Вы находитесь на странице: 1из 16

Kepala Pusat P3DI Bu Yayuk, Pak Fariza -> Pranata Komputer, Pak Erdinal

Subyek
Bu Yayuk

Pak 1
Santi

Kalimat yang diutarakan


Assalamualaikum Wr Wb... Sini Mas Sini Mas Geser Mas.. Sini Mas... Yak, Mas *,
Mas Fahriza, terus Santi... ini Mas Armando ya?, Armando Rilentuah sama Afis
Herman. Oke... Yohannes Brahmantya nggak datang? lagi dapet? Oke jadi Ini kan
ada permohonan tim pengumpulan data. Pengumpulan datanya ya saya.. Saya
memperkenalkan diri dulu ya.. Saya Kepala Pusat Pengkajian dan Pengolahan Data
dan Informasi atau P3DI, ya saya kepala pusat P3DI. Nah P3DI ini ada... empatnanti saya jelaskan.. tapi ini Fahriza, Fahriza Armando, oh bukan yah...? mirip yah...
antik pokoknya namanya Fahriza Emran. Ini pranata komputer.... utama ya?.... ... ....
Ini Erdinal ini juga pranata komputer. Seangkatan gak? gak ya? Seangkatan...
Masuknya bareng... Tapi ini sudah duluan ambil S2nya jadi sudah lulus.. lulusan
dari Jerman, gak tau Jejer Kauman atau *... Terus Santi ini juga sama-sama kan...
pranata komputer.. tapi sekarang sedang ambil S2 mudah-mudahan segera menyusul
teman-temannya ini.
Apa yang kalian ingin dapatkan dari kami? saya akan me... kalau saya lebih ke
tataran kebijakan secara general ya.. nanti kalau sudah menyangkut teknis.. sudah
menyangkut detilnya, ini ahlinya, ini juga ni.. yak atau jadi kalau ke saya itu di
P3DI itu P3DI itu membawahi 4 bidang, salah satu bidangnya adalah bidang data
sarana dan informasi. Nah ini BDSI ini lah ITnya DPR yang mengelola ITnya DPR.
Yang di BDSI ini ada pranata-pranata komputer ini, harusnya di dalem ada slidenya,
tapi nanti bisa tanya Santi ya slidenya ada, nanti bisa dilihat, sebenarnya, pinginnya
saya gambarin gimana sih gitu. Ini nanti ahli-ahlilah ada, ahlinya ada, monggo, apa
yang bisa saya bantu untuk... memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Strategis
Sistem Informasi pada program Magister Teknologi Informasi
Buat Tesis?
Bukan, Ini tugas mata kuliah, Jadi... (Silahkan-silahkan). Jadi terima kasih Bu
Yayuk atas kesempatannya, dan Pak Erdinal juga terima kasih. Jadi kami
mahasiswa MTI ini ada tugas kuliah yaitu perencanaan strategis sistem informasi
dimana outputnya itu adalah renstra, Renstra IT didalamnya ada IT Master Plan
ataupun ada Roadmap di dalamnya. Nah studi kasus yang kami ambil Setjen DPR,
alasan kenapa saya mengambil ini yang pertama, Renstra IT itu kita tidak ada dan
masih dalam wacana pembuatan. Kemudian saya melihat harus ada perencanaan
Setjen DPR ini untuk di IT-nya supaya lebih tertata dan bisa sesuai dengan tujuan
dari visi misi yang ada di Renstra Setjen sendiri, jadi itu kalau sekarang dari
lapangan saja pengalaman saya di lapangan dalam mengerjakan aplikasi itu
harusnya ada lima kemudian naik menjadi 2 kali lipat jadi 10. Sehingga tidak
prioritasnya, jadi amburadul seperti itu, perencanaannya bagaimana, kemudian
fokusnya apa dulu yang harus dikerjakan... Kami mau tahap awal menganalisis dulu
kondisi awalnya seperti apa... sehingga kami nanti bisa merumuskan menggunakan
analisis-analisis SWOT ataupun seperti itu, untuk strategi dan metodologinya dalam
membuat IT master plan dan renstra nya atau roadmap untuk jangka panjang 3 atau
5 tahun kedepan. Harapan dari profesor kami sih, seperti itu terwujud, dan, semoga
bisa digunakan.

Bu Yayuk

Santi

Armando

Bu Yayuk

Oke, Oke. Dari rencana menyusun tugas itu apa yang ingin didapatkan lebih lanjut
monggo, nanti bisa kalau masalah kebijakan nanti bisa sama saya, kemudian terus
masalah teknis bisa dengan itu, kita sama-sama untuk itu, kira-kira pendalamannya
mau apa yang itu?
Untuk langkah awal kami sih menginterview, FGD ini, mungkin nanti dari situ kita
akan mendapatkan gambarannya kita terjun ke bisnis unit, unit kerja terkait, untuk
mendapatkan proses bisnis, ada tambahannya lagi?
Mungkin untuk lebih lengkapnya lagi, kita ingin tahu, prosesnya gimana yang
pertama, bagaimana selama ini yang cara kerja itu bagaimana, apakah sudah ada
misalnya kalau sudah ada IT nya mungkin bisa di share juga ke kita. Kita mau tahu
dulu nih yang di setjen ini kan kalau Santi sudah tahu, tapi kalau kita yang di luar
Setjen, masih banyak pertanyaannya, proses atau bagaimana proses-proses dalam
setjen, ataukah ada alur-alur yang sudah tertulis, proses bisnisnya seperti itu.
Kalau untuk IT ini kita memang tidak punya, belum ya, belum punya Grand Design
untuk masalah IT, penanganan IT di DPR, DPR itu Sekretariat Jendral, sedang
dalam proses penyusunan. Ini kebetulan ini, sebetulnya IT di DPR ini baru bangun
ya, baru bangun dalam dalam tanda petik ketika temen-temen ini masuk ke DPR,
sebelumnya itu kita masih ya ada tetapi belum belum banyak lah, belum banyak.
Baru ada, berapa tahun sih, masuk ke DPR, baru 2009 ini lebih melek teknologi,
makin kesini makin melek, jadi berkat temen-temen ini, berkat temen-temen ini
DPR melek IT. Pertama-tama mungkin ya nanti bisa di cek dibelakang, jadi
pertama-tama websitenya, ada website, sehingga kebutuhan anggota mendapatkan
informasi, kebutuhan masyarakat mendapat informasi ada di website tersebut, itu
satu. Semakin kedepan itu banyak aplikasi-aplikasi yang dibuat temen-temen ini
untuk memudahkan kerja, memudahkan kerja baik sekretariat jendral maupun
dewan. Ada beberapa aplikasi yang sudah dibuat, nati bisa digambarkan ya aplikasi
apa saja. Tapi tidak garis besarnya. Dengan adanya aplikasi-aplikasi ini, tentunya
memudahkan kerja ya, kerja dari sekretariat jendral maupun kerja dewan. Dewan
mendapatkan informasi yang banyak, pekerjaan kami dari skretariat jendral itu
lebih.. lebih mudah... lebih apa? lebih paperless, kemudian ya sangat-sangat besar
pengaruhnya, fungsinya sangat banyak. Data tersimpan dengan baik, bisa diakses
sesuai kebutuhan ya... kemudian paperless, yang jelas duit itu ya. Itu, Na ini terusmenerus dikembangkan, kebutuhan dari segi keuangan, pengaduan masyarakat,
perundang-undangan. DPR itu mempunyai tiga fungsi, fungsi anggaran, fungsi
legislasi, dan fungsi pengawasan. Sekretariat Jendral, fungsinya, tugas, fungsinya,
tugas dan fungsinya adalah mendukung dewan dalam melaksnakanan ketiga fungsi
tersebut. Nah bagaimana skretariat jendral memberikan dukungan kepada dewan,
khusus di bidang IT ini yang bagaimana temen-temen ini, bukan temen-temen,
sekretariat jendral ini memfasilitasi aplikasi-aplikasi itu agar pelaksanaan tugas dan
fungsi itu tadi berjalan dengan lancar, dengan baik dan benar. Jadi misalnya, dengan
menyimpan data-data, data-data perundang-undangan, data-data anggaran, data-data
legislasi... ee... pengawasan ya, hasil rapat-rapat itu kemudian didigitalisasi
kemudian dimasukkan ke folder-folder yang dalam server itu, sehingga datanya
tersimpan dengan baik, tidak hilang, tidak mudah kena virus. Kalau nggak digituin,
serabutan itu. Itu data hanya di komputer ini, komputernya kena virus, HABIS. Tapi
kalau kemudian disimpan di server, jadi tersimpan, bisa diakses bisa di itu, nah.

Pak
1
(12:20)

Bu Yayuk
Pak 1
Afis
Bu Yayuk

Dukungannya itu disitu. Di fungsi legislasi itu juga, ketika pembahasan RUU
misalnya, dari penyusunan RUU hingga pembahasan sampai selesai itu
dokumennya tersimpan di... sudah ya? sudah ya sebagian sudah, tetapi memang
belum sempurna, na ini. Itulah kenapa dari waktu ke waktu, DPR melakukan setjen
ya melakukan pengembangan dan perbaikan-perbaikan. Jadi, itu intinya. Nah
sekarang proses bisnis di Skretariat Jendral belum berjalan, belum IT minded, ya
karena kita memang masih terus berkembang, Ini temen-temen ini, jujur saya, DPR
melek teknologi karena temen-temen ini, ini lah teladan-teladan, teladan teladan
untuk bidang IT. Nah kemudian, aplikasi-aplikasi yang sudah ada itu banyak ya,
kita sudah ada 30, 30 lebih... Itu baik skretariat jendral, untuk pelaksanaan tugas
sekretariat jendral, soft-copynya ada sih disana, kita tidak tayangkan, tadi saya pikir
hanya bertiga, tambah nggak bisa masuk. Jadi ada beberapa aplkkasi yang sudah
dibuat temen-temen ini, antara lain kebutuhan sekretariat jendral maupun kebutuhan
dewan. Untuk mebutuhan sekretariat jendral misal untuk direktorat keuangan, surat
menyurat, data-data anggota, anggota DPR, data anggota DPR lah ya. Terus
kemudian, di anggota ada pengaduaan masyarakat. Terus aplikasi, terus aplikasi
juga ya. SMS Gateway. DETIL NANTI YA, Detil nanti ini... monggo disambung.
Renstra... dari awal masuk, itu, IT (....) 2009 .... tergantung dari email menwarkan
aplikasi apa buat apa.... jaringan... kalau ini jaringan dulu orang UI juga ya, tahun
1999. Dia yang pasang jaringan disini, jadi bener-bener terserah mereka, klo
mengatur vlannya, Vlannya mereka yang ngatur ya. Class A B C, ga tau alasannya
apa. sekarang, sudah mulai, setelah 2009 mulai itu, itu karena kelamahannya,
perlahan kita membuat, karena tidak ada perencanaan, renstra itu bisa dibilang
perencanaan. Makin kedepan makin banyak yg sudah dibuat ingin merencanakan
lagi, makin wah. Jadi tantangan kita bikin renstra DPR itu, menurut saya, kita sudah
berjalan cukup jauh, terlalu dalam. Lebih mudah klo dari awal kita sudah punya.
Kalau sekarang sudah, kita sudah melakukan tapi memang itu serabutan, mana yang
mana yang penting kita kira-kira sendiri. gitu kan. Kalo usernya ngotot, kita
prioritaskan, tapi yg ngotot itu lebih utama daripada yang lain nah itu belum tau apa
tolak ukurnya, apa sih yang didahulukan, kita belum punya apa yg didahulukan,
yang prioritas kita belum punya. Terus kalau satu lagi yang masalah, kebalik jadi
kalau sekarang tergantung siapa yang ngerjain, yang ntah satu orang berapa orang
brumbug, aplkasi jaringan maupun setingan, nanti jadi sepertinya peraturan
mengikuti apa yang sudah ada gitu, lebih seperti kita membuat, mau buat rencana
kok jadi terbalik. Rencana tetapi mengikuti yg sudah ada.
Dibuat dulu aplikasinya baru dibuat perencanaan.
Heeh dibuat aplikasi dulu, itu terbalik itu. Jadi kayak, jadi kayak gak kebuat-kebuat
gitu kan.
Perencanaan itu sebenarnya dari DPR sendiri, atau divisi maksudnya dari biro?
Harusnya itu klo kita bicara renstra itu kan, harus ada grand design, perencanaan
secara global, secara global grand design IT DPR itu kayak apa, baru secara
bertahap, renstra ya rencana strategis katakanlah dari tahun terakhir ya 2004-2009,
2009-2014. Dari 2009, apa target yg harus diselseaikan, 2010, 2011. Ini kedepan
2014-2015, terus gitu, setiap tahun. Nah yang terjadi selama ini, ini belum punya
grand design, belum punya perencanaan strategis, tapi kita langsung masuk ke
aplikasi-aplkasi, karena kebutuhan yang mendesak, kebutuhan yang.. jadi awalnya

Pak 2
Santi
Bu Yayuk

Pak 2

sih, kita butuh ini, dibuatkan lah aplikasinya sama temen-temen. Semakin orang
semakin melek, Setjen terutama ya, semakin melek teknologi, semakin banyak
orang yang minta, jaringannya kemudian mengikuti, internetnya itu, jaringannya
menyesuaikan, jadi gak ada sebetulnya perencanaan secara strategis ya, diawal tu,
generalnya tu belum ada, kebutuhan semakin meningkat. Mereka semakin sibuk, di
BDSI ini ya, termasuk Santi juga, termasuk, maksud saya semakin sibuk dengan
permintaan aplikasi-aplikasi itu, jadi semua sebetulnya terbentuk nanti akhirnya
apa... sistem jaringan.. sistem IT nya itu akan terbentuk itu nantinya, tapi ini (...)
jalan masing-masing. Kadang-kadang mereka tidak bisa membendung keinginan, ini
sama-sama penting, menurut user sama-sama penting. Dan mereka kadang-kadang
juga ini yang minta sekjennya harus segera... ini yang minta dewan.. harus segera,
jadi... prioritasnya itu sudah bias. Kadang-kadang ya, kadang-kadang karena
desekan itu. Tapi itu bukan tanpa perencanaan sama sekali, setiap tahun kita juga
menyusun perencanaan-perencanaan. Tahun ini, aplikasi ini deh, tahun ini aplikasi
ini karena permintaan banyak sehingga ada yang tertunda ada yg tidak. Detilnya
nanti ada ya, setiap tahun dari tahun 2015, eh yg kemaren sampai nanti 2015. Nanti
contohnya untuk yang kedepannya, jaringan komputer akan ada pemeliharaan,
misalnya, jaringan-jaringan. Terus aplikasi akan dikembangkan, aplikasi-aplikasi
apa saja yang akan dikembangkan ya sudah ada. Kita sudah ada sebagian, sebagian
sudah ada rencana. Tapi secara keseluruhan, memang belum, grand design itu
belum. Karena kebutuhan mendesak, kadang-kadang on the spot, on the spot. Oh ini
butuh nih segera, contoh ni, kemarin ada aplikasi .... ya... yang mendesak, tiba-tiba
pegawai negeri itu kan ada tunjangan kinerja yang menghapuskan semua tunjangantunjangan yang lain masuk ke tunjangan kinerja, ini belum ada aplikasinya harus
segera selesai dalam waktu sekian bulan. Terus nanti apa lagi aplikasi kebutuhan
untuk sistem anggaran itu, mendesak misalnya, Itu harus segera dibuat, ya dibuat.
Kadang-kadang seperti itu, desakan-desakan yang nggak diperkirakan sebelumnya.
Tapi disisi lain kita juga menyusun teteuup, menyusun rencana-rencana yang sudah
bisa dibayangkan, sudah bisa diprediksi, oh ini nanti harus begini-harus begini. kita
juga sudah punya perencanaan sebetulnya, tapi seringkali terbentur sama kebutuhan
yang mendesak, gitu gak? silahkan
Ini bu ya, klo soal perencanaan saat mau masuk 2009, saya mungkin hanya madya,
sama beberapa orang lain, Santi belum ada mungkin belum sebanyak sekarang
Karena saya belum PNS waktu itu
Oooo iyaa, dulu ini direkrutnya itu karena mereka baru lulus dari jerman kemudian
ditempatkan disini kemudian kita hire sebagai ahli, gitu ya sebelum Santi, Lalu ada
beberapa orang, 5 orang, ahli-ahli IT, yang siap diterjukan. Lalu mereka kemudian
menjadi PNS, 2 orang aja, yang lainnya ada yang keluar, ada yang swasta. Ini ini
yang awal melek IT di DPR
Jadi begitu, kita juga direkrut mulai browsing cari-cari formasi itu, grand design,
roadmap segala macem, ada namanya ICT Parlemen, jadi ICT Parlemen itu dibawah
PBB itu juga baru dibuat, 2009 itu gak salah baru dua kali kongres, dua kali rapat.
Baru juga gitu, Nah itu mendefinisikan mereka survey ke negara maju, negara
berkembang, dan negara belum berkembang. Dibuatlah semacam statistik, kita lihat
dari situ, yang paling tinggi, informasi harus ada berita itu ada berita di website
harus ada agenda, kita mengikuti alur disitu. Kita ga bikin grand designnya waktu

Santi
Pak 1

Pak 2

Armando
Pak 1
Bu Yayuk
Pak 2
Bu Yayuk

Afis
Pak 1

Bu Yayuk

itu, karena kita dikejar kita harus adalah DPR ini IT daripada IT apa... biasanya IT
di outsourcing.. dan biasanya putus gitu... beli putus..beli putus.. gak ada
maintenancenya. Jadi kita kelola, kita kelola mau kelola apa, carilah di ICT
Parlemen itu. ICT Parlemen world Iparelmen kongres. Dibawah PBB kita situ,
diskusi segala macem, beberapa dari item itu sampai saat ini udah hampir semua,
saya berani bilang begitu, kecuali satu, intinya, Bill Digest itu kecuali Bill Digest,
memanajemen undang-undang. Kita ada satu disini full kesitu. Kalau untuk berita,
agenda, segala macem, kita sudah pake di website, aplikasi-aplikasi itu sudah
didukung oleh IT. Khusus perundang-undangan online kita belum. Tapi seperti yang
dibilang tadi, dokumentasi itu belum ada sampai sekarang, kita belum gak bikin
roadmap ga bikin grand design, tapi kita mengacu dari situ. Nah untuk tahun-tahun
baru ini mereka kebanyakan itu arahnya itu arah mobile, klo saya lihat. Jadi anggota
itu notifikasi di hp, di apa ditabletnya segala macem lah, nah kita itu mengarah
kesana sih tapi belum gitu. Jadi grand design kita itu ya apa yang umum ada di
parlemen lain sebenarnya, kita belum bikin sendiri gitu roadmapnya. Kita mengacu
ke itu aja ke tren yang ada. Ke ICT parelmen. Formalnya kita belum ada.
Kalau mau menambahkan sih, kayaknya itu.. satu lagi. Peran sosial media..
Tapi itu baru katanya, sedangkan formal yang harus kita ikuti nggak ada, memang
sangat penting ternyata formal renstra roadmap grand design itu. Justru kita
ngeliatnya, teknis sih, jadi gak ada mata kuliah yang grand design renstra ada.
Ternyata penting juga.
Seandainya kita ikuti juga trend kita kita buat ke arah mobile, ke arah interaktif,
makin nggak kebuat lagi ini grand designnya, hanya ngikutin grand designnya orang
gitu maksudnya
Jadi ini trendnya ini bukan permintaan dari DPR sendiri ya? tapi
Perkiraan sendiri.... Ada juga yang minta itu kita tampung
Jadi mungkin idenya munculnya gini, kebutuhan, anggota ya, misalnya anggota
butuh ini masalah apa yang . Yang tadi lah, misalnya kebutuhan
Notifikasi agenda gitu.
Heem, kebutuhan, bagaimana, saya bisa mengakses untuk agenda, agenda acara
DPR, kebutuhan itu kemudian dikreasikan oleh mereka. Anggota gak mau tau,
teknisnya seperti apa. Saya butuh cuma nyebut aja, Ini kok gak ada agenda DPR
yang bisa kita akses setiap saat, jadi kita bisa tau acara hari ini apa saja. Nah ini
bagian yang pranata-pranata ini mengcreate gimana caranya supaya anggota bisa
itu, dulu ada yang muncul dari anggota, atau kebutuhan dari sekretariat jendral
terhadap beban kerjanya. Tapi ya lebih banyak mereka yang punya ide, oh ini
harusnya dibikin seperti ini, harusnya dipingik, supaya melihat kerjanya sekretariat
jendral ini seperti ini, kita bikinkan aplikasinya supaya kerjanya mereka lebih enak,
kerjanya berbasis IT gitu. Banyak kreatifitas yang dilakukan kawan-kawan ini,
untuk, ya itu.
Jadi hanya berdasarkan pandangan saja ya bu ya, rasanya gitu ya bu ya?
Feeling! Dari permintaan, permintaan itu ada untuk apa ya, permintaan istilah
permintaan awam IT, permintaan. Tapi untuk menterjemahkan ke IT nya itu ya
individu-individu gitu, diskusi gitu aja, gak punya patokan.
Itu juga yang menyebabkan, kadang-kadang satu aplikasi dibuat lama karena
mereka ini ahli IT, artinya jagolah bikin aplikasi itu jago lah, bisa mengcreate gitu

Afis

Santi

gini. Tapi mereka kan gak tau persis pekerjaan dari apa yang mau dibuat, misalnya
soal Bill-Digest. Runtunannya, penyusunan anggaran... e penyusunan RUU...
sampai disahkan, mereka gak tau persis, mereka ga pernah belajar menyusun
undang-undang. Mereka taunya aplikasi dibuat untuk memudahkan gini. Nah
kenapa lama, kan mereka harus tau dulu harus belajar dulu, masalah legislasi,
legislasi ini runtunannya seperti apa, prosesnya seperti apa, proses bisnis nya dalam
pembentukan undang-undang seperti apa. Mereka harus belajar dulu itu, diskusi,
kenapa jadi lama karena mereka harus belajar dulu, kemudian sambil
mengkreasikan dulu, bagusnya seperti apa seperti ini. Yang kedua, sumber
informasinya itu kadang-kadang sulit ditemui, dari pengalaman temen-temen
misalnya ketika menyusun bill digest tadi, contohnya itu ya, sumber informasinya
misalnya saya ini, bagian perundang-undangan itu susah banget ada orang yg diajak
ngomong, ini gimana sih prosesnya, itu kadang-kadang susah, terbenturnya disitu,
nah ini kan temen-temen ini karena tidak menguasai substansi/pekerjaannya itu,
mereka hanya menguasai teknisnya aja, teknis ITnya, mereka mengembangkan
disitu, tapi kan proses bisnisnya tidak menguasai. Nah itu kadang-kadang jadi bikin
lama aplikasi itu dibuat. Tapi klo aplikasi yang, contoh aplikasi accounting ya,
mereka belajar accounting ya... misal koperasi... iya koperasilah, belajar koperasi
lah.. nah itu harus belajar dulu kan. Nahhh ituuu masalah pajak... (ITEM) yang
yang. JUJUR aja mungkin mereka NOL pengetahuannya beggitu, NOL untuk
pengatuan yang substansi itu. Tapi soal IT nya nggak. Tapi klo sudah dikasi tau ya
anda mungkin nanti berkembang, boleh saya bikinin kita g tau.. Kita ga tau
namanya blog, tapi taunya saya dibikinin dong web website, mengenai saya. Kan
saya gak mengerti bahasanya, misal anggota. Terus menterjemahkan, bagusnya
bagaimana ya itu... Itu teknologi yang mengerti bagaimana. Tapi yang diinginkan
anggota seperti ini yang dilontarkan, nah mereka harus bisa menangkap itu. Ini
kalau umum. Nah klo sudah khusus, tadi masalah. (GAJI ANGGOTA BU). Nah.
(PTKP).. Nah Nah.. BAGAIMANA mereka harus menghitung perhitungan pajak itu
untuk kemudian dikalikan dikurangin dibagi (ANGGOTA BULAN INI BELUM
GAJIAN). Ini kayak gini ini, andaikan kerja mereka ini mempengaruhi nasib
pegawai nasib anggota juga mempengaruhi nasib ini kayak website ini, karena sibuk
mereka, mereka jungkir balik juga untuk jaringannya untuk apa. LUPA... ohya...
kok anggota.. anggota baru ni lupa belum di upload karena sibuk dengan kegiatan
yang lain
Pada awalnya misal gini, kayak penggajian anggota ini kan sebelumnya apa. kan
gak pakek IT gitu kan, kan masih manual. Pas membuat ITnya apa nanti akan
menggantikan itu semua? Jadi semua beralih ke IT? Semua menggantikan?
Misalkan seperti kertas-kertas penggajian itu sudah gak ada lagi ya?
Paling nggak ada syarat untuk otomatisasi perhitungan pajak-pajak, dari yang
sebelumnya pake excel nanti pake aplikasi. Nanti klo excelnya kedelete kan
aplikasinya ada.

Bu
Yayuk

Pak 1

Bu
Yayuk

Pak 1

Contohnya ketika intranet dikembangkan oleh temen2 BDSI, tadinya itu kan kita
konsep2 surat he.. kertas ga usah.. coret salah lagi, coret salah lagi. Dengan sistem
intranet kita lebih mudah ya, lebih mudah, tinggal kirim kesana. Masalahnya mereka
membuatkan aplikasinya, usernya ada yang rajin menggunakan memanfaatkan itu. Ada
yang karena, pertama karena SDMnya, keterbatasan SDM yang mempunyai
kemampuan IT jadi ketika menggunakan ITnya itu ada yang ngerti ada yang nggak.
Jadi ya hanya nggak dipakai. Atau tidak diaktifkan gitu. Ada gak ya aplikasi yang
blank gitu. (Banyak bu.) Jadi gini yaa Ada misalnya 30 an lebih aplikasi yang sudah
dibuatkan teman-teman ini. Tapi tidak dilaksanakan, tidak digunakan. Waktu minta
semangat, bikinin dong supaya kita mudah dalam bekerja. Sudah dibuatin, bikin balik
mereka bikin ada yang mudah ada yang susah. Yang jelas sih susah ya, karena mereka
harus mempelajari substansinya.
Setelah jadi aplikasinya tidak dikerjakan oleh yang bersangkutan, tidak digunakan.
Kenapa? Karena pertama SDM nya. Ini lebih banyak SDM,bukan.. bukan teknologinya
ya. Lebih banyak SDM nya karena apa? SDM yang memiliki kemampuan em
menggunakan teknologi itu nggak banyak, belum semua melek, atau ah e ribet! Atau
SDM nya nanti udah diajarin tapi dia dipindahin, padahal kan ini ini kan penguasaan
satu aplikasi itu bisa sangat spesifik kan, nggak semuanya sama aplikasinya, nah
nambah-nambah kerjaan SDMya. Atau SDM nya sudah dilatih gini-gini dipindahin itu
juga kan mempengaruhi.
Salah satunya kalau menurut saya ya itu, yang tadi itu kenapa nggak dikerjain terbentur
masalah peraturan. Kita belum punya peraturan yang mengharuskan bahwa misalkan
pekerjaan itu harus menggunakan aplikasi ini, nggak ada. Jadi untuk orang yang belum
melek IT dia nggak ngerti. Itu pekerjaan tambahan. Ya karena pertama memang
harus gitu harus input dulu kan, walaupun nantinya enak dia tinggal export tinggal apa
tapi awalnya kan dia harus kerja keras tuh nginput, dan itu pekerjaan tambahan.
Mereka gak mau itu, males, di tugas fungsi saya nggak ada.
Jadi setiap PNS itu punya jabatan. Setiap jabatan itu ada tupoksi tugas pokok dan
fungsi. Di tupoksi itu nggak ada istilah aplikasi, istilah IT itu nggak ada. Jadi mereka,
huh tugas saya nggak ada tuh yang nginput aplikasi, ngapain saya kerjain, nambahnambahin kerjaan. (jeda-ditawarin minum teh). Kalo kebetulan orang udah ngrasain
enaknya gitu. Kan enak bikin laporan tinggal eksport, tinggal klik-klik gitu, dia rajin.
Tapi yang tahu enaknya belakangan, dia nggak mau, nolak dia, apalagi yang udah
senior-senior itu nolak. Jadi salah satu, yang menurut saya kita butuh itu peraturan, gak
tau peraturan itu bagian dari renstra apa diluar atau gimana.
Sebetulnya setiap aplikasi itu harus dibarengi dengan ee pengaturan penggunaannya.
Aturan penggunaannya itu (kita belum punya juga bu Bapak 1). Gini aturan
penggunaannya itu tidak hanya teknis penggunaannya, jadi cara-cara menggunakan
aplikasi ini, tetapi juga siapa yang melaksanakan pekerjaan ini, untuk apa dan
sebagainya, itu tidak dilengkapi dengan itu. Jadi cuma misalnya, ya contohnya saja
saya dulu ketiga di bagian BEUD (?), saya butuh dong aplikasi mengenai risasi (?) nih,
tolong dong supaya data saya tuh nggak ilang. Dibuatin gitu tapi saya juga tidak akan,
belum melengkapi itu misalnya pengaturannya.. yang dari bagian-bagian lain juga.
Contoh yang paling utama, DATA ANGGOTA. Data anggota itu ada yang namanya

Bu
Yayuk
Pak 1
Bu
Yayuk

bagian administrasi anggota dewan dalam pikiran kita kalau data anggota mereka dong
kerjakan.. Kita.. kita datengin: tolong dong kerjakan ini, input data gitu kan. Oo.. yang
lebih tahu tuh orang fraksi karena orang fraksti terlibat langsung, jadi kalau ada yang
pindah AKD atau apa mereka tau. Kita samperin, kita jemput bola, kita samperin
orang fraksi ya kan. Orang fraksi bilang, tapi kan yang tau tentang AKD ya itu orang
sekretariat AKD, sekretariat Komisi, mereka yang paling tau dong orang mereka yang
sekretariatnya. Kita dateng lagi jemput bola ke sekretariat komisi. tolong dong input
data. iya kan tapi SKnya yang buat orang BaMus, Badan Musyawarah, kalo nggak
ada SK nya kita nggak berani. Harusnya orang BAMUS dong Ya kita datang lagi ke
BAMUS. Orang Bamus, ya kita yang buat SK tapi kan tugasnya bagian administrasi
anggota dong. Muter-muter, sampai akhirnya data anggota nggak update, yang kena
bu Yayuk, data pimpinan belum dirubah (anak SMK deh yang input Bapak 2).
Padahal sebenarnya mereka sudah bisa input tuh masing-masing tapi nggak ada yang
mau nginput akhirnya kena lagi deh BDSI, akhirnya yang petinggi-petinggi taunya
pokoknya data di website itu BDSI. Padahal kan kita nggak punya data, data kan ada di
masing-masing unit kerja. Kalau tidak dikasi tidak bisa input.
Karena belum ada pengaturan secara general siapa yang bikinkan aplikasi, siapa yang
mengerjakan aplikasi itu, siapa yang menikmati aplikasi itu, siapa yang bertanggung
jawab, jadi ini baru kita mulai ini ya. Baru akan kita mulai.
Itu targetnya renstra itu apa?
Ya itu. Sebenarnya itu gini, kalo kita bicara renstra ya. Visi-misi DPR, visi-misi Setjen
Sekretariat Jendral kita kan sudah punya visi-misi. Visi misi itu adalah mendukung,
salah satunya mendukung teknis administratif dan karya kepada dewan. Teknisnya
apa? Teknis itu ya tadi dari soal gedung, soal toilet, sampai soal IT. Itu teknis ya.
Administratifnya ya (gaji), pengadministrasian lah, baik surat-menyuratnya,
pendukung-pendukung administratif lah, termasuk keuangannya juga. Trus
keahliannya apa? Ya kita mendukung keahlian dari analisis ya dari analisis segala
macam lah ya, kebutuhan dewan dalam melaksanakan tugas fungsi dewan tadi kita
memberikan keahlian-keahlian, dukungan keahlian. Misalnya analisis hasil penelitian,
hasil pengkajian, termasuk ini keahlian, termasuk juga bagian dari keahlian ya. Selain
teknis juga keahlian.
Nah, untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, ya itu kan ada, ya misi kita
melakukan apa, melakukan teknis tadi ya, teknisnya apa, apa yang harus kita lakukan,
administratif apa yang harus kita lakukan, keahlian apa yang harus kita lakukan. Nah,
setelah itu baru kemudian turunannya, bagaimana kita melaksanakannya kan, tadi
tercapainya lalu melaksanakannya bagaimana. Nah ini tergantung dari masing-masing
unit kerja.
Di sekretariat jendral itu kalau mbak itu tadi nanyain ya, tentang struktur ya. Struktur
sekretariat jendral ini (sambil mempersilakan makan).
Jadi sekretarian jendral sebesar ini, ini tugasnya masing-masing.
Misalnya deputi perundang-undangan, ini kaitannya lebih ke perundang-undangan.
Yang sebelah kiri ya. Itu lebih bagaimana mendukung dewan di dalam pembentukan

undang-undang, konsentrasinya kesana.


Deputi anwas ini, anggaran dan pengawasan, sebetulnya dukungan kita kepada
anggaran dan pengawasan, tetapi ada di P3DI nya itu, pusat pengkajian itu, itu ada
disana memang nggak terlalu ke bidang anggaran dan pengawasan ya kurang pas
memang. Tapi di dalam P3DI itu ada bidang pengkajian, ini dukungan keahlian di
bidang analisis, pengkajian, penelitian, trus bidang data sarana, nah ini IT nya ini ya
trus bidang arsip dan dokumentasi. Dukungan dokumentasi arsip-arsip. Trus kemudian
bidang perpustakaan.
Nah ini, trus kemudian ada deputi persidangan dan KSAP. Ini yang persidangan,
semua persidangan di komisi, dimana itu disini di deputi ini.
Kemudian satu lagi deputi administrasi ini yang teknis, lebih ke teknis ini, keuangan,
ada perencanaan, ada soal gedung, soal segala macam.
Nah, sekarang keempat deputi ini bagaimana mendukung kinerja dewan tadi. Kan
masing-masing punya kegiatan yang berbeda kan, berbeda-beda tadi. Nah inilah yang
harus direncanakan secara teknologinya itu ya, teknologi informasi agar semua
kegiatan ini terintegrasi di dalam jaringan IT. Nah itu bagaimana sekarang
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan di semua kedeputian ini di dalam melaksanakan
tugasnya.
Nah itu, misalnya di bidang perundang-undangan, bagaimana kita membuatkan
aplikasi-aplikasi yang mendukung kegiatan di bidang perundang-undangan. Nah
caranya seperti apa? Ya misalnya mereka butuh data, menyimpan data dari mulai
penyusunan naskah akademik sampai RUU itu dibahas oleh anggota dan ditetapkan
sebagai undang-undang, nah itu harus ada datanya kan, ini kan proses kegiatannya
mereka. Nah, bagaimana ini IT nya mendukung agar kegiatan ini bisa berjalan dengan
baik dan terintegrasi. Data-datanya semua ada di deputi persidangan, bisa juga di
deputi , linknya itu dengan deputi persidangan, karena rapat-rapat komisi, rapat
paripurna, rapat-rapat dewan itu kan adanya, diurusnya itu sama deputi persidangan, di
biro persidangan ini. Di biro persidangan ini ada, nanti baca lagi ya, harus kompleks ya
mengertinya, harus secara the whole, ga bisa cuma sepotong IT saja.

Pak 1
Bu
Yayuk

Nah, kegiatan-kegiatan itu harus terintegrasi. Bener-bener dia butuh data mengenai
rapat-rapat, masuknya di deputi persidangan. Nah sekarang kita harus bisa
membuatkan aplikasi untuk menyimpan data-data persidangan itu. Risalah-risalah. Itu
harus disiapkan oleh mereka ini, secara IT, supaya gampang. Trus sekarang yang sudah
ada apa ya untuk persidangan?
Ada di websitenya bu. Mereka punya website masing-masing.
Masuk ke website. Jadi risalah-risalah masuk ke website ya. Di website ada plot-plot
untuk itu ya. Aplikasinya akd.tp2 Nah itu maksud saya data-data persidangan masuk
ke website. Supaya dapat diakses siapapun. Kalau data-data hard copy bisa diambil di
bagian Ardok (Arsip dan Dokumentasi) nya, masih di P3DI juga. Tapi untuk dapat
diakses semua orang masuknya ke website nya. Nah itu kan semua tim, tiga fungsi

dewan itu ya di persidangan ini. Ini harus terintegrasi semua.


Nah ini renstra kita. Renstra kita tentang apa sih? Khusus IT ya? Sistem Informasi ya
(Iya, Bu). Nah ini, sistem informasi ini harus dapat mengakomodir semua kebutuhan,
semua kegiatan ini agar nanti terintegrasi. Jadi saya mencari data ini, deputi
perundang-undangan. Mau nyari data tentang rapat-rapatnya gak punya data mintanya
ke persidangan. Undang-undang yang dulu itu apa sih supaya kita bisa nyaploknyaplok ini. Nah inilah harus difasilitasi tadi dengan BILL DIGEST itu.
Dan ini masuk prioritas, karena termasuk 3 fungsi utama (fungsi anggaran, fungsi
legislasi, dan fungsi pengawasan). Itu harus diprioritaskan. Kalau yang lain-lain teknis
ini kan mendukung, ini Setjen banget lah. Misalnya, masalah gaji, masalah data
anggota, itu teknis, teknis administrative lah. Tapi yang keahlian ini-inikan terus day
by day akan digunakan selama anggota bekerja akan menggunakan. Nah itu harus
terintegrasi dengan sistem teknologi informasi.

Pak 1
Bu
Yayuk

Ini yang grand design nya memang belum, sedang dirancang nih. Tapi aplikasinya
sudah dibuatkan. Aplikasinya itu masih ngacak, ceplok sana-ceplok sini, mana yang
duluan daftar.
Kadang-kadang karena itu susah, ntar aja deh. Gitu. Mentok gitu.
Kadang-kadang ya Erdinal sama Fariza ini dideketin sama temen-temen. Bikinin dong
aplikasi ini itu. Kadang-kadang dari pertemanan pun bisa muncul permintaan untuk
menambah menu dalam aplikasi, misalnya.
Tapi sayangnya teman-teman yang meminta aplikasi ini nggak konsisten. Tidak sesuai
visinya. Missal: eh kayanya enak lho ya pake IT itu, kayanya gampang, ini-ini gak
usah hitung lagi, gak usah manual, ulang lah datanya, salah ngitungnya. Dibikinin
aplikasi enak kan tinggal klak-klik
Nah sayangnya, nggak ada yang konsentrasi menangani itu, menjalankan aplikasi itu.
Dia pikir ada BDSI, BDSI lah yang melakukan input atau upload datanya. Nah website
DPR itu dibuat maksudnya kan untuk memudahkan itu nantinya. Tapi masing-masing
bagian ini punya tanggung jawab masing-masing. Kalau misalnya masalah data
anggota berarti Minangwan, masalah data-data persidangan ya berarti bagian
persidangan, kalau misalnya masalah perundang-undangan berarti harus deputi
perundang-undangan, terus masalah kehumasan dan pemberitaan itu di kehumasan.
Sayangnya, mereka itu tahu dan memanfaatkan itu website, tapi gak mau masukin
datanya sehingga blank. Trus menurut mereka ini siapa ya yang mengerjakan ya?
BDSI kali? Padahal tugas BDSI itu membuat jaringannya, membuat aplikasinya,
memperbaiki secara IT nya, TIDAK meng-input data.

Santi
Bu

Nah kenapa website kita kadang-kadang blank? Gak ada isinya. Itu karena tadi, temanteman yang bertanggung jawab ini belum melaksanakan. Kembali, kenapa itu terjadi?
Karena tidak ada aturan yang mengatur mengenai penggunaan teknologi informasi.
Kewenangan itu ada di siapa bu?
Setjen. The whole nya ini kan ke Setjen, muaranya kan ke Setjen. Tapi ga bisa Setjen

Yayuk

yang menangani itu semua, kan harus masing-masing deputi yang terkait. Deputi yang
terkait juga turun lagi nanti, ya secara berjenjang lah. Tanggung jawab secara
keseluruhannya memang Setjen, jadi yang mengeluarkan aturan semuanya ya harusnya
Setjen ya. Tapi kan setjen nggak bisa. Setjen harus melalui kaki-kaki tangannya itu
yaitu deputi-deputi lalu turun lagi dst.
Nah itu yang belum dilaksanakan. Dan harusnya, masing-masing unit kerja yang
memiliki aplikasi itu juga menyiapkan aturan yang tadi, supaya itu bisa dilaksanakan
sebaik-baiknya. Nah inilah yang sedang kita buat, agar ada bagian yang khusus
menangani ini, misal untuk website, dsb. Nah ini yang belum, ini tanggung jawab saya.
Setiap aplikasi harus ada yang bertanggung jawab, ada yang meng-input, tugasnya
seperti apa, dan sebagainya. Nah itu tanggung jawab saya sebetulnya untuk
mengingatkan. Berapa aplikasi? Belum ada yang dilengkapi.

Pak 2

Jadi mereka rajin saja mintanya untuk dibuatkan aplikasi.


Dulu awal-awalnya minta melalui pertemuan informal di JCO misalnya. Tapi lamalama kami buatkan peraturan, permintaan aplikasi harus ada surat, ada SK nya. Awalawalnya itu kan kita pengen buktiin IT itu menarik, IT itu membantu, jadi kita boleh
dibilang promosi lah. Ayo siapa yang mau dibuatkan aplikasi?
Sekarang mereka sudah tahu enaknya menggunakan aplikasi, jadi request datang
banyak dan kami kewalahan. Mereka kebanyakan masalah di maintenance dan
langsung telepon mestinya kan menggunakan surat juga.

Afis

Pak 1
Pak 2
Bu
Yayuk
Santi

Pak 2
Pak 1
Afis
Pak 2
Santi

Nah kita juga belum ada tuh, prosedur-prosedur kalau ada bug, penambahan menu,
dsb.
Setiap aplikasi itu masih belum ada timeline nya ya? Berapa waktu untuk
pengembangan, nanti maintenance nya bagaimana. Mungkin ada milestonenya setiap
tahap. Misalnya tahap 1 aplikasinya sudah bisa apa, lalu tahap 2, dst.
Awalnya sih kita buat begitu. Tapi tetep aja mas, mereka maunya 2 minggu jadi, atau
seminggu jadi.
Kadang-kadang itu, kalau gak jadi gak gajian kita bulan ini lho.
Jadi ya akhirnya kita: buruan deh dikerjain dikerjakan itu aplikasinya, urusan teknis
belakangan. Meski belakangan itu entah kapan akan dikerjakan.
Nah sekarang kan pembuatan aplikasi sudah terfokus di kita nih, apakah masih ada
aplikasi yang silo, yang dibuat oleh pihak ketiga dan masih digunakan hingga hari ini
lalu minta diintegrasikan?
Yang ada itu yang dari negara, dari kementrian. Misalnya kementrian keuangan, untuk
gaji pegawai kita masih menggunakan aplikasi dari kementrian keuangan.
Karena aplikasi itu memiliki bentuk laporan yang disetujui oleh kementrian keuangan,
dan aplikasi kita menyuntik datanya ke aplikasi itu dan membuat laporannya itu.
Kalau dari internal Setjen sendiri misalnya di unit lain, apakah masih ada aplikasi
sendiri yang mereka jalankan begitu?
Ada, perpus.
Apakah mereka memiliki kewenangan untuk membuat aplikasi sendiri? Atau dari

Bu
Yayuk

pihak ketiga begitu.


Bisa. Mereka membuat aplikasi sendiri, tapi harus terkonek kesitu ya. Harus tetep
laporan ke BDSI. Dibahas dengan BDSI. Supaya apa? Karena menyangkut
jaringannya. Mereka kan hanya bikin aplikasinya.
Begini, aplikasi dibuat sendiri atau dibuatkan oleh pihak ketiga. Tapi bagaimana
aplikasi tersebut dapat berjalan di DPR kan harus berkordinasi dahulu dengan BDSI.
Nah BDSI ini akan melihat, misal: jaringannya, bandwidth nya, bagaimana
menghubungkan itu semua, menghubungkan dengan sistem yang ada. Nah itu semua
harus dikoordinasikan. Sejauh ini belum ada ya. (49:36)

Subyek
Bu
Yayuk

Pak 1
Pak 2

Afis
Pak 2

Santi
Pak 2
Bu
Yayuk
Pak 1
Bu
Yayuk
Pak 1
Pak 2
Pak 1

Kalimat yang diutarakan


Klo sejarahnya ya dulu, IT ini sekian puluh tahun yang lalu, ketika peneliti ini baru
25 tahun ya, sekitar 24 tahun yang lalu. Itu pertama kali muncul. Jadi dulu untuk
peneliti itu kan dia punya jaringan, jaringan untuk para penliti, aplikasi itu dulu
dibantu Bank Dunia, untuk membuat aplikasinya itu. Oleh Bank Dunia, ketika Bank
Dunianya pergi, ya mungkin IT nya bisa dipelihara oleh lingkungan, setelah pindah,
dulu di pustakaloka, pindah ke gedung sini, kan itu sistem IT nya pindah ke sini, itu
dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sampai dulu pakai, dulu disket
dari yang besar, dibrukin ke saya, dulu satu dus isinya sistem, jadinya gak bisa
dipakai, sistemnya kan sudah berubah, ya seperti itu yang gitu-gitu itu jamannya IT.
Ya itu kenapa, kita sebetulnya, kita tidak melarang membuat aplikasi sesuai
kebutuhan masing-masing, tapi tetap harus connect kesini
Beberapa, karena dia butuh banget tapi kita ga sempet, kemudian mereka
menggunakan pihak ke tiga, tapi kita tetap minta spek nya.
Pegawaian, untuk digitalisasi dokumen kepegawaian, terus kita minta databasenya
seperti ini, struktur filenya, supaya bisa nyambung ke aplikasi yang lain. Sudah ada
standarisasi database harus sepert ini.
Login?
Klo login sudah standar semua, makanya kita bilang, ini pake login-loginan gak? oh
nggak katanya hanya data dari print-printan ke soft copy dan dimasukin ke database.
Jadi orang secara online bisa lihat.
Tapi juga kendalanya dari tadi yang kita bikin aplikasi, itu gak terdokumentasi... ...
gak tertulis.
Karena kesapakatan ini aja kita-kita aja, yang kita reserve mana yang paling bagus
kita pake ya kita pake.
Banyak gak yang bekas-bekas lama?
Komputer-komputer bu...
Bukan, program-program...
Yang masih ada ini Siska, tapi udah ga ideal lagi.
Terus ada Sil, Sileg apa... nah itu dah ga jalan
Kebanyakan, mereka yang sudah ngrasakin ditinggal pihak ke-3, biasanya kapok,
karena klo kita garansi seumur hidup selama kita masih disini.

Santi
Bu
Yayuk

Pak 1

Bu
Yayuk

Jadi bu ini kan kita masih mau mengembangkan Sileg, apakah bisa jadi produk
unggulan kita?
Sangat! jadi gini ini bukan karena sayanya ya.. jadi dulu saya dulu di biro hukum,
jadi di biro hukum itu kita kok kita punya jaringan komunikasi hukum se indonesia
melalui JBIH, nah satu-satunya yang ga punya rumah , bukan satu-satunya, DPR itu
pusatnya legislasi tapi gak punya aplikasi sistem informasi legislasinya. Jadi
database untuk perundang-undangan tidak punya, harusnya semua biro hukum, DPR
dan pemerintah kumham dan BPHN. Itu ketuanya, BPHN. Sekretariat Jendral itu
gak punya, kita kok prihatin banget kok ga punya, muncullah ide sileg itu. Harusnya
kita punya. Waktu itu sebelum mereka datang ini, saya dengan temen-temen itu coba
hire-hire pihak ke-3, untuk membuat itu dengan catatan informasi hukum harus ada
di DPR itu, orang itu mesti tanya perundang-undang itu ke DPR. Bu, undang-undang
tentang ini punya gak? gak punya gak punya... kita harus ngambil ke setneg.. Loh
DPR kok ga punya? Dari situ kita coba dengan pihak ke-3, bagus banget. Tentu
dengan pihak ke-3 batal, situ tinggal tanda-tangan kontrak aja. Dengan pihak ke-3 itu
jadi. Dengan masuknya temen-temen ini, masih belum jadi pns, masih tim ahli,
sekarang tim ahli lain. Dulu ketika mencoba, karena itu iconnya DPR, iconnya DPR
di legislasi, legislasi anggaran dan pengawasan. Nah klo legislasi saja gak punnya
untuk menggambarkan perundang-undangan itu, ya apa sih DPR? itu icon itu
penting banget. Makanya Sileg harus, apapun bunyinya
Sileg itu kebayang gak? Bukan Cuma kumpulan undang-undang? klo udah jadi
upload nah itu ada. Nah klo Sileg, harus dari awal, nah pembuatan undang-undang
kan dari naskah akademik, kemudian terus prosesnya hingga tahap ke dua ada
semua, terus misalnya RUU masih rancangan ada paragraf-paragraf yang berubah.
Nah berubah jadi apa? diusulkan oleh siapa? itu harus ada. Nah beratnya disitu.
Nah dari penyusuan naskah akademik, kemudian naskah undang-undang. Nah
naskah akademik, itu pokok pikirannya. Nah ketika penyusunan naskah akademik
dan undang-undang, itu kan dari Setjen atau dari luar, kemudian masuk ke dewan
melalui prolegnas. Adalah tahapannya.. Terus dibahas oleh komisi, kan dibahas oleh
komisi day by day gitu, selama mereka membahas itu, nah ini kan terus bisa
berkembang, nah dari konsep awal nih, ini RUU nih, ini naskah
akademik, kemudian ada ini kita berubah jadi apa. Belum tahapannya misalnya,
rapatnya hari ini membahas apa, besoknya apa. Nah setiap perubahan itu harus
terecord karena menyangkut dokumen negara. Nah ketika itu dibuat oleh kita,
sekretariat jendral, secara manual, sering hilang, ini gatau dimana, komputer hang,
komputer kena virus. Dicoret orang, dihapus orang, dihilangkan pasal-pasal. Itu gak
boleh terjadi untuk itulah kenapa harus direkam, direkam dipatenkan gitulah, ga bisa
diubah-ubah oleh orang lain. Makanya itu penting sekali lah dokumen negara, proses
undang-undang, belum lagi cari undang-undang tinggal klik misalnya tentang
pangan, klik pangan kluar peraturan perundang-undangan tentang pangan, tahun
berapa aja ni, itu teknologi yang diciptakan oleh temen-temen kedepannya ini. Misal
saya sedang membahas RUU tentang Migas, minyak dan gas, saya butuh dokumen
menengenai ini, apa sih undang-undang yang tentnag ini.. Klik saja dan pasalpasalnya keluar, di undang-undang keluar, diperaturan keluar. Jadi saya punya
dokumen yang bisa memperkaya saya, ooh ini sudah diatur di undang-undang ini, oh
ini detilnya di undang-undang ini. Gitu itu harapan kami di perundang-undangan itu

bisa dapet dokumen seperti ini. Nah ini lah yang aplikasi yang dibuat nggak
sederhana aplikasi itu, udah 4 tahun belum selesei-selesei. karena memang berat.
Lagipula juga direcokin oleh JCO-JCO. Aplikasi-aplikasi mendesak-mendesak,
sementara orangnya terbatas, sdmnya terbatas. Nah ketika saya pihak ke-3kan, nah
itu tadi pihak ke-3 itu tidak ada tanggung jawa secara moral, klo mereka ada
tanggung jawabnya nih, ada tanggung jawab moralnya. Karena mereka menjadi
bagian dari sistem ini, bagian dari institusi ini, klo orang lain dibayar lain selesai,
dibayarnya licik.
Kalau pihak ketiga tidak ada tanggung jawab moral. Kalau mereka ini ada tanggung
jawab moral. Kalau selesai kontrak, ditahan-tahan, passwordnya dipegang dia, bayar
lagi, ini nggak, mereka bagian dari organisasi. Kesulitan-kesulitan yang kami
dapatkan, mereka harus terjun langsung. Orang IT harus tau anggaran supaya
aplikasinya applicable. Kondusif dengan kebutuhan dan bisa mengintegrasikan
dengan kebutuhan-kebutuhan yang lain.
Pengaduan masyarakat, mereka buat system pengaduan masyarakat. supaya bisa
setiap pengaduan masyarakat itu bisa by email, by sms, sehingga masyarakat yang
mau mengadu bisa dibantu oleh DPR. Itu salah satu yang mereka rasakan manfaat
IT. Misalnya provinsi ini pengaduaannya kemana, sehingga mempermudah
pembuatan laporan. Kalau aplikasi untuk memfasilitasi konstituen itu sudah ada, tapi
tergantung anggota DPR-nya pakai atau nggak. Yang penting kita dari IT sudah
membuat aplikasinya. Laporannya tinggal generate langsung jadi.
Secara pribadi mereka juga mewakili konstituennya, sudah terwakilikah
konstituennya? Masalahnya kita buatkan aplikasinya, masyarakat masuk.
Masalahnya mereka care nggak.
Kalau aplikasinya sudah bagus. Sudah bagus banget. Sudah bisa mengakomodir
kebutuhan masyarakat untuk memasukkan pengaduannya. Tapi masalahnya yang
lain adalah anggota DPR itu menyikapinnya nggak? Itu problem politik ya.
Santi

Kalau untuk SILEG? Bagaimana SILEG itu?

Bu
Yayuk

Itu pasti, semua Negara. Itu fungsi parlemen itu yang paling utama pasti adalah
legislasi.
Nah Database mengenai legislasi ini pasti punya, kita Cuma tau UU dari tahun 45
sampai sekarang. Ada sih pembahasannya tapi tidak ada detailnya. Adanya masih
manual. Kedepan nanti SILEG ini seharusnya jadi icon DPR. kalau legislasi aja
nggak punya untuk menggambarkan aktivitas perundang-undangan, apa sih DPR,
gitu kan. Itu icon itu, itu penting banget. Makanya SILEG ini. Harus.
SILEG itu kebayang ngga? Jadi itu bukan Cuma kumpulan undang-undang.
Jadi sebenarnya ini tanggung jawab BDSI. Renstra saya itu belum focus ke IT.
Nantinya harus ada.
Sekarang hanya ada renstra dewan, setjen, hanya sampai eselon 2. Nantinya BDSI
aan menjadi bagian Renstra P3DI. Sekarang ini saya sudah minta ke BDSI untuk
membuat grand design IT. Pranata Madya lah yang membuat grand design. Tapi
belum dikoordinasikan dengan ahli-ahli. Ini tidak sederhana. Grand Design IT itu
tadi kan bisa melink ini semua. Mengitegrasikan. Me me semuanya lah.

Pak 1

Karena kia sudah ada existingya itu yang sulit. Sekarang tidak menyesuaikan dengan
exisiting yang ada.
Sekarang BDSI adanya di posisi bawah. Kenapa BDSI sulit, itu karena kurang power
memaksa bagian lain mengerjakan atau bagaimana.

Bu
Yayuk

Mungkin Kapusnya aja yang belum familiar. SDM, tetap harus dipikirkan juga nih
bagaimana SDM. SDM, jabatan fungsional pranata computer. Ini karena aturan
pegawai negri, Pembina mereka adalah BPS (instansi yang lain). Pembina secara
kepangkatan. Secara fisik kepegawaian, mereka dibawah saya. Itulah kesulitannya.
Jadi menghambat jenjang jabatan mereka.
Seharusnya ketika membuat grand design seharusnya mereka melihat apa yang
sudah ada.
Saya belum mengintegrasikan karena sekarang lagi hot-hotnya. Anggota DPR masih
baru ganti. Kapus Eselon 2. Yang lebih lama posisinya dibawah Kapus.

Santi

Penjelasan Change Management? Misalnya Sekarang kan seperti pengaduan, ada


yang via online ada yang via surat. Nanti kalau lewat online semua, change
managementnya, posisi tukang surat bisa dihilangkan.

Bu
Yayuk

Setiap orang punya beban kerja yang berbeda. Kalau di bagian itu tidak perlu surat
menyurat, bagian itu bisa dihilangkan. Beda dengan Pranata, mereka kan fungsional.
Prinsipny adalah masing-masing orang memiliki beban kerja yang berbeda. Tinggak
SDM nyaaja yang mengatur.
Seharusnya semua dibawah Kabid, tidak ada pemisah-misahan jabatan. Kesulitannya
adalah lembaga kita bukan lembaga IT. Bukan khusus menangani IT. Dianggap

Setjen DPR itu belum kapasitasnya untuk IT. What next?

Armando

Saya Cuma penasaran.


Luar negri itu punya semacam Setjen gitu nggak sih?

Bu
Yayuk

Armando

Hampir semua parlemen punya secretariat jendral. Dewannya berganti-ganti terus,


tapi kalau pendukungnya pasti ada. Mereka kan politik. Setjen kan pendukung.
Seperti di America adalah Technology Conggress. Setjennya hanya untuk
Administrasi, Clerk Australia, Setjennya lebihke arah administrasi. Semua lembaga
IT ditangani bagian yang berbeda. Hahnya Negara-negra maju saja yang terpisah
Setjennya.
Ini kembali lagi ke IT.
Apakah ada model untuk mengukur kinerja IT.
Secara spesifik dan mendalam belum ada, tapi ada LAKIP, bagian dari mengevaluasi
dari apa yang sudah dikerjakan. Tidak spesifik IT. Karena tidak focus IT.
Kalau P3DI ada bagian lain selain IT, misalnya perpustakaan, dll.
Di pemerindah ITMPRD, menggambarkan apa kinerja yang sudah dilaksanakan.
Disitu sudah harus dievaluasi sampai IT. Harus mendapatkan tanggapan dari
anggota.
Harus ada kuesioner yang diberikan kepada user
User itu bukan hanya yang memiliki tapi juga yang menggunakan. Misalnya SMS
Gateway.
Pembangunnya anggota, pengelola TKD, usernya seluruh anggota DPR. Jadi itulah
yang dievaluasi, jad ini jauh lebih komprehensif. Jangan bikin aplikasi melulu.
Itu kelemahan di kita, evaluasi belum dijalankan. Apa sih kelemahannya, apakah
applicable, itu harus ada evaluasinya. Media untuk itu ada, tapi belum dilaksanakan,
Dan belum focus karena renstra masih general.
Itu DPR aja ya?

Bu
Yayuk

Di senayan sini ada 3 institusi, DPR, MPR, dan DPD, itu secara kelembagaan
terpisah. Manajemennya juga terpisah. Beda-beda pengelolaanya.
Satu hal yang belum dilakukan adalah mematenkan produk-produk aplikasi.
Gampang kok, liat aja syrat-syartnya apa.

Santi

Ok Bu, terima kasih

DISKSUSI SELESAI

(Sisanya obrolan nggak penting)

Вам также может понравиться