Вы находитесь на странице: 1из 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dinding penahan digunakan untuk mencegah material agar tidak longsormenurut
kemiringan alamnya. Bangunan dinding biasa digunakan untuk menopang tanah ,batu bara,
timbunan bahan tambang dan air. Sebagian besar bangunan penahan adalah tegak atau
hamper tegak, namun bila sudut pada koefisien tekanan tanah Coulomb dari persamaan
lebih besar dari 90o terjadi pengurangan tekanan tanah lateral yang cukup pentin bila
dinding tinggi dan diperbolehkan condong kearah urugan-balik (backfil).
Perancangan dinding penahan (retaining wall) harus memenuhi dua persyaratan.
Pertama, untuk membuat struktur aman terhadap kerusakan karena guling (overtuning) dan
penurunan (settlement) yang besar,tekanan di bawah dinding tidak boleh melebihi tekanan
tanah yang di izinkan; lebih jauh lagi, struktursecara keseluruhan harus memiliki
faktoraman yang cukup sehubungan dengan pergeseran (sliding) sepanjang dasar
dinding.Struktur ini dibagi-bagi dan ksetabilan keseluruhannya diperiksa, untuk beban
yang bekerja dan untuk tekanan tanah tanpa dikurangi oleh faktor beban Kedua, baik
keseluruhan struktur maupun masing-masing bagiannya harus memiliki kekuatan yang
memadai (adequate strength).Pada tahap bekerja memberikan dasar untuk memeriksa
kekuatan ultimate struktur pada berbagai bagian yang kritis.
Dinding penahan dikelompokkan berdasarkan cara menimbulkan kestabilannya.
a) Penulangan tanah secara mekanis
b) Gaya berat (grafitasi)
c) Kantilever (penyokong)
d) Penjangkaran
Dinding kantilever (penyokong) dari beton bertulng masih cukup umum pada daerah
perkotaan karena tidak mudah dirusak dan sering kali tidak memerlukan urugan-balik
pilihan. Biasanya dinding ini mampu bersaing baik dalam harga bila dinding itu pendek(20
sampai 50 m) dan tidak terlalu tinggi (misalnya tidak kurang dari 3 m). Dinding ini juga
banyak dipakai untuk dinding ruang bawah tanah dan sejenisnya pada gedung.Bahkan
dewasa ini dinding-dinding kantilever dipakai paling utama:

1. Dinding rendah yang panjangnya agak pendek. Rendah di sini dalam arti tinggi
terpanjang pada besaran 1 sampai 2,5m dan panjang dengan besaran 40m atau
kurang.
2. Daerah urugan-baliknya terbatas dan perlu untuk memakai tanah yang ada sebagai
urugan-balik. Hal ini biasanya menghasilkan tekanan dinding utamanya disebabkan
oleh pemampatan urugan_balik dalam daerah terbatas yang terutama ditentukan
oleh ukuran telapak. Dalam kasus ini karena tanah yang ada harus mampu menahan
kedalaman galian vertical buat pengecoran telapak dinding dan kemudian badan
dinding, maka secara teori taka da gaya dinding dari tanah ini dan satu-satunya
tekanan dinding adalah dari urugan balik dalam daerah yang terbatas dan segala
tekanan pemampatan. Beberapa dinding telah dibangun dengan tekanan lateral
yang diukur dalam jenis bentuk ini dan ditenukan bahwa :
Pemampatan dapat menghasilkan tekanan lateral sangat tinggi.
Resultan pemampatan itu menyebabkan tekanan lateral pada besaran 0,4
sampai 0,5H dan bukan H/3 seperti yang biasa dipakai untuk tekanan tanah
Rankine.
Tapi selain itu banyak factor yang menyebabkan pengaruh kerusakan pada stabilitas
dinding penahan, seperti tekanan rembesan pada bagian belakang dinding penahan tanah,
penurunan, tekanan tanah dan gaya geser tanah. Maka dari itu perlu adanya solusi-solusi
yang baik dan akurat untuk mencegah kerusakan pada stabilitas dinding penahan sehingga
mampu menahan pengaruh tekanan yang meyebabkan rusaknya stabilitas dinding penahan.
Secara umum, tahap-tahap perancangan dinding penahan tanah, seperti pada strukturstruktur lain, pada dasarnya menggunakan system coba-coba (trial) dan kemudian
melakukan koreksi. Dimensi sementara diperoleh berdasarkan asumsi sebelum kestabilan
atau kekuatan diselidiki .Setelah dianalisis, dimensi yang pasti mungkin harus ditinjau
kembali sebelum perancangan terbaik didapatkan.

1.2 Perumusan Masalah


Selama ini sudah banyak bangunan dinding penahan tanah dibuat dengan tipe-tipe
yang beragam. Dinding penahan tanah sendiri dikelompokkan menjadi empat tipe jika
dilihat berdasarkan cara menimbulkan kestabilannya, yaitu: penulangan tanah secara

mekanis, gaya berat (grafitasi), kantilever(konsol) dan penjangkaran. Tipe-tipe dinding


penahan tersebut mempinyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sndiri.
Seperti halnya kebanyakan desain struktur-strukturkerekayasaan(engineering) jenis
lainnya, prosedur untuk mendisain dinding penahan pada dasarnya terdiri dari dua langkah
berturutan yang berulang-ulang, yakni : (1) pemilihan (yang bersifat sementara) dimensi
dari struktur, dan (2) analisis kemampuan yang dimiliki oleh struktur termaksud dalam
menahan gaya-gaya yang akan bekerja padanya. Apabila analisis diubah dan kemudian
dilakukan lagi analisis yang baru.
Dalam proses prancangan dinding penahan tanah, banyak factor-faktor yang
mempengaruhi kestabilannya atau bahkan membuatny rusak. Diantara factor-faktor itu
yang pertama adalah semua gaya yang bekerja diatas dasar dinding, termasuktekanan yang
diakibatkan oleh timbunan tanah serta oleh berat dinding penahan tanah itu sendiri. Yang
keduaadlah kestabilan dinding penahan tanah terhadap penggulingan (overtuning). Dan
selanjutnya kemampuan tanah di belakang dinding yang dapat manyebabkan terjadinya
keruntuhan dinding melalui penggelinciran di sepanjang suatu bidang yang terletak pada
atau di bawah dasar, serta semua gaya-gaya vertical(termasuk berat dari timbunan) yang
menjadi gerakan pada arah keluar, pemiringan (tilting), ataupun penurunan (settlement)
yang berlebihan.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengkaji masalah-masalah yang menyebabkan keruntuhan pada dinding penahan
tanah serta metode-metode untuk mencegahnya.
2. Mendapatkan teknik konstruksi dinding penahan tanah yang stabil dan dapat
bertahan cukup lama.
1.4 Manfaat Penulisan
Menyajikan informasi kepada umum tentang gaya-gaya yang bekerja pada dinding
penahan tanah serta perancangan kontruksi dinding penahan tanah yang mampu bertahan
dari gaya-gaya yang mempengaruhinya cukup lama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah
Kata soil (tanah) berasl dari bahasa Perancis Kuno yang merupakan turunan dari
bahasa Latin solum, yang berarti lantai atau dasar. Dalam pandangan teknik secara umum
tanah merupakan himpunan mineral, bahan organic, dan endapan yang relative lepas
(loose), yang terletak diatas batuan dasar (bedrock). Ikatan antara butiran relative lemah
disebabkan oleh karbonat, zat organic, dan oksida-oksida yang menempel diantara partikel
butiran.Isi antara partikel berupa air dan udara. Proses pelapukan butiran batuan dapat
membentuk tanah, proses tersebut dapat berupa fisik dan kimia. Secara fisik perubahan
batuan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil diakibatkan oleh pengaruh alam seperti :
1. Angin, erosi, dan manusia
2. Es (glatser)
3. Sedangkan pelapukan kimia umumnya oleh pengaruh oksigen.
Dalam pengertian lain tanah merupakan material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satuy sama lain dan
dari bahan-bahan organic yang telah melapuk (berpartikel padat) disertai dengan zat cair
dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebu. Dlam
bidang teknik sipil tanah berfungsi sebagai bahan bangunan dan pendukung pondasi
bangunan.
3.2

Dinding Penahan Tanah

Bagian-bagian dinding penahan tanah kantilever terdiri dari : dinding, pelat pondasi
belakang dan pelat pondasi depan. Pada setiap bagian ini dirancang seperti cara merancang
struktur kantilever. Untuk merancang pelat pondasi, tekanan tanah yang terjadi pada
bagian dasar pondasi yang dihitung lebih dulu, yaitu dengan menganggap distribusi
tekanan tanah linear.
Bagian pelat pondasi belakang, dianggap terjepit pada batas permukaan dinding
vertical di bagian belakang. Gaya tekanan tanah bekerja ke atas, sedang tekanan akibat
berat tanah di atas pelat bekerjake bawah.Tekanan neto yang dihasilkan, cenderung untuk
mengakibatkan momen negative pada pelat belakang, dengan tegangan tarik pada sisi atas

pelat. Bagian tubuh dinding penahan di anggap sebagai struktur kantilever yang terjepit
pada pelat pondasi bagian atas.Dengan gaya-gaya yang telahg di ketahui dapat dihitung
dimensi komponen-komponen dinding penahan dan penulangannya.

Gambar 1 ; Dinding penahan tanah

BAB III
METODE PENULISAN

Penulisan karya ilmiah ini menggunakan sumber data sekunder yang diperoleh dari
buku-buku, laporan penelitian, dan berbagai jurnal yang sesuai dengan kajian yang
diangkat dalam penulisan karya ilmiah. Penulis menggunakan beberapa langkah/prosedur
diantaranya :

3.1. Pendekatan penulisan


Pendekatan yang dilakukan penulis dalam penulisan karya ilmiah meliputi :
1. Studi pustaka
Studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan referensi yang bersifat teoritik sesuai
dengan kajian yang diangkat dalam penulisan karya ilmiah.Sebagai sumber pustaka dalam
penulisan ini adalah buku-buku, laporan penelitian, dan berbagai jurnal yang berkaitan
dengan kajian yang diangkat dalam penulisan karya ilmiah.
2. Kajian data penelitian
Selain melakukan studi pustaka, penulis berusaha memperoleh data hasil penelitian
yang sesuai dengan kajian yang diangkat dalam penulisan karya ilmiah.Data yang
diperoleh berupa data sekunder yang telah dihasilkan oleh para peneliti melalui berbagai
penelitiannya.Data tersebut kemudian dikaji dan dikomparasikan untuk memperoleh hasil
kesimpulan yang mendukung terhadap kajian yang diangkat dalam penulisan karya ilmiah.

3.2. Sasaran penulisan


Kajian tulisan ini dalam upaya menyediakan informasi tentang berbagai masalah
yang menyebabkan runtuh atau rusaknya dinding penahan tanah sehingga memerlukan
tinjauan-tinjauan ulang untuk memperoleh kontruksi dinding penahan yang mampu
bertahan dari keruntuhan yang di sebabkan oleh banyak factor keruntuhan dalam jangka
waktu yang cukup lama, dan juga mempertimbangkan masalahpembiayaannya.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Bagian-Bagian dinding Penahan Tanah kantilever


Dasar dinding dari dinding penahan tanah kantilever harus dibuat sesempit
mungkin agar ekonomis, tapi pada saat yang sama harus cukuplebar untuk memberikan
kestabiulan yang cukup terhadap guling dan geser, serta untuk mengurangi tekanan tanah
pada batas yang dapat di toleransi. Rasio lebar dasar terhadap tinggi keseluruhan dinding
biasanya bervariasi dari 0,4 sampai 0,65. Rasio yang lebih kecil sesuai jika dasar dinding
di dukung oleh tanah kuat dan jika tanah urugan memiliki permukaan hosizontal yang
terdiri dari pasir bersih kerikil bersih. Dengan kata lain ketika kekuatan lapisan tanah dasar
(subsoil) atau tanah urugan berkurang dan kemiringan tanah urugan bertambah, rasio bisa
mendekati atau bahkan melebihi 0.65. Lebih lanjut, lebar dasar dipengaruhi oleh beban
tambahan pada urugan dibelakang dinding, seperti pada jalan kereta api, jalan raya atau
bangunan.
Tebal dasar dinding adalah fungsi dari gayageser dan momen pada tempat-tempat
di bagian depan dan belakang permukaan stem. Oleh karena iu ketebalan di pengaruhi oleh
letak stem pada dasar dinding. Jika stem diletakkan sedemikian sehingga proyeksi ft dari
sisi depan dinding kira-kira 1/3 lebar dasardinding, tebal dasar dinding biasanya berkisar
antara 1/12 sampai 1/8 tinggi dinding.
Kedalaman dasar di bawah permukaan tanah pada dinding bagian depan harus
cukup untuk menghindari perubahan karena pendinginan dan pencairan tanah. Kedalaman
yang baik bervariasi dari beberapa inci di sebagian besar negara Amerika bagian selatan
sampai sebesar 8 ft di beberapa daerah Utara Amerika. Bahkan jika salju tidak cukup[
dalam, dasar dinding sebaiknya ditempatkan pada zona dengan volume bervariasi sesuai
musim disebabkan oleh perubahan kelembaban (moisture content) lapisan tanah. Ini
penting terutama jika ditemui lempung yang mengembang (swelling).Dalam beberapa hal
ternyata perlu membuat alas pada kedalaman minimum untuk mencapai lapisan tanah yang
mampu menahan tekanan yang dibebankan kepadanya.

Gambar 2; dinding penahan tanah kantilever


Tebal stem harus cukup untuk menahan gaya lintang dan momen terhadap tekanan
tanahdari belakang dinding. Tebal puncak dinding harus cukup besar untuk memungkinkan
penempatan beton dengan mudah. Bagian yang kritis untuk gaya geser an momen adalah
pada sambungan stem dan dasar dinding. Agar tersedia kekuatan cukup pada bagian ini
biasanya denagan memperdalam stem sampai kedalaman hingga in/ft.
4.2 .Masalah Stabilitas Dinding Penahan Tanah
Gaya-gaya yang bekerja pada dinding penahan, umumnya diambil permeter lebar
untuk dinding grafitasi, semi grafitasi, dan dinding kantilever. Gaya-gaya pada dinding
kantilever yang menyebabkan timbulnya gaya lintang dan gaya momen yang terjadi pada
badan dinding tidak sama dengan gaya-gaya yang diperhitungkan untuk menghitung
stabilitas struktur terhadap penggeseran. Gaya-gaya yang bekerja pada dinding penahan
meliputi
a. Berat sendiri dinding penahan (W)
b. Gaya tekanan tanah aktif total tanah urug (Pa)
c. Gaya tekanan tanah pasif total didepan dinding (Pp)
d. Tekanan air pori di dalam tanah (Pw)
e. Reaksi tanah dasar (R)

Jika dinding pada keadaan seimbang, jumlah vector gaya-gaya akan sama dengan
nol. Analisis stabilitas dinding penahan tanah dapat ditinjau terhadap hal-hal sebagai
berikut :

4.2.1 Stabilitas Terhadap Penggeseran


Gaya-gaya yang menggeser dinding penahan tanah akan ditahan oleh:
1. Gesekan antara tanah denagan dasar pondasi
2. Tekanan tanah pasif bila di depan dinding penahan terdapat tanahtimbunan.
Faktor aman terhadap penggeseran (fgs), didefinisikan sebagai berikut :

Untuk tanah granuler (c = 0) :

Rh =W f
= W tgb ;dengan b

Untuk tanah kohesif ( = 0 ) :


Rh = caB
Untuk tanah c- c( > 0 dan c > 0 ) :
Rh = caB + W tgb
Dengan
Rh= tahanan dinding penahan tanah terhadap penggeseran
W= berat total dinding penahan dan tanah di atas pelat pondasi (kN)
b= sudut gesek antara tanah dan dasar pondasi, biasanya di ambil 1/3(2/3)
ca= ad c = adhesi antara tanah dan dasar dinding (kN/m2)
c

= kohesi tanah dasar (kN/m2)

ad= factor adhesi


B

= lebar pondasi (m)

10

Dari gambar 3; Kekuatan geser tanah pada bagian dasar dinding

4.2.2 Stabilitas Terhadap Penggulingan


Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah urug di belakang dinding penahan,
cenderung menggulingkan dinding dengan pusat rotasi pada ujung kaki depan pelat
pondasi. Momon penggulingan ini, dilawan oleh momen akibat berat sendiri dinding
penahan dan momen akibat berat tanah di atas pelat pondasi.
Faktor aman terhadap penggulingan (Fgl) bergantung pada jenis tanah, yaitu :

(Fgl) 1,5 untuk tanah dasar granuler


(Fgl) 2 untuk tanah dasar kohesif
Tahanan tanah pasif, oleh tanah yang berada di depan kaki dinding depan sering
diabaikan dalam hitungan stabilitas. Jika tahanan tanah pasif yang ditimbulkan oleh
pengunci pada dasar pondasi diperhitungkan, maka nilainya harus direduksi untuk
mengantisipasi pengaruh-pengaruh erosi, iklim dan retakan akibat tegangan-tegangan tarik
tanah dasar yang kohesif.
4.2.3 Stabilitas Terhadap Keruntuhan Kapasitas Dukung Tanah

Beberapa persamaan kapasitas dukung tanah telah digunakan untuk menghitung


stabilitas dinding tanah, seperti persamaan-persamaan kapasitas dukung Terzaghi (1943),
Meyerhof (1951,1963), Vesic (1975) dan hansen (1970).

11

Gambar 4; Kontrol Terhadap Keruntuhan Daya Dukung

4.2.4 Penurunan

Seperti halnya struktur-struktur yang lain, dinding penahan tanah juga akan
mengalami penurunan. Untuk itu, prinsip-prinsipdasar untuk menhitung besarnya
penurunan sama dengan cara menghitung penurunan pondasi.
Dinding penahan tanah, kecuali mengalami penurunan akibat beban, juga mengalami
kemiringan akibat rotasiujung kaki pondasi.Umumnya, dnding penahan tanah miring
kearah luar (kea rah menjauhi tanah urug), karena resultan gaya-gayanya jatuh diantara
tengah-tengah pondasi dan ujung luar pondasi.Kemiringan dinding penahan akibat momen
penggulingan sulit ditentukan.Dalam perancangan, miring maksimum dibatasi sampai
0,01H, dengan H adalah tinggi dinding penahan.
Adakalanya dinding penahan tanah miring ke arah dalam (turun lebih banyak pada
bagian pondasi yang terletak di bawah tanah urug). Berat tanah urug dan pondasi dinding
penahan menyebabkan penurunan yang terjadi lebih besarpada tanah pondasi yang berada
di bawah tanah urug. Kadang-kadang, dinding penahan tanah dibangun memanjang sampai
beberapa puluh meter.Pada kondisi ini, kondisi tanah dasar mungkin bervariasi.Karena itu,
penurunan tak seragam ataupun miringnya dinding sulit dihindarkan. Dalam hal demikian,
sambungan-sambungan

dibutuhkan

untuk

memisahkan

bagian-bagiannya

penurunan pada bagian yang satu tidak berpengaruh pada bagian yang lain
.

supaya

12

4.3 Pengaruh tekanan Rembesan pada Stabilitas Dinding Penahan

Pada waktu hujan deras, berat volume tanah di belakang dinding penahan tanah akan
bertambah akibat naiknya kadar air tanah. Jika perlengkapan drainase tidak diberikan, air
akan merembes ke bawah melewati dasar pondasi dan kemudian naik sampai dipermukaan
tanah di depan dinding. Rembesan air melewati tanah urug ini, berakibat :
1) Berat tanah urug bertambah. Akibatnya tekanan tanah juga bertambah, karena berat
volume tanah () bertambah. Karena itu, jika tanah urug berupa lanau atau tanah
berlempung, perancangan sebaiknya didasarkan pada kondisi jenuh air. Karena
tanah-tanah ini cenderung menahan air pada jangka waktu yang lama.
2) Gaya angkat akan timbul pada permukaan bidang runtuh.
3) Gaya angkat timbul pada dasar pondasi dinding penahan.
4) Pengurangan tekanan tanah pasif di depan dinding.
Tekanan rembesan pada bagian depan dinding yang arahnya keatas akan berakibat
mengurangi berat volume efektif tanah. Bila tekanan rembesan sangat besar, tanah bagian
depan dapat kehilangan beratnya, sehingga tanah dalam kondisi mengapung. Untuk
mengurangi tekanan rembesan yang terlalu besar tersebut, struktur penahan tanah perlu
dilengkapi dengan bangunan drainase.Hal ini dapat dilakukan denagan menggunakan
material granuler sebagai bahan timbunan yang dilaengkapi denagan bangunan drainase.
Tekanan rembesan dalam massa tanah dapat ditentukan dengan cara jarring arus
(flow-net). Dari gambar jarring arus tersebut, kecuali gaya tekanan air total ke dinding
penahan dapat dihitung, tekanan air ke atas (uplift) pada dasar pondasidapat pula
ditentukan, yaitu dengan memperhatikan perpotonagan garis-garis ekipotensial denagan
dasar pondasi dinding. Dalam perancangan tekanan air di sekeliling dinding penahan tanah
di asumsikan berdistribusi linier.

13

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tebal dasar dinding adalah fungsi dari gayageser dan momen pada tempat-tempat
di bagian depan dan belakang permukaan stem. Oleh karena iu ketebalan di
pengaruhi oleh letak stem pada dasar dinding.
Gaya-gaya pada dinding kantilever yang menyebabkan timbulnya gaya lintang dan
gaya momen yang terjadi pada badan dinding tidak sama dengan gaya-gaya yang
diperhitungkan untuk menghitung stabilitas struktur terhadap penggeseran.
Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah urug di belakang dinding
penahan, cenderung menggulingkan dinding dengan pusat rotasi pada ujung kaki
depan pelat pondasi. Momon penggulingan ini, dilawan oleh momen akibat berat
sendiri dinding penahan dan momen akibat berat tanah di atas pelat pondasi.
Dinding penahan tanah, kecuali mengalami penurunan akibat beban, juga
mengalami kemiringan akibat rotasiujung kaki pondasi.
Pada waktu hujan deras, berat volume tanah di belakang dinding penahan tanah
akan bertambah akibat naiknya kadar air tanah.
Tekanan rembesan pada bagian depan dinding yang arahnya keatas akan berakibat
mengurangi berat volume efektif tanah.
5.2 Saran
Dalam perancangan dinding penahan tamah haruslah diperhitungkan dengan baik
karena dinding penahan tanah mempunyai banyak factor yang menyebabkannya
runtuh.Dan juga stabilitas-satabilitas dinding penahan tanah harus di perhatikan dengan
benar, karena dinding penahan tanah harus memiliki stabilitas yang sesuai sehingga dapat
menahan gaya-gaya yang bekerja pada dinding penahan tanah, termasuk tekanan rembesan
yang membuat berat tanah urug bertambah.

14

DAFTAR PUSTAKA

Bowles Joseph E, 1988, Analisis dan Desain Pondasi Edisi Keempat Jilid 2, Jakarta :
Penerbit Erlangga
Foth henry dan Soenarto Adisoemarto,1994, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Jakarta : Penerbit
Erlangga
Hardiyatmo Hary Christiady, 2011, Analis dan Perancangan Pondasi Bagian 1,
Yogjakarta : Gadjah Mada University Press
Peck Ralph B. dkk, 1996 Teknik Fondasi Edisi Kedua, Yogjakarta : Gadjah Mada
University Press
Terzaghi Karl dan Ralph B. Peck, 1993, Mekanika Tanah dan Praktek Rekayasa, Jakarta :
Penerbit Erlangga

Вам также может понравиться