Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pelayanan konseling merupakan pertanggung jawaban hamba Tuhan akan
kedalaman kebenaran firman Tuhan, dimana dewasa ini gereja semakin menyadari
bahwa kebenaran firman Tuhan dalam banyak hal harus diterjemahkan dalam bahasa
dan teknik yang tepat atau ia tidak akan menjadi seperti yang dikatakan dalam Amsal
25 : 11, Seperti apel emas di pinggan perak .
Tanggung jawab seorang hamba Tuhan justru memungkinkan supaya kebenaran
firman Tuhan dapat berbicara dengan penuh kuasa kepada setiap orang dalam setiap
kedalaman persoalan hidupnya.
Gereja tidak lagi merasa puas dengan pelayanan mimbarnya, karena ternyata
hampir setiap anggota jemaatnya masih membutuhkan bimbingan pribadi untuk tumbuh
bahkan mengalahkan hambatan-hambatan dalam kehidupan rohaninya secara pribadi.1
Pada mulanya suatu pernikahan dimulai dengan cita-cita, impian dan tekad yang
muluk-muluk namun selanjutnya diakhiri dengan sebuah perceraian, disamping
perceraian itu merupakan suatu hal yang memprihatinkan bagi gembala sidang maupun
jemaat gereja, oleh karena itu sebagai pelayan Tuhan maupun sebagai konselor Kristen
menghadapi kondisi yang demikian perlu mencari upaya untuk dapat membantu jemaat
yang sedang dalam permasalahan itu maupun masyarakat umum agar dapat ditemukan
sistem atau metode konseling yang bisa mencegah terjadinya perceraian.
Susabda B. Yakub. Pastoral Konseling Jilid 1.Malang : Penerbit Gandum Mas 2012.Hal.43
Untuk menilai sukses tidaknya sebuah pernikahan apa kriteria yang harus
dipakai untuk mengukur pernikahan itu selain memakai kacamata Tuhan yang adalah
inisiator sebuah pernikahan, karena Allah sendirilah yang berinisiatif membangun
pernikahan seperti dinyatakan oleh Firman-Nya dalam Kejadian 2 : 18 yang berbunyi:
Tuhan berfirman : Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan seorang penolong baginya yang sepadan dengan dia artinya bahwa manusia
membutuhkan penolong, sehingga dapat menjalani kehidupannya.2
Apa kerinduan Allah saat Ia membangun pernikahan seperti ditulis dalam Efesus
5 : 32 secara gamblang menyatakan bahwa hubungan antara suami dengan istri
menggambarkan hubungan antara Kristus dengan jemaat-Nya. Sebab itu laki-laki
akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya
itu menjadi satu daging. (Efesus 5 : 31).
Sebuah pernikahan seyogyanya dilandasi oleh sebuah cinta sejati yang
memberikan kasih dan sekaligus membiarkan pihak-pihak yang dicintai merasakan
kasih itu bukan sekedar yang seorang senang lalu yang lain melayani kesenangan
pasangannya
Oleh karena itu jemaat yang akan menikah berhak untuk menerima pelayanan
konseling pranikah agar calon pasangan suam istri dapat memahami arti sebuah
pernikahan Kristen serta seluruh hak dan kewajiban bagi kedua pihak setelah menerima
pemberkatan nikah kudus.
Namun saat ini masih banyak hamba Tuhan yang melaksanakan pelayanan
konselingnya dengan sambil lalu, karena cenderung mencampuradukkan dengan
pelayanan - pelayanan yang lain dan membawa peranan sebagai seorang pengkhotbah
dan penasehat dalam setiap pelayanan konselingnya.
Pelayanan konseling tidak sama dengan berkhotbah atau memberi nasehat,
karena pelayanan konseling yang utama justru menolong konseli (klien atau penerima
bimbingan) untuk bertanggungjawab penuh dalam hidupnya, dan di bawah terang
firman Tuhan menolong dia menemukan sendiri jawaban atas pertanyaan dan persoalan
hidupnya.
Oleh karena itu konselor yang baik adalah konselor yang tahu menahan
lidahnya untuk memberikan nasehat atau pendapat pribadinya, serta pengenalan yang
mendalam akan prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan sehingga tdak membuat
konselor memaksakan tafsiran-tafsiran pribadinya serta penerapan praktis dalam hidup
konseli.
Kemudian apa yang dimaksud dengan konseling itu dapat disimpulkan bahwa
konseling merupakan hubungan timbal balik (interpersonal relationship) antara hamba
Tuhan (pendeta, pengajar, penginjil dll) yang berfungsi sebagai konselor dengan
konselinya (orang yang meminta bimbingan) dalam mana konselor mencoba
membimbing konselinya ke dalam suatu suasana percakapan konseling yang ideal
(conducive atmosphere)3 yang memungkinkan konseli itu betul-betul dapat mengenal
dan mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri, sehingga ia mampu melihat
tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya pada Tuhan dan mencoba
mencapai tujuan itu dengan takaran, kekuatan dan kemampuan seperti yang sudah
diberikan Tuhan kepadanya.
3
Trisna A.Jonathan. Pernikahan Kristen Suatu Usaha Dalam Kristus. Jakarta : Institut Theologi dan
Keguruan 1986, 140
perzinahan yang dapat berakibat perceraian dalam keluarga jemaat Kristen dengan
upaya memberikan bimbingan, pendidikan tentang pernikahan Kristen yang benar di
hadapan Tuhan secara lebih serius, kontinyu dan berkesinambungan.
Hal ini dapat dibuktikan dengan data yang penulis peroleh dari nara sumber di
beberapa gereja di kota Solo pada umumnya dan GBI X khususnya.
Pertama, penulis melakukan wawancara dengan Kepala Departemen Pernikahan
dan Konseling di gereja X yang menunjukkan fakta bahwa trend terjadinya
perselingkuhan dan perzinahan di gereja tersebut bertendensi terjadinya peningkatan,
hal ini terbukti dengan makin meningkatnya konseli yang minta konseling tentang
kondisi pernikahannya akibat perselingkuhan dan perzinahan.
Selanjutnya penulis mewancarai salah seorang anggota Majelis gereja dari
denominasi lain dan mendapatkan penjelasan bahwa telah terjadi beberapa kasus
perceraian anggota jemaatnya yang disebabkan oleh perselingkuhan dan perzinahan
yang tidak dapat dicegah meskipun telah diberikan konseling oleh gembala sidangnya.
Ketiga, penulis memberikan konseling kepada pasangan suami-istri Kristen yang
sudah cukup berumur akan tetapi hidup pernikahannya hampir mengalami kehancuran
akibat perselingkuhan dan perzinahan yang dilakukan oleh salah satu pihak dari
pasangan tersebut.
Berdasarkan masalah tersebut di atas maka penulis terdorong untuk meneliti
MODEL BIMBINGAN BAGI PERNIKAHAN KRISTEN UNTUK MENCEGAH
TERJADINYA PERCERAIAN BERDASARKAN SURAT EFESUS 5 : 22-25.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan masalah tersebut di atas maka penulis merumuskan masalah
penelitian pokok adalah sebagai berikut:
Bagaimanakah model bimbingan bagi pernikahan Kristen untuk mencegah
terjadinya perceraian berdasarkan surat Efesus 5:22-25
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas yang menjadi tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui penyebab fenomena terjadinya perselingkuhan dan perzinahan di
kalangan keluarga Kristen yang mengakibatkan perceraian, sehingga dapat di antisipasi
bentuk bimbingan bagi pernikahan Kristen yang dibutuhkan oleh keluarga Kristen pada
umumnya dan jemaat pada khususnya.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini untuk dapat membantu
mengetahui penyebab fenomena terjadinya perselingkuhan dan perzinahan dari
keluarga Kristen warga jemaat gereja sehingga dapat diantisipasi pendidikan
maupun bentuk konseling apa yang perlu diberikan bagi keluarga Kristen agar
tidak terjadi perselingkuhann dan perzinahan yang mengakibatkan hancurnya
kehidupan keluarga.
Lexy J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002. Hlm.2-3
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2004,
hlm.259.
7
kedudukan dan hubungan antara berbagai konsep dan kebijakan atas peristiwa yang ada
ataupun yang terjadi, untuk selanjutnya mengetahui manfaat, daya guna, hasil maupun
dampak dari masalah-masalah tersebut.8
2. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dipakai oleh penulis adalah mencari, mengumpulkan,
menganalisa dan membuat kesimpulan terhadap berbagai buku maupun teks tentang
bentuk-bentuk konseling pernikahan Kristen untuk mencegah terjadinya perceraian
berdasarkan surat Efesus 5:22-25.
Selain dari berbagai macam buku dan teks, penulis juga mengumpulkan banyak
informasi yang berkaitan dengan judul skripsi ini dari berbagai narasumber baik
melalui pengamatan maupun wawancara.
G. DEFINISI ISTILAH
Ada beberapa istilah yang perlu didifinisikan dalam penelitian ini sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir diantaranya sebagai berikut :
1. Model Bimbingan
Model bimbingan adalah suatu proses untuk dapat membantu orang lain dalam
mengambil keputusan penting yang akan mempengaruhi kehidupannya, sehingga
model bimbingan ini merupakan pola atau cara yang diberikan oleh seseorang yang
telah terlatih dalam memberikan bimbingan kepada pribadi maupun pasangan keluarga
Kristen agar mereka mampu dan trampil dalam mengambil keputusan sendiri dalam
mengatasi masalah pribadi maupun keluarganya.
Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008 ,
hlm.85-86
Model bimbingan berfokus pada bagaimana membantu orang lain untuk memilih
apa yang dianggapnya paling tepat dan berharga, dan dalam hal ini membantu orang
lain untuk menemukan arah dalam kehidupannya.9
Model bimbingan merupakan metode yang dapat diberikan oleh seorang yang
sudah terlatih dan berpengalaman dalam memberikan bimbingan kepada seseorang
individu untuk membantu mengatur kegiatan-kegiatan sendiri, mengembangkan
pandangan hidupnya serta mampu membuat keputusan serta siap menanggung
konsekwensi atas keputusannya bagi dirinya sendiri, jadi model bimbingan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pola yang diberikan oleh seseorang yang terlatih
kepada pribadi atau sekelompok orang agar mereka terampil dalam mengambil
keputusan sendiri.
2. Pernikahan Kristen
Pernikahan adalah tahap kehidupan yang didalamnya seorang laki-laki dan
perempuan boleh hidup bersama-sama dan menikmati seksual secara sah.Sedangkan
perzinahan dan persundalan adalah hubungan seksual yang tidak diakui oleh masyarakat
sebagai konstitusi pernikahan.10.
Sedangkan menurut Markus Suyadi, pernikahan Kristen adalah suatu peristiwa
di mana seorang laki-laki dan seorang perempuan saling mengikat janji di hadapan
Tuhan untuk hidup bersama, baik dalam suka maupun duka hingga maut yang
memisahkan, yang kemudian diteguhkan dalam pemberkatan nikah kudus oleh seorang
9
10
Samuel T. Gladding. Konseling Profesi Yang Menyeluruh.Jakarta Barat : Indeks, 2012, hlm.5-6
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II.Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih 2008, hal.154
10
gembala sidang yang menyatakan bahwa kedua mempelai secara sah telah menjadi
pasangan suami istri untuk seumur hidup sesuai dengan hukum Tuhan11
Pernikahan merupakan lambang Kristus dan gereja-Nya artinya pernikahan
adalah suatu lambang yang paling rahasia yaitu hubungan Kristus dan gereja-Nya,
sehingga seperti Kristus demikian mengasihi gereja-Nya sampai Ia mengorbankan diriNya untuk gereja-Nya demikian pula halnya maka seorang suami atau kepala keluarga
harus belajar seperti Kristus. Ini berarti sebagai kepala ia bertanggung jawab
mengambil segala resiko dalam mencintai keluarganya dan berani berkorban sehingga
seluruh keluarganya disempurnakan.12
3. Mencegah
Mencegah adalah berikan pencegahan, menahan agar sesuatu tidak terjadi, tidak
menurutkan, merintangi, melarang, mengikhtiarkan supaya jangan terjadi.13
4. Perceraian
Perceraian adalah perpisahan atau putusnya hubungan sebagai suami-istri,
perpisahan antara suami-istri selagi keduanya masih hidup.14 Dalam penelitian ini
perceraian menunjuk pada putusnya hubungan suami-istri selagi keduanya masih hidup
5. Surat Efesus
Surat efesus adalah surat yang ditulis oleh rasul Paulus untuk jemaat di Efesus
dan kemungkinan surat ini ditulis sebagai surat edaran untuk gereja-gereja diseluruh
11
11
Asia.15 Ditulis sekitar 62 masehi ketika rasul Paulus sedang dipenjara karena Kristus
(Efesus 3:1; 4:1; 6:20). Dengan mengambil tema Kristus dan gereja, surat ini dibawa
oleh seorang kawan sekerja Paulus bernama Tikhikus (Efesus 6:21).
H. SISTEMATIKA PENELITIAN
Sistematika penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, pentingnya penelitian, ruang lingkup penelitian, metode dan
prosedure penelitian, definisi istilah dan sistematika penelitian.
Bab II Berisikan metodologi penelitian, yang berisikan tentang langkah-langkah
penelitian, anggapan dasar, analisis masalah dan variabel serta analisis variabel.
Bab III Mencakup tentang pembahasan penelitian yang untuk mencegah
terjadinya perzinahan berdasarkan surat Efesus 5:22-25 meliputi penjelasan hasil
penelitian serta temuan tentang model bimbingan bagi pernikahan Kristen.
Bab IV Merupakan penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran
15
Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, Matius-Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1999) hal
576
12
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. LANGKAH LANGKAH PENELITIAN
Metode merupakan cara yang teratur dan pola berpikir yang baik untuk
mencapai maksud, atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.16 Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu metode yang hanya menyiratkan
penekanan pada proses dan makna yang tidak secara ketat diperiksa atau diukur dari
segi jumlah, intensitas dan frekuesinya atau menggunakan data-data statistik.17
Disamping itu penulis juga menggunakan metode pendekatan studi pustaka yaitu
dengan cara mengumpulkan bahan dari buku-buku dan catatat-catatan lainnya yang
memiliki hubungan serta dapat mendukung penelitian untuk dijadikan sebagai sumber
dari penelitian.
Adapun langkah-langkah penelitian kepustakaan yang dilakukan penulis
meliputi :
1. Penetapan Judul penelitian
Penulis terlebih dahulu melakukan penelitian dan menentukan masalah serta
menetapkan judul penelitian berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan, sehingga
penulis memilih judul : Model Bimbingan konseling pernikahan Kristen untuk
mencegah terjadinya perceraian menurut kitab Efesus 5 : 22-25
16
Departemen Pendidikan dan Kebudeayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jaka5rta : Balai Pustaka,
1995, hal.652.
17
Andreas B. Subagio.Pengantar Riset Kualitatif dan Kuantatif. Bandung : Kalam Hidup, 2004-hal.62
13
2. Identifikasi Masalah
Penulis berusaha mengerti dan memahami bagaimana pandangan Kekristenan
tentang perceraian di tengah-tengah makin meningkatnya data perceraian dikalangan
jemaat dan keluarga Kristen serta bagaimana langkah-langkah yang harus diambil oleh
para pemimpin Kristen khususnya gembala sidang dan para pemimpin gereja untuk
melakukan bimbingan dan tindakan pencegahan terjadinya perzinahan secara terus
menerus yang mengakibatkan perceraian.
3. Cara mengumpulkan data
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara mengamati fenomena
perselingkuhan dan perzinahan yang terjadi di masyarakat pada umumnya serta pada
jemaat gereja pada khususnya dimasa kini.
Hal ini sangat menolong penulis untuk melakukan penelitian tentang model
bimbingan bagi pernikahan Kristen untuk mencegah terjadinya perceraian kemudian
penulis mulai mencari, mengumpulkan buku sertab literatur yang berhubungan dengan
model bimbingan bagi pernikahan Kristen untuk mencegah terjadinya perceraian..
Selanjutnya penulis mulai mengolah data sesuai dengan pengelompokan data
yang berhubungan dengan pembahasan, yang dilanjutkan dengan mulai menganalisa
teks Alkitab yang berhubungan dengan judul yang penulis pilih .
Penulis menemukan teks dalam Efesus 5:22-25 mengenai model bimbingan dan
memadukan dengan hasil pengamatan serta data-data yang telah dikelompokkan.Setelah
melakukan analisa terhadap teks Alkitab, penulis memilih surat Efesus 5 : 22-25 sebagai
objek penelitian dengan judul skripsi : Model Bimbingan Bagi Pernikahan Kristen
Untuk Mencegah Perceraian Berdasarkan Surat Efesusd 5 : 22-25
14
15
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi pusat perhatian suatu
penelitian. Objek penelitian ini adalah model bimbingan bagi pernikahan Kristen untuk
mencegah terjadinya perceraian berdasarkan surat Efesus 5 :22-25.. Ada dua variabel
yang diteliti oleh penulis yaitu model bimbingan bagi pernikahan Kristen untuk
mencegah terjadinya perceraian serta variabel lainnya yaitu pendekatan eksposisi
terhadap surat Efesus 5 :22-25.
Dari kedua variabel tesebut diperbandingkan serta dicari korelasinya dengan
penjelasan-penjelasan secara universal dari berbagai sumber, dimana pembahasannya
ditunjang oleh pengkajian terhadap beberapa literatur atau sumber pustaka berupa
Alkitab, kamus, buku-buku, catatan-catatan dan sumber data lain yang relevan dengan
isi pembahasan.
Dengan meneliti kedua variabel di atas diharapkan penulis dapat menjawab
masalah yang dihadapi oleh para pemimpin Kristen khususnya di gereja pada masa kini
yaitu tentang bagaimana menyikapi dan mensiasati adanya kecenderungan terjadinya
perceraian dalam keluarga Kristen sehingga kecenderungan tersebut dapat dicegah dan
ditanggulangi.
C. ANALISIS VARIABEL
1. Model bimbingan bagi pernikahan Kristen untuk mencegah terjadinya
perceraian
Secara umum model bimbingan merupakan pola yang dapat diberikan oleh
seorang konselor atau hamba Tuhan kepada seseorang pribadi atau sekelompok orang
agar mereka terampil dan mampu dalam mengambil keputusan sendiri atas masalah
yang dihadapinya.
16
Sayekti Pujosuwarno. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta : Menara Mas, 1994 hal.82
Samuel T.Glading.Konseling Profesi Yang Menyeluruh. Jakarta Barat : Indeks, 2012 hal.5-6
20
Erman Amti Marjohan. Bimbingan dan Konseling. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan 1991/1992, hal.2
19
17
istri akan terus diingatkan kembali untuk terus menghormati janji pernikahan mereka,
karena Allah sangatlah membenci adanya perceraian.
Pandangan Alkitab sangat tegas terhadap perceraian dan hal ini sekaligus untuk
melawan pandangan modern yang menyatakan bahwa perzinahan atau perceraian
adalah penyesuaian ulang yang sederhana, yang bisa dilakukan setiap kali oleh orang
yang merasa sudah tidak lagi ada rasa saling mencintai, atau ketika salah satu dari
pasangan tersebut jatuh cinta dengan orang lain21
Dalam hal ini berarti pandangan modern tidak memandang kesucian dari sebuah
pernikahan dan juga sisi keadilan yang berkaitan dengan menepati janji sebuah
pernikahan.
2. Eksposisi Efesus 5 :22-25
Surat Efesus merupakan surat yang ditulis oleh Paulus kepada jemaat di Efesus
atau orang Kristen Yahudi yang masih ragu-ragu dalam iman mereka kepada Yesus,
karena mereka kecewa dan merasa kehilangan cara hidupnya kalau menerima Yesus
sebagai Juruselamatnya.22
Di dalam surat Efesus Paulus melanjutkan pembicaraan tentang hubungan baru
dalam jemaat, Paulus membahas dua dimensi lain dalam kehidupan kekristenan:
a. Dimensi pertama bahwa hubungan antar anggota keluarga dalam rumah
tangga dimana keberadaan keluarga Ilahi akan mudah dipahami oleh
dunia jika keluarga dalam sebuah rumah tangga menerapkan kasih Ilahi
dalam peran sertanya masing-masing.
21
C.S. Lewis, Mere Christianity . Kekristenan Asli. Bandung : Puionir Jaya, 2006 hal.153
Dwi Gatot Suprasetyo. Diktat Kuliah Tafsir PB 4. Surakarta : Sekolah Tinggi Teologi El-Shadday 2014,
hal.5
22
18
19
tunduk kepada Kristus. Dasar dari sikap tunduk istri dan kasih suami datang dari sikap
saling merendahkan diri danhati yang takut akan Allah.
Surat Efesus mengarahkan orang percaya untuk menyadari panggilan hidupnya
sebagai anak terang untuk menjadi alat di tangan Tuhan.Melalui kehidupan pernikahan
Kristen yang dinamis dan harmonis, hal itu akan mempresentasikan hubungan antara
Kristus dan jemaat. Pernikahan Kristen akan memberikan kesaksian bagaimana Kristus
sangat mengasihi jemaat-Nya.