Вы находитесь на странице: 1из 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan masyarakat di
seluruh

dunia.

Jumlah

mereka

yang

menderita

hipertensi

terus

bertambah;

terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi, Thailand
17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi
berkisar 6-15%.1
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi
(underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala ringan
bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat
merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung),
ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi disebut sebagai silent killer.
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The Seventh
Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment
of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah disepakati Badan Kesehatan Dunia
(WHO), organisasi hipertensi International (ISH), maupun organisasi hipertensi regional,
termasuk Indonesia (InaSH).
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa Menurut JNC VII
Kategori

Tekanan darah sistolik

Tekanan darah diastolik

Normal

< 120 mmHg

(dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi

120-139 mmHg

(atau) 80-89 mmHg

Stadium 1

140-159 mmHg

(atau) 90-99 mmHg

Stadium 2

>= 160 mmHg

(atau) >= 100 mmHg

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam keadaan
gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi Krisis
Hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang
1

ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang
dari 1 %.
B. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan Hipertensi
dengan pendekatan kedokteran keluarga.
C. MANFAAT
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran bagi dokter
muda agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung kepada pasien
dengan Hipertensi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Hipertensi berasal dari dua kata, hiper=tinggi dan tensi=tekanan darah, merupakan
penyakit yang sudah lama dikenal. Menurut American Society of Hypertension (ASH),
pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang
progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan.2
Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus
bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut
berlangsung lama dan menetap, timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan
darah tinggi.2
Adanya pemahaman yang keliru bahwa hipertensi bukan merupakan penyakit akan
tetapi merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah dengan pertambahan usia. Hal ini
menyebabkan penanganannya menjadi terlambat. Hipertensi yang dibiarkan tanpa
penanganan akan mengakibatkan komplikasi berupa penyakit jantung dan pembuluh
darah, stroke, gangguan fungsi ginjal, kerusakan mata dan kematian dini. Tekanan darah
yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
Tekanan jantung tidaklah sama setiap saat. Pada saat berolahraga atau beraktivitas
berat lainnya, atau pada keadaan yang emosional, selain detakannya tambah cepat,
kekuatan pompa tersebut juga bertambah melebihi angka rata-rata pada keadaan istirahat.
Untuk itu, sangat tidak dianjurkan mengukur tekanan darah sewaktu baru selesai
beraktivitas (lari, jalan jauh, naik/turun tangga dan lain-lain) atau dalam keadaan emosi
(marah, sedih, senang dan lain-lain). Angka 140/90 menurut WHO merupakan angka
paling tinggi yang bisa ditolerir jika diukur pada saat beristirahat (aktivitas normal). Di
atas angka tersebut itulah yang disebut Hipertensi atau keadaan Tekanan Darah Tinggi.

Hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner yang kurang
diwaspadai karena bersifat asimtomatis. Banyak penderita yang mengabaikan perjalanan
lanjut hipertensi sehingga disebut juga pembunuh tersembunyi. Pengelolaan penyakit
hipertensi memerlukan pengetahuan tentang patogenesis dan karakteristik berbagai obat
hipertensi, mengingat pilihan obat harus disesuaikan dengan indikasi serta karakteristik
setiap individu.
Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik muda maupun tua,
entah orang kaya maupun miskin. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling
mematikan di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan
meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.
Menurut WHO tekanan darah dianggap normal bila sistoliknya 120-140 mmHg dan
diastoliknya 80-90 mmHg sedangkan dikatakan Hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg
dan diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi. Batasan ini berlaku bagi orang
dewasa diatas 18 tahun.
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi (tekanan darah sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg
yang membutuhkan penanganan segera.
Berdasarkan keterlibatan organ target, krisis hipertensi dibagi menjadi dua kelompok
yaitu :

Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah


mendadak (sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam.

Hipertensi mendesak (urgency hypertension) : kenaikan tekanan darah


mendadak (sistolik

180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg) tanpa

kerusakan organ target yang progresif atau minimal. Sehingga penurunan tekanan
darah bisa dilaksanakan lebih lambat, dalam hitung jam sampai hari.

B. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:2
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stres Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1.

Hipertensi Esensial (Primer)


Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin
angiotensin, efek dari ekskresi Na, obesitas, merokok dan stres.

2.

Hipertensi Sekunder
Dapat

diakibatkan

karena

penyakit

parenkim

renal/vakuler

renal.

Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil, gangguan endokrin dan lain-lain


(Anonim, 2010).

C. EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang, sekitar 80 persen penduduk negara mengidap hipertensi.
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh
dunia atau sekitar 13 % dari total kematian. The American Heart Association
memperkirakan tekanan darah tinggi mempengaruhi sekitar satu dari tiga orang dewasa
di Amerika Serikat yang berjumlah 73 juta orang. Tekanan darah tinggi juga
diperkirakan mempengaruhi sekitar dua juta remaja Amerika dan anak-anak. Hipertensi
jelas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.3
Di Indonesia terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan
penyakit kardiovaskuler lainnya dengan penyakit infeksi dan malnutrisi. Prevalensi
hipertensi yang tertinggi adalah pada wanita (25%) dan pria (24%). Rata-rata tekanan
darah sistole 127,33 mmHg pada pria indonesia dan 124,13 mmHg pada wanita
indonesia. Tekanan diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada wanita.
5

Penelitian lain menyebutkan bahwa penyakit hipertensi terus mengalami kenaikan


insiden dan prevalensi, berkaitan erat dengan perubahan pola makan, penurunan aktivitas
fisik, kenaikan kejadian stres dan lain-lain.
Di Indonesia berdasarkan hasil survei INA-MONICA (Multinational Monitoring
of Trends and Determinants In Cardiovascular Disease) tahun 1988 angka hipertensi
mencapai 14,9%, jumlah penderita hipertensi terus meningkat hingga 16,9% pada survei
5 tahun kemudian. Gaya hidup modern telah membuat hipertensi menjadi masalah besar.
Di Indonesia saja prevalensi hipertensi cukup tinggi 7% sampai 22%. Bahkan
berdasarkan hasil penelitian, penderita akan berujung pada penyakit jantung 75%, stroke
15%, dan gagal ginjal 10%.
Pasien hipertensi yang tercatat pada poli ginjal dan hipertensi RSHS Bandung
tahun 2007 sebanyak 4.000 orang dan tahun 2008 naik menjadi 4.100 orang. Dari 4.000
penderita hipertensi, sekitar 17 persen diantaranya juga menyumbang penyakit gagal
ginjal. Kejadian hipertensi tertinggi ada pada usia di atas 60 tahun dan terendah pada usia
di bawah 40 tahun.
D. PATOFISIOLOGI
Jantung memompa darah melalui pembuluh darah arteri. Dari pembuluh darah
yang besar ke pembuluh darah yang kecil yang disebut arteriol. Arteriol membagi darah
ke pembuluh darah yang lebih kecil lagi yang disebut kapiler. Tugas kapiler-kapiler ini
adalah memberi organ-organ makanan dan oksigen. Darah akan kembali ke jantung
melalui pembuluh darah vena.
Normalnya, pembuluh darah akan mengembang (menerima darah) dan mengecil
(meneruskan darah) melalui sistem persarafan yang kompleks. Namun peristiwa ini
sering kali tidak berjalan mulus. Banyak keadaan (Penyakit atau kelainan) yang bisa
membuat pembuluh darah tidak membesar atau tidak elastis lagi akibatnya akan terjadi
kekurangan darah pada organ tertentu. Jika suatu organ kekurangan oksigen dan sari
makanan, maka suatu proses umpan balik akan terjadi.
Organ tersebut akan mengirim tanda ke otak bahwa membutuhkan darah lebih
banyak. Reaksinya adalah tekanan darah ditingkatkan sayangnya peningkatan tekanan
darah ini juga terjadi pada organ-organ lainnya yang tidak mengirim tanda tersebut. Dan

yang paling beresiko tinggi pada ginjal dan otak. Tekanan darah yang tinggi pada ginjal
dan otak mengakibatkan kerusakan kedua organ tersebut.4
Vasokontriksi arteriol

Naiknya tonus otot polos pembuluh darah

Besarnya curah jantung

Tahanan perifer

Bila sudah berjalan cukup lama

penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media

Hipertrofi

hiperplasi

maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi

Anoksia relatif

Diperkuat dengan adanya sclerosis koroner

Gambar 1. patofisiologi hipertensi

Hipertensi sekunder

Hipertensi esensial

Tidak diketahui penyebabnya

Disebabkan oleh penyakit lain

90% kasus

10% kasus

Faktor predisposisi

Kebiasaan hidup

Faktor keturunan
Ciri perseorangan

1. Konsumsi garam yang tinggi


2. Kegemukan atau makanan yang
berlebihan
3. Stres dan ketegangan jiwa
4. Pengaruh lain

Merokok, karena rangsangan sistem


adrenergik dan meningkatkan tekanan
darah, minum alkohol, obat-obatan misal
: epinefrin, prednison

Gambar 2. patofisiologi hipertensi

E. KLASIFIKASI
Tabel 2. klasifikasi hipertensi menurut WHO
Sistolik

Diastolik

(mmHg)

(mmHg)

Tekanan darah optimal

< 120

< 80

Tekanan darah normal

120-129

80-84

Tekanan darah normal 130-139

85-89

Kategori

tinggi
Hipertensi ringan

140-159

90-99

Hipertensi sedang

160-179

100-109

Hipertensi berat

>180

> 110

Tabel 3. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII


Kategori

Sistol (mmHg)

Dan / atau

Diastol (mmHg)

Normal

<120

Dan

<80

Pre hipertensi

120-139

Atau

80-89

Hipertensi tahap 1

140-159

Atau

90-99

Hipertensi tahap 2

160

Atau

100

Faktor utama dalam mengontrol tekanan arterial ialah output jantung dan tahanan
perifer total. Bila output jantung (curah jantung) meningkat, tekanan darah arterial akan
meningkat, kecuali jika pada waktu yang bersamaan tahanan perifer menurun. Tekanan
darah akan meninggi bila salah satu faktor yang menentukan tekanan darah mengalami
kenaikan.4
F. GEJALA
Hampir semua gangguan medis diikuti dengan tanda dan gejala. Namun hal ini
tidak berlaku untuk tekanan darah tinggi karena sebagian besar orang dengan tekanan
darah tinggi atau hipertensi tidak merasakan gejala sampai mereka mengukur tekanan
darahnya. Kondisi hipertensi tidak bisa dianggap remeh karena merupakan salah satu
9

faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit kardiovaskular. Penyebab


hipertensi umumnya sulit ditentukan dan keadaan ini biasanya berhubungan dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga. Karena itu, hipertensi seperti ini disebut hipertensi
esensial.3
Akan tetapi ada beberapa faktor yang berpengaruh pada hipertensi, yakni: faktor
usia, merokok, kegemukan atau obesitas, kurang aktivitas fisik, terlalu banyak
mengonsumsi garam, minum alkohol secara berlebihan, stres, kelainan pembuluh darah,
adanya gangguan ginjal seperti gagal ginjal, penyempitan arteri ginjal, dan sebagainya,
masalah tiroid, preeklamsia, suatu komplikasi kehamilan.
Hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala seperti sakit
kepala, jantung berdebar-debar, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, sering buang air
kecil terutama di malam hari, telinga berdenging, gelisah, pandangan menjadi kabur yang
terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal, kadang penderita
hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan
penanganan segera.
Penyebab Hipertensi dapat dikategorikan menjadi 2 golongan besar:
a. Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
yang menempati bagian terbesar kasus yang ada (95%). Sedangkan faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, gangguan pengeluaran/eksresi
garam natrium, serta faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti kegemukan
(obesitas), alkohol, merokok dan lain-lain.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal/ginjal. penyebab spesifiknya diketahui
seperti penyakit ginjal, tekanan darah tinggi pembuluh darah ginjal, pengaruh
hormon (aldosteron, estrogen).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko timbulnya hipertensi faktor
keturunan pada 70-80% kasus hipertensi essensial, didapatkan riwayat hipertensi didalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan
hipertensi essensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi

10

G. PEMERIKSAAN
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan,
mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung
kongestif, diseksi aorta ). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk
mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.
Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun
payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti
penyakit jantung koroner.
H. PENATALAKSANAAN
Secara umum, pengobatan

hipertensi

dapat

dibedakan

atas

pendekatan

farmakologis yaitu dengan obat dan pendekatan non-farmakologis yaitu dengan


mengubah gaya hidup. Seseorang yang tidak menderita hipertensi, mempertahankan
gaya hidup sehat berpotensi dalam pencegahan hipertensi yang berkaitan dengan
bertambahnya usia. Sedangkan bagi seseorang yang menderita hipertensi, pendekatan
non-farmakologis merupakan penanganan awal sebelum penambahan obat-obat
hipertensi.
Hipertensi sebenarnya tidak dapat disembuhkan tapi harus selalu dikontrol atau
dikendalikan, karena hipertensi merupakan keadaan dimana pengaturan tekanan darah
tidak berfungsi sebagaimana mestinya yang disebabkan oleh banyak faktor. Mengobati
hipertensi memang harus dimulai dengan modifikasi gaya hidup yang sehat, dan apabila
hal ini tidak berhasil maka mulai diberikan obat.5
Pengobatan hipertensi hampir selalu termasuk perubahan gaya hidup untuk
mengendalikan faktor-faktor risiko.
1.

Kurangi berat badan jika kegemukan


Kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi adalah mereka yang
gemuk. Jaringan yang berlemak memerlukan banyak darah untuk pemberian
zat-zat makanan. Kurangi asupan garam, baik dari garam dapur atau makanan
yang banyak mengandung garam seperti makanan yang diasinkan (ikan asin,
telur asin), makanan yang diawetkan (dendeng, abon), acar, makanan kaleng,
bumbu-bumbu (terasi, tauco, vetsin), dan makanan camilan yang banyak
mengandung garam (biskuit, roti, kue).
11

2.

Ubah gaya hidup malas


Kehidupan saat ini mengharuskan kita untuk serba malas. Kurangnya
aktivitas olahraga cenderung mengakibatkan kegemukan dan juga bisa
meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Kegiatan olahraga dikatakan
bermakna jika bisa melakukan 20-40 menit perhari sekurang-kurangnya 3 kali
seminggu. Jalan kaki merupakan olahraga yang murah meriah namun jika bosan
bisa mengkombinasi dengan renang, fitness ataupun aktivitas permainan lainnya
seperti bulu tangkis, tenis meja atau bahkan berdansa.

3.

Hindari merokok dan alkohol


Merokok dan alkohol merupakan sesuatu yang mutlak harus dihindari jika
seseorang sudah didiagnosis hipertensi. Minum alkohol bisa meningkatkan
tekanan darah dan juga jumlah kalori yang masuk jika seseorang sedang berdiet.
Alkohol adalah minuman yang kaya akan kalori yang mudah menyebabkan
kegemukan.

4.

Kendalikan stress
Stress adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Stress bisa dikurangi
dengan

cara

berdoa,

meditas,

berolahraga,

membaca

buku/majalah,

mendengarkan musik atau menonton.


5.

Kurangi konsumsi garam


Sebaiknya antara penderita dan non penderita dalam keluarga mengatur diet
yang

berbeda.

Jika

sedang

diet

rendah

garam,

berhati-hatilah

jika

mengkonsumsi makanan yang bisa dibeli/peroleh di luar rumah.


6.

Perbanyak konsumsi buah dan sayuran


Buah-buahan dan sayuran sangat baik untuk dikonsumsi. Selain
mempunyai fungsi menurunkan kolesterol, buah dan sayuran juga bermanfaat
agar bisa buang air besar secara teratur (Tapan, 2004).

7.

Olahraga/aktivitas fisik teratur, dan pilih olahraga yang tidak terlalu berat dan
dapat meningkatkan tekanan darah seperti joging, jalan kaki, berenang.

8.

Minum obat antihipertensi secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, dengan
mempertimbangkan dosis, jangka waktu pengobatan, dan perhatikan efek
samping yang timbul selama pengobatan.

12

9.

Lakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, dengan mengevaluasi


kemajuan

pengobatan,

disamping

menghindari

risiko-risiko

terjadinya

komplikasi penyakit lainnya.


10. Konsultasikan segera ke dokter bila timbul penyakit penyerta lain seperti
jantung koroner, diabetes mellitus, gangguan ginjal dan lainnya (Karyadi,
2002).
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:

Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes,
gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg

Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular

Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria

Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta
lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga
mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC 7:
Diuretika, terutama jenis Thiazide atau Aldosteron Antagonist
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)

13

Tabel 4. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7


Klasifikasi

TDS

Tekanan

(mmHg)

Darah

TDD
(mmHg)

Perbaikan
Pola
Hidup

Terapi Obat Awal


Tanpa Indikasi

Dengan

yang Memaksa

Indikasi yang
Memaksa

Normal
Perhipertensi

< 120
120 139

dan < 80 Dianjurkan


atau 80
89

Ya

Tidak

indikasi Obat-obatan

obat

untuk indikasi
yang memaksa

Hipertensi

140 159

derajat I

atau

Ya

90 99

Diuretika jenis

Obat-obatan untuk

Thiazide untuk

indikasi yang

sebagian besar

memaksa

kasus, dapat
dipertimbangkan
ACEI, ARB,

Obat antihipertensi

BB, CCB atau

lain (diuretika,

kombinasi

ACEI, ARB, BB,


CCB) sesuai
kebutuhan

Hipertensi
derajat II

160

atau
100

Ya

Kombinasi 2
obat untuk
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB

14

Algoritma penanggulangan hipertensi:


Hipertensi tingkat I
Tekanan darah 140/90 - 159/99 mmHg

Nilai resiko kardiovaskular


Nilai kerusakan organ target
Nilai penyakit penyerta dan diabetes mellitus

Mulai usaha perubahan pola hidup


Koreksi fakor risiko kardiovaskular
Tanggulangi penyakit penyerta dan diabetes mellitus

Tentukan resiko total/absolut

Penanggulangan dengan obat


Gambar. 3 alur pengobatan hipertensi

15

Hipertensi tingkat 2
Tekanan darah 160/100 mmHg

Penanggulangan dengan obat

Nilai resiko kardiovaskular


Nilai kerusakan organ target
Nilai penyakit penyerta dan diabetes mellitus

Tambahkan usaha perubahan pola hidup


Koreksi resiko kardiovaskular
Tanggulangi penyakit penyerta dan diabetes mellitus
Gambar 4. Alur pengobatan Hipertensi

Algoritma penanggulangan hipertensi:


Modifikasi gaya hidup

Target tekanan darah tidak terpenuhi (< 140/90 mmHg)


Atau (< 130/80 mmHg pada pasien DM, penyakit ginjal kronik,
3 faktor risiko atau adanya penyakit penyerta tertentu)

Obat antihipertensi inisial


16

Dengan indikasi khusus

Tanpa indikasi khusus

Obat-obatan untuk

Hipertensi tk I

Hipertensi tk II

indikasi khusus

(sistolik 140-159 mmHg


atau diastolic 90-99
mmHg)

(sistolik >160 mmHg


atau diastolic > 100
mmHg)

Diuretic gol tiazid. Dapat


dipertimbangkan
pemberian ACEI, BB,
CCB atau kombinasi

Kombinasi dua obat.

tersebut ditambah
obat antihipertensi
(diuretic, ACEI, BB,
CCB)

Biasanya diuretic
dengan ACEI atau BB
atau CCB

Target tekanan darah tidak terpenuhi

Optimalkan dosis obat atau berikan tambahan obat antihipertensi lain.


Pertimbangkan untuk konsultasi dengan dokter spesialis
Gambar 5. Alur penatalaksanaan hipertensi

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan
darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat
antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan
pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi
atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi.
Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan
darah belum mencapai target, maka selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut,
atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bias
dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian
17

besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah,
tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan
pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah. 5
I. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1.

Kerusakan otak
Tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak,
akibatnya darah tercecer dari daerah tertentu pada otak, sedangkan bagian lain dari
otak tidak mendapat aliran / supply darah yang cukup, sehingga bagian otak menjadi
rusak.

2.

Kerusakan jantung
Tekanan darah tinggi menyebabkan pembesaran otot jantung, disebabkan jantung
bekerja lebih keras untuk mempompa darah.

3.

Kerusakan ginjal
Tingginya tekanan darah akan membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan.
Akhirnya pembuluh darah menjadi rusak dan menyebabkan fungsi ginjal menurun.
Hingga bisa mengalami gagal ginjal.

4.

Kerusakan mata
Tekanan darah tinggi menyebabkan tertekannya pembuluh darah dan syaraf pada
mata, sehingga penglihatan terganggu.

18

BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

A. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA


1. Identitas Pasien
Nama

: Ny. Makrifah

Jenis kelamin

: Perempuan

Usia

: 53 tahun

Status Pernikahan : Menikah


Alamat

: RT 02 / RW 01 Dusun Demesan, Desa Girirejo,


Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Jawa

Pendidikan

: tamat SLTP

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga dan wiraswasta

2. Identitas Kepala Keluarga


Nama

: Tn. Subandi

Jenis Kelamin

: Laki laki

Umur

: 51 tahun

Status Pernikahan : Menikah


Alamat

: RT 02 / RW 01 Dusun Demesan, Desa Girirejo,


Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Jawa

Pendidikan

: tamat SLTP

Pekerjaan

: Wiraswasta

19

B.

PROFIL KELUARGA

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung

No

Nama

Kedudukan dalam

JK

Umur

Pendi-

(th)

dikan

64

Tamat

Keluarga
1

Subandi

KK

Pekerjaan

Ket

Wiraswasta

Sehat

Tamat

IRT dan

Sakit

SLTP

Wiraswasta

SLTP
2

Makrifah

Yanto

Istri KK

61

Anak I

23

SMK

Wiraswasta

Sehat

Anak II

20

SMK

Tidak bekerja

Sehat

Anak

15

SMA

Pelajar

Sehat

Wibowo
4

Rahmiyant
ini

Yogi Vikri

Tabel 2. Daftar Anggota Yang Tinggal Serumah

No

Nama

Kedudukan

JK

dalam Keluarga
1

Subandi

KK

Umur

Pendi-

Pekerjaan

Ket

(th)

dikan

64

Tamat

Wiraswasta

Sehat

Tamat

IRT dan

Sakit

SLTP

Wiraswasta

SMA

Pelajar

SLTP
2

Makrifah

Yogi

Istri KK

Anak

61

15

Sehat

Vikri

20

pasien

Anak 1

Anak
2

suami

Anak 3

Keterangan :
: riwayat hipertensi

: laki laki

: perempuan

21

C.

RESUME

PENYAKIT

DAN

PENATALAKSANAAN

YANG

SUDAH

DILAKUKAN

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 15 Agustus 2014 pukul
10.00 WIB di rumah pasien, Dusun Demesan dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
ulang serta pemberian edukasi pada pasien, tanggal 16 Agustus 2014 pukul 08.00 di
rumah pasien, Dusun Demesan, Desa Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang.
a.

Keluhan Utama
Pusing sejak 2 hari yang lalu.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Puskesmas Tempuran dengan keluhan pusing sejak 2 hari
yang lalu. Selain itu os juga mengeluh penglihatan buram. Kejadian seperti ini
sering dialami pasien terutama bila os tidak meminum obat darah tinggi. Pasien
tidak merasakan nyeri dada, maupun sesak. BAK lancar, tidak ada keluhan. BAB
lancar dan tidak ada keluhan.
c.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah menjalankan operasi di RS pada 5 tahun yang lalu dengan
keluhan mioma, pada tahun 2009. Riwayat penyakit jantung, kencing manis, alergi
dan asma disangkal.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat darah tinggi, yaitu ibu
kandung pasien. Selain itu, tidak ada yang menderita baik kencing manis, sakit
jantung, alergi, ataupun asma.
e.

Riwayat Kesehatan Suami


Suami pasien berusia 64 tahun, bekerja sebagai Wiraswasta. Kondisi suami
pasien sehat, ia menyangkal adanya penyakit seperti batuk lama, tekanan darah
tinggi, kencing manis ataupun alergi terhadap obat atau makanan. Suami pasien
bekerja 6 hari dalam seminggu. Ia mengaku tidak pernah berolahraga karena tidak
adanya waktu. Suami pasien mengaku tidak memiliki kebiasaan merokok.

22

Pemeriksaan Fisik
Tanggal 15 Agustus 2014 pukul 10.00 WIB di Rumah Pasien, Dusun Demesan,
Desa Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Keadaan umum

: Tampak Sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda vital

Tekanan darah

: 180/110 mmHg

TB

: 158 cm

Nadi

: 76 x/menit

BB

: 64 kg

Suhu

: 36,70 C

Pernapasan

: 18 x/menit

Status Generalis
o Kepala

: Normosephali

o Muka

: Nyeri tekan sinus (-), nyeri ketuk sinus (-)

o Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

o Telinga

: Normotia, benjolan (-), udem (-), nyeri tekan (-)

o Hidung

: Normosepti, sekret (-), mukosa livid (+), concha hipertrofi (+)

o Bibir

: pucat (-), sianosis (-)

o Tenggorok

: T1-1, faring hiperemis (-), granulasi (-), nyeri telan (-)

o Leher

: Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)

o Thoraks
Paru paru
-

Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak thoraks pada pernafasan simetris,
sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, retraksi suprasternal -/-

Palpasi

: Gerak nafas simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal,

vokal fremitus simetris kanan dan kiri


-

Perkusi

: Kedua hemitoraks berbunyi sonor, batas paru hepar setinggi ics V

garis midklavikularis kanan, peranjakan paru positif kira-kira satu sela iga
-

Auskultasi: Suara napas vesikuler, rhonchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
-

Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, iktus kordis tidak terlihat

23

Palpasi

: Iktus cordis teraba di ics V 1 cm medial dari garis midklavikularis

kiri
-

Perkusi

: Tidak ada nyeri ketuk, batas jantung kanan pada garis sternalis kiri

setinggi ics II-IV, batas paru lambung setinggi ics VI garis aksilaris anterior,
batas jantung kiri setinggi ics V 1 cm lateral garis midklavikularis kiri, batas atas
jantung kiri setinggi ics III pada garis midsternalis kiri
-

Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-), bunyi jantung
tambahan (-), ictus cordis terdengar 1 cm lateral dari garis midklavikularis kiri

o Abdomen
-

Inspeksi : Bentuk abdomen simetris, mendatar pada keadaan statis/dinamis, rata

Palpasi

: Teraba lemas, defense muscular (-), tidak teraba benjolan, tidak ada

nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak ada pembesaran hepar dan lien, ballotemem
ginjal kanan dan kiri (-)
-

Perkusi

: Timpani di seluruh lapangan abdomen

Auskultasi : Bising usus 2x/menit

o Ekstremitas
-

Inspeksi

: Bentuk normal simetris, sianosis (-/-), edema (-/-)

Palpasi

: Suhu hangat, edema (-/-)

Hasil Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

Diagnosis Kerja
Hipertensi Essensial

Rencana Penatalaksanaan
1. Tatalaksana medikamentosa
a. Tatalaksana medikamentosa (JNC VII) di Puskesmas Tempuran:
Terapi kombinasi : Captopril 25 mg 2 kali 1 per oral, Pamol 500 mg 1 kali 1 per oral
(jika pusing).

b. Tatalaksana nonmedikamentosa :
24

Disarankan untuk periksa EKG, Lab seperti tes fungsi ginjal, kolesterol, gula
darah

Edukasi mengenai hipertensi, faktor resiko, komplikasi yang dapat terjadi.

Istirahat yang cukup, pola makan yang sehat dan olahraga teratur

Pasien dianjurkan minum obat teratur

Edukasi mengenai mengatur waktu dalam bekerja

Apabila terdapat keluhan segera memeriksakan diri ke puskesmas atau ke dokter


untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

Hasil Penatalaksanaan Medis


Obat yang diberikan dari Puskesmas tidak diminum. Keluhan sakit kepala mulai
berkurang. Saat kunjungan rumah (Sabtu, 16 Agustus 2014), keadaan kesehatan pasien
baik, dan aktivitas harian berlangsung seperti biasa.
a. Faktor pendukung:

Os selalu menyisihkan penghasilan kerja untuk membeli obat

Pasien telah mengurangi faktor resiko yang ada, dengan tidak mengkonsumsi
MSG, mengurangi konsumsi garam, serta makan makanan yang dapat
menaikkan tekanan darah

b. Faktor penghambat:
Pasien tidak patuh meminum obat darah tinggi

Indikator keberhasilan: keluhan sakit kepala berkurang. Serta saat dilakukan


kunjungan rumah dan dilakukan pemeriksaan ulang tekanan darah menurun
dibanding saat pemeriksaan pada kunjungan pertama.

D.

PERMASALAHAN PADA PASIEN

Tabel 3. Tabel Permasalahan Pada Pasien

No.
1.

Resiko & masalah kesehatan

Rencana pembinaan

Sasaran

Tekanan darah yang terlalu

Permberian obat hipertensi dan

Pasien dan

tinggi

tata cara minum obat serta

keluarga

edukasi mengenai faktor


25

pencetus, pencegahan
kekambuhan dan
penanggulangan keluhan klinis.
2.

Gaya hidup tidak sehat ( tidak

Edukasi mengenai faktor resiko

Pasien dan

cukup istirahat, tidak pernah

pada hipertensi

keluarga

Tidak patuh meminum obat

Edukasi untuk rutin dan patuh

Pasien dan

darah tinggi

meminum obat darah tinggi

keluarga

berolahraga)
3.

E. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA


a. Fungsi Biologis
Dari wawancara dengan pasien diperoleh keterangan bahwa pasien tidak pernah
mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat operasi mioma uteri telah dialami
pasien 5 tahun yang lalu (tahun 2009). Riwayat obstetrik pasien adalah G3P3A0, pasien
sudah melahirkan 3 orang anak, dengan perencanaan kelahiran dipikirkan oleh kedua
pihak suami istri. Anak pertama sampai ketiga dilahirkan spontan dengan bantuan
bidan desa. Terakhir kali pasien sudah tidak menggunakan kontrasepsi berupa pil,
sekitar 5 tahun yang lalu.
b. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama suami dan 1 anaknya, sedangkan anak pertama dan kedua
telah berkeluarga dan memiliki rumah sendiri. Hubungan dan komunikasi antara
pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitar terjalin dengan baik. Proses
pengambilan keputusan dilakukan bersama-sama dengan suami. Kadang-kadang anak
pasien datang berkunjung ke rumah saat sedang libur bekerja.
c. Fungsi Ekonomi
Biaya kebutuhan sehari-hari pasien dipenuhi oleh kepala keluarga digabung dengan
penghasilan pasien. Kepala keluarga bekerja sebagai wiraswasta. Pendapatan perbulan
kira-kira kurang dari Rp 450.000,-. Uang tersebut dipakai untuk kebutuhan rumah
tangga seperti makan, pakaian, listrik serta belanja harian. Penggunaan dana cukup
efisien untuk memenuhi kebutuhan harian.
d. Fungsi Pendidikan
26

Pasien bersekolah sampai tamat SLTP. Kedua anaknya bersekolah dengan pendidikan
tertinggi mencapai tamat SMK dan anak terakhirnya masih melanjutkan SMA.
e. Fungsi Religius
Pasien dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama secara rutin
(shalat dan mengaji). Penerapan nilai agama dalam keluarga baik.
f. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien dan keluarga tinggal di desa Demesan. Pasien dan keluarga dapat diterima
dengan baik di lingkungan rumahnya. Komunikasi dengan tetangga baik. Kondisi
pasien saat ini cukup baik. Pasien masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga
dan bekerja dengan baik. Namun saat sakit kepala pasien muncul dapat menjadi
hambatan dalam mengerjakan pekerjaannya.

F.

POLA KONSUMSI PASIEN


Frekuensi makan rata-rata 3 kali sehari. Pasien biasanya makan di rumah. Jenis
makanan dalam keluarga ini kurang bervariasi. Variasi makanan sebagai berikut: nasi,
tahu, tempe, sayur (kacang panjang dan bayam), kadang-kadang diselingi telur, ayam
goreng, air minum (air putih dan teh). Pasien tidak minum susu. Pasien jarang
mengkonsumsi daging sapi atau kambing. Air minum berasal dari air sumur yang
dimasak sendiri.

G.

IDENTIFIKASI FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


1. Faktor Perilaku
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga juga bekerja sebagai Wiraswasta. Saat ada
anggota keluarga yang sakit, biasanya os berobat ke Puskesmas Tempuran.
Pendanaan kesehatan didapatkan dari asuransi kesehatan Jamkesmas. Pasien
mengaku tidak pernah berolahraga ataupun pergi berekreasi. Os juga tidak cukup
beristirahat karena os melakukan pekerjaan sampingan membuat Keripik Balado
Singkong yang selalu dilakukan setiap hari. Os rajin mengikuti aktifitas sosial
berupa pengajian.

27

2. Faktor Lingkungan
Pasien tinggal dalam rumah yang bersih dan terlihat terawat. Dapur tidak
mempunyai saluran pembuangan asap. Sumber air dari sumur pompa listrik dan
dimasak sebelum dikonsumsi. Saluran pembuangan air limbah ke tanah yang
terletak di belakang rumah, kebiasaan buang air besar di jamban keluarga, tidak ada
pembuangan sampah, sehingga hanya dbuang di kebun belakang rumah dan dibakar
3 hari sekali.
3. Faktor Sarana Pelayanan Kesehatan
Terdapat Puskesmas Tempuran yang berjarak kira-kira 800 m. Pasien tidak
memiliki kesulitan untuk berobat ke puskesmas. Jika pasien tidak sempat datang
berobat ke puskesmas, maka os akan berobat ke praktek bidan swasta atau dokter
swasta.
4. Faktor Keturunan
Ibu pasien menderita penyakit hipertensi.
H.

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


a. Gambaran Lingkungan Rumah
Rumah pasien terletak di Desa Demesan, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang, dengan ukuran luas rumah 9 x 6 m2, bentuk bangunan 1 lantai. Secara
umum gambaran rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 mushola, 1 ruang tamu yang
sekaligus berfungsi untuk ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 dapur dan 1 kamar
mandi di bagian belakang rumah. Rumah

mempunyai langit-langit, dinding

terbuat dari tembok, lantai terbuat dari keramik. Penerangan dalam rumah dan
kamar cukup baik. Ventilasi dan jendela tidak memadai, cahaya matahari yang
masuk lewat jendela maupun pintu cukup. Sumber air bersih dari air sumur untuk
minum, cuci dan masak. Bangunan dapur tidak permanen dan kebersihan dapur
kurang. Pembuangan air limbah ke tanah dibelakang rumah. Tempat sampah
utama di halaman kebun, dan setiap 3 hari sekali sampah dibakar. Lingkungan di
sekitar rumah pasien bersih.

28

b. Denah Rumah

Gambar 2. Denah Rumah

I.

DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA


a. Fungsi Biologis

Ibu pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi.

b. Fungsi Psikologis

Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga terjalin baik.

Dalam pengambilan keputusan selalu dilakukan bersama dengan suami.

c. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Sumber penghasilan diperoleh dari suami dan istri. Kesan sosial ekonomi
cukup. Pengaturan dana terbilang cukup efektif dan efisien.
d. Fungsi Religius dan Sosial Budaya

Termasuk keluarga yang taat beragama.

Tidak terdapat keterbatasan hubungan beragama antara pasien dan


masyarakat.
29

Pasien masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan bekerja


sebagai wiraswasta. Namun saat sakit kepala pasien muncul, hal tersebut
dapat menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

e. Faktor Perilaku
Setiap ada anggota keluarga yang sakit akan segera dibawa berobat ke Puskesmas
Tempuran menggunakan asuransi kesehatan Jamkesmas. Os tidak pernah
melakukan kegiatan olahraga ataupun rekreasi. Os sering melakukan hobi
membuat Keripik balado singkong sembari dijual untuk menambah modal usaha.

J.

DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA

Genetik

Ibu memiliki riwayat hipertensi

Status
kesehatan

Yankes

Lingkungan

Perilaku

Tidak cukup istirahat

Tidak patuh meminum obat


Gambar 3. Diagram Realita

30

K.

PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN

Tabel 4. Pembinaan dan Hasil Kegiatan


Tanggal

Kegiatan yang dilakukan

Keluarga

Hasil Kegiatan

yang
terlibat
15 Agustus

Melakukan anamnesis dan

Pasien dan

Mendapatkan diagnosis kerja

2014

pemeriksaan kepada pasien

keluarga

pasien

15 Agustus

Memberikan penjelasan

Pasien dan

kepada pasien dan keluarga

keluarga

2014

dapat memahami

pasien mengenai penyakit

mengenai penyakit dan

hipertensi dan faktor resiko

faktor resiko nya.

nya.

Pasien dan

Memberikan edukasi tentang

keluarga

dapat memahami

dialami pasien terkait dengan

penjelasan yang diberikan

pola hidup yang tidak sehat,

dan diharapkan dapat

sehingga waktu istirahat tidak


cukup.

merubah pola hidup yang


Pasien dan
keluarga

sehat.

Memberitahukan agar minum

Diharapkan pasien dapat


minum obat secara teratur

obat secara teratur.

sehingga tekanan darah


Pasien dan

dapat terkontrol dengan

keluarga

Pasien dan suami pasien

penyakit yang mungkin

seperti terlalu sibuk bekerja

Pasien dan suami pasien

Memberikan informasi

baik

Pasien dan suami pasien

mengenai komplikasi yang

memahami komplikasi

dapat timbul akibat hipertensi.

yang dapat terjadi,


sehingga dapat mencegah
komplikasi tersebut.

L.

KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA


1. Tingkat pemahaman: Pemahaman terhadap pembinaan yang dilakukan, dapat
diterima dengan baik.
31

2. Faktor pendukung :
-

Pasien dan keluarga dapat memahami dan menangkap penjelasan yang


diberikan tentang hipertensi dan pola hidup sehat.

Sikap keluarga yang kooperatif dan keinginan untuk hidup sehat.

3. Faktor penyulit :
-

Keadaan ekonomi yang kurang

Jadwal bekerja yang terlalu padat

4. Indikator keberhasilan : Pasien dapat memperbaiki pola hidup sehat (waktu istirahat
menjadi cukup dan dapat berolahraga) , dan dapat mengatur waktu bekerja.

32

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penatalaksanaan pasien penyakit Hipertensi, dengan pendekatan kedokteran keluarga
adalah dengan terapi medikamentosa berupa Captopril 25 mg 2 kali 1 per oral, Pamol
500 mg 1 kali 1 per oral (jika pusing).
Terapi edukasi yang diberikan adalah edukasi mengenai penyakit darah tinggi
(hipertensi), faktor resiko, serta penanganan penyakit tersebut, agar merubah pola hidup
sehari-hari menjadi lebih sehat, istirahat yang cukup dan olahraga teratur, minum obat
teratur. Apabila terdapat keluhan segera memeriksakan diri ke puskesmas atau ke dokter
untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Pembinaan yang diberikan terhadap pasien dan keluarga meliputi melakukan
pemeriksaan kepada pasien dan mengamati keadaan kesehatan rumah dan lingkungan
sekitar, memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit
hipertensi (darah tinggi) serta faktor-faktor resiko penyakitnya seperti gaya hidup tidak
sehat serta mengedukasi pasien dan keluarga untuk menghindari faktor resiko dan cara
penanggulangan apabila penyakitnya kambuh kembali. Pembinaan juga meliputi
penyakit penyakit yang dapat terjadi berhubungan dengan usia dan pekerjaan pasien
dan suami.

B. SARAN
Untuk mencegah timbulnya gejala tekanan darah tinggi kembali, maka
diharapkan pasien dapat menghindari faktor resiko timbulnya gejala. Serta mengatur
ulang jadwal kerja harian guna menghindari gejala penyakit kambuh kembali, sehingga
pasien memiliki waktu lebih untuk memeriksakan diri ke praktek bidan/ dokter swasta
atau puskesmas, dan jika ada keluhan yang mengarah ke komplikasi bisa segera diatasi.
Selain itu, disarankan untuk melakukan pemeriksaan EKG, Lab seperti tes fungsi ginjal,
kolesterol, dan gula darah.

33

DAFTAR PUSTAKA

1.

Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi hipertensi. 2012. Diunduh pada tanggal 15 Agustus


2014.

Tersedia

dalam

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/700/699
2.

Hipertensi. 2013. Diunduh pada tanggal 15 Agustus 2014. Tersedia dalam :


http://medicastore.com/penyakit/4/Tekanan_Darah_Tinggi_Hipertensi.html

3.

Departemen Kesehatan RI. Masalah Hipertensi di Indonesia. 2012. Diunduh pada


tanggal

15

Agustus

2014.

Tersedia

dalam:

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-hipertensi-diindonesia.html
4.

Klasifikasi hipertensi. 2012. Diunduh pada tanggal 16 Agustus 2014. Tersedia dalam :
http://www.scribd.com/doc/60065681/3/Tabel-2-1-Klasifikasi-Hipertensi-MenurutWHO

5.

Meena S, Maron D, editor. Hypertension Treatment and Management. WebMD. 2013.


Diunduh

pada

tanggal

16

Agustus

2014.

Tersedia

dalam:

http://emedicine.medscape.com/article/241381-treatment
6.

American Heart Association. Prevention and Treatment of High Blood Pressure. 2014.
Diunduh

pada

tanggal

16

Agustus

2014.

Tersedia

dalam:

http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/PreventionTreatment
ofHighBloodPressure/Prevention-Treatment-of-High-BloodPressure_UCM_002054_Article.jsp

34

LAMPIRAN

Keterangan foto 1 : Keadaan rumah bu Makhrifa

Keterangan foto 2: Foto bersama bu Makhrifa

35

Вам также может понравиться