Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan masyarakat di
seluruh
dunia.
Jumlah
mereka
yang
menderita
hipertensi
terus
bertambah;
terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi, Thailand
17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia, prevalensi hipertensi
berkisar 6-15%.1
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya hipertensi
(underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau dengan gejala ringan
bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat
merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak jantung),
ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga, hipertensi disebut sebagai silent killer.
Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The Seventh
Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment
of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah disepakati Badan Kesehatan Dunia
(WHO), organisasi hipertensi International (ISH), maupun organisasi hipertensi regional,
termasuk Indonesia (InaSH).
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa Menurut JNC VII
Kategori
Normal
Pre-hipertensi
120-139 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg
Stadium 2
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam keadaan
gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi Krisis
Hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang
1
ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang
dari 1 %.
B. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan Hipertensi
dengan pendekatan kedokteran keluarga.
C. MANFAAT
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran bagi dokter
muda agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung kepada pasien
dengan Hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Hipertensi berasal dari dua kata, hiper=tinggi dan tensi=tekanan darah, merupakan
penyakit yang sudah lama dikenal. Menurut American Society of Hypertension (ASH),
pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang
progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan.2
Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus
bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut
berlangsung lama dan menetap, timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan
darah tinggi.2
Adanya pemahaman yang keliru bahwa hipertensi bukan merupakan penyakit akan
tetapi merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah dengan pertambahan usia. Hal ini
menyebabkan penanganannya menjadi terlambat. Hipertensi yang dibiarkan tanpa
penanganan akan mengakibatkan komplikasi berupa penyakit jantung dan pembuluh
darah, stroke, gangguan fungsi ginjal, kerusakan mata dan kematian dini. Tekanan darah
yang selalu tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.
Tekanan jantung tidaklah sama setiap saat. Pada saat berolahraga atau beraktivitas
berat lainnya, atau pada keadaan yang emosional, selain detakannya tambah cepat,
kekuatan pompa tersebut juga bertambah melebihi angka rata-rata pada keadaan istirahat.
Untuk itu, sangat tidak dianjurkan mengukur tekanan darah sewaktu baru selesai
beraktivitas (lari, jalan jauh, naik/turun tangga dan lain-lain) atau dalam keadaan emosi
(marah, sedih, senang dan lain-lain). Angka 140/90 menurut WHO merupakan angka
paling tinggi yang bisa ditolerir jika diukur pada saat beristirahat (aktivitas normal). Di
atas angka tersebut itulah yang disebut Hipertensi atau keadaan Tekanan Darah Tinggi.
Hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner yang kurang
diwaspadai karena bersifat asimtomatis. Banyak penderita yang mengabaikan perjalanan
lanjut hipertensi sehingga disebut juga pembunuh tersembunyi. Pengelolaan penyakit
hipertensi memerlukan pengetahuan tentang patogenesis dan karakteristik berbagai obat
hipertensi, mengingat pilihan obat harus disesuaikan dengan indikasi serta karakteristik
setiap individu.
Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik muda maupun tua,
entah orang kaya maupun miskin. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling
mematikan di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan
meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.
Menurut WHO tekanan darah dianggap normal bila sistoliknya 120-140 mmHg dan
diastoliknya 80-90 mmHg sedangkan dikatakan Hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg
dan diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi. Batasan ini berlaku bagi orang
dewasa diatas 18 tahun.
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang
sangat tinggi (tekanan darah sistolik 180 mm Hg dan / atau diastolik 120 mm Hg
yang membutuhkan penanganan segera.
Berdasarkan keterlibatan organ target, krisis hipertensi dibagi menjadi dua kelompok
yaitu :
kerusakan organ target yang progresif atau minimal. Sehingga penurunan tekanan
darah bisa dilaksanakan lebih lambat, dalam hitung jam sampai hari.
B. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:2
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
c. Stres Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1.
2.
Hipertensi Sekunder
Dapat
diakibatkan
karena
penyakit
parenkim
renal/vakuler
renal.
C. EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang, sekitar 80 persen penduduk negara mengidap hipertensi.
Hipertensi diperkirakan menjadi penyebab kematian sekitar 7,1 juta orang di seluruh
dunia atau sekitar 13 % dari total kematian. The American Heart Association
memperkirakan tekanan darah tinggi mempengaruhi sekitar satu dari tiga orang dewasa
di Amerika Serikat yang berjumlah 73 juta orang. Tekanan darah tinggi juga
diperkirakan mempengaruhi sekitar dua juta remaja Amerika dan anak-anak. Hipertensi
jelas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama.3
Di Indonesia terdapat beban ganda dari prevalensi penyakit hipertensi dan
penyakit kardiovaskuler lainnya dengan penyakit infeksi dan malnutrisi. Prevalensi
hipertensi yang tertinggi adalah pada wanita (25%) dan pria (24%). Rata-rata tekanan
darah sistole 127,33 mmHg pada pria indonesia dan 124,13 mmHg pada wanita
indonesia. Tekanan diastole 78,10 mmHg pada pria dan 78,56 mmHg pada wanita.
5
yang paling beresiko tinggi pada ginjal dan otak. Tekanan darah yang tinggi pada ginjal
dan otak mengakibatkan kerusakan kedua organ tersebut.4
Vasokontriksi arteriol
Tahanan perifer
Hipertrofi
hiperplasi
Anoksia relatif
Hipertensi sekunder
Hipertensi esensial
90% kasus
10% kasus
Faktor predisposisi
Kebiasaan hidup
Faktor keturunan
Ciri perseorangan
E. KLASIFIKASI
Tabel 2. klasifikasi hipertensi menurut WHO
Sistolik
Diastolik
(mmHg)
(mmHg)
< 120
< 80
120-129
80-84
85-89
Kategori
tinggi
Hipertensi ringan
140-159
90-99
Hipertensi sedang
160-179
100-109
Hipertensi berat
>180
> 110
Sistol (mmHg)
Dan / atau
Diastol (mmHg)
Normal
<120
Dan
<80
Pre hipertensi
120-139
Atau
80-89
Hipertensi tahap 1
140-159
Atau
90-99
Hipertensi tahap 2
160
Atau
100
Faktor utama dalam mengontrol tekanan arterial ialah output jantung dan tahanan
perifer total. Bila output jantung (curah jantung) meningkat, tekanan darah arterial akan
meningkat, kecuali jika pada waktu yang bersamaan tahanan perifer menurun. Tekanan
darah akan meninggi bila salah satu faktor yang menentukan tekanan darah mengalami
kenaikan.4
F. GEJALA
Hampir semua gangguan medis diikuti dengan tanda dan gejala. Namun hal ini
tidak berlaku untuk tekanan darah tinggi karena sebagian besar orang dengan tekanan
darah tinggi atau hipertensi tidak merasakan gejala sampai mereka mengukur tekanan
darahnya. Kondisi hipertensi tidak bisa dianggap remeh karena merupakan salah satu
9
10
G. PEMERIKSAAN
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan,
mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung
kongestif, diseksi aorta ). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk
mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.
Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun
payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain seperti
penyakit jantung koroner.
H. PENATALAKSANAAN
Secara umum, pengobatan
hipertensi
dapat
dibedakan
atas
pendekatan
2.
3.
4.
Kendalikan stress
Stress adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Stress bisa dikurangi
dengan
cara
berdoa,
meditas,
berolahraga,
membaca
buku/majalah,
berbeda.
Jika
sedang
diet
rendah
garam,
berhati-hatilah
jika
7.
Olahraga/aktivitas fisik teratur, dan pilih olahraga yang tidak terlalu berat dan
dapat meningkatkan tekanan darah seperti joging, jalan kaki, berenang.
8.
Minum obat antihipertensi secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, dengan
mempertimbangkan dosis, jangka waktu pengobatan, dan perhatikan efek
samping yang timbul selama pengobatan.
12
9.
pengobatan,
disamping
menghindari
risiko-risiko
terjadinya
Target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi (diabetes,
gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta
lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga
mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan
oleh JNC 7:
Diuretika, terutama jenis Thiazide atau Aldosteron Antagonist
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)
13
TDS
Tekanan
(mmHg)
Darah
TDD
(mmHg)
Perbaikan
Pola
Hidup
Dengan
yang Memaksa
Indikasi yang
Memaksa
Normal
Perhipertensi
< 120
120 139
Ya
Tidak
indikasi Obat-obatan
obat
untuk indikasi
yang memaksa
Hipertensi
140 159
derajat I
atau
Ya
90 99
Diuretika jenis
Obat-obatan untuk
Thiazide untuk
indikasi yang
sebagian besar
memaksa
kasus, dapat
dipertimbangkan
ACEI, ARB,
Obat antihipertensi
lain (diuretika,
kombinasi
Hipertensi
derajat II
160
atau
100
Ya
Kombinasi 2
obat untuk
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB
14
15
Hipertensi tingkat 2
Tekanan darah 160/100 mmHg
Obat-obatan untuk
Hipertensi tk I
Hipertensi tk II
indikasi khusus
tersebut ditambah
obat antihipertensi
(diuretic, ACEI, BB,
CCB)
Biasanya diuretic
dengan ACEI atau BB
atau CCB
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan target tekanan
darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat
antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan
pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi
atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi.
Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan
darah belum mencapai target, maka selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut,
atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bias
dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian
17
besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah,
tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan
pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah. 5
I. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1.
Kerusakan otak
Tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak,
akibatnya darah tercecer dari daerah tertentu pada otak, sedangkan bagian lain dari
otak tidak mendapat aliran / supply darah yang cukup, sehingga bagian otak menjadi
rusak.
2.
Kerusakan jantung
Tekanan darah tinggi menyebabkan pembesaran otot jantung, disebabkan jantung
bekerja lebih keras untuk mempompa darah.
3.
Kerusakan ginjal
Tingginya tekanan darah akan membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan.
Akhirnya pembuluh darah menjadi rusak dan menyebabkan fungsi ginjal menurun.
Hingga bisa mengalami gagal ginjal.
4.
Kerusakan mata
Tekanan darah tinggi menyebabkan tertekannya pembuluh darah dan syaraf pada
mata, sehingga penglihatan terganggu.
18
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
: Ny. Makrifah
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 53 tahun
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: tamat SLTP
Pekerjaan
: Tn. Subandi
Jenis Kelamin
: Laki laki
Umur
: 51 tahun
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan
: tamat SLTP
Pekerjaan
: Wiraswasta
19
B.
PROFIL KELUARGA
No
Nama
Kedudukan dalam
JK
Umur
Pendi-
(th)
dikan
64
Tamat
Keluarga
1
Subandi
KK
Pekerjaan
Ket
Wiraswasta
Sehat
Tamat
IRT dan
Sakit
SLTP
Wiraswasta
SLTP
2
Makrifah
Yanto
Istri KK
61
Anak I
23
SMK
Wiraswasta
Sehat
Anak II
20
SMK
Tidak bekerja
Sehat
Anak
15
SMA
Pelajar
Sehat
Wibowo
4
Rahmiyant
ini
Yogi Vikri
No
Nama
Kedudukan
JK
dalam Keluarga
1
Subandi
KK
Umur
Pendi-
Pekerjaan
Ket
(th)
dikan
64
Tamat
Wiraswasta
Sehat
Tamat
IRT dan
Sakit
SLTP
Wiraswasta
SMA
Pelajar
SLTP
2
Makrifah
Yogi
Istri KK
Anak
61
15
Sehat
Vikri
20
pasien
Anak 1
Anak
2
suami
Anak 3
Keterangan :
: riwayat hipertensi
: laki laki
: perempuan
21
C.
RESUME
PENYAKIT
DAN
PENATALAKSANAAN
YANG
SUDAH
DILAKUKAN
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 15 Agustus 2014 pukul
10.00 WIB di rumah pasien, Dusun Demesan dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
ulang serta pemberian edukasi pada pasien, tanggal 16 Agustus 2014 pukul 08.00 di
rumah pasien, Dusun Demesan, Desa Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten
Magelang.
a.
Keluhan Utama
Pusing sejak 2 hari yang lalu.
22
Pemeriksaan Fisik
Tanggal 15 Agustus 2014 pukul 10.00 WIB di Rumah Pasien, Dusun Demesan,
Desa Girirejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah
: 180/110 mmHg
TB
: 158 cm
Nadi
: 76 x/menit
BB
: 64 kg
Suhu
: 36,70 C
Pernapasan
: 18 x/menit
Status Generalis
o Kepala
: Normosephali
o Muka
o Mata
o Telinga
o Hidung
o Bibir
o Tenggorok
o Leher
o Thoraks
Paru paru
-
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris, gerak thoraks pada pernafasan simetris,
sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal, retraksi suprasternal -/-
Palpasi
: Gerak nafas simetris, sama tinggi, tidak ada bagian yang tertinggal,
Perkusi
garis midklavikularis kanan, peranjakan paru positif kira-kira satu sela iga
-
Jantung
-
23
Palpasi
kiri
-
Perkusi
: Tidak ada nyeri ketuk, batas jantung kanan pada garis sternalis kiri
setinggi ics II-IV, batas paru lambung setinggi ics VI garis aksilaris anterior,
batas jantung kiri setinggi ics V 1 cm lateral garis midklavikularis kiri, batas atas
jantung kiri setinggi ics III pada garis midsternalis kiri
-
Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-), bunyi jantung
tambahan (-), ictus cordis terdengar 1 cm lateral dari garis midklavikularis kiri
o Abdomen
-
Palpasi
: Teraba lemas, defense muscular (-), tidak teraba benjolan, tidak ada
nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak ada pembesaran hepar dan lien, ballotemem
ginjal kanan dan kiri (-)
-
Perkusi
o Ekstremitas
-
Inspeksi
Palpasi
Tidak dilakukan
Diagnosis Kerja
Hipertensi Essensial
Rencana Penatalaksanaan
1. Tatalaksana medikamentosa
a. Tatalaksana medikamentosa (JNC VII) di Puskesmas Tempuran:
Terapi kombinasi : Captopril 25 mg 2 kali 1 per oral, Pamol 500 mg 1 kali 1 per oral
(jika pusing).
b. Tatalaksana nonmedikamentosa :
24
Disarankan untuk periksa EKG, Lab seperti tes fungsi ginjal, kolesterol, gula
darah
Istirahat yang cukup, pola makan yang sehat dan olahraga teratur
Pasien telah mengurangi faktor resiko yang ada, dengan tidak mengkonsumsi
MSG, mengurangi konsumsi garam, serta makan makanan yang dapat
menaikkan tekanan darah
b. Faktor penghambat:
Pasien tidak patuh meminum obat darah tinggi
D.
No.
1.
Rencana pembinaan
Sasaran
Pasien dan
tinggi
keluarga
pencetus, pencegahan
kekambuhan dan
penanggulangan keluhan klinis.
2.
Pasien dan
pada hipertensi
keluarga
Pasien dan
darah tinggi
keluarga
berolahraga)
3.
Pasien bersekolah sampai tamat SLTP. Kedua anaknya bersekolah dengan pendidikan
tertinggi mencapai tamat SMK dan anak terakhirnya masih melanjutkan SMA.
e. Fungsi Religius
Pasien dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama secara rutin
(shalat dan mengaji). Penerapan nilai agama dalam keluarga baik.
f. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien dan keluarga tinggal di desa Demesan. Pasien dan keluarga dapat diterima
dengan baik di lingkungan rumahnya. Komunikasi dengan tetangga baik. Kondisi
pasien saat ini cukup baik. Pasien masih dapat mengerjakan pekerjaan rumah tangga
dan bekerja dengan baik. Namun saat sakit kepala pasien muncul dapat menjadi
hambatan dalam mengerjakan pekerjaannya.
F.
G.
27
2. Faktor Lingkungan
Pasien tinggal dalam rumah yang bersih dan terlihat terawat. Dapur tidak
mempunyai saluran pembuangan asap. Sumber air dari sumur pompa listrik dan
dimasak sebelum dikonsumsi. Saluran pembuangan air limbah ke tanah yang
terletak di belakang rumah, kebiasaan buang air besar di jamban keluarga, tidak ada
pembuangan sampah, sehingga hanya dbuang di kebun belakang rumah dan dibakar
3 hari sekali.
3. Faktor Sarana Pelayanan Kesehatan
Terdapat Puskesmas Tempuran yang berjarak kira-kira 800 m. Pasien tidak
memiliki kesulitan untuk berobat ke puskesmas. Jika pasien tidak sempat datang
berobat ke puskesmas, maka os akan berobat ke praktek bidan swasta atau dokter
swasta.
4. Faktor Keturunan
Ibu pasien menderita penyakit hipertensi.
H.
terbuat dari tembok, lantai terbuat dari keramik. Penerangan dalam rumah dan
kamar cukup baik. Ventilasi dan jendela tidak memadai, cahaya matahari yang
masuk lewat jendela maupun pintu cukup. Sumber air bersih dari air sumur untuk
minum, cuci dan masak. Bangunan dapur tidak permanen dan kebersihan dapur
kurang. Pembuangan air limbah ke tanah dibelakang rumah. Tempat sampah
utama di halaman kebun, dan setiap 3 hari sekali sampah dibakar. Lingkungan di
sekitar rumah pasien bersih.
28
b. Denah Rumah
I.
b. Fungsi Psikologis
e. Faktor Perilaku
Setiap ada anggota keluarga yang sakit akan segera dibawa berobat ke Puskesmas
Tempuran menggunakan asuransi kesehatan Jamkesmas. Os tidak pernah
melakukan kegiatan olahraga ataupun rekreasi. Os sering melakukan hobi
membuat Keripik balado singkong sembari dijual untuk menambah modal usaha.
J.
Genetik
Status
kesehatan
Yankes
Lingkungan
Perilaku
30
K.
Keluarga
Hasil Kegiatan
yang
terlibat
15 Agustus
Pasien dan
2014
keluarga
pasien
15 Agustus
Memberikan penjelasan
Pasien dan
keluarga
2014
dapat memahami
nya.
Pasien dan
keluarga
dapat memahami
sehat.
keluarga
Memberikan informasi
baik
memahami komplikasi
L.
2. Faktor pendukung :
-
3. Faktor penyulit :
-
4. Indikator keberhasilan : Pasien dapat memperbaiki pola hidup sehat (waktu istirahat
menjadi cukup dan dapat berolahraga) , dan dapat mengatur waktu bekerja.
32
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penatalaksanaan pasien penyakit Hipertensi, dengan pendekatan kedokteran keluarga
adalah dengan terapi medikamentosa berupa Captopril 25 mg 2 kali 1 per oral, Pamol
500 mg 1 kali 1 per oral (jika pusing).
Terapi edukasi yang diberikan adalah edukasi mengenai penyakit darah tinggi
(hipertensi), faktor resiko, serta penanganan penyakit tersebut, agar merubah pola hidup
sehari-hari menjadi lebih sehat, istirahat yang cukup dan olahraga teratur, minum obat
teratur. Apabila terdapat keluhan segera memeriksakan diri ke puskesmas atau ke dokter
untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Pembinaan yang diberikan terhadap pasien dan keluarga meliputi melakukan
pemeriksaan kepada pasien dan mengamati keadaan kesehatan rumah dan lingkungan
sekitar, memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit
hipertensi (darah tinggi) serta faktor-faktor resiko penyakitnya seperti gaya hidup tidak
sehat serta mengedukasi pasien dan keluarga untuk menghindari faktor resiko dan cara
penanggulangan apabila penyakitnya kambuh kembali. Pembinaan juga meliputi
penyakit penyakit yang dapat terjadi berhubungan dengan usia dan pekerjaan pasien
dan suami.
B. SARAN
Untuk mencegah timbulnya gejala tekanan darah tinggi kembali, maka
diharapkan pasien dapat menghindari faktor resiko timbulnya gejala. Serta mengatur
ulang jadwal kerja harian guna menghindari gejala penyakit kambuh kembali, sehingga
pasien memiliki waktu lebih untuk memeriksakan diri ke praktek bidan/ dokter swasta
atau puskesmas, dan jika ada keluhan yang mengarah ke komplikasi bisa segera diatasi.
Selain itu, disarankan untuk melakukan pemeriksaan EKG, Lab seperti tes fungsi ginjal,
kolesterol, dan gula darah.
33
DAFTAR PUSTAKA
1.
Tersedia
dalam
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/700/699
2.
3.
15
Agustus
2014.
Tersedia
dalam:
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1909-masalah-hipertensi-diindonesia.html
4.
Klasifikasi hipertensi. 2012. Diunduh pada tanggal 16 Agustus 2014. Tersedia dalam :
http://www.scribd.com/doc/60065681/3/Tabel-2-1-Klasifikasi-Hipertensi-MenurutWHO
5.
pada
tanggal
16
Agustus
2014.
Tersedia
dalam:
http://emedicine.medscape.com/article/241381-treatment
6.
American Heart Association. Prevention and Treatment of High Blood Pressure. 2014.
Diunduh
pada
tanggal
16
Agustus
2014.
Tersedia
dalam:
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/PreventionTreatment
ofHighBloodPressure/Prevention-Treatment-of-High-BloodPressure_UCM_002054_Article.jsp
34
LAMPIRAN
35