Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh
Muhamad Dedi Riaman
S881408009
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nyalah sampai saat ini kita masih diberikan nikmat berupa nikmat sehat
walafiat serta nikmat iman dan islam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW juga kepada para
keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya yang Insya Allah kita pun
termasuk didalamnya yang tetap istiqomah dengan ajarannya hingga akhir zaman.
Makalah ini menjelaskan tentang upaya memanfaatkan bonus demografi di
provinsi papua barat tahun 2016. Dengan selesainya makalah ini kami berharap
akan bertambahnya pengetahuan kami sebagai penyusun mengenai memfaat
bonus demografi khususnya di provinsi papua barat dan semoga dapat bermanfaat
tidak hanya bagi kami pribadi tapi juga untuk yang membacanya. Dan yang
terakhir saya ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan berupa masukkan-masukkan dalam penulisan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
ii
Daftar Isi.
iii
BAB I. PENDAHULUAN
..........................................................................
C. TUJUAN..........................................................................................
11
15
A. KESIMPULAN ..............................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bonus demografi adalah bonus atau peluang (window of opportunity)
yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk
produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang
dialaminya. Di Indonesia fenomena ini terjadi karena proses transisi
demografi yang berkembang sejak beberapa tahun lalu dipercepat oleh
keberhasilan kita menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas
kesehatan dan suksesnya program-program pembangunan sejak era Orde
Baru hingga sekarang.
Keberhasilan program seperti KB selama berpuluh tahun sebelumnya
telah mampu menggeser penduduk berusia di bawah 15 tahun (anak-anak
dan remaja) yang awalnya besar di bagian bawah piramida penduduk
Indonesia ke penduduk berusia lebih tua (produktif 15-64 tahun). Struktur
piramida yang menggembung di tengah semacam ini menguntungkan,
karena dengan demikian beban ketergantungan atau dukungan ekonomi
yang harus diberikan oleh penduduk usia produktif kepada penduduk usia
anak-anak (di bawah 15 tahun) dan tua (di atas 64 tahun) menjadi lebih
ringan.
Maka
kemudian
muncul
parameter
yang
disebut
rasio
perbandingan antara kelompok usia produktif dan non produktif. Rasio ini
sekaligus menggambarkan berapa banyak orang usia non produktif yang
hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia produktif. Semakin rendah
angka rasio ketergantungan suatu negara, maka negara tersebut makin
berpeluang mendapatkan bonus demografi.
Di Provinsi Papua Barat yakni sebagai sebuah provinsi yang masih
terhitung sangat muda terus bertumbuh dan membenahi dirinya.
Perkembangan kependudukan menjadi peluang dan sekaligus menjadi
tantangan baru menyongsong satu dekade Provinsi Papua Barat 2005-2015
yang akan didahului dengan momentum terjadinya bonus demografi yang
diproyeksikan akan terjadi mulai tahun 2016, dan mengalami puncaknya
pada tahun 2034-2035. Sebagai bonus demografi, penduduk usia produktif
akan menjadi kekuatan pembangunan bilamana dikelola secara terencana,
komprehensif dan konsisten, dan sebaliknya akan menjadi bencana besar
bilamana penduduk usia tersebut tidak dipersiapkan secara matang.
Guna mempersiapkan diri memasuki momentum bonus demografi
tahun 2016, maka seyogyanya Provinsi Papua Barat memerlukan dokumen
lengkap tentang data dan fakta lapangan tentang situasi dan permasalahan
demografi yang terjadi di Provinsi Papua Barat, kerangka pengelolaan
sumber daya yang terarah, beberapa strategi jitu serta program intervensi
yang sistematis. Untuk itulah makalah singkat ini mencoba mengangkat
judul Upaya Memanfaatkan Bonus Demografi di Provinsi Papua Barat
Tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang tersebut maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa itu bonus demografi ?
2. Bagaimana Bonus demgrafi ?
3. Mengapa Bonus demografi ?
4. Bagaimana Bonus di Papua Barat ?
C. Tujuan
Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Demografi, tugas ini juga
bertujuan untuk :
1. Menjelaskan apa itu bonus demografi
2. Menjelaskan Bagaimana Bonus demografi
3. Menjelaskan Mengapa Bonus demografi
4. Menjelaskan Bagaimana Bonus demografi di Papua Barat
BAB II
PEMBAHASAN
ekonomis
yang
disebabkan
oleh
menurunnya
rasio
ini
sekaligus
manusia tidak saja mencakup penyiapan para pekerja yang akan menjadi
bagian terbesar dari penduduk Indonesia, melainkan menanamkan kebiasan
menabung dan menggunakan tabungan tersebut untuk dapat menjadi aset
yang dapat dipakai secara terararah dan produktif.
Bonus demografi dapat bersifat sementara ataupun permanen.
Pergerakan struktur umur yang dinamis menyebabkan bonus demografi hanya
terjadi pada satu periode tertentu dan akan berlalu setelah itu. Karena sifat
bonus tersebut, apabila suatu negara tidak dapat memanfaatkannya pada
periode yang tepat, mereka harus menghadapi masalah berikutnya yaitu
peningkatan rasio jumlah penduduk lanjut usia. Fenomena ini yang
dinamakan bonus demografi pertama. Di lain pihak, apabila penduduk usia
produktif bersifat forward looking yaitu berlaku sadar untuk menyiapkan
kebutuhan masa pensiun, akumulasi aset dapat bersifat permanen apabila
digunakan dalam bentuk yang produktif untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi. Fenomena ini yang dinamakan bonus demografi kedua (Mason,
2005).
Bonus demografi kedua merupakan respon positif dari perubahan
struktur umur dengan meningkatkan tabungan dan akumulasi investasi kapital
per kapita yang bersifat lebih permanen. Sebelumnya, secara empiris telah
dibuktikan bahwa perubahan faktor demografi mempunyai hubungan statistik
yang meyakinkan dengan tingkat tabungan (Bloom et al., 2003; Kelley et al.,
1996; Kinugasa, 2004; Williamson et al., 2001) dan juga terhadap
10
pertumbuhan ekonomi (Bloom et al., 2001; Bloom et al., 1998; Kelley et al.,
1995).
Studi kasus di Asia Timur membuktikan bahwa bonus demografi
memberikan kontribusi yang kuat terhadap suksesnya pertumbuhan ekonomi
mereka pada tahun 1990an (Bloom et al., 1998; Mason, 2001; Mason et al.,
1999).
Mason (2005) mencoba menghitung bonus demografi pertama dan
kedua dengan metode yang relatif berbeda dengan metode sebelumnya.
Perbedaan perhitungan bonus demografi, terutama bonus demografi pertama,
yang dihitung oleh Mason (2005) dengan yang dihitung oleh Bloom (1998,
2001) adalah adanya pembobotan demografi dengan tingkat konsumsi dan
produksi yang telah diestimasi menurut metodologi yang dikembangkan oleh
Mason
dan
Lee
(2007).
Pembobotan
tersebut
diharapkan
dapat
11
RK
53.7
52.7
51.9
51.1
50.5
49.9
49.3
48.6
48.1
47.6
47.1
46.7
46.3
45.9
45.7
45.5
45.3
45.0
44.8
44.6
44.4
44.2
44.0
43.9
43.7
43.7
12
terjadi pada tahun 2015. Seperti ter-lihat pada tabel di atas, kenaikan jumlah
penduduk usia kerja di periode ini cenderung diikuti dengan rasio
ketergantungan yang terus menurun. Angka rasio ketergantungan yang
tertinggi terjadi pada tahun 2010, yakni hingga mencapai 53,7 atau 54 orang
per seratus orang penduduk usia kerja. Pada tahun 2015, rasio ketergantungan
telah menurun hingga di bawah 50 persen. Artinya, jumlah penduduk usia
kerja sudah lebih dari dua kali lipat penduduk non usia kerja. Dari hasil
proyeksi yang ada, rasio ketergantungan ini masih akan terus menurun.
55
54
53
52
51
50
49
48
47
46
45
44
43
Gambar 1.
Proyeksi Rasio Ketergantungan
Propinsi Papua Barat Tahun 2010-2035
13
yakni
biasanya
Dengan
kurang lebih selama satu dekade, yakni lima tahun sebelum mencapai rasio
ketergantungan terendah (tahun 2029-2033) dan lima tahun sesudahnya
(tahun 2036-2040), maka Provinsi Papua Barat yang baru mencapai rasio
ketergantungan terendah setelah tahun 2015, maka dengan demikian dapat
dikategorikan sebagai daerah yang tengah menuju window of opportunity.
Sebagai gambaran awal dari pencapaian Provinsi Papua Barat dalam
upaya menyongsong bonus demografi, perlu kiranya disajikan indikator
angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari tiga elemen,
yakni angka harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
Ketiga elemen dalam IPM ini bisa mewakili tingkat keberhasilan Provinsi
Papua Barat dalam mempersiapkan modal manusia yang menjadi salah satu
saluran utama dari transisi demografi menuju pertumbuhan ekonomi.
14
Komponen IPM
Indonesia 2012
AHH
69.87
69.14
AMH
93.25
94.14
RLS
8.08
8.53
PPP
641.04
604.82
IPM
73.29
70.62
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari gambaran yang dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dari
sudut pandang kesiapan Provinsi Papua Barat dalam menyongsong masa
window of opportunity bonus demografi tahun 2016, yang puncaknya baru
akan terjadi pada tahun 2034-2035, dan mengingat pembangunan modal
manusia yang menjadi salah satu saluran utama dari transisi demografi
membutuhkan waktu yang relatif lama, maka upaya mempersiapkan lebih
banyak modal manusia yang terbuka cukup lebar yang bisa dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi Papua Barat bisa lebih difokuskan kepada pencapaian
komponen IPM yang lainnya seperti dalam hal peningkatan angka harapan
hidup melalui pembangunan dan penyediaan fasilitas kesehatan dan
peningkatan daya beli masyarakat melalui formalisasi sektor ekonomi
kerakyatan.
15
16
DAFTAR PUSTAKA