Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa
yang mereka kerjakan. (QS. al-Anaam: 122)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata mengenai tafsiran ayat ini, Orang itu -yaitu yang
berada dalam kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan yang meliputi hatinya,
maka Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah berikan cahaya keimanan
yang dengan itu dia bisa berjalan di tengah-tengah orang banyak. (lihat al-Ilmu, Fadhluhu
wa Syarafuhu, hal. 35)
[2] al-Quran adalah Petunjuk
Allah taala berfirman (yang artinya), Alif lam lim. Inilah Kitab yang tidak ada sedikit pun
keraguan padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. al-Baqarah: 1-2). Allah
taala berfirman (yang artinya), Sesungguhnya al-Quran ini menunjukkan kepada urusan
yang lurus dan memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman yang
mengerjakan amal salih bahwasanya mereka akan mendapatkan pahala yang sangat besar.
(QS. al-Israa': 9).
Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Quran merupakan pintu gerbang hidayah bagi
kaum yang beriman. Allah taala berfirman (yang artinya), Ini adalah sebuah kitab yang
Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, agar mereka merenungi ayat-ayatnya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS. Shaad: 29).
Allah taala berfirman (yang artinya), Apakah mereka tidak merenungi al-Quran, ataukah
pada hati mereka itu ada gembok-gemboknya? (QS. Muhammad: 24). Allah taala
berfirman (yang artinya), Apakah mereka tidak merenungi al-Quran, seandainya ia datang
bukan dari sisi Allah pastilah mereka akan menemukan di dalamnya banyak sekali
perselisihan. (QS. an-Nisaa': 82)
Allah taala berfirman (yang artinya), Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka. (QS. Thaha: 123).
Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma berkata, Allah memberikan jaminan kepada siapa saja
yang membaca al-Quran dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya, bahwa
dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akherat. Kemudian beliau membaca
ayat di atas (lihat Syarh al-Manzhumah al-Mimiyah karya Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul
Muhsin al-Badr, hal. 49).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sadi rahimahullah menerangkan, bahwa maksud dari
mengikuti petunjuk Allah ialah:
1. Membenarkan berita yang datang dari-Nya,
2. Tidak menentangnya dengan segala bentuk syubhat/kerancuan pemahaman,
3. Mematuhi perintah,
4. Tidak melawan perintah itu dengan memperturutkan kemauan hawa nafsu (lihat
Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 515 cet. Muassasah ar-Risalah)
[3] al-Quran Rahmat dan Obat
Allah taala berfirman (yang artinya), Wahai umat manusia! Sungguh telah datang kepada
kalian nasehat dari Rabb kalian (yaitu al-Quran), obat bagi penyakit yang ada di dalam
dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus: 57). Allah taala
berfirman (yang artinya), Dan Kami turunkan dari al-Quran itu obat dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman. Akan tetapi ia tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim
selain kerugian. (QS. al-Israa': 82)
Syaikh as-Sadi rahimahullah berkata, Sesungguhnya al-Quran itu mengandung ilmu yang
sangat meyakinkan yang dengannya akan lenyap segala kerancuan dan kebodohan. Ia juga
mengandung nasehat dan peringatan yang dengannya akan lenyap segala keinginan untuk
menyelisihi perintah Allah. Ia juga mengandung obat bagi tubuh atas derita dan penyakit
yang menimpanya. (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 465 cet. Muassasah ar-Risalah)
Allah taala berfirman (yang artinya), Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang
yang beriman, jiwa dan harta mereka, bahwasanya mereka kelak akan mendapatkan surga.
Mereka berperang di jalan Allah sehingga mereka berhasil membunuh (musuh) atau justru
dibunuh. Itulah janji atas-Nya yang telah ditetapkan di dalam Taurat, Injil, dan al-Quran.
Dan siapakah yang lebih memenuhi janji selain daripada Allah, maka bergembiralah dengan
perjanjian jual-beli yang kalian terikat dengannya. Itulah kemenangan yang sangat besar.
(QS. at-Taubah: 111)
[5] al-Quran dan Kemuliaan Sebuah Umat
Dari Amir bin Watsilah, dia menuturkan bahwa suatu ketika Nafi bin Abdul Harits bertemu
dengan Umar di Usfan (sebuah wilayah diantara Mekah dan Madinah, pent). Pada waktu itu
Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. Maka Umar pun bertanya kepadanya,
Siapakah yang kamu angkat sebagai pemimpin bagi para penduduk lembah?. Nafi
menjawab, Ibnu Abza. Umar kembali bertanya, Siapa itu Ibnu Abza?. Dia menjawab,
Salah seorang bekas budak yang tinggal bersama kami. Umar bertanya, Apakah kamu
mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?. Maka Nafi menjawab, Dia
adalah seorang yang menghafal Kitab Allah azza wa jalla dan ahli di bidang
faraidh/waris. Umar pun berkata, Adapun Nabi kalian shallallahu alaihi wa sallam
memang telah bersabda, Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian
kaum dan dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian kaum yang lain.. (HR.
Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [817])
Dari Utsman bin Affan radhiyallahuanhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya. (HR.
Bukhari dalam Kitab Fadhail al-Quran [5027])
Allah taala berfirman (yang artinya), Orang-orang yang beriman dan hati mereka bisa
merasa tentram dengan mengingat Allah, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah
maka hati akan merasa tentram. (QS. ar-Rad: 28). Ibnul Qayyim rahimahullah
menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna mengingat Allah di sini adalah
mengingat/merenungkan al-Quran. Hal itu disebabkan hati manusia tidak akan bisa
merasakan ketentraman kecuali dengan iman dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya.
Sementara iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh kecuali dengan menyerap bimbingan alQuran (lihat Tafsir al-Qayyim, hal. 324)
[10] al-Quran dan as-Sunnah Rujukan Umat
Allah taala berfirman (yang artinya), Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah rasul, dan juga ulil amri di antara kalian. Kemudian apabila kalian berselisih
tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan rasul, jika kalian benar-benar
beriman kepada Allah dan hari akhir. (QS. an-Nisaa': 59)
Maimun bin Mihran berkata, Kembali kepada Allah adalah kembali kepada Kitab-Nya.
Adapun kembali kepada rasul adalah kembali kepada beliau di saat beliau masih hidup, atau
kembali kepada Sunnahnya setelah beliau wafat. (lihat ad-Difa anis Sunnah, hal. 14)
[11] al-Quran Dijelaskan oleh as-Sunnah
Allah taala berfirman (yang artinya), Dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr/al-Quran
supaya kamu menjelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka itu, dan
mudah-mudahan mereka mau berpikir. (QS. an-Nahl: 44). Allah taala berfirman (yang
artinya), Barangsiapa menaati rasul itu maka sesungguhnya dia telah menaati Allah. (QS.
an-Nisaa': 80). Allah taala berfirman (yang artinya), Sungguh telah ada bagi kalian
teladan yang baik pada diri Rasulullah, yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan hari
akhir. (QS. al-Ahzab: 21)