Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1 Yusran Asmuni, Pengantar Ilmu Tauhid, CV Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta,1988, hal. 44-47.
2 Mustofa, H.M. Kholili, dan Karwadi, Tauhid, Pokja UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005, hal.
91-96
PEMBAHASAN
1; Aliran Mutazilah
a; Sejarah Munculnya Aliran Mutazilah
iman atau sama dengan kekafiran, mereka itu adalah dari golongan
Khawarij. Di samping itu timbul pula suatu golongan yang menangguhkan
hukum atas orang yang berbuat dosa besar itu dan menurut mereka berbuat
dosa besar itu tidak merusak iman. Bagaimanakah Anda (Hasan Bashri)
menetapkan itikad bagi kami dalam hal ini?
Ketika Hasan Bashri merenungkan masalah tersebut, Wasil bin Atha
berdiri dan mengemukakan pendapatnya dengan mengatakan: Saya
berpendapat bahwa orang yyang berbuat dosa besar bukanlah mukmin dan
bukan pula kafir, tetapi berada pada posisi di antara keduanya, yakni berada
di antara mukmin dan kafir. Setelah memberi jawaban itu Wasil bin Atha
bangkit berdiri dan berjalan ke sudut masjid, disana ia menjelaskan
kebenaran pendapatnya kepada kawan-kawannya.
Melihat tingkah laku yang demikian, maka Hasan Bashri berkata:
Itazala anna Wasil (Wasil telah memisahkan diri dari kita). Kelompok yang
memisahkan diri pada peristiwa inilah yang disebut kaum Mutazilah.4
Golongan Mutazilah dikenal sebagai kelompok rasionalis, sebab
mereka memberikan peran dan fungsi yang sangat besar kepada akal dalam
kehidupan manusia.
Aliran Asyariyah
a; Sejarah Munculnya Aliran Asyariyah
Asyariyah adalah salah satu aliran dalam teologi Islam periode klasik
yang namanya dinisbatkan kepada nama pendirinya, yaitu Hasan Ali bin Ismail
Al-Asyari.
Sejak kecil hingga umur 40 tahun, Hasan Ali bin Ismail Al-Asyari
diasuh dan sekaligus berguru pada ayah tirinya, salah seorang tokoh Mutazilah
yaitu Abu Ali Al Jubbai. Oleh karena itu, pada mulanya Al-Asyari adalah
pengikut Mutazilah dan sangat memahami aliran tersebut. Akan tetapi pada
usia 40 tahun ia menyatakan keluar dari Mutazilah karena memiliki beberapa
keraguan terhadap doktrin-doktrin Mutazilah.
Beliau termasuk ulama besar, ahli bahasa, ahli fiqih, tafsir hadist, dan
ilmu Tauhid yang lebih didalaminya. Setelah merenung lebih dari 15 hari, ia
naik ke mimbar dan berpidato: Saudara-saudara, setelah saya meneliti dalildalil yang dikemukakan oleh masing-masing pendapat, ternyata dalil-dalil itu
menurut hemat saya sama kuatnya. Saya memohon hidayah dari Allah SWT,
sekarang saya meninggalkan keyakinan lama saya dan menganut keyakinan
baru.
Sejak itu, Al-Asyari gigih menyebarkan paham barunya sehingga
terbetuk madzhab dalam teologi Islam yang dikenal dengan nama Ahlussunnah
wal Jamaah. Pengikut Al-Asyari sendiri sering disebut Asyariyah.
b; Pokok-pokok Ajaran Asyariyah
BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian di atas mengenai sejarah munculnya aliran
Mutazilah dan Asyariyah, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa munculnya
kedua aliran tersebut bukan karena kemelut politik, tetapi lebih ditekankan pada
masalah-masalah kepercayaan atau akidah.
DAFTAR PUSTAKA
Musthofa, H.M. Kholili, dan Karwadi, Tauhid (Yogyakarta: Pokja UIN, 2005)
Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam (Surabaya: Penerbit Al-Ikhlas).
Yusran Asmuni, Pengantar Tauhid (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988).