Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HEARING LOSS
Disusun Oleh :
Raden Artheswara Sidhajati
G99122098
Pembimbing Klinik
dr. H. Anton Christianto, Sp.THT-KL, M.Kes
konduktif,
e) Tumor
Gangguan pendengaran terkait usia (Presbiakusis). Presbiakusis
terjadi ketika sel-sel rambut yang sensitif di dalam koklea secara
bertahap menjadi rusak atau mati. Gejala awal termasuk hilangnya suara
frekuensi tinggi, seperti perempuan atau anak-anak suara dan kesulitan
dalam sidang konsonan, membuat mendengar dan memahami pidato
sulit. Seperti huruf F, S T dan suara SH yang tidak terdengar
dengan baik.
c. Gangguan pendengaran campuran, yaitu saat seseorang mengalami
gangguan pendengaran tipe konduktif dan tipe sensorineural secara
bersamaan.
Penyebab penurunan pendengaran secara umum meliputi:
Suara keras. Paparan suara keras misalnya, dari alat-alat listrik, pesawat
terbang,
senjata
api,
atau
dari
mendengarkan
musik
keras
Infeksi telinga. Saat infeksi telinga terjadi, cairan menumpuk pada bagian
telinga tengah. Biasanya gangguan pendengaran karena infeksi telinga,
bersifat ringan dan sementara. Namun, jika infeksi telinga tidak diobati,
mereka dapat menyebabkan gangguan pendengaran berat dan jangka
panjang.
Lubang pada gendang telinga. Infeksi telinga, suara keras, trauma kepala,
atau tekanan kuat di telinga saat terbang dalam pesawat atau melakukan
scuba diving dapat membuat lubang di gendang telinga membran yang
memisahkan saluran telinga dan telinga bagian tengah. Ini biasanya
Cacat telinga. Beberapa orang dilahirkan dengan struktur telinga yang tidak
normal, yang mencegah mereka dapat mendengar dengan baik
Gen. Para ilmuwan telah mengidentifikasi gen tertentu yang membuat orang
lebih rentan terhadap gangguan pendengaran yang parah, terutama yang
berkaitan dengan usia gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran
Inspeksi telinga
Inspeksi dilakukan pada telinga sehat terlebih dahulu. Bagian telinga yang
diinspeksi meliputi :
- Telinga luar : nilai daun telinga terbentuk atau tidak serta nilai
ukurannya, adakah tanda peradangan (hiperemis atau udem), adakah
benjolan, atau sikatriks bekas operasi.
- Liang telinga : inspeksi bagian dalam liang telinga dengan
menggunakan spekulum telinga atau dapat menggunakan otoskop, lihat
apakah ada tanda peradangan, sekret atau serumen. Cara pemeriksaan
menggunakan otoskop:
-
d) Tes pendengaran
Tes garputala 512/1024 Hz, untuk membedakan gangguan pendengaran
secara kualitatif apakah merupakan tuli konduktif atau tuli persepsi.
Uji Rinne : penala digetarkan kemudian diletakkan di processus
mastoideus pasien, setelah getarannya tidak terdengar pindahkan penala
ke depan meatus acusticus eksternus 2,5 cm. Bila masih tidak
terdengar disebut Rinne positif, bila tidak terdengar disebut Rinne
negatif.
Uji Weber : penala digetarkan kemudian tangkainya diletakkan di
vertex/glabella dan tanyakan pada pasien sisi mana yang lebih
terasa/getarannya terdengar lebih jelas. Apabila bunyi penala terdengar
lebih keras pada satu sisi telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga
tersebut.
Tes Garputala
Tuli Sensorineural
Negatif
Rinne
Positif
Lateralisasi ke
Webber
Lateralisasi ke
sisi sakit
Memanjang
sisi sehat
Schwabach
Memendek
normal tidak akan mendengar bunyi. Tetapi bila telinga yang sakit
memang tuli, maka telinga yang normal tetap mendengar bunyi.
Tes berbisik, merupakan pemeriksaan semi kuantitatif. Pemeriksa
membisikkan kata-kata yang terdiri dari 1 atau 2 suku kata mulai dari
jarak 1 m, kemudian pemeriksa mundur hingga pasien hanya bisa
mendengar 80% dari kata yang dibisikkan.
Audiometri, dibuat grafik audiogram untuk menentukan derajat
ketulian. Pemeriksaan audiometer nada murni perlu dipahami hal-hal
seperti ini: nada murni, bising NB (narrow Band) dan WN (white
noise), frekuensi, intensitas bunyi, ambang dengar, nilai nol
audiometrik, standar ISO dan ASA, notasi pada audiogram, jenis dan
derajat ketulian serta gap dan masking. Untuk membuat audiogram
diperlukan alat audiometer
Notasi pada audiogram :
Grafik AC, yaitu dibuat garis lurus penuh (Intensitas yang diperiksa
antara 125-8000 Hz) Grafik BC dibuat dengan garis terputus-putus
(Intensitas yang diperiksa 125-4000Hz), untuk telinga kiri dipakai
warna biru sedangkan telinga kanan warna merah.
Pada interpretasi audiogram harus ditulis: (a) telinga yang mana, (b)
Apa jenis ketuliannya, (c) bagaimana derajat ketuliannya.
Derajat ketulian:
0 - 25 dB
: normal
26 - 40 dB : tuli ringan
41- 60 dB : tuli sedang
61 90 dB : tuli berat
>90 dB
11
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Arif M., kuspuji T., Rakhmi S., Wahyu I.W., Wiwiwk S. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran. Jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny B., Ratna D.R. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tengggorokan Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
SMF Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. 2005. Pedoman Diagnosis dan
Terapi. Edisi ketiga. Surabaya : Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo
Surabaya.
14