Вы находитесь на странице: 1из 16

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA

REFERAT
GANGGUAN MANIK
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Di RSUD Saras Husada Purworejo

Disusun oleh :
EGY PRIMI FADHLILLAH
20080310070

Pembimbing :
dr. Y Kristianto, Sp. KJ
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


2014

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT KASUS

GANGGUAN MANIK

Telah disetujui pada tanggal:

2014

Menyetujui,
Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf

dr. Y Kristianto, Sp. KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA

PENDAHULUAN
Gangguan suasana perasaan (gangguan mood [afektif]) merupakan sekelompok penyakit yang
biasanya mengarah ke depresi atau elasi (suasana perasaan yangmeningkat). Afek yang
meningkat dengan peningkatan aktivitas fisik dan mental yang berlebihan serta perasaan gembira
luar biasa yang secara keseluruhan tidak sebandingdengan peristiwa yang terjadi merupakan
karakteristik dari mania.Pasien denganmood yang meninggi menunjukkan sikap meluap-luap,
gagasan yang meloncat-loncat, penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan gagasan
kebesaran.Bentuk mania yang lebih ringan disebut hipomania. Mania dan hipomania agak
sulitditemukan karena kegembiraan jarang mendorong seseorang untuk berobat ke dokter.Pada
penderita mania sebagian besar tidak menyadari adanya sesuatu yang salahdengan kondisi
mental maupun perilakunya. [1]
DEFINISI
Mania merupakan suatu episode meningkatnya afek seseorang yang jelas, abnormal,menetap,
ekspansif, atau iritabel. Afek yang abnormal ini membuat fungsi harian pasien menjadi
terganggu karena gangguan pada daya pertimbangan lingkungan. Menurut PPDGJ III, episode
mania merupakan suatu kesamaan karakteristik dalamafek meningkat, disertai peningkatan
dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik danmental dalam berbagai derajat keparahan.[2,] [3]
EPIDEMIOLOGI.
Mania merupakan suatu gangguan afektif dengan persentasi 12 % dari seluruhgangguan afektif.
Onset rata-rata umur pada pasien dewasa dengan mania adalah 55tahun dengan perbandingan
jumlah pria dan wanita 2 : 1. Prevalensi timbulnya maniasekitar 0,1% pertahun.[3]Biasanya
gangguan mania lebih sering pada pasangan yangsudah bercerai atau belum menikah
dibandingkan dengan pasien yang menikah.Gangguan mania juga dikatakan dialami oleh
golongan sosioekonomi yang tinggi dan pada pasien yang kurang taraf pendidikannya, sebagai
4

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


contoh mahasiswa lebih jarangmengalami gangguan ini dibanding dengan orang yang rendah
pendidikannya.

ETIOLOGI
1.FAKTOR BIOLOGIS
a.Neurotransmitter
Teori biologik untuk gangguan mania memfokuskan pada abnormalitasnorepinefrin (NE) dan
serotonin (5-HT). Hipotesis katekolamin menyatakan peningkatan NE di otak menyebabkan
mania. Hipotesis indolamin pulamenyatakan bahwa peningkatan neurotransmiter serotonin (5HT) pada otak menyebabkan juga dapat menyebabkan mania. Hipotesis lain menyatakan bahwa
peningkatan NE menyebabkan mania, hanya bila kadar serotonin 5-HT rendah.
Selain itu, penelitian-penelitian juga menunjukksan adanya kelompok neurotransmiter lain yang
berperan penting pada timbulnya mania, yaitu golonganneuropeptida, termasuk endorfin,
somatostatin, vasopresin dan oksitosin.Diketahui bahwa neurotransmiter-neurotransmiter ini,
dalam beberapa cara, tidak seimbang (unbalanced) pada otak individu mania dibanding otak
individunormal.Misalnya, GABA diketahui menurun kadarnya dalam darah dan cairanspinal
pada pasien mania. Dopamin juga meningkat kadarnya pada celah sinaptik,menimbulkan
hiperaktivitas dan agresivitas mania, seperti juga pada skizofrenia.Antidepresan trisiklik dan
MAO inhibitor yang meningkatkan epinefrin bisamerangsang timbulnya mania, dan antipsikotik
yang mem-blok reseptor dopaminyang menurunkan kadar dopamin bisa memperbaiki mania,
seperti juga padaskizofrenia
b. Genetik
Data genetik dengan kuat menyatakan bahawa suatu faktor yang penting di dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetika, tetapi pola penurunan genetikaadalah jelas
5

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


melalui mekanisme yang kompleks, bukan saja tidak mungkin untuk menyingkirkan efek
psikososial, tetapi faktor non genetik kemungkinanmemainkan peranan kausatif dalam
perkembangan gangguan mood pada sekurangnya beberapa orang.
Data keluarga menunjukkan bahwa jika satu orang tua memiliki gangguan mood,anak akan
memiliki risiko antara 10 - 25 % untuk gangguan mood. Jika keduaorang tua yang terkena, risiko
ini berlipat ganda. Lebih banyak anggota keluarga. yang terpengaruh, semakin besar risikonya
untuk anak. Risikonya juga lebih besar jika anggota keluarga dekat terkena dibanding kerabat
jauh
Data kembar pula memberikan bukti yang kuat bahwa gen hanya menjelaskan50 sampai 70
persen dari etiologi gangguan mood. Satu studi menemukan tingkatkesesuaian untuk gangguan
mood dalam (MZ) kembar monozigot adalah 70hingga 90 persen dibandingkan dengan dizigotik
sesama jenis (DZ) kembar yanghanya 16 hingga 35 persen.
2.FAKTOR PSIKOSOSIAL
Faktor psikososial terdiri dari 3 faktor yang utama yaitu faktor lingkungan, faktor kepribadian,
dan faktor psikodinamik mania.[4]
a.Faktor Lingkungan
Pengamatan klinis menunjukkan bahwa peristiwa kehidupan yang penuh streslebih sering
mendahului episode gangguan mood seperti gangguan mania[4]
b.Faktor Kepribadian
Tidak ada ciri kepribadian tunggal atau khusus untuk seseorang yang mengalamigangguan
mania; semua manusia, apapun pola kepribadian, bisa menjadi tertekandan dalam keadaan yang
sesuai mengalami gangguan yang sama. Orang dengankepribadian tertentu seperti kepribadian
antisosial atau menurut PPDGJ IIIgangguan kepribadian dissosial mungkin menghadapi risiko

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


lebih besar untuk mengalami gangguan mania dibandingkan orang dengan gangguan kepribadian
paranoid atau cemas.[4]
c.Faktor Psikodinamika
Kebanyakan teori-teori episode manik mania dipandang sebagai pertahananterhadap depresi
yang mendasarinya. Abraham, misalnya, percaya bahwa episodemanik mungkin mencerminkan
ketidakmampuan untuk mentolerir tragedi perkembangan, seperti kehilangan orangtua. Keadaan
manik juga mungkin akibatdari superego tirani, yang menghasilkan kritik-diri yang kemudian
digantikan oleheuforia kepuasan diri. Bertram

Lewin dianggap ego pasien manik

sebagaikewalahan oleh impuls menyenangkan, seperti seks, atau dengan impuls ditakuti,seperti
agresi. Klein juga melihat mania sebagai reaksi defensif terhadap depresi,dengan menggunakan
pertahanan manik seperti kemahakuasaan, di manaseseorang mengembangkan delusion of
grandeur[4]
GAMBARAN KLINIS[1]
Deskripksi umum
Pasien manik adalah tereksitasi, banyak bicara, kadang-kadang mengelikan dansering hiperaktif.
Mood, afek dan perasaan
Pasien manik biasanya euforik dan lekas marah. Mereka memiliki toleransi yangrendah dan
mudah frustasi yang dapat menyebabkan perasaan marah dan permusuhan. Secara emosional
mereka sangat labil, mudah beralih dari tertawamenjadi marah kemudian menjadi depresi dalam
hitungan menit atau jam.
Bicara:
Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan sering kali rewel danmenjadi
pengganggu bagi orang-orang disekitarnya. Saat keadaan teraktifitas, pembicaraan penuh dengan
gurauan, kelucuan, sajak, permainan kata-kata danhal-hal yang tidak relevan. Saat tingkat
7

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


aktifitas meningkat lagi, asosiasi menjadilonggar kemampuan konsentrasi menghilang
menyebabkan gagasan yang meloncat-loncat ( flight of idea), gado-gado kata dan neologisme.
ada keadaan manik akut pembicaraan mungkin sama sekali inkoheren dan tidak dapatdibedakan
dari pembicaraan skizofrenik.
Gangguan persepsi
:Waham ditemukan pada 75% pasien manik.Waham sesuai mood seringkalimelibatkan
kesehatan, kemampuan atau kekuatan yang luar biasa. Dapat jugaditemukan waham dan
halusinasi aneh yang tidak sesuai mood.

Pikiran
:Isi pikirannya termasuk tema kepercayaan dan kebesaran diri, sering kali perhatiannya mudah
dialihkan. Fungsi kognitif ditandai oleh aliran gagasan yangtidak terkendali.
Sensorium dan kognisi
:Secara umum, orientasi dan daya ingat masih intak walaupun beberapa pasienmanik mungkin
sangat euforik sehingga mereka menjawab secara tidak tepat.Gejala tersebut disebut mania
delirium (delirious mania) oleh Emil Kraepelin
Pengendalian impuls
:Kira-kira 75% pasien manik senang menyerang atau mengancam.
Perimbangan dan tilikan
:Gangguan pertimbangan merupakan tanda dari pasien manik. Mereka mungkin dapat melanggar
peraturan.
Reliabilitas

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


:Pasien manik sulit untuk dipercaya. Kebohongan dan penipuan sering ditemukan pada pasien
mania
DIAGNOSIS
PPDGJ III
Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan (gangguan mania) dibagi menjadi:[2]
F30 EPISODE MANIK
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan
kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan.Kategori ini hanya untuk
satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik
tunggal. Jika ada episode afektif (depresi,manik atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya,
termasuk gangguan afektif bipolar. (F31).
F30.0 Hipomania
Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F30.1), afek yang meninggi atau berubah
disertai peningkatan aktivitas,menetap selama sekurang-kurangnya beberapahari berturutturut,pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yangdigambarkan bagi
siklotimia (F34.0), dan tidak disertai halusinasi atau waham.Pengaruh nyata atas kelancaran
pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengandiagnosis hipomania, akan tetapi bila
kakacauan itu berat atau menyeluruh, makadiagnosis mania (F30.1 atau F30.2) harus ditegakkan.

F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik


Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampaimengacaukan
seluruh atau hamper seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasadilakukan.Perubahan afek
harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan
9

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ grandiose
ideas dan terlalu optimistic.
F30.2 Mania Dengan Gejala Psikotik
Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpagejala
psikotik).
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadiwaham
kebesaran (delusion of grandeur ), irritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar (delusion of
ersecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood congruent ).
F30.8 Episode Manik Lainnya
F30.9 Episode Manik YTT
DSM-III-R [3]
Berdasarkan tabel Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi3 yang direvisi
(DSM-III-R), kriteria diagnostik episode mania adalah sebagai berikut:[1]
Sindrom mania diberi batasan sebagai tersebut pada kriteria A, B, dan C di bawah ini.Sindrom
hipomania diberi batasan sebagai tersebut pada A dan B, tetapi tidak C (jaditak ada gangguan
nyata).
A.Suatu masa yang berbatas jelas dengan afek yang abnormal, menetap, ekspansif dan iritabel.
B.Saat terjadinya gangguan afek, sedikitnya ada 3 dari gejala di bawah ini (4 bilaafeknya hanya
iritabel) dan cukup dirasakan oleh lingkungannya.
Harga diri yang dibesarkan atau grandiositas
Kebutuhan tidur berkurang (contoh, cukup rasa istirahat hanya dengan tidur 3 jam)
Suka bicara lebih dari biasanya dan ada dorongan untuk bicara terus
10

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


Loncat pikir atau ia merasa alur pikirannya seperti berpacu
Mudah teralihkan perhatiannya (contoh, perhatian mudah teralihkan terhadaprangsangan
eksternal yang sebenarnya tidak berarti)
Bertambahnya kegiatan yang bertujuan (baik sosial, pekerjaan, sekolah, maupunseksual ) atau
agitasi psikomotor
Ikut serta secara berlebih pada kegiatan yang menggembirakan yang berisikotinggi untuk
mengakibatkan penderitaan (contoh, orang itu terlibat dalam nafsuuntuk membeli banyak barang,
kegiatan seksual yang sembarangan atau investasidagang yang tanpa perhitungan ).

C.Gangguan afek yang cukup gawat menyebabkan gangguan yang nyata dalam fungsikerja,
kegiatan social atau hubungan dengan orang lain atau membutuhkan perawataninap demi
mencegah mencederai diri atau orang lain.
D.Pada saat tiada gangguan afek yang menonjol , tak ada halusinasi atau waham selamadua
minggu (jadi, sebelum gangguan afektif timbul atau setelah remisi).
E.Tidak bertumpang tindih pada skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguanwaham, atau
gangguan psikotik yang tak ditentukan
F.Tak dapat dibuktikan bahwa faktor organik menyebabkan atau mempertahankangangguan itu
PENANGANNYA
1.FARMAKOTERAPI [1]

11

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


Antimania yang juga disebut sebagai mood modulator atau mood stabilizer merupakan obat yang
digunakan untuk mengatasi gejala sindrom mania danmencegah berubah-ubahnya suasana hati
pasien. Episode berubahnya mood padaumumnya tidak berhubungan dengan peristiwa peristiwa
kehidupan. Gangguan biologis yang pasti belum diidentifikasi tapi diperkirakan berhubungan
dengan

peningkatan

aktivitas

katekolamin.

Berdasarkan

hipotesis,

sindrom

mania

disebabkanoleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron khususnya pada
sistemlimbik.
1)Lithium[1]
Lithium adalah kation monovalen yang kecil. Telah lama dikenal bahwa lithium merupakan
pengobatan yang paling disukai pada gangguan manik. Angka keberhasilannya pada remisi
pasien dengan fase manik dilaporkan mencapai 60-80%.
Sampai saat ini lithium karbonat dikenal sebagai obat gangguan bipolar terutama pada fase
manik. Pengobatan jangka panjang menunjukkan penurunan resiko bunuh diri. Bila mania masih
tergolong ringan,lithium sendiri atau lorazepamdan kadang ditambah antipsikosis juga. Setelah
mania dapat teratasi, antipsikosis boleh dihentikan dan lithium digunakan bersamaan dengan
benzodiazepine untuk pemeliharaan
Efek samping

Efek neurologis: tremor, koreoatetosis, hiperaktivitas motorik, ataksia, disartriadan


afasia.

Efek pada fungsi tiroid: dapat menurunkan fungsi kelenjar tiroid tapi efeknyareversibel
dan nonprogresif. Beberapa pasien mengalami pembesaran kelenjar gondok dan gejalagejala hipotiroidisme. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengukuran kadar TSH serum
setiap 6-12 bulan.

Efek

pada

ginjal:

polidipsi

dan

poliuri

sering

ditemukan

namun

bersifat

reversibel.Beberapa literatur menerangkan bahwa terapi lithium jangka panjang


dapatmenyebabkan disfungsi ginjal termasuk nefritis interstitial kronis danglomerulopati
12

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


perubahan minimal dengan sindrom nefrotik. Penurunan laju filtrasiglomerulus telah
ditemukan tapi tidak ada contoh mengenai azotemia maupungagal ginjal. Tes fungsi
ginjal harus dilakukan secara periodik untuk mendeteksi perubahan-perubahan pada
ginjal

Edema: Hal ini mungkin terkait dengan efek lithium pada retensi natrium.Peningkatan
berat badan pada pasien diduga karena edema namun pada 30% pasien tidak mengalami
peningkatan berat badan.

Efek pada jantung: Ion lithium dapat menekan pada nodus sinus sehingga sindrom
bradikardi dan takikardi merupakan kontraindikasi penggunaan lithium

Efek pada kehamilan dan menyusui:


Laporan terdahulu
menyatakan
peningkatanfrekuensi kelainan jantung pada bayi dengan ibu yang mengkonsumsi lithium
terutama anomali Ebstein. Namun data terbaru menyebutkan resiko efek teratogenik
relatif rendah. Lithium didapatkan pada air susu dengan kadar sepertiga sampai setengah
dari kadar serum. Toksisitas pada bayi dimanifestasikan denganletargi, sianosis, reflek
moro dan reflek hisap berkurang dan hepatomegali.

Efek lainnya: Telah dilaporkan efek erupsi jerawat dan folikulitis pada penggunaan
lithium. Leukositosis selama pengobatan dengan lithium selalu adayang merefleksikan
efek langsung pada leukopoiesis.

Preparat yang Tersedia


Lithium carbonate (generik, Eskalith)
Oral: 150; 300; 600 mg kapsul, 300 mg tablet, 8 meq/5 mL sirup, 300; 450 mg tablet sustained
release
Dosis: 250-500 mg/hari
2)Asam Valproat (valproic acid; valproate)[1]
Obat ini merupakan suatu agen untuk epilepsi dan telah terbukti memiliki efek antimania.
Valproate manjur untuk pasien-pasien yang gagal memberikan responterhadap lithium. Secara
keseluruhan,nvalroate menunjukkan keberhasilan yang setaradengan lithium. Pada awal minggu
13

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


pengobatan. Kombinasi valproate dengan obat-obatan psikotropik lainnya mungkin dapat
digunakan dalam pengelolaan fase kedua pada penyakit bipolar yang umumnya dapat ditoleransi
dengan baik. Valproate telahdiakui sebagai pengobatan lini pertama untuk mania
Preparat yang Tersedia
Valproic acid (generik, Depakene)Oral: 250 mg kapsul, 250 mg/5 mL sirupDosis: 3 x 250
mg/hari
3)Carbamazepine[1]
Carbamazepine telah dianggap sebagai alternatif yang pantas untuk lithium jika lithium kurang
optimal. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati mania akut dan juga untuk terapi
rofilaksis.Efek samping carbamazepine pada umumnya tidak lebih besar dari lithium dankadang
bahkan lebih rendah.Carbamazepine dapat digunakan sendiri atau pada pasien yang refrakter
dapat dikombinasi denganlithium
Cara kerja carbamazepine tidak jelas, tetapi dapat mengurangi sensitisasi otak terhadap
perubahan mood. Mekanisme tersebut mungkin serupa dengan efek antikonvulsinya. Meskipun
efek diskrasia darah menonjol pada penggunaannyasebagai antikonvulsi, namun tidak menjadi
masalah besar pada penggunaanya sebagai penstabil mood
Preparat yang Tersedia
Carbamazepine (generic, Tegretol)Oral: 200 mg tablet; 100 mg tablet kunyah, 100 mg/5 mL
suspensi, 100; 200; 400 mgtablet extended-release, 200; 300 mg kapsul.Dosis: 400-600 mg/hari
4)Chloropromazine[6]
Cara kerja chloropromazine tidak jelas, tetapi dikatakan dapat menghalang reseptor D2 pada
chemoreceptor

trigger

zone

di

otak.Efek

sampingnya

adalah

sedasi

,hipotensi

postural,peningkatan prolaktin di tubuh dsb


5)Neuroleptik atipikal dan tipikal yang lain[6]
14

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA


Atipikal: Olanzapine, Risperidone, Quetiapine, Ziprasidone, and Aripiprazole
Tipikal: Haloperidol
Dibandingkan dengan agen yang tipikal, seperti Haloperidol (Haldol) danChlorpromazin
(Thorazine), antipsikotik atipikal memiliki peluang yang lebih rendahuntuk tardive dyskinesia
perangsangan postsynaptic, dan banyak obat atipikal tidak meningkatkan kadar prolaktin. Tetapi
obat-obat jenis ini akan menyebabkan risikotinggi dalam penaikan berat badan, sakit
kepala,gangguan jantung dan sebagainya
PSIKOTERAPI[4]
Selain pengobatan, psikoterapi, atau "terapi berbicara" , dapat menjadi pengobatanyang efektif
untuk gangguan mood afektif seperti mania. Hal ini dapat memberikandukungan, pendidikan,
dan bimbingan untuk orang dengan gangguan mania dankeluarga mereka. Beberapa perawatan
psikoterapi digunakan untuk mengobatigangguan mania meliputi:
1)Terapi perilaku kognitif (CBT) membantu orang dengan gangguan mania belajar untuk
mengubah pola pikir berbahaya atau negatif dan perilaku.
2)Keluarga yang berfokus pada terapi termasuk anggota keluarga. Ini membantumeningkatkan
strategi koping keluarga, seperti mengenali episode baru awal danmembantu mereka cintai.
Terapi ini juga meningkatkan komunikasi dan pemecahanmasalah.
3)Terapi irama interpersonal dan sosial membantu orang dengan gangguan bipolar meningkatkan
hubungan mereka dengan orang lain dan mengelola rutinitas sehari-hari. Rutinitas sehari-hari
yang teratur dan jadwal tidur dapat membantu melindungiterhadap episode manik.
4)Psychoeducation mengajarkan orang dengan gangguan mania tentang penyakit dan
pengobatannya. Perawatan ini membantu orang mengenali tanda-tanda kambuhsehingga mereka
dapat mencari pengobatan awal, sebelum episode-besaran terjadi.Biasanya dilakukan dalam
kelompok, psychoeducation juga dapat membantu untuk anggota keluarga dan pengasuh.
15

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

REFERAT KASUS ILMU KESEHATAN JIWA

DAFTAR PUSTAKA

1. Yulia Sari Risnawati. Tesis: Psikatrik Gangguan Afektif. [online] 13. August. 2010 [cited22
Februari. 2012], Available from: http://www.scribd.com/Makalah-Psikiatri-Gangguan-Afektif 2.
Rusdi M. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2001 hal58-61
3.Ahmad Yusron Alfi Wakhianto Anggara Hadinata, dll. : Mania [online] Mei, 2009 [cited22
Februari 2012], Available from: www.scribd.com/-GangguanAfektifMania4.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry
. Edisi 10. New York:Lippincott Williams. 1997. hal 529-34, 552-3
5.Inu Wicaksana. Aspek Neuropsikologi Gangguan Mood : Depresi dan Mania [online]Oktober
2011 [cited 22 Februari 2012] ,Available from: http://www.inuwicaksana.com/
6.Sukhdev Chatu. The Hands on Guide to Clinical Pharmacology.Edisi3.United Kingdom.
Wiley-Blackwell. 2010. hal 98-107

16

Вам также может понравиться