekting (saluran

pengumpul).
b. Kegagalan involusi dan pembentukkan kista oleh nefron generasi pertama.
c.

Defek pada membrane basal tubulus (tubular basement membrane).

d. Obstruksi nefron oleh karena proliferasi epitel papila.


e.

Perubahan metabolisme yang merangsang terjadinya kista.


Kedua ginjal menjadi tidak normal, walaupun salah satu mungkin lebih

besar daripada yang lain. Didalamnya terdapat kista-kista yang difus, dengan
ukuran yang bervariasi antara beberapa 1 cm sampai 10 cm. Apabila di dalam
ginjal seseorang terdapat suatu massa seperti kista yang jika dibiarkan maka kista
ini akan menekan ginjal. Secara perlahan ini akan mengakibatkan terjadinya
penurunan fungsi ginjal. Untuk mempertahankan homeostasis maka tubuh
melakukan suatu kompensasi dengan meningkatkan aktivasi hormon renin yang
diubah menjadi angiostensin I yang kemudian diubah menjadi angiostensin II,
yaitu senyawa vasokontriktor paling kuat. Vasokonstriksi dapat meningkatkan
tekanan darah. Aldosteron disekresikan oleh kortek adrenal sebagai reaksi
terhadap stimulasi oleh kelenjar hipofisis dan pelepasan Adeno (ACTH) sebagai
reaksi terhadap perfusi yang jelek atau peningkatan osmolalitas serum. Akibatnya
terjadi peningkatan tekanan darah.
Selain itu penurunan fungsi ginjal juga berdampak pada terjadinya
penimbunan sisa-sisa hasil kemih (azotemia) yang mengakibatkan terjadinya
penurunan glomerolus filtrasi rate (GFR), sehingga terjadi peningkatan ureum
kreatinin dalam darah. Salah satu organ yang mengalami dampak ini adalah
saluran GI, terjadinya gangguan metabolisme protein dalam usus serta asidosis
metabolik yang berakhir pada gejala nausea dan anoreksia .
Pada kondisi lain edema pada pasien Kista Ginjal disebabkan rendahnya
kadar albumin serum yang mengakibatkan rendahnya tekanan osmotik plasma,
kemudian akan diikuti peningkatan transudasi cairan dan kapiler ke ruang

interstitial sesuai dengan hukum Starling. Akibatnya volume darah yang beredar
akan berkurang (underfilling) yang selanjutnya mengakibatkan perangsangan
sekunder sistem renin-angiostensin-aldosteron yang meretensi natrium dan air
pada tubulus distalis. Hipotesis ini menempatkan albumin dan volume plasma
berperan penting pada proses terjadinya edema .
Jika kista yang tumbuh

pada ginjal terutama daerah korteks maka

peregangan kapsula renalis sehingga jaringan ginjal membengkak. Hal inilah yang
menyebabkan rasa nyeri pada daerah pinggang sampai ke bahu.
PATHWAY
Kongenital, kelainan genetic
Dikedua ginjal ditemukan banyak kista
Terjadi infeksi dan iritasi
Ginjal membesar
Sekresi protein terggu

Obstruksi saluran kemih yg bermuara ke VU

Sindroma uremia

Peningkatan tek. VU

Gangguan asam basa

Peningkatan kontraksi otot VU

Asam naik

Kesulitan berkemih

Perubahan eliminasi urin

kekurangan cairan

Nyeri

Kelebihan volume cairan


Nausea

iritasi dan infeksi

Resiko gangguan nutrisi

Gastritis

Mual muntah

2.4

MANIFESTASI KLINIS
Banyak penderita tidak memberikan keluhan tentang penyakit ini

(asimptomatik). Kista baru diketahui saat orang tersebut menjalani pemeriksaan


USG. Berikut ini akan dijelaskan beberapa gejala yang sering timbul pada
penyakit Kista Ginjal antara lain :
a.

Nyeri Pinggang
Nyeri pada area dari ginjal-ginjal dapat disebabkan oleh infeksi kista,

perdarahan ke dalam kista-kista, atau peregangan atau penekanan dari jaringan


yang berserat disekitar ginjal dengan pertumbuhan kista.
b. Hipertensi
Terjadi karena iskemi segmental atau adanya obstruksi.

Sehingga

mengaktifkan hormon renin yang menyebabkan terjadinya vasokontriksi dan


berakhir menjadi Hipertensi.
c.

Sakit Kepala
Sakit kepala yang berat disebabkan oleh aneurysms pembuluh-pembuluh

darah yang menggelembung di tempat di dalam otak. Sakit kepala juga dapat
disebabkan tekanan darah tinggi.
d. Infeksi Saluran Kencing
Sama halnya batu di saluran kemih, Kista Ginjal juga menyebabkan
timbulnya infeksi pada ginjal maupun saluran kencing. Gejala infeksi ini pada
umumnya sama seperti demam, diikuti gangguan berkemih. Saat kencing terasa
nyeri dan panas, kemudian sering kali merasa ingin kencing, akan tetapi kalau
sudah berkemih biasanya tidak bisa lancar, terkadang juga bisa timbul kencing

10

darah (hematuria). Infeksi menahun seperti ini yang dapat menyebabkan gagal
ginjal.
e.

Kelelahan
Hal ini terjadi karena penurunan produksi hormon eritropoiten yang

berperan dalam produksi sel darah merah sehingga terjadilah anemia, akibatnya
orang yang menderita penyakit kista ginjal mudah sekali mengalami kelelahan.
f.

Mual dan anoreksia


Rasa mual dan anoreksia muncul karena telah terjadi gangguan

metabolisme protein dalam usus, selain itu meningkatnya ureum dalam darah
menyebabkan terjadinya asidosis metabolik sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan asam lambung.
g. Penurunan atau peningkatan berat badan
Penurunan berat badan dapat terjadi karena rasa mual dan anoreksia
sehingga intake nutrisi tidak adekuat. Selain itu penurunan fungsi ginjal. juga
berdampak pada penumpukan cairan dalam tubuh dan bisa menyebabkan
terjadinya oedem pada seluruh tubuh sehingga orang yang menderita kista ginjal
juga dapat mengalami peningkatan berat badan.

2.5

KOMPLIKASI
Pengalaman penyakit Kista Ginjal pada setiap orang tidaklah sama.

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi. Meskipun sangat jarang, atau
kadang-kadang terjadi perdarahan di kista. Apabila kista menekan atau menjepit
ureter dapat terjadi Hidronefrosis, dan dapat berlanjut menjadi Pyelonefrosis
akibat statis urine.

11

Kadang jumlah kista relatif banyak dan kadang terletak di piala ginjal
(daerah sentral), maka bisa mengganggu fungsi eksresi (pengeluaran bahan)
ginjal. Akhirnya, penderita mengalami Gagal Ginjal Kronik.
Tekanan darah yang tinggi akan menyebabkan kerja ginjal menjadi lebih
berat lagi dan mempercepat perkembangan kista. Komplikasi akibat darah tinggi
yang lama dapat mengganggu otak dan jantung. Jika ternyata ditemukan pula ada
kelainan pembuluh darah otak (aneurysma), yang mana sewaktu-waktu pembuluh
darah otak yang berkelainan tersebut bisa pecah dan terjadilah perdarahan otak.
Demikian pula dengan kelainan terbentuknya kantung pada dinding usus
(diurticulosis) juga bisa bermasalah.

2.6

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dapat mendukung dalam menegakkan diagnosa

terutama pada pemeriksaan foto polos abdomen, mungkin terlihat suatu bayangan
massa yang menumpuk dengan bayangan ginjal.
Apabila beberapa kriteria tidak didapatkan, misalnya ditemukan adanya
septa, dinding yang ireguler, kalsifikasi atau adanya area yang meragukan, perlu
pemeriksaan lanjutan Computer Tomografi Scaning (CT-Scan), Magnetic
Resonance Imaging (MRI) atau aspirasi pemeriksaan CT-Scan pada Kista Ginjal
sangat akurat.
Pada pemeriksaan lain juga akan ditemukan suatu kondisi dimana laju
endap darah akan meninggi dan kadang-kadang juga ditemukan hematuria. Bila
kedua kelainan labolatorium ini ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk.
Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran distori,
penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises. Dari pemeriksaan
12

renoarteriogram didapatkan gambaran arteri yang memasuki masa tumor. Foto


thoraks dibuat untuk mencari metastasi kedalam paru-paru.

2.7

PENATALAKSANAAN
Gambaran Penatalaksanaan kasus ini adalah konservatif, dengan evaluasi

rutin menggunakan USG. Apabila kista sedemikian besar, sehingga menimbulkan


rasa nyeri atau muncul obstruksi, dapat dilakukan tindakan bedah. Sementara ada
kepustakaan yang menyatakan bahwa Kista Ginjal yang besar merupakan indikasi
operasi, karena beberapa kista yang demikian cenderung mengandung keganasan.
Tindakan bedah yang dapat dilakukan pada kista adalah aspirasi percutan.
a.

Bedah terbuka
1) Eksisi
2) Eksisi dengan cauterisasi segmen yang menempel ke parenkim.
3) Drainase dengan eksisi seluruh segmen eksternal kista.
4) Heminefrektomi

b. Laparoskopi
Pada tindakan aspirasi percutan harus diingat bahwa kista merupakan
suatu kantung tertutup dan avaskuler, sehingga teknik aspirasi harus betul-betul
steril, dan perlu pemberian antibiotik profilaksis. Karena apabila ada kuman yang
masuk dapat menimbulkan abses. Seringkali kista muncul lagi setelah dilakukan
aspirasi, meskipun ukurannya tidak sebesar awalnya.

13

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1
a.

PENGKAJIAN
Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluh kencing berwarna seperti

cucian daging, bengkak pada seluruh tubuh. Tidak nafsu makan.


b. Pengkajian fisik
c.

Pengkajian Perpola

1) Pernafasan
Adanya edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, penggunaan
otot bantu napas, auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak,
frekuensi napas meningkat. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan
pembesaran jantung (Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah), anemia dan
hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah.
2) Sirkulasi
Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan
tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan
darah sudah normal selama 1 minggu. Hipertensi yang menetap dapat
menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum
karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejangkejang.
3) Pola nutrisi dan metabolik:
Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air,
edema pada seluruh tubuh. Pasien mudah mengalami infeksi karena adanya
depresi sistem imun. Adanya mual dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi
14

yang tidak adekuat sehingga menyebabkan terjadinya penurunan berat badan.


Selain itu berat badan dapat meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada
kulit dapat terjadi karena uremia.
4) Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glomerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan
kembali air dan natrium pada tubulus yang mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria sampai anuria, hematuria.
5) Pola Aktifitas dan latihan :
Pada pasien dengan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena
telah terjadi anemia.
6) Pola tidur dan istirahat :
Pasien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus.
7) Integritas kulit
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.
8) Kognitif & perseptual
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi.
Hipertermi ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
9) Persepsi diri :
Pasien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah, edema dan
perawatan lama.

15

3.2

a.

DIAGNOSA

Kelebihan volume cairan

berhubungan dengan akumulasi cairan dalam

jaringan, penurunan mekanisme pengaturan berkemih.


b. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
c.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan

kehilangan protein dan cairan.


d. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia.
e.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan.

f.

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai keluarga yang

menderita penyakit yang mengancam kehidupan.

3.3
a.

RENCANA KEPERAWATAN
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam

jaringan, penurunan mekanisme pengaturan berkemih.


Tujuan : Pasien tidak menunjukan terjadinya akumulasi cairan berlebihan.
Intervensi :
1) Catat intake dan output secara akurat
2) Kaji perubahan edema dan Pembesaran abdomen setiap hari.
3) Timbang BB tiap hari dalam skala yang sama.
4) Uji urine untuk berat jenis, albumin.
5) Atur masukan cairan dengan cermat.
6) Berikan diuretik sesuai order dari tim medis.

16

b. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan


kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi
Intervensi

1) Catat intake dan output makanan secara akurat.


2)

Kaji

adanya

tanda-tanda

perubahan

nutrisi

nausea,

anoreksia,

hipoproteinemia.
3) Beri diet yang bergizi.
4) Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
5) Beri suplemen vitamin dan zat besi sesuai instruksi.
c.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan

kehilangan protein dan cairan.


Tujua : Kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang ditujukan
pasien minimum atau tidak ada.
Intervensi

1) Pantau tanda vital setiap 4 jam.


2) Laporkan adanya penyimpangan dari normal.
3) Berikan albumin bergaram rendah sesuai indikasi.
d. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia.
Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun.
Intervensi

1) Kaji tingkat nyeri.


2) Lakukan tehnik pengurangan nyeri nonfarmakologis.
3) Kolaborasi pemberian analgetik.

17

e.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan.

Tujuan : Pasien mendapat istrahat yang adekuat.


Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring bila terjadi edema berat.
2) Seimbangkan istrahat dan aktivitas bila ambulasi.
3) Instruksikan pada klien untuk istrahat bila ia merasa lelah.
f.

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai keluarga yang

menderita penyakit yang mengancam kehidupan.


Tujuan : Pasien menunjukan pengetahuan tentang prosedur diagnostik.
Intervens :
1) Jelaskan alasan setiap tes dan prosedur.
2) Jelaskan prosedur operatif dengan jujur.
3) Jelaskan tentang proses penyakit.
4) Bantu keluarga merencanakan masa depan khususnya dalam membatu anak
menjalani kehidupan yang normal.

18

19

BAB IV
PENUTUP

4.1

KESIMPULAN
Kista Ginjal adalah suatu penyakit dimana pada kedua ginjal ditemukan

suatu kantung tertutup yang dilapisi jaringan epitel dan berisi cairan atau bahan
setengah padat. Ginjal menjadi lebih besar tetapi memiliki sedikit jaringan ginjal
yang masih berfungsi .
Penatalaksanaan kista ginjal atau gambaran penatalaksanaan kasus ini
adalah konservatif, dengan evaluasi rutin menggunakan USG. Apabila kista
sedemikian besar, sehingga menimbulkan rasa nyeri atau muncul obstruksi, dapat
dilakukan tindakan bedah. Sementara ada kepustakaan yang menyatakan bahwa
Kista Ginjal yang besar merupakan indikasi operasi, karena beberapa kista yang
demikian cenderung mengandung keganasan. Tindakan bedah yang dapat
dilakukan pada kista adalah aspirasi percutan.
4.2

SARAN
Sebagai seorang perawat, sudah menjadi kewajiban untuk memberikan

tindakan perawatan dalam asuhan keperawatan yang diarahkan kepada


pembentukan tingkat kenyamanan pasien, manajemen rasa sakit dan keamanan.
Perawat harus mampu mamahami faktor psikologis dan emosional yang
berhubungan dengan diagnosa penyakit, dan perawat juga harus terus mendukung
pasien dan keluarga dalam menjalani proses penyakitnya.

20

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Jaull. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC:


Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3. EGC:
Jakarta
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.
Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Jilid 2. Fakultas
Kedokteran UI: Media Aesculapius
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC:
Jakarta.

21

Вам также может понравиться