Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
REFERAT
GANGGUAN MANIK
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Di RSUD Saras Husada Purworejo
Disusun oleh :
EGY PRIMI FADHLILLAH
20080310070
Pembimbing :
dr. Y Kristianto, Sp. KJ
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
REFERAT KASUS
GANGGUAN MANIK
2014
Menyetujui,
Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
PENDAHULUAN
Gangguan suasana perasaan (gangguan mood [afektif]) merupakan sekelompok penyakit yang
biasanya mengarah ke depresi atau elasi (suasana perasaan yangmeningkat). Afek yang
meningkat dengan peningkatan aktivitas fisik dan mental yang berlebihan serta perasaan gembira
luar biasa yang secara keseluruhan tidak sebandingdengan peristiwa yang terjadi merupakan
karakteristik dari mania.Pasien denganmood yang meninggi menunjukkan sikap meluap-luap,
gagasan yang meloncat-loncat, penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan gagasan
kebesaran.Bentuk mania yang lebih ringan disebut hipomania. Mania dan hipomania agak
sulitditemukan karena kegembiraan jarang mendorong seseorang untuk berobat ke dokter.Pada
penderita mania sebagian besar tidak menyadari adanya sesuatu yang salahdengan kondisi
mental maupun perilakunya. [1]
DEFINISI
Mania merupakan suatu episode meningkatnya afek seseorang yang jelas, abnormal,menetap,
ekspansif, atau iritabel. Afek yang abnormal ini membuat fungsi harian pasien menjadi
terganggu karena gangguan pada daya pertimbangan lingkungan. Menurut PPDGJ III, episode
mania merupakan suatu kesamaan karakteristik dalamafek meningkat, disertai peningkatan
dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik danmental dalam berbagai derajat keparahan.[2,] [3]
EPIDEMIOLOGI.
Mania merupakan suatu gangguan afektif dengan persentasi 12 % dari seluruhgangguan afektif.
Onset rata-rata umur pada pasien dewasa dengan mania adalah 55tahun dengan perbandingan
jumlah pria dan wanita 2 : 1. Prevalensi timbulnya maniasekitar 0,1% pertahun.[3]Biasanya
gangguan mania lebih sering pada pasangan yangsudah bercerai atau belum menikah
dibandingkan dengan pasien yang menikah.Gangguan mania juga dikatakan dialami oleh
golongan sosioekonomi yang tinggi dan pada pasien yang kurang taraf pendidikannya, sebagai
4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
ETIOLOGI
1.FAKTOR BIOLOGIS
a.Neurotransmitter
Teori biologik untuk gangguan mania memfokuskan pada abnormalitasnorepinefrin (NE) dan
serotonin (5-HT). Hipotesis katekolamin menyatakan peningkatan NE di otak menyebabkan
mania. Hipotesis indolamin pulamenyatakan bahwa peningkatan neurotransmiter serotonin (5HT) pada otak menyebabkan juga dapat menyebabkan mania. Hipotesis lain menyatakan bahwa
peningkatan NE menyebabkan mania, hanya bila kadar serotonin 5-HT rendah.
Selain itu, penelitian-penelitian juga menunjukksan adanya kelompok neurotransmiter lain yang
berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golonganneuropeptida, termasuk endorfin,
somatostatin, vasopresin dan oksitosin.Diketahui bahwa neurotransmiter-neurotransmiter ini,
dalam beberapa cara, tidak seimbang (unbalanced) pada otak individu mania dibanding otak
individunormal.Misalnya, GABA diketahui menurun kadarnya dalam darah dan cairanspinal
pada pasien mania. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah sinaptik,menimbulkan
hiperaktivitas dan agresivitas mania, seperti juga pada skizofrenia.Antidepresan trisiklik dan
MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisamerangsang timbulnya mania, dan antipsikotik
yang mem-blok reseptor dopaminyang menurunkan kadar dopamin bisa memperbaiki mania,
seperti juga padaskizofrenia
b. Genetik
Data genetik dengan kuat menyatakan bahawa suatu faktor yang penting di dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetika, tetapi pola penurunan genetikaadalah jelas
5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
sebagaikewalahan oleh impuls menyenangkan, seperti seks, atau dengan impuls ditakuti,seperti
agresi. Klein juga melihat mania sebagai reaksi defensif terhadap depresi,dengan menggunakan
pertahanan manik seperti kemahakuasaan, di manaseseorang mengembangkan delusion of
grandeur[4]
GAMBARAN KLINIS[1]
Deskripksi umum
Pasien manik adalah tereksitasi, banyak bicara, kadang-kadang mengelikan dansering hiperaktif.
Mood, afek dan perasaan
Pasien manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka memiliki toleransi yangrendah dan
mudah frustasi yang dapat menyebabkan perasaan marah dan permusuhan. Secara emosional
mereka sangat labil, mudah beralih dari tertawamenjadi marah kemudian menjadi depresi dalam
hitungan menit atau jam.
Bicara:
Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan sering kali rewel danmenjadi
pengganggu bagi orang-orang disekitarnya. Saat keadaan teraktifitas, pembicaraan penuh dengan
gurauan, kelucuan, sajak, permainan kata-kata danhal-hal yang tidak relevan. Saat tingkat
7
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
Pikiran
:Isi pikirannya termasuk tema kepercayaan dan kebesaran diri, sering kali perhatiannya mudah
dialihkan. Fungsi kognitif ditandai oleh aliran gagasan yangtidak terkendali.
Sensorium dan kognisi
:Secara umum, orientasi dan daya ingat masih intak walaupun beberapa pasienmanik mungkin
sangat euforik sehingga mereka menjawab secara tidak tepat.Gejala tersebut disebut mania
delirium (delirious mania) oleh Emil Kraepelin
Pengendalian impuls
:Kira-kira 75% pasien manik senang menyerang atau mengancam.
Perimbangan dan tilikan
:Gangguan pertimbangan merupakan tanda dari pasien manik. Mereka mungkin dapat melanggar
peraturan.
Reliabilitas
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
C.Gangguan afek yang cukup gawat menyebabkan gangguan yang nyata dalam fungsikerja,
kegiatan social atau hubungan dengan orang lain atau membutuhkan perawataninap demi
mencegah mencederai diri atau orang lain.
D.Pada saat tiada gangguan afek yang menonjol , tak ada halusinasi atau waham selamadua
minggu (jadi, sebelum gangguan afektif timbul atau setelah remisi).
E.Tidak bertumpang tindih pada skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguanwaham, atau
gangguan psikotik yang tak ditentukan
F.Tak dapat dibuktikan bahwa faktor organik menyebabkan atau mempertahankangangguan itu
PENANGANNYA
1.FARMAKOTERAPI [1]
11
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
peningkatan
aktivitas
katekolamin.
Berdasarkan
hipotesis,
sindrom
mania
disebabkanoleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron khususnya pada
sistemlimbik.
1)Lithium[1]
Lithium adalah kation monovalen yang kecil. Telah lama dikenal bahwa lithium merupakan
pengobatan yang paling disukai pada gangguan manik. Angka keberhasilannya pada remisi
pasien dengan fase manik dilaporkan mencapai 60-80%.
Sampai saat ini lithium karbonat dikenal sebagai obat gangguan bipolar terutama pada fase
manik. Pengobatan jangka panjang menunjukkan penurunan resiko bunuh diri. Bila mania masih
tergolong ringan,lithium sendiri atau lorazepamdan kadang ditambah antipsikosis juga. Setelah
mania dapat teratasi, antipsikosis boleh dihentikan dan lithium digunakan bersamaan dengan
benzodiazepine untuk pemeliharaan
Efek samping
Efek pada fungsi tiroid: dapat menurunkan fungsi kelenjar tiroid tapi efeknyareversibel
dan nonprogresif. Beberapa pasien mengalami pembesaran kelenjar gondok dan gejalagejala hipotiroidisme. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengukuran kadar TSH serum
setiap 6-12 bulan.
Efek
pada
ginjal:
polidipsi
dan
poliuri
sering
ditemukan
namun
bersifat
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
Edema: Hal ini mungkin terkait dengan efek lithium pada retensi natrium.Peningkatan
berat badan pada pasien diduga karena edema namun pada 30% pasien tidak mengalami
peningkatan berat badan.
Efek pada jantung: Ion lithium dapat menekan pada nodus sinus sehingga sindrom
bradikardi dan takikardi merupakan kontraindikasi penggunaan lithium
Efek lainnya: Telah dilaporkan efek erupsi jerawat dan folikulitis pada penggunaan
lithium. Leukositosis selama pengobatan dengan lithium selalu adayang merefleksikan
efek langsung pada leukopoiesis.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
trigger
zone
di
otak.Efek
sampingnya
adalah
sedasi
,hipotensi
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
1. Yulia Sari Risnawati. Tesis: Psikatrik Gangguan Afektif. [online] 13. August. 2010 [cited22
Februari. 2012], Available from: http://www.scribd.com/Makalah-Psikiatri-Gangguan-Afektif 2.
Rusdi M. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2001 hal58-61
3.Ahmad Yusron Alfi Wakhianto Anggara Hadinata, dll. : Mania [online] Mei, 2009 [cited22
Februari 2012], Available from: www.scribd.com/-GangguanAfektifMania4.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry
. Edisi 10. New York:Lippincott Williams. 1997. hal 529-34, 552-3
5.Inu Wicaksana. Aspek Neuropsikologi Gangguan Mood : Depresi dan Mania [online]Oktober
2011 [cited 22 Februari 2012] ,Available from: http://www.inuwicaksana.com/
6.Sukhdev Chatu. The Hands on Guide to Clinical Pharmacology.Edisi3.United Kingdom.
Wiley-Blackwell. 2010. hal 98-107
16