Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
dan asam nukleat. Kesuksesan yang telah diraih oleh para penemu ini, mengilhami banyak para
kromatografer lainnya untuk lebih gigih mengembangkan teknik ini ke yang lebih modern lagi.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Makalah ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang
membacanya, khususnya :
a)
Penulis, penulis mendapatkan banyak pengetahuan selama proses pembuatan makalah ini dan
diharapkan penulis dapat membuat makalah yang lebih baik lagi di waktu yang akan datang.
b)
Mahasiswa, mahasiswa diharapkan dapat mendapatkan banyak pengetahuan dari makalah ini
sehingga bisa memahami maksud dari materi yang di sampaikan.
c)
Dosen, dosen diharapkan dapat lebih sabar, ulet, serta disiplin dalam membimbing
mahasiswanya, karena dosen sangat berperan dalam proses pembelajaran mengenai materi ini
sehingga tidak adanya kekeliruan dan penyampaian dan pembuatan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kromatografi Pertukaran Ion
Kromatografi Pertukaran ion adalah proses pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan
campuran atau proses substitusi satu jenis senyawa ionik dengan yang lain terjadi pada
permukaan fase stasioner. Fase stasioner tersebut merupakan suatu matriks yang kuat (rigid),
yang permukaannya mempunyai muatan, dapat berupa muatan positif maupun negatif.
Mekanisme pemisahan berdasarkan pada daya tarik elektrostatik.
Bila matriks padat tersebut mempunyai gugus fungsional yang bermuatan negatif seperti
gugus sulfonat (-SO3-), maka akan dapat berfungsi sebagai penukar kation. Sebaliknya, bila
bermuatan positif, misalnya mempunyai gugus amin kuaterner (-N(CH)3+), maka akan dapat
berfungsi sebagai penukar anion. Kromatografi ini sangat bermanfaat untuk memisahkan
molekul molekul bermuatan terutama ion ion baik anion maupun kation. Metode ini pertama
kali dikembangkan oleh seorang ilmuwan bernama Thompson pada tahun 1850. Secara umum,
teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:
Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif dan
kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif. Kolom yang digunakan biasanya berupa
matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-).
Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat,
asam asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat.
Kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif dan
kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan biasanya berupa
matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H, dan N+(CH3)3. Larutan
penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan
etanolamin.
Metode ini banyak digunakan dalam memisahkan molekul protein (terutama enzim). Molekul
lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran ion ini
antara lain senyawa alkohol, alkaloid, asam amino, dan nikotin.
Kromatografi penukar ion dilakukan dengan fasa diam yang mempunyai gugus fungsi
bermuatan. Kebanyakan mekanisme penukaran ion sederhana:
(a) X- + R+Y-Y- + R+X- (penukar anion)
Dimana X adalah ion cuplikan
Y adalah ion fasa gerak
R adalah bagian Inc. Pada resina
Pada kromatografi penukar anion ion cuplikan X- bersaing dengan ion fasa gerak Yterhadap bagian ionik pada penukar ion R. Pemisahan ion sederhana berdasarkan pada perbedaan
kekuatan interaksi ion terlarut dengan resina. Jika senyawa terlarut berinteraksi lemah dengan
adanya ion fasa gerak, ion terlarut keluar awal pada kromatogram, sedangkan senyawa terlarut
yang berinteraksi kuat dengan resina, berarti lebih kuat terikat dan keluar belakangan.
Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya; resin penukar ion dapat secara luas
diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni :
a.
Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan amina tersier atau kuartener).
d. Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagai gugusan labil).
1. Eluent, yang berfungsi sebagai fase gerak yang akan membawa sampel tersebut masuk ke dalam
kolom pemisah.
2.
Pompa, yang berfungsi untuk mendorong eluent dan sampel tersebut masuk ke dalam kolom.
Kecepatan alir ini dapat dikontrol dan perbedaan kecepatan bisa mengakibatkan perbedaan hasil
3.
Injektor, tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel dapat didistribusikan masuk ke
dalam kolom.
4. Kolom pemisah ion, berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang ada dalam sampel. Keterpaduan
antara kolom dan eluent bisa memberikan hasil/puncak yang maksimal, begitu pun sebaliknya,
jika tidak ada kesesuaian, maka tidak akan memunculkan puncak.
Gambar 2
Gambar 2 menunjukkan dua buah kolom; kolom pemisah kation dan kolom pemisah anion.
Kolom pemisah inilah yang menjadi inti dalam teknik pemisahan kromatografi ion. Benda inilah
yang bisa memisahkan ion-ion tersebut ketika sampel dilewatkan ke dalamnya, sehingga puncak
yang muncul secara bergantian dan berurutan. Bisa diibaratkan dalam tubuh manusia bahwa
kolom ini adalah sebagai jantung pada manusia, sehingga tanpa jantung, manusia tidak bisa
hidup. Demikian halnya pada teknik ini, tanpa adanya kolom pemisah, maka tidak akan mungkin
terjadi pemisahan ion (Weiss, 1995).
a. Kecepatan (speed)
Kecepatan dalam analisis suatu sampel menjadi aspek yang sangat penting dalam hal
analisis ion. Salah satu yang menyebabkannya adalah masalah klasik yaitu untuk mengurangi
biaya dan bisa menghasilkan data-data analisis yang akurat dan cepat. Namun, sebenarnya yang
lebih penting adalah memberikan andil dengan maksimal dalam perhatian kepada kondisi
lingkungan (environmental efforts) yang dari hari ke hari jumlah sampel yang mau dianalisis
(untuk diketahui kandungan apa saja di dalamnya) semakin bertambah. Itulah sebabnya, teknik
ini terus dikembangkan orang untuk mendapatkan teknik pemisahan/pendeteksian yang lebih
praktis dengan biaya yang relatif murah. Sebagai tambahan pula bahwa limbah (waste) yang
dihasilkan dari penggunaan eluen dapat dikurangi.
b. Sensitivitas (sensitivity)
Dengan
berkembangnnya
teknologi
mikroprosessor,
mulailah
orang
c. Selektivitas (selectivity)
Dengan sistem ini, bisa dilakukan pemisahan berdasarkan keinginan, misalnya
kation/anion organik saja atau kation/anion anorganik yang ingin dipisahkan. Itu dapat dilakukan
dengan memilih kolom pemisah yang tepat. Ataupun hanya ion tertentu yang ingin diukur
walaupun banyak ion lain yang ada dalam sampel.
kation akan muncul. Inilah salah satu yang menjadikan teknik ini lebih populer, bukan saja
sensitivitas dan selektivitasnya, tetapi juga waktu analisisnya yang relatif singkat dan juga
hasilnya yang maksimal.
Teknik kromatografi ion merupakan salah satu subset dari kromatografi, khususnya
kromatografi cair (LC=liquid chromatography). Teknik ini dapat menentukan kepekatan spesies
ion-ion (anion atau kation) dengan memisahkannya berdasarkan pada interaksinya dengan Resin
yang ada dalam kolom pemisah dan mobile phase yang digunakan. Spesies ion-ion ini kemudian
dapat dipisahkan (separated) dalam kolom tersebut berdasarkan pada jenis, ukuran dan afiniti
elektronnya.
Campuran anion dan kation dalam suatu sampel dapat diketahui dan jumlah ion-ion
tersebut dapat ditentukan dalam waktu yang relatif singkat (relatively short time). Suatu ion
dalam sampel dengan kepekatan yang sangat rendah, masih bisa diukur dengan teknik ini.
Disebabkan itulah, teknik kromatografi ion menjadi pilihan bagi peneliti dalam mengetahui ion
yang ada dalam sampel cair, karena teknik ini mempunyai kemampuan menentukan kepekatan
ion atau logam pada level ppt (parts per trillion). Ia juga mudah digunakan serta tidak rumit
dalam pengendalian peralatan ini.
Pada umumnya, aplikasi teknik ini lebih menjurus kepada teknik mengetahui ion-ion non
organik serta ion-ion organik di mana berat molekul relatif kecil, dan/atau ion-ion organik
dengan berat molekul yang besar dapat diketahui dengan baik dengan didahului persiapan
sampel yang baik.