Вы находитесь на странице: 1из 11

Preskes Bedah Anak

SEORANG BAYI LAKI-LAKI USIA 12 TAHUN


DENGAN MEGACOLON CONGENITAL POST DUHAMEL PROCEDUR

Oleh:
Zulaika Binti Abdul Rasull G0006512

Pembimbing
dr. Suwardi, Sp.B, Sp.BA

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2012

STATUS PENDERITA

ANAMNESA
A. Identitas Penderita
Nama

: An. S

Umur

: 12 tahun

Suku

: Jawa

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Penumping 5/5 Laweyan Surakarta

No. RM

: 010959400

Masuk RS

: 14 Mei 2012

Pemeriksaan

: 22 Mei 2012

B. Keluhan Utama :
Perut kembung

C. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien adalah seorang anak laki-laki usia 12 tahun, mengeluh perut
kembung, mual (-), muntah (-), BAB cair. Pasien dibawa ke RSU Kasih Ibu
dirawat selama 8 hari. Selama perawatan kondisi pasien membaik, kembung
berkurang.1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh kembung dan
muntah(+), oleh dokter yang merawat pasien dikirim ke PICU, dan oleh sebab
masalah biaya, keluarga pasien memohon untuk dirujuk ke RSDM.

D. Riwayat Penyakit Dahulu :


1.

Riwayat Penyakit Serupa

: (+

2.

Riwayat Mondok

: disangkal

E. Riwayat Penyakit keluarga


1. Riwayat Penyakit Serupa

: disangkal
2

2. Riwayat Lingkungan Diare

: disangkal

3. Riwayat Alergi Obat dan Makanan

: disangkal

F. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita


-

Faringitis

: (-)

- Enteritis

: (-)

Bronkitis

: (-)

- Disentri basiler: (-)

Pneumonia

: (-)

- Disentri amuba: (-)

Morbili

: (-)

- Thypus

: (-)

Pertusis

: (-)

- Cacing

: (-)

Difteri

: (-)

- Operasi

: (-)

Varicella

: (-)

- Gegar Otak

: (-)

Malaria

: (-)

- Fraktur

: (-)

G. Riwayat Persalinan.
Penderita dilahirkan secara vacuum, cukup bulan, dibantu oleh bidan. Berat
badan lahir 3300 gram. Saat dilahirkan penderita menangis kuat dan gerak aktif.
Mekonium keluar dua hari kemudian.
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
-

Keadaan umum

: tampak lemah

Derajat kesadaran

: compos mentis

Derajat gizi

: kesan gizi normal

2. Tanda vital
-

Heart Rate

: 144x/menit

Frekuensi Pernafasan

: 36 x/ menit, tipe toracoabdominal.

Suhu

: 36,90C

3. Kulit
Kulit putih kecoklatan, kering, ujud kelainan kulit (-), hiperpigmentasi (-)
4. Kepala
Bentuk mesosefal, rambut kering (-), rambut warna hitam, sukar dicabut.

5. Wajah
Odema (-), wajah orang tua (-)
6. Mata
Cekung (-/-), Oedema palpebra (-/-), Odema periorbita (-/-), konjungtiva anemis (/-) , sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (2mm/2mm),
hipertelorisme (+)
7. Hidung
Napas cuping hidung (-), sekret (-/-), darah (-/-), deviasi(-/-), low nasal bridge (+)
8. Mulut
Mukosa basah (+), sianosis (-), pucat (-), kering (-), makroglotis (+)
9. Telinga
Daun telinga dalam batas normal, sekret (-)
10. Tenggorok
Uvula di tengah, mukosa pharing hiperemis (-), tonsil T1 - T1
11. Leher
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, kaku kuduk (-), gerak bebas, deviasi trakhea (-)
12. Toraks
Bentuk

normochest, retraksi (-), gerakan dinding dada simetris

Cor

Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi

: BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Inspeksi

: Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: Fremitus raba dada kanan = kiri

Perkusi

: Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi

: Suara dasar vesikuler (+/+)

Pulmo :

Suara tambahan (-/-)


13. Abdomen
Inspeksi

: distensi (+)

Auskultasi

: bising usus (+) menurun

Perkusi

: hipertimpani

Palpasi

: supel

14. Ekstremitas
Akral dingin

Oedem

Ikterik

15. Genital
penis (+), phimosis (+), terpasang DC no.

produk urine kuning jernir 20cc

RT : TMSA dalam batas normal, massa (-), STLD (-), Feses menyemprot (+)

III. ASSESSMENT
-

Megacolon congenital

IV. PLANNING
-

Pasang rectal tube, DC

Infus D5 NS 350 cc/24 jam

Inj. Cefotaxime 125 mg/ 12 jam

Cek DR3

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah

Pemeriksaan
Hb

Nilai

Hasil

Satuan

Rujukan

10,0

g/dl

13,5-18,0

Hct

32

40-54

AE

2,89

106/uL

4,6-6,2

AL

8,9

103/uL

4,5 11

AT

64

103/uL

150 440

Golongan Darah

GDS

52

mg/dL

80-110

Ur

18

mg/dL

10-50

Cr

0,3

mg/dL

0,6-1,1

Na+

138

mmol/L

136-146

K+

3,9

mmol/L

3,5-5,1

Chlorida

106

mmol/L

98-106

Albumin

2,0

g/dl

3,5-5,0

HBsAg

Non Reaktif

Colon in loop

Kesan : Megacolon congenital


6

Non Reaktif

VI.

PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad sanam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

MEGAKOLON KONGENITAL
a. Definisi
Merupakan penyakit obstruktif usus fungsional tersering pada neonatus, akibat
aganlionosis meissner da aeurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari sfingter
ani internus kea rah proksimal, 70-80% terbatas di daerah rektosigmoid, 10% sampai
seluruh kolon, dan sekitar 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pylorus.

b. Patogenesis
Absensi ganglion meissner dan aeurbach pada mukosa usus mengakibatkan
usus selalu dalam keadaan spastic dan gerak peristaltic pada daerah tersebut tidak
mempunyai gaya dorong sehingga usus bersangkutan tidak ikut dalam proses

evakuasi feses ataupun udara. Penampilan klinis pasien sebagai gangguan passase
usus.

c. Gejala Klinis
Gejala utama berupa gangguan defekasi, yang dapat mulai timbul 24 jam
pertama setelah lahir. Dapat pula timbul pada umur beberapa minggu atau beberapa
bulan kemudian.
Trias klasik gambaran klinis pada neonatus adalah mekonium keluar terlambat,
yaitu lebih dari 24 jam pertama, muntah hijau, dan perut membuncit seluruhnya.
Adakalanya gejala obstipasi kronik ini diselingi oleh diare berat dengan feses yang
berbau dan berwarna khas yang disebabkan oleh timbulnya penyulit berupa
enterokolitis. Entorokolitis antara lain disebabkan oleh bakteri yang tumbuh
berlebihan pada daerah kolon yang iskemik akibat distensi yang berlebihan pada
dindingnya. Enterokolitis dapat timbul sebelum tindakan operasi atau bahkan
berlanjut setelah operasi definitif.
Pada pemeriksaan colok dubur terasa ujung jari terjepit lumen rectum yang
sempit. Selain itu adanya feses yang menyemprot pada colok dubur merupakan tanda
khas dari penyakit ini.

d. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa megakolon congenital didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologi. Gejala klinis yang
menonjol dari megakolon congenital adalah suatu trias klasik gejala yang terdiri dari
:
1. Mekonium keluar terlambat setelah lebih dari 24 jam pasca kelahiran.
2. Perut kembung.
3. Muntah warna hijau
Pemeriksaan Patologi Anatomi
1.

Biopsi hisap : mukosa dan submukosa memiliki akurasi 100% tidak dijumpai sel
ganglion meissner disertai penebalan serabut saraf menegakkan diagnosis

megakolon. Sedangkan ditemukannya sel ganglion meskipun imatur akan


menyingkirkan diagnosis penyakit ini.
2.

Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase : Dari hasil biopsi hisap


didapatkan peningkatan aktifitas enzim tersebut pada penyakit ini.

3.

Pemeriksaan enzim norepinefrin dari jaringan biopsy usus. Usus yang


aganglionosis akan menunjukkan peningkatan aktfitas enzim tersebut.

Pemeriksaan Radiologi
1. Foto polos abdomen : didapatkan gambaran dilatasi dari usus ataupun gambaran
obstruksi dari usus. Selain itu foto ini juga untuk melihat apakah telah terjadi
perforasi.
2. Barium enema: pada barium enema akan tampak lumen rektosigmoid mengecil di
bagian proksimalnya dan terlihat daerah transisi diikuti daerah usus yang melebar

e. Diagnosis Banding
1. Atresia ileum atau mekonium plug sindrom.
2. Retardasi mental.
3. Hipotiroid kongenital.
4. Psikogenik.

f. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan pada megakolon congenital adalah mengatasi obstruksi,
mencegah enterokolitis, membuang segmen aganlionik, dan mengembalikan
kontinuitas usus.
Tindakan yang dilakukan antara lain :
1. Konservatif melalui pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk
mengeluarkan mekonium dan udara.
2. Tindakan bedah sementara melalui kolostomi yang dibuat di kolon berganglion
normal yang paling distal, dengan tujuan untuk memperbaiki KU pasien serta
diharapkan usus dapat mengecil sendiri.
3. Tindakan bedah definitive dengan mereseksi bagian usus yang aganglionik dan
membuat anastomosis. Prosedurnya adalah Duhamel, Swenson, Soave dan
Rehbein.

10

Daftar Pustaka

De Jong W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor Bahasa Indonesia: Sjamsuhidajat.
Jakarta: ECG
Mansjoer, Arif dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius
Mantu, F. N., 1995. Catatan Kuliah Bedah Anak. Jakarta: EGC
Reksoprodjo, S., 2005. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Indonesia

11

Вам также может понравиться